Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan di RSI
Sultan Agung Semarang
Disusun oleh:
Assyfa Qotrunnada
30101800029
Pembimbing:
dr. Rini Aryani, Sp.OG(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2023
i
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1) Serviks Inkompeten
2) Polihidramnion
3) Malpresentasi Janin
4) Kehamilan kembar
Tanda dan gejala yang terjadi pada ketuban pecah dini antara lain :
3
demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi (Sujiyatini, 2009).
1) Usia kehamilan
2) Usia
3) Pekerjaan
4) Hubungan Seksual
6) Perilaku Merokok
5
berkontribusi pada timbulnya kecacatan hingga kematian pada
janin, KPD, hambatan pertumbuhan janin, persalinan preterm
hingga risiko abortus. Sementara itu, ineksi bakteri lain seperti
bacterial vagionosis (BV) juga diidentifikasi sebagai determinan
KPD yang berdampak pada persalinan premature.
8) Sosial Ekonomi
9) Tekanan Intrauterin
1.5 Patofisiologi
6
Ketuban pecah dini dapat terjadi karena berkurangnya kekuatan
membran atau penambahan tekanan intrauteri atau disebabkan keduanya.
Penyebab independen dari ketuban pecah dini karena tekanan intrauteri
yang kuat sedangkan selaput ketuban yang tidak kuat disebabkan kurangnya
jaringan ikat dan vaskularisasi sehingga mudah rapuh dan mudah
mengeluarkan air ketuban (Norma, 2013).
8
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan
dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikanbagian
presentasi janin dan menyingkirkan kemungkinan prolapstali pusat. Periksa
dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas berada dalam masa persalinan
atau telah ada keputusan untukmelahirkan.
4. Pemeriksaan penunjang
- Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas
lakmusmerah menjadi biru.
- Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000/mm 3
kemungkinan adainfeksi.
- USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan,
letakjanin, letak plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
- Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin
secara dini atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada infeksi
intrauterin atau peningkatan suhu, denyut jantung janin akan
meningkat.
- Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin-sfingomielin
dan fosfatidilsterol yang berguna untuk mengevaluasi kematangan
paru janin (Sarwono, 2014).
1.7 Penatalaksanaan
Berdasarkan (Sarwono, 2014)
1) Konservatif
9
Terminasi kehamilan pada usia 37 minggu
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan
induksi sesudah 24 jam
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason
12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M. 5
mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2) Aktif
10
1.8 Komplikasi
1. Persalinan premature
2. Infeksi
11
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini preterm, infeksi lebih
sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada
ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode
laten.Kriteria klinis infeksi yang digunakan pada KPD yaitu; adanya
febris, uterine tenderness (di periksa setiap 4 jam), takikardia
(denyut nadi maternal lebih dari 100x/mnt), serta denyut jantung
janin yang lebih dari 160 x/mnt.
12
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.
(2014). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Tanto, C., Frans, L., Sonia, H., & Eka, A.P. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran ed. 4 vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius
13