Anda di halaman 1dari 18

Laporan Akhir

PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

BAB IV
PENGUKURAN TOPOGRAFI

4.1 UMUM
Hasil pengukuran topo sebagai dasar dalam melakukan rancang bangun harus
dapat menggambarkan bentuk dan kondisi yang ada di lapangan, sehingga alat
yang digunakan merupakan salah satu factor penentu hasil pengukuran topo ini.
Theodolit sebagai alat dalam pengukuran topografi terbagi menjadi dua jenis
yaitu jenis repetisi (atau pusat rangkap) dan model arah (reiterasi atau
triangulasi). Pada masing-masing jenis alat ini metode dalam pengukurannya
pun berbeda.

4.2 PELAKSANAAN PENGUKURAN


a. Mengukur sudut dengan theodolit repetisi
Theodolit repetisi dilengkapi dengan sistem sumbu tegak rangkap atau
sebuah pengunci repetisi. Rancangan ini menyebabkan sudut-sudut dapat
diulang beberapa kali dan langsung di tambahkan pada lingkaran instrumen.
Pada pelaksanaan pengukuran theodolit harus didatarkan bila perlu setelah
putaran sudut, tetapi sekrup-sekrup pengatur tidak boleh di pakai antara
bidikan belakang dan bidikan depan seperti diisyaratkan pada sipat datar
memanjang. Sebaiknya banyaknya repetisi adalah bilangan genap,
setengahnya dari teropong biasa dan setengahnya lagi dengan kedudukan
teropong luar biasa (istilah lain untuk kedudukan teropong biasa dan luar
biasa adalah hadap kiri dan hadap kanan yang menunjukkan apakah
lingkaran vertikal ada di kiri atau dikanan teropong).
Jumlah sudut yang terkumpul pada lingkaran dibagi dengan banyaknya
repetisi yang menghasilkan sebuah harga purata. Jumlah sudut mungkin lebih
besar dari 360o pada pembacaan sebelum pembagian. Oleh karena itu, selalu
lebih baik mencatat sudut tunggal setelah bidikan depan pertama.
b. Mengukur dengan theodilit reiterasi
Theodolit arah (reiterasi) adalah jenis instrumen tanpa ulang yang tidak
mempunyai gerakan bawah. Yang dibaca lebih baik disebut arah daripada
sudut. Setelah dibuat bidikan pada sebuah titik, arah garis di baca pada
lingkaran. Pengamatan ke titik berikutnya, menghasilkan arah baru, sehingga
sudut antara dua garis adalah arah kedua dikurangi arah pertama.
Theodolit reiterasi mempunyai sumbu vertikal tunggal dan karenanya tidak
dapat mengukur sudut dengan metode repetisi. Tetapi theodolit mempunyai
gerakan orientasi lingkaran untuk membuat pemasangan kasar lingkaran
horisontal pada kedudukan sembarang yang dikehendaki. Pada semua
theodolit reiterasi tiap pembacaan merupakan harga menengah dari dua pihak

|IV - 49
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

pembacaan berlawanan diametris pada lingkaran, karena pengamat dengan


serentak mengamati kedua pihak tadi melalui optik dalam.
Seperti diuraikan diatas bahwa theodolit reoterasi dapat dipakai untuk
menentukan sudut horisontal, tetapi prosedur lapangannya terdiri atas
pengukuran arah-arah yang tidak lain adalah pembacaan-pembacaan
lingkaran horisontal terhadap stasiun-stasiun yang dibidik berturut-turut
keliling horinsontal terhadap stasiun-stasiun yang dibidik berturut-turut keliling
horison.
Selisih arah-arah antar dua stasiun sembarang adalah sudutnya. Walaupun
tidak ada getakan bawah pada theodolit reiterasi, lingkaran horisontal dapat
ditetapkan secara mendekati harga yang dipilih. Untuk meminimumkan galat
(kesalahan) pembagian skala lingkaran yang mungkin mendekati 00000,
kemudian meningkat kira-kira 1800 / n untuk arah pertama tiap bidikan
selanjutnya, dimana n adalah banyaknya arah yang diukur.

4.3 POLIGON
Secara umum poligon adalah cara untuk menentukan tempat titik-titik baik dengan
koordinat-koordinatnya yang harus dihitung, maupun dengan jalan penggambaran.
Pengukuran dengan jalan poligon ini yang diukur dua unsur yaitu sudut dan jarak.
Dengan kedua unsur tersebut dapat dilukis poligon di atas peta jika tidak terikat
pada koordinat yang ada dan tidak menghiraukan poligon tersebut agar satu
poligon terarah atau tertentu arahnya, maka perlu diketahui arahnya.
Untuk daerah poligon yang tidak begitu luas arah ini berhimpit dengan sumbu Y
pada peta. Agar titik koordinat dapat diketahui koordinatnya (titik-titik tetap), maka
poligon tersebut diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya. Jadi
koordinat di sini dihitung dari unsur jarak dan sudut arah sebagai berikut:

XP = XA + dAP sin AP
YP = YA + dAP sin AP

Ada dua macam poligon yang dipakai untuk penggambaran penentuan titik
koordinat, yaitu:
1. Poligon Terbuka
Pada poligon ini, kesalahan pada pengukuran sudut maupun jarak tidak dapat
dikontrol atau dikoreksi. Koreksi hanya dilakukan dengan cara pengukuran
dalam arah yang berlawanan. (dari B ke A)
U
U
P
B
ap S1 S3 bq
S0
d1 d2 S2 d3 Q
A

|IV - 50
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

A : titik awal poligon


B : titik akhir poligon
P : titik ikat awal poligon
Q : titik ikat akhir poligon
ap : sudut arah awal poligon
S0 s/d S3 : sudut terukur
d1 s/d d3 : jarak yang diukur
bq : sudut arah akhir polygon

2. Poligon tertutup
Pada poligon ini, titik awal dan titik akhir merupakan suatu titik yang sama.
Panjang garis dan sudut-sudut dapat diukur dan pengukuran tersebut dilakukan
searah jarum jam. Kita dapat melakukan kontrol atau koreksi dari pengukuran
karena diketahui jumlah sudut luar dari segi banyak sama dengan (n) 1800,
dimana n adalah jumlah titik. Jadi jumlah sudut pada gambar di bawah ini
adalah (n+2) 1800 =16200.
ap : sudut arah awal poligon
aq : sudut arah akhir poligon
P : titik ikat awal
Q : titik ikat akhir
A : titik awal dan akhir poligon
S0 s/d S5 : panjang sisi poligon
d0 s/d d5 : jarak yang diukur
U
Q ap P

S5 S0

A
d5 aq d1
S4 S1
d4 d2

S3 d3 S2

4.4 DASAR PERHITUNGAN KOORDINAT TITIK


Terdapat dua macam sistem pengukuran, yaitu dengan cara poligon terbuka dan
poligon tertutup. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut :
1. Poligon terbuka
Pada poligon tebuka pengukuran tidak berakhir di titik awal pengukuran.
Poligon terbuka sendiri dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Poligon terbuka yang terikat sebagian (sepihak)
Poligon ini terikat dan terarah pada salah satu titik dan tidak bisa dihitung
koreksinya.

|IV - 51
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

P S3

ap S1 3
S0 Sn
d1 1 d2 S2 d3 dn

A 2

Keterangan :
A : titik awal pengukuran
P : titik ikat awal poligon
ap : sudut awal arah poligon
So – Sn : sudut awal terukur
d1 – dn : jarak yang diukur

b. Poligon terbuka yang terikat sempurna.


Yaitu suatu poligon yang terikat dan terarah pada titik awal dan titik akhir
poligon dan besarnya koreksi yang terjadi bisa dihitung.

U
bq
P
S3
ap S1 3
S0 B
d1 1 d2 S2 d3 dn
Q

A 2

Keterangan :
A : titik awal poligon
B : titik akhir poligon
P : titik ikat awal poligon
Q : titik ikat akhir poligon
ap : sudut arah awal poligon
bq : sudut arah akhir poligon
S0-Sn : sudut-sudut terukur
d1-dn : jarak yang diukur

2. Poligon Tertutup
Yaitu poligon di mana titik akhir poligon kembali ke titik awal poligon dan
besarnya koreksi yang terjadi dapat dihitung.

|IV - 52
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

U
Q ap P

S6 S0

A
d6 aq d1
S5 1 S1
5
d2
d5

S4 4 2 S2
d4 d3
3

S3
Keterangan :
A : titik awal dan titik akhir poligon
P : titik ikat awal poligon
Q : titik ikat akhir poligon
ap : sudut arah awal poligon
aq : sudut arah akhir poligon
S0 – S5 : sudut-sudut terukur
d1 – d6 : jarak yang diukur

 Untuk mencari sudut ap haruslah digunakan sudut jurusan yang diketahui
besarnya.
 Untuk mencari jarak (d) digunakan jarak yang diketahui.
Sudut jurusan dapat ditentukan bila arah antara dua titik A dan B diketahui
koordinatnya, sehingga dengan cara menggambarkan letak titik A dan B dapat
diketahui letaknya garis AB.
Bila titik A ada arah ke titik P, maka arah itu dapat ditentukan dengan sudut
BAP antara arah AB dan AP yang mana besar sudutnya didapat dengan
mengukur langsung di titik A.
Misal mengetahui titik-titik A( Xa,Ya ) dan B(Xb,Yb ), maka untuk mencari
besarnya sudut AB dalam tiga siku-siku dipakai rumus :

Tg  AB =

DAB = [ (Xa –Xb)2 + (Ya – Yb)2 ]1/2


4.5 CARA MENENTUKAN KOORDINAT TITIK
Cara-cara yang dipakai dalam menentukan koordinat-koordinat titik adalah
sebagai berikut :
a. Menentukan koordinat-koordinat untuk satu titik.

|IV - 53
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

1. Dengan cara mengikat ke muka pada titik tertentu. Sedangkan yang


diukur adalah sudut-sudut yang ada di titik pengikat.
2. Dengan cara mengikat ke belakang pada titik tertentu yang diukur adalah
sudut-sudut yang berbeda di titik yang belum tentu.
b. Menentukan koordinat lebih dari satu titik.
1. Dengan membuat poligon. Titik terletak memanjang dan digabungkan
satu sama lain sehingga membentuk segi banyak.
2. Dengan membuat segitiga, yaitu titik–titik digabungkan satu sama lain
sehingga membentuk segitiga.

A. Cara Variabel
Mengikat ke muka
P=?
ap d ap 
A
 ab d bp

bp

B
Untuk menentukan koordinat P, kita harus mengetahui besarnya sudut AP dan
jarak AP. Untuk kedua unsur  dan d dari garis lurus yang ujungnya
diketahui, misal titik A (Xa,Ya ) dan B (Xb,Yb). Pada cara mengikat diukur
sudut-sudut yang ada pada titik-titik pengikat A dan B adalah sudut P AB =  dan
sudut PBA = . Maka dari segitiga diketahui alas dap dan dap sudut alasnya .
Jika telah didapatkan harga-harga tersebut di atas, maka kita dapat
menghitung koordinat P dari A atau juga dari B. Sebanyak contoh jika
koordiant P dari A atau juga dari B. Senagai contoh jika koordinat P dihitung
dari koordinat A :

Xp = Xa + dap. Sin ap


Yp = Ya + dap. Cos bp
Mengikat belakang
Pada prinsipnya pengukuran dengan metode mengikat ke belakang sama dengan
mengikat ke muka. Apabila digunakan dua titik A dan B sebagai titik-titik pengikat,
maka yang diukur adalah sudut APB diketahui alas dan dan sudut puncaknya APB
adalah . Untuk dapat dengan pasti ditentukan letak titik P, diperlukan lagi satu
kedudukan letak titik tertentu misal titik C ( Xc, YC) dan alasnya digunakan sisi BC
dan perlu diukur sudut BPC adalah  yang terletak di titik P. Dari segitiga BPC
dapat diketahui besarnya sudut BPS dan dab. Dengan demikian dapat dilukiskan
letak kedudukan ririk P yang mana menjadi titik potong dua letak kedudukan itu.
Letak kedudukan pertama adalah busur lingkaran dari lingkaran yang melalui titik
A ( Xa,Ya), B (Xb,Yb) dan C ( Xc,Yc).

|IV - 54
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

B. Cara koordinat
Poligon
Cara ini digunakan apabila titik-titik memiliki koordinat yang terletak
memanjang sehingga membentuk segitiga banyak. Dari poligon ini dapat
diketahui koordinat-koordinat titiknya, dengan rumus:

X2 = X1 + d12 sin 12


Y2 = Y1 + d12 cos 12

Dengan poligon harus diawali dengan titik yang diketahui koordinatnya


sehingga sudut jurusan sisi poligon dapat ditentukan.
Jaringan segitiga dan rangkaian segitiga.
Untuk daerah yang mempunyai ukuran lebar sama, maka dibuat jaringan
segitiga, sedangkan untuk daerah yang ukurannya lebih besar dari ukuran
lainnya di buat rangkaian segitiga.
Pada bentuk-bentuk ini pelaksanaanya dapat berlainan menurut cara-cara
sebagai berikut :
1. Cara triangulasi yang diukur semua sudut dalam tiap-tiap segitiga.
2. Cara trilaterasi yang diukur semua segitiga.
Sebelum menghitung koordinat-koordinat titik poligon, maka lebih dahulu harus
teliti pengukuran poligon. Karena untuk mendapatkan koordinat–koordinat
diperlukan sudut dan jarak, maka yang di ukur pada poligon adalah sudut-
sudut dan jarak tersebut, diukur pada poligon semua sudut antara sisi poligon
dan panjang semua sisi. Maka syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :
a. Sudut yang diukur = ( akhir -  awal ) + n. 1800 + f
b.  d sin  = (X akhir – X awal) + fx
c.  d cos  = (Y akhir – Y awal) + fy
Kesalahan f dibagi kepada semua sudut tetapi ada kalanya f tidak dapat
dibagi habis dengan banyaknya sudut. Maka koreksi sudut yang berlainan
dengan koreksi yang telah dibulatkan diberikan kepada sudut poligon yang
mempunyai kaki-kaki terpendek, karena pengukuran sudut dengan kaki
terpendek kurang teliti disebabkan oleh besarnya bayangan-bayangan titik-titik
ujung kaki terpendek, sehingga mengarahkan garis bidik ke tengah titik
bayangan yang kelihatan itu menjadi sukar dan kurang tepat.
Kesalahan fx dan fy dibagi absis X dan ordinat Y titik-titik poligon dengan
perbandingan yang lurus dengan jarak-jarak.

4.6 GARIS KONTUR


Garis kontur merupakan perangkat dalam peta topografi yang menentukan elevasi
dari titik di atas peta. Dari peta topografi dapat dilihat proses posisi planimeter dari
ketinggian tiap-tiap obyek, selain itu dapat ditunjukkan ketinggian dari obyek-obyek

|IV - 55
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

yang tergambar pada peta. Garis kontur yang menggambarkan ketinggian tanah di
bawah air disebut “Sub Marine Contour”.
Dalam pembuatan peta, permukaan dianggap memiliki kemiringan yang lurus
antara dua kontur yang berurutan. Sekali titik tersebut tertanam dalam akal maka
peta serta ketinggian yang diketahui akan menjadi hal yang mudah.
A. Sifat dan Karakteristik Titik Kontur
Untuk membaca maupun membuat suatu peta terutama peta yang banyak
menunjukkan ketinggian atau elevasi suatu tempat (peta topografi)
diperlukan pengetahuan tentang sifat dan karakteristik garis kontur. Sifat-
sifat garis kontur tersebut adalah:
1. Garis kontur akan rapat pada kemiringan lereng yang terjal, dan lebar
pada lereng-lereng yang landai.
2. Berjajar sama dan sejajar pada daerah daratan.
3. Bersifat tegak lurus dengan garis lereng atau kemiringannya.
4. Bersudut siku-siku pada lembah-lembah dan garis-garis punggung.
5. Bertumpukan satu sama lain hanya pada permukaan tegak.
6. Semakin besar skala peta maka interval garis kontur semakin kecil, dan
begitu pula bila skala peta makin kecil maka interval garis kontur akan
semakin besar.
7. Untuk daerah yang luas, diambil interval kontur 1:2000 dari skala peta.
Sedangkan karakteristik garis kontur adalah:
1. Tiap garis kontur hanya menunjukkan satu elevasi tertentu.
2. Garis kontur dengan elevasi berbeda tidak pernah berpotongan.
3. Garis kontur tertutup akan berupa bukit atau lembah dan yang tidak
tertutup akan berakhir pada tepi peta.
Selain mengetahui karakteristik serta sifat garis kontur, perlu diketahui juga
penetapan interval garis kontur, yaitu yang ditentukan oleh:
1. Urgensi peta
Bila peta yang dibuat nantinya akan digunakan untuk pekerjaan yang
penting dimana memerlukan ketelitian yang cukup tinggi, maka
intervalnya dibuat sekecil mungkin, misalnya 0,5 atau 0,25 meter.
2. Topografi dari peta daerah yang dipetakan
Kalau daerah yang dipetakan kecil maka memakai interval yang kecil,
sebaliknya apabila digunakan untuk daerah yang besar maka memakai
interval yang diperlukan.
3. Skala peta
Bila skala besar, interval kontur semakin kecil dan semakin kecil skala
peta maka interval kontur akan semakin besar sekaligus semakin kecil
biaya yang diperlukan.

B. Pemakaian Garis Kontur


Dari penggambaran garis-garis kontur ini nantinya akan didapatkan peta
topografi yang merupakan syarat utama untuk ahli-ahli Teknik Sipil, pimpinan
militer, dan ahli yang berkompeten dalam bidang ini.

|IV - 56
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

Dalam bidang Teknik Sipil (perencanaan), peta topografi digunakan untuk:


1. Proyek jalan, kanal, drainase, dan lain sebagainya.
2. Menghitung volume.
3. Menggambar profil dari permukaan tanah.
Sedangkan dalam bidang Teknik Pengairan, peta topografi digunakan untuk:
1. Mengetahui elevasi dari suatu bangunan air.
2. Dapat menggambarkan gambar memanjang dan melintang dengan
detail.
3. Bisa menghitung volume galian maupun timbunan yang dibutuhkan
dalam merencanakan bangunan air.
Ada tiga metode yang dipergunakan untuk menentukan garis kontur yaitu :
a. Metode langsung.
Ketinggian yang diinginkan langsung ditentukan di lapangan dengan
bantuan alat sipat datar atau waterpass, jarak ditentukan dengan jarak
optis, yaitu (Ba-Bb)x 100.
b. Metode tak langsung
Dengan metode ini ketinggian tanah diambil secara acak. Interval yang
diinginkan didapat dengan cara interpolasi.
c. Metode kotak.
Metode ini sangat sesuai untuk pekerjaan di mana medan relatif datar
dan terbuka. Biasanya ini diterapkan untuk pembuatan lapangan
terbang. Penggambaran garis kontur ditentukan oleh elevasi titik yang
bersangkutan dimana pada pelaksanaan di lapangan, pembacaan
benang atas, benang bawah, dan benang tengah dilakukan bersamaan
theodolit. Elevasi suatu titik ditentukan terhadap bidang persamaan
tersebut adalah bidang nivo yang berhimpit dengan bidang permukaan
laut atau bidang gedoid atau mean sea level. Pada daerah yang
berhimpit di pemukaan bumi bidang nivo yang berhimpit ini dianggap
bidang datar. Tetapi untuk bidang yang luas meliputi seluruh bidang
bumi, bidang nivo merupakan bidang lengkung yang meliputi seluruh
permukaan bumi. Oleh karena itu dua titik yang terletak pada suatu
bidang datar tetapi tidak terletak pada bidang yang sama.

C. Penggambaran Garis Kontur


Penggambaran yang biasa diistilahkan dengan penarikan kontur menurut
interval tertentu, maka bentuknya harus sesuai dengan yang tergambar pada
sketsa buku ukur lapangan. Bentuk kontur pada umumnya untuk skala kecil
dan besar akan mempunyai perbedaan pada penggambaran curah-curah
atau lembahnya. Untuk skala lebih kecil dari 1:5000 bentuk curah seperti V
tidak begitu runcing. Untuk skala lebih besar dari 1:1000 bentuk curah-
curahnya tidak lagi seperti huruf V, melainkan berbentuk busur yang lonjong.
Setiap garis kontur yang mempunyai kelipatan 10 dari intervalnya harus
digambar tebal dan diberi angka ketinggiannya. Penulisannya berdiri ke arah
naiknya kontur. Pada umumnya interval kontur ditentukan berdasarkan skala
peta dan konstanta pembagi 2000.

|IV - 57
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

Aturan-aturan dasar untuk menggambar garis kontur :


1. Gari kontur tidak pernah berakhir, bertemu, atau berpotongan, kecuali
dalam kasus yang tidak biasa.
2. Garis-garis kontur harus berjarak sama, kecuali kalau tersedia data yang
menunjukkan hal sebaliknya.
3. Garis kontur dibuat sedemikian rupa sehingga permukaan tanah yang
lebih tinggi dari garis kontur tersebut selalu terletak pada sisi yang sama
dengan garis kontur tadi.
4. Karena bumi merupakan sebuah permukaan yang kontinu, semua
kontur harus menutup satu sama lainnya. Walaupun dapat terjadi di
daerah yang dipetakan, seringkali penutupan (closure) tersebut terjadi
diluar pandangan peta dan tidak tampak di peta.
5. Garis kontur harus tegak lurus terhadap jurusan kelandaian maksimum.
6. Jarak antara garis kontur menyatakan kecuraman lereng, jarak yang
berdekatan menunjukkan lereng yang curam.
7. Kontur menutup konsentrik yang elevasinya bertambah menyatakan
bukit.
8. Kontur yang membentuk kait tertutup di sekitar daerah yang lebih
rendah disebut kontur depresi. Arsiran diletakkan di dalam kontur
terendah yang menunjukkan dasar sebuah lubang tanpa jalan keluar.
9. Garis menerus menyatakan kelandaian yang bertambah sedikit demi
sedikit. Garis kontur yang tidak teratur menunjukkan daerah yang
bergelombang.
10. Garis kontur tidak bercabang menjadi dua kontur dengan elevasi yang
sama.
11. Lembah terlihat sebagai kontur bentuk –V, dan punggung sebagai
kontur bentuk –U.
12. Bentuk –V yang berbentuk kontur yan memotong sungai mengarah
kehulu.
Elevasi titik-titik yang tidak terletak di atas garis kontur bisa dicari dengan
interpolasi antara dua garis kontur yang terletak di kedua sisi tersebut. Garis
kontur yang berjarak sama di sepanjang garis yang tegak lurus terhadap
kontur tersebut menunjukkan kelandaian yang tetap. Kontur yang lurus,
sejajar, berjarak sama menunjukkan timbunan atau galian buatan manusia.

4.7 PERALATAN PENGUKURAN


Peralatan pengukuran dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Theodolit
Dalam praktek kita coba mendapatkan ketelitian yang diperlukan dalam waktu
dan pekerjaan yang seefesien mungkin. Syarat ini dapat kita penuhi dengan
pemilihan alat ukur yang cocok dan pengaturan yang praktis. Keistimewaan
alat ini adalah :
 Theodolit adalah alat universal.
 Mempunyai sudut mendatar dengan segala pembacaan lingkaran
mendatar.
 Mempunyai sudut vertikal dengan segala pembacaan lingkaran vertikal.

|IV - 58
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

 Digunakan pengukuran jarak optis.


Pada prinsipnya alat ukur theodolit dapat dibagi menjadi tiga golongan,
sebagai berikut :
 Golongan I : Tipe T05, ketelitian  1”
Tipe T0, ketelitian  1”
 Golongan II : Tipe T1, ketelitian  6”
Tipe T16, ketelitian  6”
Tipe TRDS, ketelitian  6”
 Golongan III : Tipe T2, ktelitian 1”
Tipe T3, ketelitian  0,2”
Pebedaan ketelitian antara ketiga golongan ini menjadi besar. Golongan I
sebaiknya digunakan pada pekerjaan penyipatan yang sederhana dengan
keterangan bahwa Tipe T0 dilengkapi dengan kompas. Golongan II terdiri dari
theodolit tachimeter dan theodolit poligon. Jarak bidik biasanya sampai 150
meter. Alat penyipat datar ruang ini cocok untuk pekerjaan yang penyiptan
detail pada lapangan terbatas dan pada triangulasi dengan T3 pada
triangulasi primer dan sekunder.
Bagian-bagian theodolit :
a. Bagian bawah terdiri dari tiga skrup penyetel (SK) yang meyangga suatu
tabung dan plat yang berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran dibuat
skala 1 ts yang disebut skala limbus.
b. Bagian tengah, terdiri dari sumbu yang dimaksudkan dalam tabung pada
bagian bawah. Sumbu ini tegak ke-1 (S1). Diantaranya diletakkan suatu
plat yang berbentuk lingkaran dan berjari-jari lebih kecil dari plat yang
berada di bagian bawah. Pada kedua tempat ini di tepi lingkaran dibuat
alat pembaca yang berbentuk alat pembaca nonius. Diatasnya
ditempatkan dua kaki yang berfungsi sebagai penyangga sumbu datar.
Suatu nivo diletakkan diatas plat nonius agar sumbu S1 tegak lurus.
c. Bagian atas terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua (S2). Pada
S2 diletakkan teropong tp yang mempunyai diafragma dan mempunyai
garis bidik. Pada sumbu S2 diletakkan plat berbentuk lingkaran yang
dilengkapi skala 1 ts. Untuk mendapatkan pembacaan pada skala ini
ditempatkan dua nonius pada kaki penyangga sumbu S2.
Pada tipe theodolit tertentu ada yang dilengkapi dengan kompas. Untuk
kepentingan penyipatan dengan ketelitian tinggi di hutan atau pada
eksepedisi-eksepedisi diperlukan penggunaan theodolit ini. Alat ini dilengkapi
dengan lingkaran horisontal berskala yang berputar bebas dan jarum magnet
yang selalu menunjuk ke arah utara magnetis. Keuntungan alat ini adalah
bahwa tiap-tiap poligon diukur sudut arahnya tersendiri dan tidak tergantung
pada sisi poligon sebelumnya.
Berikut ini adalah cara pengaturan alat :
 Membuat tegak lurus sumbu S1 digunakan sebuah nivo karena pada
sebuah nivo didapatkan suatu garis tegak lurus yang arahnya dapat

|IV - 59
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

dibuat mendatar dengan teliti. Bila garis jurusan nivo mendatar, sumbu S1
akan tegak lurus pada sumbu S2.
 Mengatur sumbu S2 supaua mendatar dan mengatur garis bidik supaya
letaknya tegak lurus sumbu S2.
 Menghilangkan kesalahan indeks pada waktu garis bidik dalam keadaan
mendatar, sehingga sudut miring garis bidik adalah garis 0 0 dan 900. Bila
pada waktu pembacaan tidak sama dengan angka diatas, maka ada
kesalahan indeks.
Sedangkan pembacaan theodolith adalah dengan melakukan pembacaan alat
pada lingkaran tegak, selalu gelembung nivo yang didapatkan pada nonius
tegak di tengah-tengah. Untuk pembacaan sudut diperoleh dengan memutar
tombol mikrometer agar garis-garis pembagian (yang bergerak pada arah
yang berlawanan) berhimpit. Karena diperoleh pembacaan putaran dari dua
pihak lingkaran, masing-masing pembacaan skala dihitung sebagai 10 menit
agar nanti tidak perlu membagi dua. Jangkauan mikrometer terbatas sampai
10 menit.

b. Sipat Datar
Sipat datar adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik di atas permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan (datum) ditetapkan
dan elevasi diukur terhadap bidang tersebut. Beda elevasi yang ditentukan
dikurangkan atau ditambah dengan nilai yang ditetapkan tersebut, dan
hasilnya adalah elevasi titik-titik tadi.
1. Sipat datar langsung (direct leveling)
Disebut juga sebagai sipat datar beda tinggi atau waterpass. Dalam
metode ini, beda elevasi antar titik yang elevasinya diketahui dan tinggi
alat, lalu beda elevasi dari tinggi alat hingga titik yang tidak diketahui,
ditentukan dengan mengukur jarak vertikal dengan menggunakan
waterpass presisi atau semi presisi dan mistar ukur (leveling rod)
2. Sipat datar tidak langsung
Dibagi lagi menjadi dua metode :
a. Trigonometrik dan barometrik
Metode ini mengaplikasikan prinsip-prinsip trigonometri untuk
menetukan beda elevasi, sebuah sudut vertikal (diatas atau di
bawah bidang horisontal) digunakan untuk menghitung jarak vertikal
dua titik. Metode ini umumnya dipakai untuk sipat datar dengan
derajat ketelitian yang lebih rendah dimana keadaan lapangan tidak
memungkinkan digunkannya sipat datar langsung.
b. Sipat datar barometri
Metode ini mengguanakan selisih tekanan (atmosfer) yang diamati
dengan sebuah barometer atau altimeter untuk menentukan beda
elevasi. Metode ini yang paling jarang digunakan dan paling rendah
ketelitian dalam menentukan beda elevasi, dan hanya digunakan
dalam survei dimana metode ini tidak dapat dilaksanakan atau
harus memerlukan waktu yang lama atau biaya yang besar.

c. Alat Bantu Pengukuran


1. Baak ukur

|IV - 60
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

 Bahan : Terbuat daru kayu atau logam alumunium.


 Panjang : 3 sampai dengan 5 meter, bisa dilipat menjadi
lebih pendek.
 Pembagian baak : Umumnya, pembagian baak dalam centimeter,
tetapi adajuga pembagian yang lain (untuk
tujuan pengukuran yang lebih teliti). Tiap 1 cm
diberi warna.
2. Roll meter
 Bahan : Plat baja (meetever), kain khusus (meetband),
fiberglass
 Panjang : Antara 30 s/d 50 meter
 Fungsi : Untuk mengukur jarak mendatar di lapangan
secara langsung
3. Unting-unting
 Bahan : Terbuat dari besi ringan atau kayu,
 Fungsi : Untuk meneliti apakah alat sipat datar atau
theodolit telah berada tepat di atas titik ukur
(sumbu I alat tepat diatas titik).
4. Patok
 Bahan : Terbuat dari besi, kayu.
 Panjang :  30 s/d 50 cm.
 Fungsi : Patok diperlukan untuk menentukan titik-titik
dalam pengukuran (titik sementara) dengan
warna mencolok.
5. Payung
 Fungsi : Untuk melindungi alat ukur dari penyinaran
matahri secara langsung atau melindungi alat
dari hujan. Penyinaran matahari secara
langsung pada alat pengukur akan
mengakibatkan nivo pecah karena penguapan
cairan pada nivo, mengerasnya klem-klem
pengunci dan berubahnya persyaratan untuk
mengatur alat. Air hujan dapat membahayakan
lensa (lensa dapat menjadi kabur/buram).
6. Statif (kaki tiga/tripod)
 Bahan : Terbuat dari logam (alumunium)
 Fungsi : Untuk meletakkan alat ukur, sehingga
memungkinkan alat selalu dalam keadaan
mendatar kesegala penjuru.
7. Kompas
 Fungsi : Untuk membantu menunjukkan arah angin
khususnya arah utara

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENGUKURAN

|IV - 61
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

|IV - 62
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

|IV - 63
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

|IV - 64
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

|IV - 65
Laporan Akhir
PENYUSUNAN DED KOMPLEK PERKANTORAN KTC 2021

Gambar 4.1 Peta Hasil Pengukuran

|IV - 15

Anda mungkin juga menyukai