Anda di halaman 1dari 2

Deskripsi kegiatan yasinan di Kembang Paseban Mersam

Suara imam terdengar sayup di kejauhan membaca puji-pujian kepada ilahi ketika peneliti
menyiapkan alas untuk Yasinan nanti. Yasinan setiap malam Jumat adalah kegiatan mingguan bapak-
bapak RT 08, Kelurahan Kembang Paseban, Kec. Mersam, Kab. Batang Hari, Prov. Jambi. Acara
Yasinan akan diselenggarakan secara bergilir di rumah warga berdasarkan undian yang akan
diumumkan setiap kali yasinan selesai. Kebetulan kali ini acara dilakukan di rumah peneliti sendiri.

Langit masih belum benar-benar membentangkan atap hitamnya ketika warga pertama tiba.
Setelelah berbincang sebentar dengan Bapak Husin, pemilik rumah yang baru pulang dari masjid
mereka berdua langsung menjejal enam anak tangga dan kemudian memasuki rumah. Di dalam
rumah karpet-karpet sederhana sudah dibentang beberapa saat yang lalu. Minum-minuman seperti
sprit dan lasegar sudah disiapkan di tengah ruangan. Warga itu segera mengambil minuman tanpa
menunggu disuguhkan tuan rumah. Memang begitulah biasanya. Peserta kedua datang disusul
puluhan warga lainnya mengisi setiap slot kosong yang tersedia.

Sementara yang lain sedang mengisi tempat kosong, peneliti bersama beberapa bapak-
bapak lainnya sibuk menyiapkan sound karena ternyata kabel powernya tidak ditemukan sejak
Yasinan sebelumnya. Untungnya setelah dicek batre sound tersebut terisi penuh sehingga tidak perlu
khawatir. Namun, tanpa diduga-duga, Bapak Husin memberikan kabel power kepada seorang bapak-
bapak yang sedari tadi mengurus perihal sound. Rupanya kabel itu tertinggal dua minggu
sebelumnnya ketika Pak Husin mengadalan acara syukuran. Meskipun masalah kabel hilang ini
terkesan sederhana, namun penting bagi setiap warga menjaga kepercayaan dari siapa pun yang
menggunakan barang inventaris, termasuk kabel power sound setinggi paha itu.

Benar saja, Datuk Wahab, mantan Ketua RT sebelumnya sekaligus tokoh adat RT 08 langsung
mengomentari kabel power ketika pertama kali membuka acara. “lain kali dijago elok-elok”, begitu
katanya. Kemudian dia mengomentari peserta Yasinan yang semakin lama semakin berkurang. Ia
begitu marah karena Yasinan sebelumnya sangat sedikit warga yang ikut berpartisipasi. Menurutnya
kalau memang sudah tidak mau lagi mengadakan yasinan atau sudah mulai bosan lebih baik
dihentikan saja kegiatan mingguan ini. “Dak masalah. Kito rehat dulu sebentar. Tibo nampak muko,
balik nampak punggung” Katanya berapi-api. Sepertinya Ia khawatir kalau kegiatan mingguan itu
akan berakhir begitu saja karena semakin hari semakin sedikit. Sehingga kalau memang harus
dibubarkan, maka harus dengan cara yang resmi pula.

Kemudian terdengar sahut-sahutan bapak-bapak lain yang menyetujuan ucapan Datuk


Wahab. Beberapa yang lain hanya diam saja mendengar Datuk Wahab bertitah. Kebanyakan yang
diam adalah anak muda yang belum begitu mengambil peran di tengah masyarakat.

Karena tidak ada yang setuju kegiatan Yasinan dibubarkan, ia langsung menunjuk pengisi Yasinan
secara acak. Dakuk Wahab menunjuk Pak Solihin, seorang dokter muda untuk memandu pembacaan
Surat Yasin, peneliti membaca Tahlil dan Datuk Kadir, selaku ketua kelompok yasinan membaca doa.
Memang begitulah biasanya. Pemandu tidak pernah benar-benar disiapkan sebelumnya.

Pak Solihin memulai dengan memandu membaca Surat Al Fatihah lalu dilanjutkan membaca
Surat Yasin. Bapak-bapak lainnya mengikuti bacaan yang dipandu Pak Solihin. Dulu, setiap orang
memegan satu buku saku yang berisi Surat Yasin dan surat-surat lain. Namun, seiring waktu berlalu
hanya beberapa orang saja yang membaca dari buku tersebut. Sebagian besar buku tersebut
tersimpan di dalam tas goodybag yang hampir tak tersentuh meskipun selalu dibawa di setiap
yasinan.

Setelah pembacaan Surat Yasin selesai, Pak Solihin menyerahkan mic kepada peneliti.
Peneliti melanjutkan dengan membaca tahlil. Bacaan Tahlil terdiri dari Surat Al Ikhlas hingga An Nas,
Al Fatihah, lima ayat pertama Surat Al Baqarah, ayat 163 Surat Al Baqarah, Ayat Kursi, tiga ayat
terakhir Surat Al Baqarah, ayat 56 Surat Al Ahzab dan dilanjutkan dengan membaca salawat
sebanyak tiga kali ditambah satu salawat yang lain. Pembacan tahlil diakhiri dengan membaca lafaz
la ilaha illallah sebanyak puluhan kali. Jumlah pembacaan la ilaha illallah tidak ditentuk. Biasanya
pemandu menentukan sendiri sebarapa banyak lafaz tersebut dilafalkan.

Selanjutnya doa yang akan dibacakan oleh Datuk Kadir. Namun, ia menyerahkan mic kepada
Ustadz Amir yang duduk di sebelahnya. Penunjukan seperti ini biasa terjadi. Apa lagi terdapat
seseorang yang diinginkan untuk memandu acara tersebut dan tidak berlebihan jika Datuk Kadir
menyerahkan mic kepada Ustadz Amir.

Ustadz Amir membaca doa selamat biasa lalu pahala bacaan dikirim kepada keluarga Pak
Husin selaku sohibul bait pada khususnya dan kaum muslimin-muslimat pada umumnya. Selesai
pembacaan doa, mic kembali diserahkan kepada Datuk Wahab untuk mengumumkan tempat
yasinan minggu berikutnnya. Setelah mengumumkan di mana Yasinan berikutnnya, tanpa salam ia
dan puluhan warga lainnya beringsut meninggalkan tempat duduknya menuju pintu keluar. Di luar
Pak Husin sudah siap berdiri menyalam satu per satu warga yang keluar dari rumahnya.

Dengan kosongnya rumah acara berakhir pula lah acara yasinan mingguan RT 08, Kembang
Paseban. Secara keseluruhan acara berlangsung lebih kurang selama 45 menit dengan tambahan
waktu pembuka dari Datuk Wahab yang tidak biasanya ada.

Anda mungkin juga menyukai