Anda di halaman 1dari 21

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Beban Kerja

a. Definisi Beban kerja

Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan

pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja

adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang sesuai dengan jenis

pekerjaannya (Suma’mur, 2013).

Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang

sesuai dengan jenis pekerjaanya ditunjukkan oleh Suma’mur dalam

Tarwaka (2011). Beban kerja fisiologis dapat didekati dari banyaknya

O2 (oksigen) yang digunakan tubuh, jumlah kalori yang dibutuhkan,

denyutan jantung suhu netral dan kecepatan penguapan lewat

keringat. Beban kerja ini menentukan bahwa berapa lama seseorang

dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya (Suma’mur, 2013).

Menurut Suma’mur (2013), Berat ringan suatu beban kerja

dapat diketauhi dengan beberapa indikator. Indikatornya yaitu melalui

konsumsi oksigen, jumlah kalori, dan hitungan denyut jantung, suhu

rektal serta kecepatan penguapan lewat keringat.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

b. Jenis Beban Kerja

1) Beban kerja Fisik

Beban kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik

pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga.

Kerja fisik disebut juga “manual operation” dimana performansi

kerja sepenuhnya akan tergantung pada upaya manusia yang

berperan sebagai tenaga maupun pengendalian kerja. Beban kerja

fisik juga dapat dikonotasikan dengan kerja berat, kerja otot atau

kerja kasar, karena aktivitas kerja fisik tersebut memerlukan

usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung

(Tarwaka, 2011).

2) Beban Kerja Mental

Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental

harus pula dinilai. Namun demikian penilaian beban kerja menta

l tidaklah semudah menilai beban kerja fisik. Pekerjaan yang

bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh.

Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis

pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas

mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung

jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan

aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja otak (white-collar)

dari pada kerja otot (Blue-collar).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

Menurut Tarwaka (2013), bahwa secara umum hubungan

antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang sangat komplek, baik faktor internal maupun faktor

eksternal.

1) Beban kerja oleh karena faktor eksternal.

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang

berasal dari luar tubuh pekerja. yang termasuk beban kerja

eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi dan

lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai

stressor.

a) Tugas-tugas (task)

Bersifat fisik seperti; stasiun kerja, tata ruang tempat

kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, sikap

kerja, cara angkat-angkut, beban yang diangkat-angkut, alat

bantu kerja, sarana informasi termasuk display dan control,

alur kerja, dll.

b) Organisasi kerja (organization)

Yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti;

lamanya waktu kerja, waktu istirahat, lamanya waktu kerja,

waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem penguapa,

sistem kerja, musik kerja, model struktur organisasi,

pelimpahan tugas, tanggung jawab dan wewenang, dll.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

c) Lingkungan kerja (environment) yang dapat memberikan

beban tambahan kepada pekerja adalah :

(1) Lingkungan kerja fisik

Mikrolat (suhu udara ambien, kelembaban

udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi) intensitas

penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi mekanisme,

dan tekanan udara.

(2) Lingkungan kerjs kimiawi

Debu, gas-gas pencemar udara, uap logam, fume dalam

udara.

(3) Lingkungan kerja biologis

Bakteri, virus, parasit, jamur, dan serangga

(4) Lingkungan kerja psikologis

Pemilihan dan penempatan tenaga kerja,

hubungan antara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan

atasan, pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan

lingkungan sosial yang bedampak pada performansi kerja

di tempat kerja.

2) Beban kerja karena faktor internal.

Faktor internal beban kerja dalah faktor yang berasal

dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari

beban kerja eksternal reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain.

Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

subjektif penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi

fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui

perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku:

a) Faktor somatik (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi

kesehatan, status gizi

b) Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan,

kepuasan. Dll).

d. Dampak beban Kerja

Untuk pekerjaan fisik, otot adalah bagian terpenting bagi

pelaksanaan aktivitas kerja. Otot bekerja dengan mekanisme kontraksi

dan melemas. Kekuatan bekerjanya suatu otot ditentukan oleh jumlah

dan kualitas serta yang menyusunnya, daya kontraksi dan cepatnya

berkontraksi serta hingga melemas. Pada waktu otot berkontraksi,

darah yang berada antara serat-serat otot atau diluar pembuluh darah

otot terjepit sehingga peredaran darah terhambat, jadi pertukaran zat

juga terganggu dan demikian menjadi salah satu dari penyebab

timbulnya kelelahan (Suma’mur 2009).

e. Penilaian Beban Kerja

Tarwaka (2010) beban kerja adalah kerja yang memerlukan

energi fisik pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber

tenaga kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

1) Penilaian Beban Kerja Melalui Pengukuran Denyut Nadi

Pengukuruan denyut jantung selama bekerja merupakan

suatu metode untuk menilai cardiovaskuler stain. Salah satu

peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi

adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan electro cardio

graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat

dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10

denyut .dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja

sebagai berikut :

denyut 10 denyut
Denyut Nadi ( )= x 60
menit waktu penghitungan

Sumber : tarwaka, 2011

Selain metode 10 denyut tersebut, dilakukan juga

perhitungan denyut nadi dengan metode 15 detik atau 30 detik.

Adapun cara pengukuran denyut nadi dengan palpasi dapat

dilakukan dengan cara meletakkan ujung-ujung jari tangan yaitu

jari ke-2, ke-3, dan ke-4 di atas permukaan kulit di bagian radial

pergelangan tangan. Saat pengukuran dimulai stopwatch

dihidupkan selama 10 detik, kemudian dikalikan 6 untuk

mendapatkan hasil satu menit dan setelah 10 detik stopwatch

dimatikan, kemudian dicatat bunyi denyutan yang diperoleh

(Nurmianto, 2004).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Denyut nadi untuk mengestimasikan indeks beban kerja

tertentu terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh grandjen

(1993) :

a) Denyut nadi istirahat : adalah rerata denyut nadi sebelum

pekerjaan dimulai.

b) Denyut nadi kerja : adalah rerata denyut nadi selama bekerja.

c) Nadi kerja : adalah selisih antara denyut nadi istiharat dan

denyut nadi kerja.

Tabel 1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme,


Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung
Kategori beban kerja Denyut nadi
(denyut/menit)
Ringan 75-100
Sedang 100-125
Berat 125-150
Sangat Berat 150-175
Sangat Berat Sekali >175
Sumber: Christensen. Encyclopaedia of Accupational Health
and Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka, 2011.

2) Penilaian Berdasarkan Jenis Kelamin

Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendrii dalam

hubungan dengan beban kerja. Mungkin diatara mereka lebih

cocok untuk beban fisik, mental atau sosial. Namun sebagai

persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban

pada suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal

bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja

yang tapt pada pekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu

penempatan meliputi kecocokan, pengalaman, keterampilan,


commit to user
motivasai, dan lain-lain (Suma’mur P.K, 2013).
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Tabel 2. Beban Kerja Menurut Jenis Kelamin


Angkat – angkut Pekerja Dewasa Pekerja Muda
(≥ 17 tahun) (< 17 tahun)
Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
(kg) (kg) (kg) (kg)
Mengangkat 40 15 15 10-12
Sesekali
Terus-Menerus 15-18 10 10-15 6-9
Sumber : Kepmenakertranskop No. Per. 01/MEN/1978

3) Penilaian Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh Dan

Denyut Jantung.

Salah satu pendekatan untuk mengetahui nadi kerja,

konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru, denyut nadi kerja,

konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh.

Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung dan suhu tubuh

mempunyai hubungan yang linier dengan konsumsi oksigen atau

pekerjaan yang dilakukan.

Tabel 3. Kategori Beban kerja Berdasarkan Metabolisme,


Respirasi, suhu Tubuh dan Denyut jantung.
Kategori Konsumsi Ventilasi Suhu Rektal Denyut Jantung
Beban Oksigen Paru (◦C) (denyut/menit)
kerja (1/min) (1/min)
Ringan 0,5 – 1,0 11 – 20 37,5 75-100
Sedang 1,0 - 1,5 20 – 31 37,5 – 38,0 100- 125
Berat 1,5 -2,0 31 – 41 38.0 – 38,5 125 – 150
Sangat 2,0 – 2,5 43 – 56 38,5– 3,9.0 150 -175
berat
Sangat 2,5 – 4,0 60 – 100 >39 >175
berat
sekali
Sumber: Tarwaka (2011), christensen (1991:1699). Encyclopedia
of occupational health and safety. ILO. Geneva.
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang

tenaga kerja dapat di gunakan untuk menentukan berapa lama

seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan.

Dimana semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek

waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan

fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

4) Penilaian beban kerja Berdasarkan Kebutuhan Kalori

Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah

kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk

pembakaran zat dalam menghasilkan energi. Sehingga jumlah

oksigen yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan

salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian

setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari

proses pembakaran. Semakin berat pekerjaan yang dilakukan maka

akan semakin besar pula energi yang dikeluarkan. Maka besarnya

jumlah kebutuhan kalori dpat digunakan sebagai petunjuk untuk

menentukan berat ringannya beban kerja. (Tarwaka 2004).

2. Kelelahan

a. Definisi Kelelahan Secara Umum

Perasaan kelelahan kerja adalah gejala subjektif kelelahan

kerja yang dikeluhkan pekerja yang merupakan semua perasaan yang

tidak menyenangkan (Maurits, 2010).

Kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya penurunan

kesiagaan (Grandjean, 1995).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Kelelahan diakibatkan oleh penumpukan asam laktat di otot-

otot dan di dalam aliran darah. Akibat dari penumpukan asam laktat

salah satunya adalah terjadinya penurunan kerja otot-otot,

kemungkinan syaraf tepi dan sentral sehingga tubuh mudah merasa

lemas dan lelah (Setyawati, 2010).

Kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk

melakukan suatu kegiatan. Gejala seseorang yang mengalami kelelahan

ditandai dengan kondisi yang cenderung untuk mengantuk, 4L (letih,

lelah, lesu dan lemah), tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan.

Penyebab kelelahan selain dari penumpukan asam laktat yaitu

kurangnya asupan yang diperlukan oleh tubuh seperti karbohidrat dan

oksigen (Budiono dkk, 2003).

b. Kelelahan Kerja

Lelah (fatigue) merupakan suatu keadaan fisik dan mental

yang mengakibatkan terjadinya penurunan daya kerja dan

berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan ini

mengakibatkan seseorang kehilangan kemauan untuk bekerja

dikarenakan kondisi psikologisnya. Lelah yang berat mengakibatkan

seseorang berhenti untuk bekerja dikarenakan seseorang tersebut tidak

mampu lagi meneruskan pekerjaannya. Pekerja yang mengalami lelah

dan tetap meneruskan pekerjaannya dapat mempengaruhi kelancaran

pekerjaan dan berdampak buruk terhadap kesehatan tubuhnya.

(Suma’mur 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Kelelahan kerja dapat dialami oleh tenaga kerja pada semua

jenis pekerjaan, baik jenis pekerjaan yang ringan maupun berat.

Kelelahan kerja dapat mengakibatkan menurunnya kinerja seseorang

dan menambah tingkat kesalahan pekerja dalam menyelesaikan

pekerjaannya. Kelelahan kerja akan meningkat seiring dengan semakin

lamanya seseorang melakukan pekerjaan dan dapat menurun apabila

beristirahat dengan cukup (Nurmianto, 2003).

c. Jenis dan Gejala Kelelahan

1) Jenis Kelelahan

Menurut Suma’mur (2013) jenis kelelahan dibedakan

menjadi dua macam, yaitu :

a) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Kelelahan otot yaitu terjadinya penurunan kinerja

otot-otot dikarenakan tekanan melalui fisik pada waktu

tertentu. Gejala kelelahan otot ditandai dengan tremor atau

rasa nyeri yang terjadi di otot dan menyebabkan melemahnya

kemampuan tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya

dan meningkatkan kemungkinan terjadi kesalahan dalam

melakukan tugasnya sehigga terjadi kecelakaan kerja

(Budiono dkk, 2003).

b) Kelelahan Umum (General fatigue)

Kelelahan umum yaitu suatu keadaan dimana

seseorang mengalami penurunan gairah, susah berkonsentrasi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

dan lesu untuk melakukan aktivitas. Kelelahan umum

disebabkan oleh keadaan persarafan sentral atau kondisi

psikis-psikologis (Suma’mur, 2013).

2) Gejala Kelelahan

Menurut Suma’mur (2013) gejala-gejala atau perasaan-

perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu :

a) Pelemahan Kegiatan, ditandai dengan gejala perasaan berat di

kepala, badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap,

merasa kacau pikiran, dan lain-lain.

b) Pelemahan Motivasi ditandai dengan gejala lelah berbicara,

menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, cenderung untuk

lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, dan lain-lain.

c) Pelemahan Fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala,

kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa

pernafasan tertekan, tremor pada anggota badan, dan merasa

pusing.

Menurut Budiono, Jusuf dan Adriana terdapat beberapa

gejala kelelahan (Fatigue Simptoms) secara subjektif dan objektif

antara lain :

a) Perasaan lesu, mengatuk dan sakit kepala atau pusing.

b) Terjadi penurunan konsentrasi.

c) Penurunan tingkat kewaspadaan seseorang.

d) Persepsi buruk dan lambat.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

e) Tidak ada atau turunnya semangat untuk bekerja.

f) Penurunan kinerja jasmani dan rohani.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelelahan

Ada beberapa macam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kelelahan kerja:

1) Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang nyaman adalah intensitas cahaya dan

ventilasi yang cukup sesuai dengan peraturan perundangan. Selain

itu tidak adanya kebisingan pada tempat kerja dapat mengurangi

kelelahan kerja, jika intensitas dari lingkungan kurang memadai

maka menyebabkan kelelahan (Susetyo, 2008).

2) Usia

Usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja

seseorang yang berakibat pada kelelahan. Salah satu indikator dari

kapasitas kerja adalah kekuatan otot seseorang. Semakin tua umur

seseorang, maka semakin menurun kekuatan ototnya. Kekuatan

otot yang dipengaruhi oleh umur akan berakibat pada kemampuan

fisik tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya. Laki-laki

maupun wanita pada umur sekitar 20 tahun merupakan puncak dari

kekuatan otot seseorang, dan pada umur sekitar 50 – 60 tahun

kekuatan otot mulai menurun sekitar 15 – 25% (Setyawati dkk,

2014).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Usia seseorang semakin tua maka daya tahan tubuh terhadap

sumber penyebab penyakit akan semakin berkurang, sehingga

tidak tertutup kemungkinan apabila terkena sumber penyakit, akan

menjadi lebih parah (Astuti, 2009).

3) Jenis Kelamin

Pada tenaga kerja wanita terjadi siklus setiap bulan di dalam

mekmisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunnya

kondisi fisik maupun psikisnya, dan hal itu menyebabkan tingkat

kelelahan wanita lebih besar dari tingkat kelelahan laki-laki

(Suma’mur, 2009).

4) Status Gizi

Menurut Asanti Budiono (2003), keadaan gizi yang baik

merupakan salah satu ciri kesehatan yang baik, sehingga tenaga

kerja yang produktif terwujud.

5) Masa Kerja

Massa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun

pertama bekerja hingga saat penelitian dilakukan dihitung dalam

tahun. Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi

juga tingkat kelelahan, karena semakin lama bekerja menimbulkan

perasaaan jenuh akibat kerja monoton yang berpengaruh terhadap

tingkat kelelahan yang dialami (Setyawati, 2010).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

6) Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat berupa tegangan-tegangan sebagai

akibat ketidaksesuian emosi dalam pekerjaan yang kurang baik,

hambatan psikologis, sosial dan lain-lain, akan menurunkan berat

badan, terjadi penyakit dan timbul kelelahan kerja (Boediono dkk,

2003).

7) Beban Kerja

Pekerjaan yang terlalu berat dan memiliki beban berlebihan

akan mempercepat kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini dapat

mempercepat pula kelelahan seseorang (Suma’mur, 2013).

8) Kerja Monoton

Monoton adalah suatu ciri lingkungan kehidupan manusia

yang tidak berubah atau berulang-ulang dalam suatu keadaan yang

tetap. Pekerjaan monoton adalah pekerjaan yang sama dari menit

ke menit dengan pekerjaan yang tidak berubah (Maurits, 2010).

Kerja monoton ialah pekerjaaan yang berhubungan dengan

hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan waktu yang

lama (Budiono, 2003).

e. Dampak Kelelahan

Kelelahan kerja dapat terjadi pada pekerja pada semua jenis

pekerjaan, baik pekerjaan dalam industri formal maupun informal.

Kelelahan kerja dapat berdampak terhadap kondisi kesehatan,

keselamatan pekerja dan berdampak pada pekerjaan yang sedang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

dikerjakannya. Pekerja yang mengalami kelelahan namun masih

diteruskan untuk bekerja akan berdampak pada kesehatannya seperti

sakit kepala, vertigo, dan badan menjadi lemas (Suma’mur, 2013).

Kelelahan kerja berdampak pada penurunan produktivitas

tenaga kerja. Tenaga kerja yang mengalami kelelahan kerja, produk

yang dihasilkan sama dengan tenaga kerja yang dalam kondisi tubuhnya

sehat tidak lelah. Penurunan kesiagaan, cara berfikir, kurang tenaga dan

lamban dalam melakukan pekerjaannya sehingga produktivitas kerja

akan menurun (Setyawati, 2010).

Kelelahan kerja berdampak pada keselamatan pekerja.

Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan menurunkan perhatian

dan konsentrasi tenaga kerja tersebut sehingga memperbesar

kemungkinan untuk terjadinya kesalahan dalam melakukan

pekerjaannya dan terjadi kecelakaan kerja (Nurmianto, 2003).

f. Program Penanggulangan Kelelahan

Menurut Setyawati (2010) kelelahan dapat dikurangi

melalui program penanggulangan kelelahan kerja dengan kegiatan

promosi kesehatan, pencegahan kelelahan kerja, pengobatan kelelahan

kerja dan rehabilitasi kelelahan kerja.

1) Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan dalam pelaksanaannya dapat

bekerjasama dengan berbagai pihak misalnya departemen tenaga

kerja, deprtemen kesehatan, departemen perindustrian dan pihak-


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

pihak lain baik dalam pemerintahan maupun pihak swasta seperti

media masa dan organisasi pekerja. Promosi kesehatan dalam

program penanggulangan kelelahan ini dapat dilakukan dengan

penyuluhan kepada tenga kerja atau pedagang. Materi penyuluhan

tentang kelelahan kerja, faktor-faktor penyebabnya, dampak dan

cara pencegahan terjadinya kelelahan (Setyawati, 2010).

2) Pencegahan Kelelahan Kerja

Pencegahan kelelahan dapat dilakukan dengan cara

menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan

nyaman bagi tenaga kerja, tidak menciptakan dan menghindarkan

stres buatan manusia (Budiono dkk, 2003).

3) Pengobatan Kelelahan Kerja

Pengobatan kelelahan kerja dapat dilakukan dengan

meminum vitamin atau obat-obatan yang berfungsi untuk

memulihkan tenaga seseorang, perbaikan lingkungan kerja,

mengupayakan sikap kerja dan menggunakan alat kerja yang

ergonomis, penyuluhan mental dan bimbingan mental (Setyawati,

2010).

4) Rehabilitasi Kelelahan kerja

Upaya rehabilitasi kelelahan dilakukan dengan melanjutkan

tindakan dan pengobatan kelelahan kerja serta membangun

semangat tenaga kerja (Setyawati, 2010).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

g. Pengukuran Kelelahan

Parameter-parameter yang pernah diungkapkan beberpa

peneliti untuk mengukur kelelahan kerja ada beracam-macam antara

lain adalah (Setyawati, 2010) :

1) Pengukuran waktu reaksi (Reaction time)

Menurut Setyawati (2011) bahwa uji waktu reaksi, ternyata

stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal

tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh

reseptor daripada stimuli cahaya.

a) Kelelahan kerja Normal dengan waktu reaksi 150,0 - 240,0

milidetik.

b) Kelelahan kerja ringan dengan waktu reaksi 240,0 < x < 410,0

milidetik.

c) Kelelahan kerja sedang dengan waktu reaksi 410,0 = < x <

580,0 milidetik.

d) Kelelahan kerja berat dengan waktu reaksi > = 580,0 milidetik.

2) Uji Finger-tanpping (Uji ketuk jari)

Mengukur kecepatan maksimal mengetukkan jari tangan

dalam suatu periode waktu tertentu.

3) Uji Flicker-fusion

Pengukuran terhadap kecepatan berkelipnya cahaya (lampu)

yang secara bertahap ditingkatkan sampai kecepatan tertentu

sehingga cahaya tampak berbaur sebagai cahaya yang kontinyu.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

4) Skala Kelelahan Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)

Skala IFRC yang didesain untuk pekerja dengan budaya

Jepang ini merupakan angket yang mengandung tiga puluh macam

perasaan kelelahan.

3. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja

Kerja fisik mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan

kebutuhan atau konsumsi energi. Gangguan kesehatan dan daya kerja

dapat timbul akibat tidak adanya keseimbangan atau kurangnya kecocokan

antara beban kerja dengan kapasitas tenaga kerja. Beban keja berat yang

tidak dilaksanakan dalam kondisi aerobik berakibat pada meningkatnya

kandungan asam laktat yang merupakan manifestasi dari kelelahan

(Nurmianto, 2003).

Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan

meningkat secara proposional hingga mencapai maksimumnya. Beban

kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi

normal, disebabkan karena kondisi kandungan oksigen yang tidak

mencukupi untuk suatu proses kondisi normal. Akibatnya manifestasi rasa

lelah yang ditandai dengan meningkatnya kandungan asam laktat di dalam

tubuh (Nurmianto, 2003).

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja

dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja

dapat melakukan aktivitas pekerjaanya sesuai dengan kemampuan dan

atau kapasitas kerjanya bersangkutan. Penanganan bahan secara manual,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

termasuk mengangkat beban, apabila tidak dilakukan secara ergonomis

akan lebih cepat menimbulkan kelelahan pada bagian tubuh tertentu

(Tarwaka, 2010).

B. Kerangka pemikiran

Beban Kerja

Berat beban kerja


berlebih

Kekurangan energi

Konsumsi oksigen
meningkat

Penurunan kontraksi
otot
Faktor internal:

1. Umur
2. Jenis Meningkatnya asam
kelamin laktat
3. Masa kerja
Faktor eksternal :
5. Status gizi
6. Pskologi Kelelahan Kerja Lingkungan kerja

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Tidak Diteliti

: Diteliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis

Ada Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada pekerja

Pemetik Daun Teh di Perkebunan Teh Kemuning Karanganyar.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai