Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Beban kerja

a. Pengertian beban kerja

Berat intensitas kerja sering kali sebagai beban kerja (Harrianto,

2010). Menurut Munandar (2001) bahwa beban kerja merupakan

keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus

diselesaikan pada waktu tertentu.

Beban kerja dapat berupa beban fisik dan mental. Beban kerja disik

merupakan beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut,

merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental merupakan

sejauh mana tingkat keahlian dari prestasi kerja yang dimiliki individu

dengan individu lainya (manuaba, 2000).

b. Faktor yang mempengaruhi beban kerja

Beban kerja dapat dipengaruhi beberapa hal, sebagai berikut :

1) Beban kerja oleh karna faktor eksternal

Factor external beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari

luar tubuh pekerja. Yang termasuk factor eksternal diantaranya

adalah tugas (task) itu sendiri, organiasasi, dan lingkungan

kerja.ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor.

a) Tugas-tugas (task)
Menurut Moeljosoedarmo (2008), beban kerja yang diterima

seseorang dibedakan atas dasar tugas dan tanggung jawab.

Seorang pimpinan menerima beban mental lebih besar bila

dibandingkan dengan beban fisik yang diterima karena seorang

pimpinan harus berfikir dan memusatkan upaya untuk

mengelola suatu organisasi. Sedangkan seorang pekerja akan

menerima beban fisik lebih besar disbanding beban mental.

b) Organisasi kerja

Pengaturan waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja

malam, system pengupahan, system kerja, music kerja, model

struktur organisasi, pelimpahan tugas, tanggung jawab, dan

wewenang dapat mempengaruhi beban kerja (tarwaka, 2010).

c) Lingkungan kerja

Faktor-faktor yang ada di lingkungan kerja seperti kimia,

fisika, biologi, fisiologi, serta psikis dapat menjadi beban

tambahan akibat kerja (Moeljosoedarmo, 2008).

2) Beban kerja oleh karena faktor internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam

tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja beban

eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal dengan sebagai strain.

a) Umur

Secara empiris terbukti bahwa umur menentukan perilaku seorang

individu. Umur juga menentukan kemampuan seseorang untuk


bekerja. Pada usia muda individu akan lebih relative mempunyai

kemampuan dalam memikul beban kerja (sopiah, 2008).

b) Jenis kelamin

Secara fisik, laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda.

Demikian juga kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Perempusn lebih sering tidak masuk karena sakit, hamil, serta

melahirkan, akan tetapi perempuan memiliki sejumlah kelebihan

dibandingkan dengan laki-laki seperti lebih rajin, disiplin, teleti

serta sabar (Sopiah, 2008)

c. Dampak Beban Kerja yang tidak sesuai

Menurut suma’mur (suma’mur), setiap beban kerja yang diterima

oleh seseorang harus atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik,

kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima

beban kerja tersebut. Beban kerja optimum harus dicapai bila ingin

mendapat produktivitas yang tinggi, namun demikian jika beban

pekerja terlalu rendah atau terlalu tinggi maka akan menyebabkan

produktivitas yang rendah pula.

jvfig

d. Penilaian beban kerja

Aktivitas manusia dapat dikelompokkan menjadi dua (2) aktivitas

yaitu : kerja fisik dan kerja mental. Kerja fisik adalah kerja yang

memerlukan energy fisik pada otot manusia yang akan berfungsi

sebagai sumber tenaga. Kerja fisik juga disebut “ manual operasional”


dimana performansi kerja sepenuhnya akan tergantung pada upaya

manuasi yang berperan sebagai sumber tenaga maupun pengendalian

kerja. Setiap aktivitas kerja fisik yang dilakukan akan mengakibatkan

terjadinya suatu perubahan fungsi faal pada alat alat tubuh manusia

(fisiologi).

Salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban

kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen,

kapasitas oksigen, kapasitas ventilasi paru-paru, dan sihi inti tubuh.

Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode

untuk menilai Cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat

digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan

menggunakan rangsangan elektro cardi graph (ECG). Apabila tidak

terdapat alat tersebut dapat dilakukan secara manual memakai

stopwatch dengan waktu 1 menit (60 detik) yang dihasilkan beberapa

denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, tetapi terdapat

metode pengukuran 10 denyut yang berarti menghitung berapa waktu

yang dihasilkan dalam 10 denyut jantung, berikut perhitungan

menggunakan metode 10 denyut :

10 Denyut
Denyut Nadi (Denyut /menit) = x 60
Waktu Perhitungan(detik)

Tarwaka (2014) menyatakan bahwa denyut nsdi mempunyai

hubungan linier yang sederhana dan mudah untuk menghitungnya

denyut nadi adalah merasakan denyut dengan tida jari tengah pada

arteri radialis di pergelangan tangan. Sedangkan, denyut nadi untuk


mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa indicator

perhitungan.

1) Denyut Nadi Istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum

pekerjaan dimulai atau dalam keadaan istirahat.

2) Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja

3) Nadi kerja adalah selisih antara jumlah denyut nadi kerja dan

denyut nadi istirahat.

Klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja

yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban

kardiovaskuler (Cardiovasculair load = % CVL)yang dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

100 X (Denyut nadi kerja−Denyut nadiistirahat )


% CVL =
Denyut nadi maksimum−Denyut na diistirahat

Dimana denyut nadi maksimum adalah (220-Umur) untuk laki-laki

dan (200-umur) untuk wanita. Dari hasil perhitungan % CVL Tersebut

kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan

sebagai berikut :

Tingkat Kategori %
Nilai % CVL Keterangan
Pembebanan CVL

0 Ringan <30%  Tidak terjadi pembebanan

yang berarti

1 Sedang 30 s.d <60%  Pembebanan sedang dan

mungkin diperlukan

perbaikan
2 Agak Berat 60 s.d <80%  Pembebanan agak berat dan

diperlukan perbaikan

3 Berat 80 s.d <100%  Pembebanan berat dan harus

sesegera mungkin dilakukan

tindakan perbaikan; hanya

boleh bekerja dalam waktu

singkat

4 Sangat Berat >100%  Pembebanan sangat berat

dan stop bekerja sampai

dilakukan perbaikan

e.

Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana yang

ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan itu sendiri.

Lingkungan kerja ini akan meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat bantu

kerja, kebersihan, pencahayaan dan ketenangan (Rivai, 2006).

Menurut Sedarmayanti, Lingkungan kerja merupakan keseluruhan

alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana

seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai

perseorangan maupun sebagai kelompok (Sedarmayanti, 2011).

Menurut Bambang, Lingkungan Kerja merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang bekerja

di lingkungan kerja yang mendukung dia bekerja secara optimal akan

menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya seorang pegawai bekerja dalam


lingkungan kerja yang tidak memadai dan tidak mendukung untuk bekerja

secara optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi malas,

cepat lelah sehingga kinerja pegawai tersebut akan rendah (Bambang, 1991).

Lingkungan kerja merupakan kedaan sekitar tempat seseorang

bekerja dan melakukan pekerjaanya. Lingkungan kerja tersebut mencakup

keadaan tempat bekerja, suasana tempat bekerja, hubungan antar sesama

dalam bekerja dan semua hal yang menyangkut dan mempengaruhi

seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya.

2. Jenis-jenis lingkungan kerja.

Lingkungan kerja mempunyai dua komponen utama yaitu,

lingkungan kerja fisik yang merupakan segala sesuatu yang berada disekitar

individu saat bekerja dan lingkungan kerja non fisik yang merupakan

lingkungan yang terjadi dari hubungan manusiawi antara individu dengan

atasan, dan rekan kerja.

Jenis-jenis lingkungan kerja secara garis besar dibagi menjadi dua,

yaitu :

a) Lingkungan kerja fisik

lingkungan kerja fisik adalah semua kedaan berbentuk

fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat

mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak

langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori :

1) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan

karyawan. (seperti : pusat kerja, meja kursi, dll)


2) Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat

disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi

manusia. (seperti : penerangan, temperature,

kelembapan, sirkulasi udara, kebisingan, bau tidak

sedap, keamanan dan lain sebagainya).

b) Lingkungan kerja non fisik

Lingkungan kerja non fisik merupakan semua kedaan

yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik

hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan rekan

sesama kerja atau bahkan hubungan dengan bawahan.

3. Stasiun kerja

4. Pengertian Kelelahan kerja

Menurut suma’mur (2009), kata lelah (Fatigue) menujukkan

keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda tetapi semuanya berakibat

kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk

bekerja. Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan

umum. Kelelahan otot ditandai antara lain oleh tremor atau rasa nyeri yang

terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan

untuk bekerja yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau

kondisi psikis-psikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah

monotonnya pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental serta fisik

yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja yang bersangkutan,


keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak jelasnya

tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta

kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. Pengaruh dari keadaan yang

menjadi sebab kelelahan tersebut seperti berkumpul dalam tubuh dan

mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan lelah demikian yang berkadar

tinggi dapat menyebabkan seseorang tidak mampu lagi bekerja sehingga

berhenti bekerja sebagaimana halnya kelelahan fisiologis yang

mengakibatkan tenaga yang bekerja fisik menghentikan kegiatannya

karena merasa lelah bahkan yang bersangkutan tertidur karena kelelahan.

Menurut Soedirman dan Suma’mur (2014), kelelahan didefinisikan

sebagai suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum

terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan

aktivitasnya.

5. Jenis kelelahan

Menurut Budiono (2003), kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu

kelelahan otot dan kelehan umum.

a. Gejala kelelahan otot

Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak

dari luar (external signs ). ini dikarenakan kinerja oto berkurang

dengan meningkatkan ketegangan otot sehingga stimulus tidak

lagi menghasilkan respon tertentu. Ini dikarenakan kinerja otot

berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga

stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Fenomena


berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik

untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara

fisiologi dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa

berkurangnya tekanan fisik namun juga pada semakin rendahnya

gerakan.

Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan

sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti melemahnya

kemampuan tenaga dalam melakukan pekerjaan dan

meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja serta

akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja.

b. Kelelahan umum

Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih

yang luar biasa dan terasa tidak biasa. Semua aktivitas menjadi

terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan

tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik

maupun psikis, semuanya terasa berat. Disamping kelelahan yang

murni merupakan kelelahan otot, kelelahan secara umum

dikelompokkan sebagai berikut.

1) Kelelahan Penglihatan, yang muncul dari terlalu letihnya

mata.

2) Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau

besarnya beban fisik bagi seluruh organ tubuh.


3) Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan

yang bersifat mental dan intelektual.

4) Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekanya

salah satu bagian dari system psikomotorik.

5) Terlalu monotony pekerjaan dan suasana sekitarnya.

6) Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi

efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang.

7) Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama siang

dan malam serta pertukaran periode tidur.

6. Penyebab Kelelahan Kerja

Faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain adalah faktor somatis

atau faktor fisik, gizi, jenis kelamin, usia, pengetahuan dan gaya hidup.

Faktor eksternal adalah keadaan fisik lingkungan kerja antara lain adalah

kebisingan, suhu, pencahayaan, faktor kimia, faktor biologis, faktor

ergonomi, kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau peraturan

perusahaan, upah, hubungan sosial dan posisi kerja atau kedudukan.

Penyebab kelelahan dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu sebagai

berikut:

a. Keadaan monoton

b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental

c. Keadaan lingkungan kerja, cuaca kerja, penerangan dan

kebisingan di tempat kerja.


d. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau

konflik.

e. Penyakit,perasaan sakit dan keadaan gizi (suma’mur, 2009)

7. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut suma’mur (1996) ada 3 gejala kelelahan yang terbagi menjadi 3

kategori yaitu :

1) Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan.

Perasaan berat di kepala, menjadi lebih seluruh badan, kaki merasa

berat, sering menguap, merasa kacau pikiran, manjadi mengantuk,

marasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak

seimbang dalam berdiri, mau berbaring.

2) Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi

Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak

berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu,

cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu,

tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

3) Menunjukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum

Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa

pernafasan tertekan, haus, suara serak, terasa pening, spasme dari

kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.

Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat

terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah

bekerja pada sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang
sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala

psikis ditandai dengan perbuatanperbuatan anti sosial dan perasaan tidak

cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta

kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-

kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan

pencernaan,tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian

disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan tingkat absentisme akan

meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka pendek disebabkan

kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit.

Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-

konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap

kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan

faktor penting dalam sebab ataupun akibat. Kelelahan

8. Definisi stress kerja

Menurut Health Safety Executive (2008) Stress adalah reaksi negative

manusia akibat adanya tekanan yang berlebihan atau jenis tuntutan lainnya.

Menurut Mendelson 1990 Stress akibat kerja secara lebih sederhana,

dimana stress merupakan suatu ketidak mampuan pekerja untuk menghadapi

tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidaknyamanan dalam kerja.

9. Factor Penyebab Terjadinya Stress

Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress pada seseorang

tetapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain.
Menurut patton (1998) bahwa perbedaan reaksi antara individu tersebut

sering disebabkan karena factor psikologi dan social yang dapat merubah

dampak stressor bagi individu. Factor factor tersebut anatara lain :

a. Kondisi individu, seperti umur, jenis kelamin, temperamental,

genetika, intelegensi, pendidikan, kebudayaan, dll

b. Ciri kepribadian, seperti ; introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,

kepasrahan, kepercayaan diri, dll

c. Social-kognitif, seperti; dukungan social, hubungan social, hubungan

social dengan lingkungan sekitarnya.

d. Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.

Kaitanya dengan tugas-tugas dan pekerjaan di tempat kerja, factor

yang menjadi penyebab stress lebih spesifik.

a. Faktor intrinsic pekerjaan. Ada beberapa factor intrinsic dalam

pekerjaan dimana sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stress

dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Factor

tersebut melipti keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman

(bising, berdebu, bau, suhu panas, dan lembab, dll) stasiun kerja yang

tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ked an

dari tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan beresiko tinggi dan

berbahaya, pemakaian teknologi baru, pembebanan berlebihan,

adaptasi pada jenis pekerjaan baru, dll.


b. Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang

bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih

memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik.

c. Faktor Hubungan Kerja. Hubungan baik antara karyawan di tempat

kerja adalah factor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress.

Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi, ketidaknyamanan

dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stress

akibat kerja.

d. Faktor Pengembangan Karier, Perasaan tidak aman dalam pekerjaan,

posisi dan pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting

sebagai penyebab terjadinya stress.

e. Factor structur organisasi dan suasana kerja. Penyebab stress yang

berhubungan dengan struktur organisasi dan suasana kerja biasanya

berawal dari budaya organisasi dan model manajemen yang

diberlakukan. Faktor penyebabnya antara lain, kurangnya pendekatan

partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan

kebijaksanaan kantor.

10. Pengaruh Stress

Reaksi tubuh terhadap stressor pada seseorang sangat bervariasi

dan berbeda dari masing masing orang yang menerimanya. Menurut

Cartwright (1995) bahwa reaksi stress atau strain di kelompokkan menjadi

dua yaitu:

a. Pengaruh terhadap individu seseorang


1) Reaksi emosional

Dalam keadaan stress tingkat emosi seseorang sangat tidak

stabil dimana sering kita lihat orang tersebut mudah marah, emosi

yang tidak terkontrol, curiga yang berlebihan, perasaan tidak aman,

depresi, iritabilitas, dll

2) Reaksi perubahan kebiasaan atau mental

Stress atau tekanan seseorang dengan tanpa sadar mencari

pelarian dari permasalahan yang diterima yang terkadang

mempengaruhi kebiasaan seseorang. Sebagai contoh; perubahan

kebiasaan untuk merokok, minum minuman keras dan penggunaan

obat obatan terlarang, dll

3) Perubahan fisiologis

Dalam keadaan stress otot-otot kepala dan leher menjadi tegang

yang menyebabkan system imunisasi melemah, sakit kepala, susah

tidur (imsomnia), perasaan lelah,gangguan selera makan, gangguan

kardiovaskuler, dll

b. Pengaruh terhadap organisasi

Akibat stress pada organiasasi kerja akan memeberikan pengaruh yang

kurang baik. Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk

kerja, turnover, hubungan kerja menjadi tegang dan rendahnya kualitas

pekerjaan. Dari keadaan tersebut akan dapat mengganggu performasi

kerja dan meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan kerja.


B. Kerangka Berfikir

C. Kerangka konsep

D. Hipotesis

Anda mungkin juga menyukai