Anda di halaman 1dari 3

Indonesia hingga awal tahun 2013 memiliki tingkat partisipasi angkatan

kerja sebesar 69,21% (BPS, 2013) yang menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk Indonesia berada pada usia produktif. Namun, indeks
pembangunan manusia di Indonesia pada tahun 2012 memiliki nilai 0,629
dan termasuk 10 peringkat terendah di lingkup Asia Timur dan Pasifik serta
peringkat 121 pada lingkup dunia yang menuntut Indonesia dapat
meningkatkan aspek pembangunan sumber daya manusia secara kontinu.
Hal ini penting untuk dilakukan sebab merupakan salah satu modal dasar
untuk memajukan Indonesia dimana generasi muda merupakan tonggak dari
keberhasilan sebuah bangsa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia ialah
dengan pendidikan yang merupakan landasan dalam pembentukan karakter
sejak dini. Pendidikan yang diberikan saat ini tidak hanya berupa materi-
materi teknis terkait ilmu pengetahuan tetapi juga memposisikan pendidikan
sebagai wadah untuk penanaman nilai-nilai kemanusiaan dan pembentukan
kepribadian dan karakter. Pembentukan karakter merupakan aspek vital
agar dapat terbentuk generasi muda yang memiliki resistensi dan
kemampuan untuk bertahan terhadap segala tantangan dan inovasi yang
berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, dengan tingkat angkatan
kerja yang mencapai 69% dan ditunjang dengan pendidikan yang mumpuni
diyakini dapat membentuk generasi muda yang penuh wawasan dan ide
kreatif dengan menghargai originalitas karya yang ditunjang oleh
ketangguhan mentalitas diri, karakter yang tegas, jujur, disiplin, dan memiliki
etos kerja tinggi.

Implementasi sebagai hasil penyerapan pendidikan selama berada pada


jenjang pendidikan formal merupakan bentuk nyata dari peran generasi
bangsa di Indonesia. Posisi generasi muda sebagai individu dalam profesi
bidang keahlian berfungsi sebagai pelaku yang memiliki kewajiban untuk
menerapkan materi dan keahlian yang dimiliki sehingga dapat terjadi
transfer informasi dan ilmu pengetahuan terhadap rekan kerja dalam lingkup
bidang profesi tersebut. Bentuk implementasi yang dilakukan dapat dimulai
dari skala kecil pada tempat bekerja dengan melakukan kewajiban atau
tupoksi pada profesi yang digeluti hingga pada skala besar dimana dapat
membagi informasi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki pada lingkup
nasional hingga internasional. Penerapan dalam skala besar tentunya
memiliki tingkat kesulitan yang lebih besar dimana harus didukung dengan
wawasan luas, ide-ide inovatif serta kemampuan untuk bekerja keras dan
cerdas.

Namun, saat telah berkecimpung secara langsung di dunia kerja, seringkali


kita melupakan umpan balik yang seharusnya diberikan dari generasi
muda sebagai bentuk kontribusi dalam pembangunan sumber daya
manusia. Sehingga, akan semakin banyak masyarakat yang menjadi
profit-oriented ketika telah berada pada dunia kerja. Hal ini tentu bukan hal
yang salah karena setiap manusia memerlukan sumber materi untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun, hal ini
dapat menjadi sebuah kesalahan jika yang dilakukan hanya bertujuan untuk
mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhitungkan adanya nilai
sosial dan kemanusiaan yang pada lingkup kecil akan merugikan orang
disekitarnya dan pada lingkup luas dapat merugikan sebuah sistem berskala
yang lebih besar hingga merugikan negara.

Dalam skala individu sesuai dengan profesi bidang keahlian maka kontribusi
yang dapat dilakukan sebagai generasi muda yang berkecimpung pada
bidang perencanaan wilayah dan kota tentunya sangat beragam dan
seringkali bentuk kontribusi ini dipengaruhi pula oleh jenis pekerjaan yang
digeluti. Seorang ahli perencana yang menjadi pegawai pemerintahan, baik
dosen maupun pegawai instansi yang memiliki tupoksi untuk secara
langsung berkecimpung dalam pengawasan dan perencanaan di masyarakat
memiliki peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan
indeks pembangunan manusia yang lebih besar. Sebagai seorang tenaga
pendidik dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota, yang berkontribusi
untuk menciptakan ahli perencana yang tidak hanya menguasai materi tetapi
juga memiliki etika profesi yang handal. Sementara itu, pegawai dalam
lingkup instansi di bidang perencanaan memiliki fungsi untuk berkecimpung
secara langsung terhadap pembangunan fisik dan non-fisik dalam upaya
pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada
lingkup yang lebih besar, seorang perencana wilayah dan kota dapat
memberikan input berupa materi teknis maupun opini kepada stakeholder
dan masyarakat yang dapat tertuang dalam bentuk tulisan berupa karya
ilmiah hasil kajian, penelitian, naskah akademik, maupun opini publik.

Peran yang ingin saya wujudkan sebagai seorang perencana wilayah dan kota
adalah menjadi perencana yang dapat mewujudkan perencanaan pada
wilayah atau kota sesuai dengan potensinya, baik dalam bentuk blueprint
maupun dalam penerapan dokumen perencanaan tersebut. Proses
penerapan dokumen perencanaan pada kondisi nyata seringkali terkendala
konflik-konflik sosial maupun ekonomi sehingga diperlukan kerjasama dan
ketegasan dari pemerintah setempat untuk turut serta membantu. Selain itu,
saya ingin berperan secara aktif dalam meningkatkan produktivitas terhadap
kajian riset dan penelitian mengenai pengembangan wilayah dan
infrastruktur sebagai bentuk kontribusi pada sisi akademis.

Anda mungkin juga menyukai