Anda di halaman 1dari 21

Renaissance

Renaissance adalah istilah dari bahasa Prancis. Dalam bahasa Lain, re + nasci berarti lahir
kembali (rebirth). Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan terkenal, Michelet, dan
dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode
yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia,
sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan. Karya filsafat pada abad ini
sering disebut filsafat renaissance

1. Faktor internal

 Renaissance adalah sebuah gerakan budaya yang sangat mempengaruhi kehidupan


intelektual Eropa pada periode modern awal. Bermula di Italia lalu menyebar ke seluruh
Eropa pada abad ke-16, pengaruh Renaissance dirasakan dalam sastra, filsafat, seni,
music,poloitik, ilmu pengetahuan, agama, dan aspek lain di bidang intelektual.

 Pada abad tengah, sebelum munculnya zaman Renaissance, kehidupan di Eropa diatur
dalam “Theosentris” dimana segala sesuatunya berpusat pada kepercayaan.Zaman
Renaissance berlangsung sejak abad 15 sampai tahun 1650. Sebelum Renaissance,
bangsa eropa mengalami zaman kegelapan atau biasa disebut “Dark Age”. Pada saat itu
gereja berkuasa mutlak, ajaran gereja menjadi sesuatu yang tidak boleh dibantah. Selain
itu pada zaman Dark Age, pemikiran ilmiah ditenggelamkan oleh dogma-dogma Gereja.
Namun akhirnya muncul gerakan yang mencoba lepas dari ikatan itu dan disebut gerakan
Renaissance.

 Kondisi Sosial

Saat itu kehidupan masyarakat eropa terikat pada doktrin Gereja, segala kegiatan
kehidupan ditujukan untuk akhirat. Masyarakat kehilangan kebebasan untuk menentukan
pribadinya dan kehilangan harga diri. Kehidupan manusia tidak tentram karena selalu
dititip oleh intelejen gereja, sehingga menimbulkan sikap saling mencurigai dalam
masyarakat.

 Kondisi Budaya

Terjadi pembatasan seni dalam arti bahwa seni hanya tentang tokoh-tokoh injil dan
kehebatan gereja. Semua kreasi seni ditujukan kepada kehidupan akhirat sehingga budaya
tidak berkembang. Demikian pula dalam bidang ilmu pengetahuan karena segala
kebenaran hanya kebenaran gereja.

 Kondisi Politik

Raja secara teoritis merupakan pusat kekuasaan politik dalam Negara, kenyataannya
hanya menjadi juru damai. Kekuasaan politik ada pada kelompok bangsawan dan
kelompok gereja. Keduanya memiliki pasukan militer yang sewaktu-waktu dapat untuk
melancarkan ambisinya. Adakalanya kekuatan militer kaum bangsawan dan kaum gereja
lebih kuat dari kekuatan militer raja. Setelah kematian Frederick II di tahun 1250, kaisar
kehilangan kekuasaan di Italia dan di seluruh Eropa, tidak satupun dari penerus Frederick
yang seperti dia. Kejatuhannya adalah saat Paus III memegang kekuasaan secara
bersamaan,memegang negara sekaligus Gereja.

 Kondisi Ekonomi

Berlaku sistem ekonomi tertutup yang menguasai perekonomian hanya golongan


penguasa, kondisi diatas menyebabkan masyarakat Eropa tertungkung dan tidak memiliki
harga diri yang layak sebagai manusia. Oleh karena itu timbullah upaya-upaya untuk
keluar dari keadaan tersebut. Pada abad 14 hingga abad 16 merupakan periode goncangan
ekonomi atau perubahan ekonomi di Eropa, dimana perubahan yang paling luas terjadi di
Italia.

RENAISSANCE DI ITALIA

A.Florencia Kota Pelopor

Florencia menjadi pelopor renaissance di Italia, bukan justru kota Roma, Milano atau Venesia.
Menurut John Hele dan Plum Florensia menjadi kota pelopor Renaissance di Italia karena
berbagai faktor antara lain adalah

a)kota Florencia pada zaman Romawi bernama Florentia itu secara geografis merupakan kota
pedalaman Italia Utara yang sangar strategis, subur karena dibelah oleh Sungai Arno dan menjadi
kota pertemuan dari berbagai kota di Italia Utara antara lain Genoa, Lucca dan Pisa di sebelah
barat, Siena dan Arezzo di sebelah selatan, Urbino, San Marino dan Romagna di sebelah timur
serta Bologna, Modena di bagian Utara. Maka tidak mengherankan jika Florencia menjadi kota
pertemuan dagang yang kaya raya dan besar pada abad ke-XIII.

b)Florencia sebagai kota industry khususnya wol (terbaik di Italia) dan tekstil pada umumnya.
Menurut John Hele pada abad keXIV sudah ada 21 gilda utama yang dimiliki oleh para hakim,
notaries, importir dan pengusaha dan 44 gilda kecil sebagai pendukungnya yang dimiliki oleh
pengrajin, pedagang.

c)Florencia sebagai pusat keuangan Italia masa itu. Kota ini mempunyai penduduk yang
besemboyan “per non dormire (agar jangan tidur, maksudnya tidur tidak mendatangkan rezeki)”
dan “Florentinis ingentis nihil arduit est (tidak ada yang dapat dikerjakan oleh orang Florencia)”.

d)Florencia merupakan ibukota Republik Florentia yang pada prinsipnya menganut system
pemerintahan demokrasi dan memperhatikan kepentingan rakyat. Maka kreativitas seni dan
inteletual dapat bebas berkembang. Didirikannya pendidikan formal di Accademia Plato yang
didirikan oleh keluarga Medici sehingga melahirkan seniman-seniman besar, para ilmuan
terkenal, sastrawan jenius dan arsitek besar. Maka tidak mengherankan apabila dapat
mempertahankan kemasyuran dan berperan penting dalam modernisasi Italia selama dua abad.
Florencia telah menjadi awal pembaharuan berbagai bidang kehidupan manusia dari sumber-
sumber daya manusia, keuangan, perdangangan, sosial dan budaya, Benih-benih humanism yang
melahirkan liberalism, individualism serta rasionalisme mendapat tempat subur untuk
berkembang ke seluruh penjuru Eropa.

B.Keluarga Medici

Keluarga Medici merupakan salah satu keluarga yang terkenal di Italia pada zaman renaissance.
Keluarga ini mulai mempunyai nama terhormat dalam masyarat pada abad keXIV ketika
Averardo de Medici yang terkenal dengan nama Bicci berhasil dalam usahawan swasta ulat
sutera, kain lenen dan akhirnya menjadi bankir. Usaha ini dilanjutkan anaknya yang bernama
Giovanni di Bicci meluas ke luar Italia. Keluaga Medici mulai terlibat dalam berbagai bidang
terutama politik, ketika Giovani terpilih menjadi hakim agung di Florancia pada 1421.

Giovani mempunyai dua anak yang bernama Casimo dan Lorenzo. Casimo berhasil menjadikan
keluarga Medici mencapai puncak kejayaan pada bidang politik, ekonomi bahkan agama. Ia juga
tokoh utama yang menjadi pelopor dan pelindung bidang budaya, kesenian dan ilmu
pengetahuan. Casimo adalah pewaris etos kerja orang Florencia yaitu per non dormire sehingga ia
memadukan usaha bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan dengan semboyan
tersebut. Jasanya antara lain menjadi pendukung utama untuk mendirikan Accademia Plato di
Florencia pada tahun 1642 sehingga ia ikut serta dalam menentukan arah perkembangan dunia
akedemisi. Kemudian mendorong mendirikan Akademia Seni pada 1460 yang dipimpin oleh
Michelangelo. Ia juga mendorong seniman untuk bersemboyan I’art pour I’art bukan I’art pour
d’argent (seni untuk uang).

Lorenzo merupakan penerus Casimo, ia tampil sebagai diplomat ulung, seniman dan akhirnya
menjadi penguasa di Florencea. Keturuan lain keluarga Medici ada yang menjadi pemimpin
gereja yang tertinggi seperti Paus Leo X (1513-1521), Paus Clemens VII (1523-1534), Paus Pius
IV (1559-1565), Paus Leo IX tahun 1605. Sejak Paus Leo X tampil banyak pula paus yang
menjadi peminat dan pelindung karya seni serta mengangkat keturunan Keluarga Medici menjadi
Duke of Urban. Sementara itu pada masa Paus Clemens VII, keturunan Medici yang bernama
Alessandro diangkat menjadi pendiri dinasti Tuscani yang berkuasa hingga abad XVIII.

2. Faktor eksternal:

(1) Adanya hubungan dengan kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan negara-
nagara Perancis.

(2) Perang Salib (1100-1300) yang terulang sebanyak enam kali.

(3) Jatuhnya Istanbul ke tangan bangsa Turki (1453).


(4) Kejatuham Konstantinopel (1453) menghasilkan gelombang imigran sarjana
Yunani yang membawa naskah berharga dari Yunani kuno.Banyak dari naskah
tersebut yang berakhir dalam kondisi tidak jelas di Barat. Hal ini menyebabkan
timbulnya fokus baru para sarjana Renaissance pada teks-teks sastra dan sejarah
yang begitu nyata perbedaannya dari para sarjana abad pertengahan
(5) Bahwa renaissance ialah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung
atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Perkembangan itu
terutama sekali dalam bidang seni lukis dan sastra. Akan tetapi, di antara
perkembangan itu terjadi juga perkembangan dalam bidang filsafat. Renaissance
telah menyebabkan manusia mengenali kembali dirinya, menemukan dunianya.
Akibat dari sini ialah muncul penelitian-penelitian empiris yang lebih giat.

Kabangkitan ilmu pengetahuan pada zaman Renaisance ditandai dengan timbulnya


pemikiran dari tokoh-tokoh terkenal seperti: Nicolas Copernicus, Tycho Brahe, Johannes Kepler,
Galileo Galilei, dan Francis Bacon.

Disamping perkembangan di bidang ilmu pengetahuan alam, pada zaman Renaisance juga
terdapat perkembangan di bidang ilmu negara, sekalipun puncaknya baru terdapat pada awal abad
ke-17, yaitu dari Hugo de Groot (1583-1645) dengan gagasannya tentang hukum internasional.
Orang yang merintis suatu perkembangan besar pada abad ke-17 adalah Francis Bacon (1561-
1626). Ia dapat dipandang sebagai orang yang meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi yang
modern, dan menjadi pelopor dalam usaha mensistemalisasi secara logis prosedur ilmiah.

Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu ciri Renaisance. Oleh karena itu,
ciri selanjutnya adalah munculnya sains. Perkembangan sains ini di pacu lebih cepat setelah
Descartes berhasil mengumumkan rasionalismenya.Sikap skeptis adalah sebuah yang
menyangsikan kenyataan yang diketahui baik ciri-cirinya maupun eksistensinya. Para skeptikus
sudah ada sejak zaman yunani kuno, tetapi di dalam filsafat modern, rene Descartes adalah
perintis sikap ini dalam metode ilmiah. Kesangsian descartes dalam metode kesangsiannya
adalah sebuah sikap skeptis, tetapi skeptisisme macam itu bersifat metodis, karena tujuan
akhirnya adalah untuk mendapatkan kepastian yang tak tergoyangkan, yaitu: cogito atau
subjectum sebagai instansi akhir pengetahuan manusia.

Skeptisisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan,
mencurigakan), contohnya: kesulitan itu telah banyak menimbulkan skeptisisme terhadap
kesanggupan dalam menanggapi gejolak hubungan internasional.. Tom Friedman dari New York
Times mengatakan bahwa skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu,
meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu.
Seorang yang skeptis akan berkata: "Saya kira itu tidak benar. Saya akan menceknya.”

Latar belakang kebudayaan Romawi


Kebudayaan Yunani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek
utama.filsafat yunani, misalnya menampilkan manusia sebagai makhluk yang berpikir terus-
menerus memahami lingkungan alamnya dan juga menentukan prinsip-prinsip bagi tindakannya
sendiri demi mencapai kebahagiaan hidup (eudaimonia). Kesustraan Yunani, misalnya kisah
tentang Odisei karya penyair Yunani Kuno, Homerus, menceritakan tentang keberanian manusia
menjelajahi suatu dunia yang penuh dengan tantangan dan pengalaman baru. Arsitektur ala
Yunani-Romawi mencerminkan kemampuan manusia dalam menciptakan harmoni dari aturan
hukum, kekuatan, dan keindahan.
Selain itu, kemampuan bangsa Romawi dalam bidang teknik dan kemampuan berorganisasi
pantas mendapatkan acungan jempol. Semua ini jelas menunjukkan bahwa kebudayaan Yunani-
Romawi memberikan tempat utama bagi manusia dalam kosmos. Suatu pandangan yang biasa
disebut dengan Humanisme Klasik.
Mempelajari karya-karya Yunani dan ilmu alam Arab, filsafat dan matematika, bukan pada teks
kultural. Selain mempelajari bahasa Latin klasik dan Yunani, penulis Renaissance juga mulai
semakin menggunakan bahasa daerah; dikombinasikan dengan pengenalan pada pencetakan, hal
ini akan memungkinkan lebih banyak orang yang mengakses buku, terutama Alkitab.
Ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism,lepas dari agama (tidak mau
diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme.hasil yang diperoleh dari watak itu ialah
pengetahuan rasional berkembang. Sains pun berkembang akhirnya karena semangat empirisme
tersebut. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena semangat humanism itu. Secara
historis Renaisance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman ketika orang merasa telah
dilahirkan kembali dalam keadaban. Zaman ini merupakan era kebangkitan kembali pemikiran
yang bebas dari dogma-dogma agama. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan
pemikiran bebas, seperti pada zaman Yunani Kuno.

Ciri-ciri Renaissance lain ialah menghidupkan kembali rasionalisme Yunani (Renaissance),


individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain . Kebudayaan Renaisans
ditujukan untuk menghidupkan kembali Humanisme Klasik yang sempat terhambat oleh gaya
berpikir sejumlah tokoh Abad Pertengahan. ). Humanisme Renaissans jauh lebih dikenal karena
penekanannya pada individualisme. Individualisme yang menganggap bahwa manusia sebagai
pribadi perlu diperhatikan. Kita bukan hanya umat manusia, tetapi kita juga adalah individu-
individu unik yang bebas untuk berbuat sesuatu dan menganut keyakinan tertentu. Kemuliaan
manusia sendiri terletak dalam kebebasannya untuk menentukan pilihan sendiri dan dalam
posisinya sebagai penguasa atas alam (Pico Della Mirandola). Gagasan ini mendorong
munculnya sikap pemujaan tindakan terbatas pada kecerdasan dan kemampuan individu dalam
segala hal. Gambaran manusia di sini adalah manusia yang dicita-citakan Humanisme Renaissans
yaitu manusia universal (Homo Universale).
Ciri lain dari renaisans ini adanya sikap oposisi terhadap segala dominasi gereja yang
mengungkung kreativitas individual masyarakatnya. Akibat gerakan renaisans, muncul berbagai
upaya untuk mengutamakan individu yang kreatif dan ingin kembali meraih kejayaan seperti pada
era Yunani Kuno di mana aspek pemikiran dihargai secara posesif. Secara politis, era renaisans
merupakan simbol dari adanya sebuah revolusi individualisme dan humanisme menentang
semangat dominasi dan kolektivisme gereja abad pertengahan. Walaupun abad ini lebih ditandai
dengan kebangkitan kembali aspek ilmu, seni kebudayaan, namun dapat diperkirakan hal ini juga
melahirkan dimensi filsafat politik yang lebih bersifat “liberal”, individualistik, humanistik serta
semangat anti-diktator tokoh-tokoh agama (gereja); pola pemikiran politik yang bercorak
antroposentrik berhadapan dengan pola teosentrik. Wibawa dan otoritas mereka sebagai “wakil”
negara menjadi luntur. Implikasi dari perubahan ini mengakibatkan eksisnya filsafat pemikiran
politik yang substantif-individualistik ketimbang institusinalistik

Jiwa dan semangat Renaisance


Di kalangan kaum humanis muncul pemikiran tentang the dignity of man. Leonardo Da Vinci,
Michelangelo, Francis Bacon adalah contoh yang dapat menjadi wakil dari keyakinan ini. Da
Vinci pernah mengatakan bahwa mekanika ialah firdaus dari matematika dan matematika adalah
dasar pemikiran serta eksperimen dalam menerjemahkan alam bagi manusia. Jika alam Abad
Tengah berdasarkan otoritas Allah, sebab Allah Maha Kuasa (dues omnipoten), berkeyakinan
bahwa hidup sepenuhnya tergantung pada kuasa moril, maka pada masa renaissance manusia
berkeyakinan bahwa pengalaman, eksperimen dan rasionalitas manusia merupakan dasar dalam
kehidupan duniawi ini.

Ini memang mengandung benih-benih sekularisme barat sehingga agama semakin tersisihkan.
Bahkan gema renaissance mengumandangkan seruan bahwa “Man can do all thing if they will”.
Itu berarti bahwa manusia itu dapat berbuat apa saja, sebab dirinya memang begitu otonom.

Esensi dari semangat renaissanance dapat disimak dari pandangannya bahwa manusia dilahirkan
bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi manusia harus
memikirkan hidupnya di dunia ini. Jika Abad Tengah mengatakan manusia lahir ke dunia dengan
turun dari surga dan begitu lahir langsung mengangkat kepalanya untuk menengadah lagi ke
surga, maka masa renaissanance mengatakan manusia lahir kedunia untuk mengolah,
menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu menengadah ke surga.

Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah
takdir Allah melainkan suatu keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia
dengan akal budi, otonomi, dan bakat-bakatnya. Disinilah letak awal modernitas Barat,
keberaniannya untuk merombak mentalitas nasib (renaissanance). Manusia yang terbelenggu oleh
dogma dan moral yang kaku dan kerdil, dirombak dengan kemampuan nalar, kebebasan
individual dan tanggungjawab pribadi yang penuh.

Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat dipelajari
lewat bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.
Manusia renaissance harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan kemampuannya dalam
berpikir dan bertindak secara bertanggungjawab, menghasilkan karya seni dan mengarahkan
nasibnya kepada sesama. Manusia perlu membebaskan diri dari tempat yang telah dipancangkan
oleh Abad Tengah yaitu antara benda dan roh, kemudian membiarkan dirinya beralih kedudukan
seturut kehendaknya dalam semua tingkat mahluk, kadangkala menyamakan dirinya dengan
binatang, kadangkala dengan malaikat. Ini suatu gambaran manusia yang sungguh kontras dengan
Abad Tengah dimana manusia sepenuhnya terbelenggu oleh kaidah-kaidah moral yang dogmatis,
manusia yang sepenuhnya tergantung pada Tuhan dan takdir.

Kendati manusia Renaissance telah mengalami pembenahan secara mental, namun masih
mempunyai persamaan-persamaan disamping perbedaan dengan manusia Abad Tengah. Baik
Abad Tengah maupun Ranaissance, keduanya bertumpu pada zaman klasik Yunani dan Romawi.
Hanya saja pada zaman Abad Tengah, budaya klasik tersebut sepenuhnya dibingkai dan
bernapaskan religiositas gereja serta dimanfaatkan bagi kepentingan gereja.

Sebaliknya, pada zaman renaissance, budaya klasik tersebut berada dibawah kekuasaan manusia
dan bernapaskan keduniawian serta dimanfaatkan demi manusia itu sendiri. Dipihak lain memang
harus diakui juga bahwa kedua zaman tersebut sebagian besar masih memperoleh inspirasi atau
terkiat dengan tema-tema dengan tema-tema dari kitab suci (bible). Hanya saja pada umumnya
karya-karya renaissance agak mengabaikan nilai-nilai spiritual, serta kurang memanfaatkan
lambang-lambang dan sebaliknya lebih menekankan segi badaniah, segi luarnya.

Wajarlah bila ”keindahan” fisik sangat ditonjolkan, bahkan sering sangat terbuka dalam
mengetengahkan lekuk-lekuk dan bagian yang sensual dari tubuh jasmaniah manusia. Hal ini
tampak sekali misalnya dalam fresco “Ciptaan Alam”, maupun dalam diri patung “ Daud” dan “
Musa” karya Michelangelo.

Dorongan yang paling kuat manusia zaman renaissance adalah keinginannya untuk menonjolkan
diri, entah itu keindahan jasmaniahnya maupun kemampuan-kemampuan intelektualnya.
Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai hasil karya seni sastra, seni lukis, seni pahat, seni
musik, arsitektur bahkan politik, dan lain-lain.

Ekspresi daya kemampuan manusia itu terus berkembang sampai saat ini sehingga di zaman
modern ini pun tidak ada lagi segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan, kadangkala tidak
hanya segi-segi yang positif dan baik tetapi tanpa sadar kadang segi negatifpun terkuak ke luar
yang secara tidak langsung mengancam dirinya sendiri. Manusia modern telah lahir dan mulai di
zaman renaissance.
Setelah kembali pada artistik pertama yang klasik, yang telah dicontohkan dalam patung Nicolo
Pisano, pelukis Florentine dipimpin oleh Masaccio berusaha untuk menggambarkan bentuk
manusia secara realistis dengan mengembangkan teknik untuk membuat perspektif dan cahaya
lebih alami.

C.Tokoh-Tokoh Renaissance

a.Dante Alighiere (1265-1321)

Dante lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Firenze, berasala dari keluarga kaya raya. Dia
pernah menjadi prajurit Firenze, ingin negaranya dapat merdeka dari pengaruh tiga
kerajaan yang lebih besar yaitu Kepausan, Spanyol dan Perancis. Dante mulai menjadi
pengkritik dan penentang atoritas moral Kepausan yang dinilai tidak adil dan tidak
bermoral. Puncaknya dia tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul De Monarchia (On
Monarchy) yang berisi tentang kedudukan dan keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin
spiritual tertinggi Gereja Katolik, mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan
Kepausan) yang otoriter. Hasil karya Dante antaral lain adalah La Vita Nuova (The New
Life) berisi tentang gambaran pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang ditulis ketika
dia berada dalam pengasingan panjang di Revenna. Buku ini berisi tentang perjalanan
jiwa manusia yang penuh kepedihan dalam perjalanan dari dunia ke alam gaib. Tokoh
utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman Romawi kuno) yang setelah
kematiannya harus melewati tiga fase yaitu inferno (neraka), purgatoria (pembersih
jiwa), dan paradiso (surga).

b.Lorenzo Valla (1405-1457)

Lahir di Roma pada tahun 1405 dari keluarga ahli hukum. Salah satu ungkapannya yang
sangat terkenal adalah “Mengorbankan hidup demi kebenaran dan keadilan adalah jalan
menuju kebajikan tertinggi, kehormatan tertinggi dan pahal tertinggi”. Hasil karyanya
antara lain adalah De volupte (kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, yang berisi
kekagumannya pada etika Stoisisme yang mengajarkan pentingnya manusia itu mati raga
(askese) dalam rangka mendapatkan keselamatan jiwa. Buku yang berjudul De Libero
erbitrio (keinginan bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada
kebesaran dan keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang
Pencipta tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif
manusia dalam sejarahnya. Judul buku De falso credita et ementita Constantini donation
declamation berisi tentang donasi hadiah kepada Sri Paus oleh Kaisar Constantinus
sebenarnya palsu sebab dari sudut bahasa donasi itu jelas bukan gaya bahasa abad ke4
melainkan abd ke-8.

c.Boccacio (1313-1375)
Giovani Boccacio lahir di Certaldo, Italia tahun 1313 dari seorang pedangang yang
berasal dari Firenze. Hasil karyanya antara lain cerita epos seperti Thebaid atau Aenid,
prosa seperti Ameto, puisi seperti Amoroso Visione dan Ninfale Fiesolan. Puncak
karyanyaDecamerome, karya sastra lainnya De genealogis deorum gentilium (On The
Genealogy of God) yang tersusun dalam 15 jilid.

d.Francesco Petrarca (1304-1374)

Lahir pada 20 Juli 130 di Tuscan. Ia belajar hukum di Montpellier dan melanjutkan ke
Universitas Bologna. Namun, ia lebih tertarik pada seni sastra dan seni lukis. Dia seorang
humanis yang mengagumi hal-hal yang serba naturalis, polos dan apa adanya. Salah satu
ungkapannya pada alam dituangkan dalam karya lukis yang diberi nama Ikaros.

e.Desiderius Erasmus (1466-1536)

Eramus lahir pada 27 Oktober 1466 di Gouda. Ibunya bernama Margaret. Setelah lulus
dari Sekolah Atas ia melanjutkan ke biara Agustin di Styn hingga menjadi pastor
kemudian melanjutkan ke Universitas Paris.

f.Niccolo Machiavelli(1469-1527)

Filosof politik Italia, Niccolo Machiavelli lahir tahun 1469 di Florence, Italia. Ayahnya, seorang
ahli hukum. Pada usia 29 tahun Machiavelli memperoleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil
Florence. Selama empat belas tahun sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan
terlibat dalam berbagai missi diplomatik atas namanya, melakukan perjalanan ke Perancis,
Jerman, dan di dalam negeri Italia.

Hasil karyanya yang paling masyhur adalah The Prince, (Sang Pangeran) ditulis tahun 1513, dan
The Discourses upon the First Ten Books of Titus Livius (Pembicaraan terhadap sepuluh buku
pertama Titus Livius). Diantara karya-karya lainnya adalah The art of war (seni berperang), A
History of Florence (sejarah Florence) dan La Mandragola (suatu drama yang bagus, kadang-
kadang masih dipanggungkan orang). Tetapi, karya pokoknya yang terkenal adalah The Prince
(Sang Pangeran), mungkin yang paling brilian yang pernah ditulisnya dan memang paling mudah
dibaca dari semua tulisan filosofis. Machiavelli kawin dan punya enam anak. Dia meninggal
dunia tahun 1527 pada umur lima puluh delapan.

Nicolo Machiavelly berusaha menggambarkan kehidupan politik seperti yang benar adanya, hal
ini untuk dipahami secara rasional.

Adalah Machiavelli yang pertama kali mendiskusikan fenomena sosial politik tanpa merujuk
pada sumber-sumber etis ataupun hukum. Inilah pendekatan pertama yang bersifat murni
scientific terhadap politik. Bagi Machiavelli, politik hanya berkaitan dengan satu hal semata,
yaitu memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Hal lainnya, seperti agama dan moralitas,
yang selama ini dikaitkan dengan politik sesungguhnya tidak memiliki hubungan mendasar
dengan politik, kecuali bahwa agama dan moral tersebut membantu untuk mendapat dan
mempertahankan politik. Keahlian yang dibutuhkan untuk mendapat dan melestarikan kekuasaan
adalah perhitungan. Seorang politikus mengetahui dengan benar apa yang harus dilakukan atau
apa yang harus dikatakan dalam setiap situasi.
Machiavelli mengakui bahwa hukum yang baik dan tentara yang baik merupakan dasar bagi suatu
tatatan sistem politik yang baik. Namun karena paksaan dapat menciptakan legalitas, maka dia
menitikberatkan perhatian pada paksaan. Karena tidak akan ada hukum yang baik tanpa senjata
yang baik, maka Machiavelli hanya akan membicarakan masalah senjata. Dengan kata lain,
hukum secara keseluruhan bersandar pada ancaman kekuatan yang memaksa. Otoritas merupakan
hal yang tidak mungkin jika terlepas dari kekuasaan untuk memaksa. Oleh karena itu,
Machiavelli menyimpulkan bahwa ketakutan selalu tepat digunakan, seperti halnya kekerasan
yang secara efektif dapat mengontrol legalitas. Seseorang akan patuh hanya karena takut terhadap
suatu konsekuensi, baik kehilangan kehidupan atau kepemilikan. Argumentasi Machiavelli
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa politik secara keseluruhan dapat didefinisikan sebagai
supremasi kekuasaan memaksa. Otoritas adalah suatu hak untuk memerintah.
Menelusuri Pemikiran Politik Machiavelli dalam "The Prince". Filsuf politik Italia Niccolo
Machiavelli terkenal karena sarannya yang lugas bahwa seorang penguasa yang ingin memelihara
dan meningkatkan kekuatannya harus menggunakan cara-cara curang, licik, dan kebohongan
dikombinasikan dengan penggunaan kekerasan yang bengis. Dicela oleh banyak orang karena
sebagai bajingan tak bermoral, tetapi dipuji oleh banyak orang lain sebagai seorang realis yang
keras kepala dan berani menggambarkan dunia sebagaimana adanya.

Dalam the Prince digambarkan cara-cara agar seorang individu dapat memperoleh dan
mempertahankan kekuasaan negara. Situasi sosial dan politik dalam buku tersebut dilukiskan
dalam kondisi yang sangat tidak dapat diprediksi dan mudah berubah. Hanya orang hebat dengan
pikiran penuh perhitungan yang dapat menaklukkan kondisi sosial politik tersebut. Penolakan
Machiavelli terhadap penghakiman etis dalam politik mengakibatkan pemikirannya disebut
sebagai pemikiran renaisans yang anti-Christ.
Citra Machiavelli yang menentang kekuasaan gereja juga terlihat dalam buku the Discourse yang
secara jelas menyatakan bahwa bahwa Kristianitas konvensional melemahkan manusia dari
kekuatan yang diperlukan untuk menjadi masyarakat sipil yang aktif. Dalam the Prince juga
terdapat penghinaan, disamping penghormatan, terhadap kondisi gereja dan kepausan pada saat
itu. Pandangan-pandangan Machiavelli mengakibatkan beberapa penulis seperti Sullivan (1996)
dan Anthony Parel (1992) berpendapat bahwa Machiavelli adalah penganut agama pagan seperti
masyarakat Romawi kuno.
Untuk memahami pemikiran Machiavelli, negara tidak boleh dipikirkan dalam kacamata etis,
tetapi dengan kacamata medis. Pada saat itu, Italia sedang menderita dan menyedihkan,
sedangkan Florentine dalam bahaya besar. Untuk itu negara harus dibuat menjadi kuat bukan
dengan pendekatan etis tetapi medis. Rakyat yang berkhianat harus diamputasi sebelum
menginfeksi seluruh negara (seditious people should be amputated before they infect the whole
state). Machiavelli melihat politik seperti kondisi medan perang yang harus ditaklukkan.
Nilai (virtú), dalam bahasa Machiavelli dipahami sebagai individu yang memiliki kemampuan
untuk mewujudkan keinginannya dalam situasi sosial yang berubah melalui kehendak yang kuat,
kekuatan, serta perhitungan dan strategi yang brilliant. Bahkan, untuk mendapatkan cinta seorang
perempuan (Fortune), seorang raja yang idela tidak meminta atau memohon, tetapi
mengambilnya secara fisik dan melakukan apapun yang dia mau. Skandal tersebut
melambangkan potensi manusia yang sangat kuat di lapangan politik.
Virtú, dalam konsepsi Machiavelli adalah kualitas personal yang dibutuhkan oleh seorang raja
untuk mengelola negaranya dan meningkatkan kekuasaannya. Raja harus memiliki kualitas virtú
yang paling tinggi, bahkan jika dibutuhkan untuk dapat bertindak sangat jahat. Untuk dapat
menjadi seseorang yang memiliki kualitas virtú, raja harus bersifat fleksibel (flexible disposition).
Orang yang sesuai untuk memegang kekuasaan menurut Machiavelli adalah seseorang yang dapat
melakukan berbagai tindakan dari yang baik hingga yang buruk. Oleh karena itu, yang dimaksud
dengan Virtú adalah segala hal yang terkait dengan kekuasaan. Penguasa Virtú dituntut untuk
memiliki kompetensi menjalankan kekuasaan. Memiliki Virtú berarti memiliki kemampuan atas
segala aturan yang terkait dengan menjalankan kekuasaan secara efektif. Virtú adalah kekuasaan
politik.
Konsepsi lain yang menghubungkan antara Virtú dengan pelaksanaan kekuasaan yang efektif
adalah Fortuna. Fortuna adalah musuh dari tatanan politik, merupakan ancaman bagi keselamatan
dan keamanan negara. Penggunaan konsep fortuna ini menimbulkan banyak perdebatan. Secara
konvensional, fortuna diartikan sebagai keramahan, sesuatu yang lunak dan tidak berbahaya,
tetapi juga sifat ketuhanan yang berubah-ubah sebagai sumber dari kebaikan sekaligus keburukan
manusia. Sedangkan Machiavelli mengartikan fortuna sebagai kedengkian dan sumber
kesengsaraan manusia yang tidak dapat ditoleransi (uncomprommising fount of human misery),
penderitaan, dan musibah. Jika fortuna menentukan kemajuan yang dicapai umat manusia, maka
tidak ada seorangpun yang dapat bertindak secara efektif berhadapan dengan ketuhanan.
ia menggambarkan fortuna menyerupai “satu dari sungai kita yang merusak, yang pada saat
marah akan mengubah daratan menjadi danau, meruntuhkan pohon dan bangunan, mengambil
dunia dari satu titik dan meletakkannya pada titik lain; semua orang melarikan diri sebelum
banjir; semua orang marah dan tidak ada yang dapat menolak” (one of our destructive rivers
which, when it is angry, turn the plains into lakes, throws down the trees and buildings, takes
earth from one spot, puts it in another; everyone flees before the flood; everyone yields to its fury
and nowhere can repel it). Kemarahan dan musibah tersebut tidak berarti berada di luar
kekuasaan manusia. Sebelum hujan tiba, masih mungkin untuk melakukan sesuatu untuk
mengalihkan atau mengubah konsekuensinya. Gambaran tersebut dikemukanan oleh Machiavelli
untuk menyatakan bahwa fortuna dapat diatasi oleh manusia, tetapi harus dengan persiapan
dengan Virtú dan kebijakan.
Kesuksesan politik bergantung kepada apresiasi berjalannya fortuna. Pengalaman Machiavelli
mengajarkan bahwa adalah lebih baik bergerak cepat (impetuous) daripada berhati-hati, karena
fortuna adalah seorang perempuan dan diperlukan untuk menempatkannya di bawah kita,
mengacaukan dan menganiayanya. Dengan kata lain, fortuna menuntut respon kekerasan dari
mereka yang hendak mengontrolnya.
Jika buku the Prince banyak menimbulkan perdebatan, maka tidak demikian halnya dengan buku
the Discourses on the Ten Books of Titus Livy yang oleh banyak ahli dipandang mewakili
komitmen dan kepercayaan politik pribadi Machiavelli, khususnya terhadap republik. Dalam
semua karyanya, secara konsisten Machiavelli membagi tatanan kehidupan sipil dan politik
menjadi yang bersifat minimal dan yang penuh yang memengaruhi pencapaian kehidupan
bersama.
Tatanan konstitusional yang minimal adalah di mana subjek hidup dengan aman (vivere sicuro),
diatur oleh pemerintah yang kuat yang senantiasa mengawasi perkembangan bangsawan dan
rakyatnya, tetapi diimbangi dengan mekanisme hukum dan institusional lainnya. Sedangkan
tatanan konstitusional yang penuh, tujuan tatanan politik adalah untuk kebebasan masyarakat
(vivere libero) yang diciptakan secara aktif oleh partisipasi dan interaksi antara kaum bangsawan
dan rakyat.
Nicolo Machiavelli memandang kekuasaan bukanlah semata – mata untuk kepentingan diri
sendiri, akan tetapi itu semua adalah untuk kehormatan dan kesejahteraan negara, itulah prinsip
Machiavelli. Ada beberapa hal yang diungkapkan Machiavelli kepada seorang penguasa dalam
merebut dan mempertahankan kekuasaan, seorang penguasa harus respect terhadap situasi dan
kondisi negaranya. Jangan sampai seorang penguasa melakukan tindakan yang salah dalam
mengambil tindakan politik.Mengenai kekuasaan dan penguasa, bagi Machiavelli kekuasaan
merupakan raison d’etre negara. Negara itu merupakan simbolisasi tertinggi kekuasaan politik
yang sifatnya mencakup semua serta mutlak. Bertolak dari pandangan Machiavell itu, menurut
Ahmad Suhelmi tokoh ini memiliki obsesi terhadap negara kekuasaan dimana kedaulatan
tertinggi terletak pada kekuasaan penguasa dan bukan rakyat dan prinsip-prinsip hukum.
Machiavelli juga mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan kekuasaan dapat saja menggunakan
cara-cara keji dan tidak baik. Namun hal tersebut hanya menjadikan ia sebagai penguasa yang
berkuasa bukan penguasa yang dihormati. Dan negara yang maju harus dibentuk oleh satu orang,
peraturan-peraturan dan pemerintah yang diciptakannya menentukan watak nasional daripada
bangsanya.
Selama kariernya sebagai sekretaris dan diplomat pada Republik Florentine, Machiavelli
mendapatkan pengalaman di lingkungan inti pemerintahan Prancis yang menurut pandangannya
adalah model konstitusional minimal (the “secure” [but not free] polity). Machiavelli melihat
kerajaan Prancis dan Rajanya memiliki dedikasi terhadap hukum. Dia menyatakan bahwa
kerajaan Prancis merupakan kerajaan yang pada saat itu paling baik pengaturan hukumnya. Raja
Prancis dan para bangsawan yang berkuasa dikontrol oleh aturan hukum yang dilaksanakan oleh
otoritas independen dari parlemen. Oleh karena itu, kesempatan adanya tindakan tirani yang tak
terkendali dapat dieliminasi.
Bagaimanapun bagusnya penataan dan kepatuhan hukum dalam rezim yang demikian, menurut
pandangan Machiavelli tidak sesuai dengan vivere libero. Sepanjang terdapat kehendak publik
untuk mendapatkan kebebasannya, raja yang tidak dapat memenuhinya harus meneliti apa yang
dapat membuat mereka menjadi bebas. Dia menyimpulkan bahwa beberapa individu
menginginkan kebebasan hanya untuk dapat memerintah yang lain. Sebaliknya, sebagian besar
mayoritas rakyat mengalami kebingungan antara kebebasan dan keamanan, membayangkan
bahwa keduanya adalah identik. Namun ada juga yang menginginkan kebebasan untuk tujuan
hidup dengan aman (vivere sicuro). Machiavelli kemudian menyatakan bahwa rakyat hidup
dengan aman (vivere sicuro) tanpa alasan lain dibanding dengan rajanya yang terikat hukum guna
memberikan keamanan bagi seluruh rakyat. Karakter kepatuhan terhadap hukum dari rezim
Prancis adalah untuk memastikan keamanan, tetapi keamanan tersebut jika diperlukan tidak boleh
dicampurkan dengan kebebasan. Inilah batasan dari aturan dari monarki, bahkan untuk kerajaan
yang paling baik, tidak akan dapat menjamin rakyatnya dapat diperintah dengan tenang dan
tertib.ini merupakan hal yang sangat membanggakan.

Perkembangan ilmu pengetahuan

Renaissance dapat dipandang sebagai upaya intelektual untuk belajar dan meningkatkan bentuk
sekuler dan duniawi, baik melalui kebangkitan ide dari zaman dahulu, dan melalui pendekatan
baru untuk berpikir. Beberapa ahli, seperti Rodney Stark, mengurangi Renaissance dalam
mendukung inovasi sebelumnya di negara kota Italia pada abad pertengahan yang berkombinasi
dengan pemerintah yang responsif, Kristen dan kelahiran kapitalisme.

Analisis ini berpendapat bahwa negara-negara besar Eropa (Prancis dan Spanyol) yang mana
merupakan pemerintahan yang monarki absolut berada di bawah kontrol langsung Gereja.
Republik-republik kota mandiri Italia mengambil alih prinsip-prinsip kapitalisme yang bisa
ditemukan di tlatah pemerintahan monastik dan memicu revolusi komersial yang luas belum
pernah terjadi sebelumnya yang mendahului dan memicu pergerakan Renaissance.

Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-
tokohnya yang terkenal sebagai berikut :

1. Roger Bacon (1214-1294)


Ia berpendapat bahwa pengalaman (empirik) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir
bagi semua ilmu pengetahuan. Matematik merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua
pengetahuan. Sekalipun Roger Bacon menganjurkan pengalaman sebagai basis ilmu pengetahuan,
namun ia sendiri tidak meninggalkan tulisan atau karya yang cukup baerarti bagi ilmu
pengetahuan. Ia banyak bergerak pada lapangan politik dan agama, sehingga akhirnya ditahan
dalam penjara.

2. Copernicus (1473-1543)

Ia mengajukan pendapat yang asing bagi pendapat umum pada masa itu. Ia mengatakan bahwa
bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat
(Heliosentrisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparchus
dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta
(geosentrisisme).Prinsip Heliosentrisme ini kemudian dilanjutkkan oleh George Joachim
(Rheticus) yang menyusun buku berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang
Perputaran Alam Semesta). Buku tersebut diawali dengan beberapa ketentuan dasar yang
berbunyi: Pertama, seluruh alam semesta merupakan bola(Spherical); Kedua, semua benda
angkasa dan bumi juga merupakan bola; Ketiga, semua benda angkasa bergerak secara teratur
dalam lintasan yang bundar (circular uniform motion).

3. Tycho Brahe (1546-1601)

Ia tertarik pada system astronomi baru yang diperkenalkan oleh Copernicus. Ia membuat alat-alat
berukuran besar untuk mengamati benda-benda angkasa secara lebih teliti. Pada tahun 1572
Brahe mengamati munculnya bintang baru di gugusan Cassiopeia, yaitu bintang yang cemerlang
selama 16 bulan sebelum padam lagi. Bintang itu dinamakan Nova atau Supernova, yang sangat
tergantung dari besarnya dan massanya.Penemuan bintang Nova dan Supernova ini
menggugurkan pandangan yang dianut pada masa itu bahwa angkasa itu tidak akan berubah
sepanjang masa, dan bentuknya akan tetap abadi. Pada tahun 1577 Brahe dapat mengamati
sebuah cornet, yang ternyata lebih jauh dari planet Venus. Penemuan ini juga membuktikan
bahwa benda-benda angkasa tidak menempel pada Crystaline spheres, melainkan dating dari
tempat yang sebelumnya tidak dapat dilihat untuk kemudian menghilang lagi. Benda-benda
angkasa terapung bebas dalam ruang angkasa.

4. Johannes Keppler (1571-1630)

Ia seorang ahli matematika yang menjadi asisten Tycho Brahe. Ia melanjutkan penelitian Brahe
tentang gerak benda-benda angkasa. Kepler menemukan tiga buah hokum yang melengkapi
penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu:

 Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle –
seperti yang dikemukakan oleh Brahe-namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit
semua planet berbentuk elips.
 Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara planet dan matahari selalu
melintasi bidang yang luasnya sama.

 Dalam perhitungan matematik terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dab B
dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing
adalah P dan Q, maka P2 : Q2 = X3 :Y3.

5. Galileo Galilei (1546-1642)

Beberapa pokok penemuan Galileo di luar bidang astronomi yang ditulis dalam karyanya yang
berjudul De Motu dapat diringkas sebagai berikut.

 Jumlah waktu yang sama untuk jatuhnya semua benda dari materi yang sama, tanpa
memandang bobot, bila benda-benda itu melewati medium yang sama. Atau dengan kata
lain, benda-benda yang jatuh bersamaan akan memerlukan waktu yang bersamaan pula
untuk sampai di tanah.
 Semua lintasan benda jatuh berbentuk lurus. Ha ini memberikan sugesti adanya idealism,
bahwa lintasan benda yang tidak tertanggu membentu garis lurus.

 Baik benda yang jatuh tegak lurus, maupun yang mengikuti bidang miring, masing-
masing mencapai tanah pada waktu yang sama. Hal ini memberikan sugesti untuk
kemudian melaksanakan eksperimen jatuhnya benda mengikuti bidang miring. Untuk
mencapai idealisasi “tidak terganggu apapun”, maka bidang makin lama makin
dilicinkan, sehingga jatuhnya benda-benda melalui bidang miring praktis dalam waktu
yang sama. Selain itu dibidang miring diletakkan ukuran-ukuran. Untuk pertama kalinya
ukuran (measure-ment) dimasukkan sebagai unsur dalam lapangan ilmu pengetahuan.

 Berdasarkan idealisasi, maka hasil percobaan dapat dihitung terlebih dahulu; dengan kata
lain terjadilah peramalan (prediction).

 Ramalan itu kemudian diperiksa dengan percobaan berulang kali, yang hasilnya dihitung
secara rata-rata.

 Oleh karena anatara ramalan dan hasil percobaan ada persesuaian yang meyakinkan,
maka teori yang didasarkan pada idealisasi dapat diterima sebagai hukum tentang
pergerakan benda-benda yang bebas dan yang mengikuti garis lurus.Langkah-langkah
yang dilakukan oleh Galileo ini menanamkan pengaruh yang kuat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti: pengamatan
(observation), penyingkiran (elimition) segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa
yang diamati, idealisasi, penyusunan teori secara spekulatif atas peristiwa tersebut,
peramalan (prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk
menguji teori yang didasarkan pada ramalan matematik.

Dalam zaman ini juga banyak muncul tokoh-tokoh filsuf, seperti di Inggris : J. Locke
(1632-1704), G.Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776), di Prancis: JJ. Russeau (1712-
1778). Umumnya tokoh-tokoh ini mendasarkan pengetahuannya pada pengalaman nyata,
sehingga mengarah kepada realisme yang naïf, yang mengakui kebenaran objektif atas dasar
pengalaman yang tanpa penelitian lebih lanjut. Tetapi kenyataan ini berubah ketika filsuf Jerman,
Immanuel Kant (1724-1804), muncul yang mencoba menciptakan suatu sintesis dari rasionalisme
dan empirisme, sehingga ia dianggap sebagai filsuf terpenting zaman modern.

Keberagaman pemikiran yang berkembang melahirkan berbagai pemahaman dan


kepercayaan, masing-masing mulai membentuknya menjadi semacam paradigma yang diakui dan
diterima oleh sebuah kelompok. Paradigma yang diakui inilah kemudian muncul dan menjadi
semacam sekte atau aliran-aliran dalam perkembangan filsafat Barat, seperti yang akan diuraikan
berikut ini.

a. Rasionalisme
Dua aliran besar pada zaman aufklarung yang menjadi titik tolak munculnya berbagai
macam aliran lain dalam perkembangan pemikiran filsafat selanjutnya. Dua aliran yang di
maksud adalah rasionalisme dan empirisme. Dua aliran tersebut memperlihatkan kontradiksi yang
sangat menyolok.

Secara umum, Rasionalisme merupakan pendekatan filosofis yang menekankan akal budi
(rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau dan bebas dari pengamatan indrawi.
Hanya pengetahuan yang di peroleh melalui akal yang memenuhi syarat yang di tuntut oleh sifat
umum, juga oleh semua pengetahuan ilmiah.

Hampir semua ahli pikir yang muncul pada zaman ini merupakan ahli matematika, seperti
Descrates, Spinoza dan Leibniz. Mereka mencoba menyusun suatu sistem filsafat dengan
manusia yang sedang berfikir. Akal budi (rasio) menurut pendapat mereka merupakan alat
terpenting bagi manusia untuk mengerti dunianya dan mengatur hidupnya, namun demikian,
tidaklah berarti gagasan baru yang diperkenalkan renaissance berjalan mulus tanpa rintangan.
Rasionalisme mendapat tanggapan dari tokoh lain yang mencoba memperlihatkan unsur rasa
(hati) benih penting di bandingkan rasio.

b. Empirisme

Doktrin empirisme adalah lawan dari rasonalisme yang menganggap bahwa sumber
seluruh pengetahuan harus di cari dalam pengalaman.Tokoh empirisme pada umumnya
memberikan tekanan lebih besar pada pengalaman di bandingkan dengan filsuf-filsuf lain.
Pengalaman indrawi menurut mereka adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal
(rasio). Akal budi sendiri tidak dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang realitas tanpa
acuan pengalaman indrawi dan panca indra kita. Informasi yang di peroleh indera merupakan
fundamen semua ilmu pengetahuan, sedang akal budi (rasio) mendapat tugas untuk mengolah
bahan-bahan yang di peroleh dari pengalaman, metode yang di terapkan adalah metode induksi.

Aliran empirisme mengakui langkah yang telah ditanamkan Francis Bacon (1561-1626),
yang memberi tekanan kepada pengalaman sebagai sumber pengenalan. Warisan ini diterima dan
dikembangkan oleh tokoh-tokoh terkemuka empirisme, seperti Thomas Hobbes (1588-1679),
John Locke (1632-1704) dan D.Hume (1711-1776).

Sasaran filsafat menurut Thomas Hobbes adalah fakta-fakta yang diamati, tujuannya
mencari sebab-sebab, sedangkan alatnya adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan dalam
kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta itu. Dapat dipahami bahwa tidak semua yang diamati
pada benda-benda itu bersifat nyata, yang benar-benar nyata adalah gerak, sedang yang lainnya
hanya nyata ada dalam perasaan si pengamat saja. Segala yang ditentukan oleh hukum kausalitas
(sebab-akibat), termasuk di dalamnya kesadaran kita.

Tokoh lain adalah D. Hume (1711-1776), seorang empiris yang konsisten. Dalam karya
terbesarnya, Hume memperkenalkan metode eksperimental sebagai dasar menuju subjek-subjek
moral dengan mengupas panjang lebar mengena emosi manusia dan prinsip-prinsip moral.
Tidak banyak orang yang tahu, kecuali mungkin para sejarawan bahwa Eropa umumya dan Italia
khususnya menjadi modern seperti dewasa ini, sebenarnya telah dimulai sejak zaman
Renaissance. Jika zaman renainssance dimulai sekitar abad ke-14 maka untuk menghasilkan
Eropa modern seperti dewasa ini diperlukan kurang lebih lima abad.

Modernisasi bagaimanapun memerlukan waktu, bisa panjang bisa pendek tergantung dari
berbagai faktor. Kalau bangsa Italia khususnya dan bangsa Eropa umumnya memerlukan waktu
kurang lebih lima abad, maka bangsa Jepang memulai modernisasi sejak zaman Meiji Restorasi
hingga menjadi bangsa modern memerlukan waktu kurang lebih satu setengah hingga dua abad.

2. Filsafat Modern Aufklarung

Aufklarung adalah kata Jerman yang berpadanan dengan kata Inggris enlightenment yang
berarti pencerahan, penerangan. Kata ini menunjukan emansipasi manusia kungkungan wibawa,
purbasangka, adat dan tradisi semata-mata; disebabkan oleh desakan dari manusia sendiri untuk
berpikir lebih bebas tentang masalah kehidupannya sendiri. Penggunaan kata pencerahan Barat
didasarkan pada kemiripan dengan Aufklarung, alasan penggunaannya sendiri untuk
mendapatkan wawasan tentang hakikat dunia kita.

Sebagai soal fakta ada lebih kemiripan dengan Romantisisme dibandingkan dengan
Pencerahan: penekanan pada perasaan, wawasan intuitif, pada esensi sejati di luar dunia
penampilan. Kant mengartikan Aufklarung sebagai pembebasan manusia dari keadaan bersifat
minoritas dan membuat dirinya mampu menggunakan pemahaman sendiri tanpa pengarahan dari
luar. Keadaan minoritas itu disebabkan sumbernya bukan terletak pada kekurang pahamannya,
melainkan pada kurang terarahnya serta kurang berani untuk mengunakan pemahaman tanpa
bantuan orang lain.

Dalam persepektif historisnya, Aufklarung berhubungan dengan situasi budaya dan


sumbangan-sumbangan dari abad ke-18 terutama di Jerman, Prancis, inggris, dan Amerika.

a.Pencerahan di Jerman

Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan sikapnya terhadap agama Kristen
seperti yang terjadi di Perancis. Memang orang juga berusaha menyerang dasar-dasar iman
kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta menggantinya dengan agama yang berdasarkan
perasaan yang bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa “perang’ terbuka.

Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang bercita-cita untuk mengubah ajaran
kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum,
yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan. Sejak semula pemikiran filsafat
dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di Perancis. Hal itu mengakibatkan bahwa filsafat
Jerman tidak berdiri sendiri.

Para perintisnya di antaranya adalah Samuel Pufendorff(1632-1694), Christian Thomasius (1655-


1728). Akan tetapi pemimpin yang sebenarnya di bidang filsafat adalah Christian Wolff (1679-
1754).

la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, dengan
mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting
sekali baginya adalah susunan sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-gagasan yang jelas
dan penguraian yang tegas. Dialah yang menciptakan pengistilahan-pengistilahan filsafat dalam
bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Karena
pekerjaannya itu filsafat menarik perhatian umum.

Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran Leibniz dan menerapkan
pemikiran itu pada segala bidang ilmu pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang
terdapat penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz.

Hingga munculnya Imanuel Kant yang filsafatnya merajai universitas-universitas di


Jerman.Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba menyempurnakan Pencerahan adalah Immanuel
Kant (1724-1804). Yang merupakan Filsuf yang pengaruhnya terhadap filsafat pada dua ratus
tahun terakhir ini,baik di Barat maupun di Timur, hampir secara universal diakui sebagai filsuf
terbesar sejak masa Aristoteles. Ada yang berpendapat bahwa filsafat pada dua ratus tahun
terakhir ini bagaikan catatan kaki terhadap tulisan-tulisannya. Ada juga yang berpendapat sistem
filsafatnya bagi dunia modern ini laksana Aristoteles bagi dunia skolastik:

Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur,Jerman.Pikiran-pikiran dan tulisan-tulisannya membawa


revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern.ia hidup dizaman Scepticism Sebagian
besar hidupnya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical process of thought (proses
penalaran logis),the external world (dunia eksternal) dan reality of things (realitas segala yang
wujud ).

Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam dua periode: zaman pra-kritis dan zaman kritis.
Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi
karena terpengaruh oleh David Hume ( 1711-1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan
rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur
dogmatisnya. Pada zaman kriitsnya , Kant merubah wajah filsafatnya secara radikal.

Dilingkungan masyarakatnya,Kant sering menjadi subjek karikatur secara tidak wajar,semisal


bahwa rutinitas hariannya amat kaku sampai-sampai para tetangganya menyetel arloji mereka
menurut kedatangan dan kepergiannya setiap hari,namun cerita semacam ini mungkin justru
mencerminkan integritas kehidupannya yang bersesuaian dengan ide-idenya sendiri jika kita
ingin menilainya secara positif.ketika meninggal,epitaf di batu nisannya hanya bertuliskan“ Sang
Filsuf “ sebuah sebutan yang dianggap tepat,dengan mempertimbangkan bahwa periode filsafat
yang bermula dengan tampilnya Sokrates menjadi lengkap dalam banyak hal dengan hadirnya
Kant.

Dengan munculnya Kant dimulailah zaman baru, sebab filsafatnya mengantarkan suatu gagasan
baru yang memberi arah kepada segala pemikiran filsafat la sendiri memang merasa, bahwa is
meneruskan Pencerahan.

Karyanya yang terkenal dengan menampakkan kritisismenya adalah Critique of Pure Reason ?.
(kritik atas rasio murni) yang membicarakan tentang reason dan knowing process yang ditulisnya
selama lima belas tahun.Bukunya yang kedua adalah Critique of Practical Reason atau kritik atas
rasio praktis yang menjelaskan filsafat moralnya dan bukunya yang ketiga adalah Critique of
judgment atau kritik atas daya pertimbangan.

Kant yang juga dikenal sebagai raksasa pemikir Barat mengatakan bahwa, Filsafat merupakan
ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi empat persolan yaitu:

Apa yang dapat kita ketahui ? ,Apa yang boleh kita lakukan?,Sampai dimanakah pengharapan
kita? Dan Apakah manusia itu?

b.Pencerahan di Inggris

Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang bermacam-macam


keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang seorang lepas daripada yang lain, kecuali tentunya
beberapa aliran pokok.

Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu aliran dalam filsafat
Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert yang dapat
disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga agama Kristen
ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang
berdasarkan wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat mungkin
meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama.

Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum yang pasti bagi semua
orang dan secara langsung tampak jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala
pengalaman dalam pemikiran akal. Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan
umum segala manusia, karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal agama dan
kesusilaan.

Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga tersusunlah agama
alamiah, yang berisi:

a) bahwa ada Tokoh yang Tertinggi;

b) bahwa manusia harus berbakti kepada Tokoh yang Tertinggi itu;

c) bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan;

d) bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran
kesusilaan harus disesali;

e) bahwa kebaikan dan keadilan Allah.

memberikan pahala dan hukuman kepada manusia di dalam hidup ini dan di akhirat. Menurut
Herbert, di dalam segala agama yang positif terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama
alamiah.

Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert ini dikembangkan lebih lanjut,
baik yang mengenai unsur-unsurnya yang negatif maupun unsur-unsurnya yang positif.

c. Pencerahan di Perancis

Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari Inggris. Para pelopor filsafat di
Perancis sendiri (Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak dihargai lagi. Sekarang yang menjadi
guru mereka adalah Locke dan Newton.

Perbedaan antara filsafat Perancis dan Inggris pada masa tersebut adalah:

Di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran mereka dikenal oleh
umum, akan tetapi di Perancis keyakinan baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk populer.
Akibatnya filsafat di Perancis dapat ditangkap oleh golongan yang lebih luas , yang tidak begitu
terpelajar seperti para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan baru itu memasuki pandaangan
umum. Demikianlah di Perancis filsafat lebih eras dihubungkan dengan hidup politik, sosial dan
kebudayaan pada waktu itu. Karena sifatnya yang populer itu maka filsafat di Perancis pada
waktu itu tidak begitu mendalam. Agama Kristen diserang secara keras sekali dengan memakai
senjata yang diberikan oleh Deisme.
Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis terdapat bermacam-macam aliran: ada
golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada
golongan materialis, yang meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata.

Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan disini adalah Voltaire (1694-1778),

Pada tahun 1726 ia mengungsi ke Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan
Newton. Apa yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah:

a) sampai di mana jangkauan akal manusia,

b) di mana letak batas-batas akal manusia. Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal
agama alamiah dan etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup
kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.

Anda mungkin juga menyukai