Anda di halaman 1dari 17

PERISTIWA DI EROPA YANG BERPENGARUH

TERHADAP KEHIDUPAN UMAT MANUSIA

I. PENDAHULUAN

Sejarah Eropa dimulai sejak jaman Yunani kuno (abad 20 SM). Peradaban Yunani yang tinggi
memberi banyak pengaruh terhadap perkembangan Eropa dan dunia. Pengaruhnya masih dapat
kita lihat hingga saat ini (awal abad 21). Peradaban Eropa berikutnya yang juga banyak memberi
pengaruh terhadap bangsa-bangsa di dunia adalah peradaban Romawi. Bangsa Romawi
menempati wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Italia. Pada masa puncak kejayaannya pada
abad ke-1 M, kekaisaran Romawi merupakan salah satu negara terbesar yang pernah ada di
dunia. Kekuasaannya meliputi wilayah daratan seluas 3,5 juta mil persegi dengan populasi
sebesar 5 juta orang. Wilayah seluas itu kurang lebih adalah ¾ dari keseluruhan luas wilayah
benua Eropa sekarang. Karena begitu luas wilayahnya, ada dua bahasa yang digunakan sebagai
bahasa resmi kekaisaran ini. Bahasa latin menjadi bahasa utama di Romawi Barat, sedangkan di
Romawi Timur bahasa utama yang digunakan adalah bahasa Yunani. Melalui perantara kedua
bahasa ini, budaya Romawi yang mengutamakan rasionalitas menyebar keseluruh wilayah
Eropa.

Setelah keruntuhan kekaisaran Romawi di abad ke-4 M, Eropa mengalami satu periode
panjang, yang meliputi periode sekitar satu milenium atau 1000 tahun, yang dikenal sebagai abad
pertengahan. Abad pertengahan di Eropa dicirikan dengan semakin kuatnya dominasi gereja.
Institusi gereja memainkan peran yang tidak tergantikan dalam kehidupan masyarakat Eropa saat
itu. Dedikasi para pendeta Kristen terhadap Tuhan menjadi contoh ideal dalam masyarakat. Para
pendeta yang hidup di biara-biara adalah pekerja sosial bagi masyarakat, mereka membuka
sekolah, menampung para pengembara, dan membuka rumah sakit. Mereka menulis ulang karya-
karya dalam bahasa latin dan dengan itu meneruskan warisan pengetahuan dari masa lalu kepada
peradaban Eropa. Biara-biara menjadi pusat pengetahuan karena para pendeta adalah orang-
orang yang memiliki tradisi intelektual. Di Eropa abad pertengahan orang-orang yang tertarik
pada ilmu pengetahuan akan pergi belajar ke biara.

Pada abad ke-10 M perubahan-perubahan besar mulai melanda Eropa.


Perubahanperubahan tersebut diawali dari kota-kota pelabuhan dagang di Italia. Kota-kota
dagang Italia seperti Venesia, Genoa, dan Napoli mulai menjadi pusat kegiatan perdagangan
berbagai komoditi yang laku di pasaran dunia. Pada saat yang hampir bersamaan kota-kota di
wilayah Flanders, terletak di bagian barat laut Eropa, juga mulai muncul sebagai kota
perdagangan. Pada abad ke-12 M mulai terbentuk jaringan perdagangan yang menghubungkan
kota-kota dagang di Flanders dengan kota-kota dagang di Italia.
Kegiatan perdagangan yang berkembang membutuhkan emas dan perak dalam jumlah
yang besar. Emas dan perak dibutuhkan sebagai alat penukar dan ini mendorong berkembangnya
ekonomi uang. Dalam perkembangan selanjutnya berbagai perusahaan dan lembaga
penyimpanan uang didirikan dengan tujuan agar kegiatan perdagangan dapat dikelola dengan
baik. Maraknya kegiatan perdagangan mendorong munculnya orang-orang yang menguasai
modal dalam jumlah yang besar.

II. PENEMUAN MESIN CETAK

Perubahan secara besar-besaran di berbagai bidang menandai berakhirnya abad pertengahan.


Dalam sejarah Eropa periode yang menggantikan abad pertengahan dikenal dengan sebutan
periode modern awal (early modern period) yang mencakup abad 16 sampai ke abad 18.

Dalam periode modern awal banyak terjadi peristiwa yang berpengaruh secara
fundamental terhadap perkembangan sejarah Eropa dan dunia. Dalam periode ini bangsa Eropa
mulai melakukan penjelajahan samudra, mendirikan koloni di berbagai belahan dunia lain, dan
mendorong berkembangnya perdagangan global. Bangsa Eropa menemukan jalan ke Asia dan
berbagai benua-benua baru seperti Amerika serta Australia.

Selain untuk menyebarkan agama Kristen, tujuan lain dari penjelajahan Samudra yang
dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol adalah untuk menemukan daerah penghasil
rempah-rempah (cengkeh dan pala). Karena itu mereka terus mencari jalan sampai mereka
menemukan bahwa ternyata daerah penghasil rempah-rempah terletak di Kepulauan Maluku
yang ada di bagian timur kepulauan Nusantara.

Sebelum dimulainya jaman penjelajahan samudra, bangsa-bangsa Eropa mengalami berbagai


peristiwa penting. Selain peperangan, kehancuran dan kemunculan negara-negara baru, pada
masa modern awal di Eropa juga terjadi banyak penemuanpenemuan penting. Abad 15 menjadi
saksi dari perkembangan penting di bidang teknologi, yaitu ditemukannya mesin cetak. Sebelum
ada mesin cetak, orang menggunakan berbagai wahana untuk menyimpan tulisan seperti daun,
tanah liat, kulit binatang, dan batu. Namun demikian teknik mencetak tulisan dengan
menggunakan balok kayu yang diukir telah dikenal di Eropa sejak abad ke-12 dan bahkan di
Cina sebelum itu.

Pada tahun 1500 diperkirakan ada lebih dari seribu mesin cetak, yang dibuat dengan
mengikuti model Guttenberg, digunakan di seluruh Eropa. Mesin-mesin cetak tersebut secara
bersama-sama telah menghasilkan 40.000 judul barang cetakan (berupa buku, brosur, naskah,
dan sebagainya). Empat puluh ribu judul itu dicetak sebanyak kurang lebih delapan sampai
sepuluh juta kopi. Diperkirakan hampir separuh dari barang cetakan tersebut adalah bahan-bahan
yang berkaitan dengan kepentingan agama berupa Alkitab, komentar terhadap Alkitab, dan buku
khotbah.

Penemuan mesin cetak mendorong tersebar luasnya ilmu pengetahuan dan semangat
untuk meneliti. Dengan menggunakan mesin cetak, pemikiran dan karya kreatif seseorang dapat
menjangkau orang dalam jumlah ribuan dan bahkan jutaan. Dengan demikian mesin cetak juga
mendorong munculnya kelompok pembaca yang terus berkembang. Para pembaca barang
cetakan ini menjadi kaum terdidik yang membawa dampak secara mendalam terhadap
masyarakat Eropa. Tanpa adanya barang-barang cetakan bisa dibayangkan bahwa ide-ide yang
dibawa oleh gerakan reformasi maupun renaissans tidak akan menyebar secepat seperti yang
terjadi di abad ke-16. Lebih jauh lagi, mesin cetak telah menjadikan bangsa Eropa sebagai
bangsa terdepan di dunia dalam hal reproduksi pengetahuan. Dampak dari mesin cetak segera
terlihat, pada abad 16 kemampuan baca tulis bangsa Eropa mulai menigkat secara signifikan.
III. RENAISSANS

Jaman modern awal di Eropa ditandai dengan munculnya masa renaissans (abad 15-16). Kata
renaisans berasal dari bahasa Perancis yang artinya adalah “kelahiran kembali”. Apa yang
dimaksud dengan kelahiran kembali adalah kembalinya kebudayaan Yunani dan Romawi setelah
Eropa selama kurang lebih seribu tahun mengalami abad pertengahan. Kebudayaan Yunani dan
Romawi dicirikan oleh penghargaan terhatadap etika, estetika, dan rasionalitas. Penghargaan
terhadap hal-hal tersebutlah yang muncul kembali di masa rennaisans. Kesadaran tentang
renaissans muncul pertama kali di Italia dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa.

Masa renaissans dalam sejarah Eropa selain dianggap sebagai periode kelahiran kembali juga
dianggap sebagai masa pemulihan atau recovery. Kehidupan di Eropa pada abad ke-14 ditandai
dengan berbagai bencana seperti wabah penyakit (Black Death), kekacauan politik, dan krisis
ekonomi. Dalam dunia pemikiran, manusia Eropa abad pertengahan adalah manusia yang
kehidupannya didominasi oleh gereja. Banyak hal positif yang berkembang di periode tersebut,
namun dampak-dampak negatif juga ada. Hidup manusia abad pertengahan selalu dikaitkan
dengan tujuan akhir (eskatologi). Manusia hanya menjalani kehidupan yang sudah ditentukan
oleh Tuhan. Karena itu tujuan utama hidup seorang manusia adalah mencari keselamatan.
Keselamatan bisa didapat jika manusia patuh pada agama. Lembaga yang mengatur agama
adalah gereja dan karena itu manusia harus patuh kepada ketetapan yang dikeluarkan oleh
gereja.

Dunia pemikiran pada abad pertengahan banyak ditujukan untuk kegiatan teologi.
Pemikiran filsafat yang berkembang melahirkan filsafat skolastik, yaitu suatu pemikiran filsafat
yang berlandaskan pada agama dan digunakan sebagai alat pembenaran agama. Berbagai
pemikiran yang bertentangan dengan apa yang ditetapkan oleh gereja dilarang. Pemikiran yang
dapat berkembang adalah pemikiran yang tidak bertentangan dengan apa yang diajarkan dalam
teologia. Akibatnya inovasi dalam dunia pemikiran menjadi sangat terbatas. Gereja dengan para
pendetanya mendominasi kegiatan pengembangan dunia pemikiran. Berkembangnya dunia
pemikiran yang seperti ini menyebabkan abad pertengahan disebut juga sebagai Abad Kegelapan
atau Dark Ages.

Suatu perspektif baru tentang manusia muncul dalam masyarakat Italia di awal abad ke-15.
Italia pada abad tersebut adalah masyarakat yang tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat
urban atau kota. Negara-negara kota bermunculan dan menjadi sentral dari kegiatan politik.
Seiring dengan berkebangnya kegiatan perdagangan kehidupan masyarakat urban Italia menjadi
semakin sejahtera. Kesejahteraan yang dinikmati masyrakat menyebabkan mereka mulai berpikir
secara keduniawian dan mendorong munculnya pemikiran yang didasarkan pada rasionalitas.
Dalam sitiuasi yang seperti itu iklim untuk kelahiran renaissans menjadi semakin matang.
Penghargaan kepada manusia bukan lagi didasarkan hanya kepada pengabdiannya terhadap
gereja tetapi juga kepada kemampuan dan pencapainnya secara pribadi.

Pada awal abad ke-15 Leon Batista Alberti, seorang arsitek dari kota Fiorentina, dengan
tepat menggambarkan perkembangan dunia pemikiran yang baru tersebut ketika ia mengatakan
“Orang dapat melakukan semua hal jika mereka menginginkannya”. Penghargaan yang tinggi
pada nilai kemanusiaan dan potensi individu melahirkan gagasan baru tentang manusia
renaissans yang digambarkan sebagai “seorang individu universal” yang mampu mencapai
segala hal dalam berbagai bidang kehidupan. Menjadi manusia seutuhnya tidak harus dengan
menempuh jalan mematuhi secara penuh segala aturan yang ditetapkan oleh gereja. Menurut
paham renaissans, manusia dapat hidup secara maksimal jika hak-hak individunya dihargai dan
dengan demikian ia harus melepaskan diri dari dominasi agama dan gereja. Ia dapat melakukan
kegiatan keagamaan sebagai seorang individu, tetapi kebebasannya sebagai seorang manusia
sebaiknya didasarkan kepada kehidupannya sebagai manusia di dunia. Paham inilah yang disebut
dengan sekularisme. Secara ringkas, sekularisme adalah paham yang memisahkan keyakinan
berdasarkan kepercayaan atau keimanan dan kehidupan dunia yang didasarkan pada rasio.

Bangkit dan tumbuhnya gagasan tentang individualisme dan sekularisme di Italia pada
masa renaissans sangat terlihat dalam dunia intelektual, seni, dan sastra. Gerakan sastra
terpenting yang dihubungkan dengan renaissans adalah humanisme. Humanisme renaissans ialah
gerakan intelektual yang didasarkan pada pengkajian karya-karya sastra klasik Yunani dan
Romawi. Para humanis mempelajari liberal arts yang terdiri dari: tata bahasa, retorika, puisi,
filsafat moral atau etika dan sejarah. Semua yang dipelajari itu didasarkan pada karya-karya tulis
yang ditinggalkan oleh para ilmuwan dari masa Yunani dan Romawi kuno. Bidang kajian yang
dikaji oleh para humanis di masa renaissans disebut dengan bidang ilmu humaniora. Istilah
tersebut masih tetap digunakan hingga saat ini dan bahkan digunakan untuk menamai fakultas
yang mempelajari manusia sebagai mahluk individu dan sosial. Sejak masak renaissans Fakultas
Humaniora atau Faculty of Humanities dapat ditemukan di berbagai universitas diseluruh
penjuru dunia.

Tokoh yang dianggap sebagai bapak humanisme renaissans Italia adalah Petrarch (1304-
1374). Tokoh ini sangat menonjol dalam mendorong gagasan tentang humanisme ke dalam alam
pemikiran renaissans. Petrarch mendorong kaum cendikiawan untuk mempelajari karya-karya
dalam bahasa latin yang terlupakan. Ia menekankan arti penting dari karya-karya klasik dari
masa Yunani dan Romawi kuno. Petrarch menganjurkan kaum humanis untuk menggunakan
karya-karya Cicero untuk model penulisan prosa dan karyakarya Virgil untuk penulisan puisi.
Petrarch mengatakan “Yesus adalah Tuhanku, Cicero adalah sang pangeran bahasa”.

Pada awal abad ke-15 kesadaran tentang renaissans di Fiorentina mengambil arah yang
baru. Para humanis yang bekerja sebagai pegawai di dewan kota Fiorentina mulai memberi
perhatian secara intelektual terhadap kehidupan masyarakat sipil. Mereka meyakini bahwa kaum
cendikiawan mempunyai tugas untuk memberi dukungan kepada negara. Lebih jauh lagi, kaum
humanis juga meyakini bahwa pengetahuan mereka tentang humaniora harus dibaktikan untuk
negara. Humanisme Italia di awal abad ke-15 juga memberi perhatian yang besar kepada
peradaban Yunani kuno. Peradaban yang terakhir ini sangat menghargai kemapuan individu,
mencintai keindahan, dan mengutamakan rasio. Nilai-nilai seperti itu juga ingin dihidupkan lagi
oleh para humanis di Italia pada masa renaissans.

Eropa yang dilanda renaissans memberi iklim yang ideal bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang ilmu astronomi. Para pemikir abad pertengahan menggunakan
gagasan Aristoteles, Ptolomeus, dan ajaran gereja dalam menggambarkan bumi sebagai pusat
alam semesta atau yang dikenal dengan teori geosentris. Dalam konsepsi ini alam semesta dilihat
sebagai lingkaran konsentrik yang tidak bergerak dengan bumi sebagai pusatnya. Pandangan
geosentris mendapat kritikan tajam dari seorang astronom dan ahli matematika berkebangsaan
Polandia, Nicholas Copernicus (1473-1543).

Menurut Copernicus teori geosentris tidak sesuai dengan pengamatannya tentang gerak
tata surya. Dari pengamatannya selama bertahun-tahun terhadap pergerakan matahari, bulan, dan
bintang-bintang, Copernicus sampai pada kesimpulan bahwa matahari adalah pusat tata surya
atau dikenal dengan teori heliosentris. Teori yang diajukan oleh Copernicus didukung oleh
seorang astronom Jerman, Johannes Kepler (1571-1630). Menurut Kepler, orbit dari planet-
planet yang mengitari matahari tidak berbentuk lingkaran, namun elips. Teori heliosentris
semakin kukuh dengan penemuan teleskop oleh ilmuwan Italia, Galileo Galilei (1564-1642).
Dengan menggunakan teleskop Galileo dapat melihat gunung-gunung di bulan dan menemukan
bahwa planet Yupiter memiliki empat satelit.

Sampai sekarang banyak sejarawan mempertanyakan mengapa revolusi ilmu


pengetahuan terjadi di Eropa di masa renaissans dan bukan di Cina. Pada abad pertengahan Cina
adalah bangsa yang secara peradaban dan teknologi adalah yang paling maju di dunia. Namun
setelah abad ke-15, Eropa telah melampaui Cina sebagai pelopor kemajuan peradaban dan
teknologi. Ada beberapa sejarawan yang berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena
masyarakat Cina hidup dalam keteraturan, sedangkan masyarakat Eropa hidup dengan semangat
kompetisi. Beberapa sejarawan lainnya berpendapat bahwa pandangan hidup orang Cina yang
menekankan keharmonisan dengan alam dan bukan bagaimana cara menaklukkan alam telah
menjadi penyebab ketertinggalan Cina dari Eropa. Bahkan ada sejarawan yang berpendapat
bahwa sistem birokrasi Cina yang menyerap orang-orang terpandai menjadi penyebab tidak
adanya ilmuwan yang melakukan penemuan-penemuan baru di negara tersebut.

Di bidang seni, para seniman renaissans mencoba untuk melakukan imitasi terhadap alam
di dalam karya-karya mereka. Gerakan seni yang mereka usung disebut dengan naturalisme,
yaitu gerakan seni yang mencoba untuk mencitrakan kembali apa yang ada di alam seperti
aslinya. Semakin persis karya mereka dengan apa yang ada di alam maka mereka menganggap
karya mereka semakin berhasil. Pada saat yang sama, suatu standar artistik yang baru
mencerminkan suatu sikap pemikiran yang juga baru dimana manusia ditempatkan sebagai pusat
perhatian atau “pusat dari segala hal dan ukuran”. Gaya renaissans di bidang seni rupa
dikembangkan oleh para pelukis Fiorentina abad 15. Ada dua hal penting yang mereka
kembangkan di bidang seni rupa. Yang pertama adalah teknik melukis yang didasarkan pada
pemahaman terhadap perspektif, aspek geometris dari ruang, dan teknik pencahayaan. Yang
kedua, perhatian tergadap gerak dan struktur anatomi. Lukisan realistis dari manusia yang tidak
mengenakan pakaian menjadi ciri utama dari karya-karya seniman Italia pada masa renaissans.

Pada akhir abad ke-15, para seniman dan ilmuwan Italia telah menguasai teknik baru
untuk melakukan penelitian keilmuan terhadap dunia yang ada di sekitar mereka dan telah siap
untuk mencapai bentuk-bentuk baru dalam ekspresi kreatif. Kondisi ini menandai masa kejayaan
renaissans yang ditandai oleh karya tiga seniman sekaligus ilmuwan terkemuka, yaitu leonardo
da Vinci (1452-1519), Raphael (1483-1520), dan Michaelangelo (1475-1564). Leonardo da
Vinci menjadi contoh ideal dari ilmuwan renaissans. Sebagai ilmuwan ia adalah seorang
generalis yang mempelajari segala hal, termasuk juga tubuh manusia. Tujuannya dalam
mempelajari segala hal adalah untuk mengetahui bagaimana cara alam bekerja. Raphael di usia
dua puluh lima tahun telah dikenal sebagai salah satu pelukis Italia yang terbaik. Kehebatannya
sebagai seniman diakui melalui karya-karyanya tentang Madonna. Di dalam karya-karya itu ia
berusaha melampaui standard manusia di jamannya tentang keindahan. Sedangkan
Michaelangelo dikenal sebagai seorang pelukis, pematung, dan arsitek. Michaleangelo
dipengaruhi oleh neoplatonisme, yang melihat keindahan tubuh manusia sebagai refleksi
keindahan keilahian.

IV. REFORMASI GEREJA

Sepanjang paruh kedua abad ke-15 gagasan renaissans yang muncul di Italia menyebar ke
negara-negara Eropa lainnya. Di Eropa utara gagasan renaissans mulai menyentuh agama Kristen
dan disebut dengan Kristen humanisme. Tujuan utama dari Kristen humanisme ialah melakukan
reformasi terhadap agama Kristen. Para humanis Kristen meyakini kemampuan manusia untuk
berpikir secara rasional dan memperbaiki kehidupan mereka sendiri melalui pendidikan.
Menurut mereka untuk mengubah masyarakat pertama-tama mereka harus mengubah manusia
yang membentuk masyarakat tersebut.

Tokoh humanis Kristen yang paling terkemuka adalah seorang cendikiawan Belanda
yang bernama Desiderius Erasmus (1466-1536). Tokoh ini ialah orang yang merumuskan dan
mempopulerkan program reformasi kaum humanis Kristen. Erasmus menyebut konsepsinya
tentang agama sebagai Filsafat Kristen. Dalam konsepsinya ia menyatakan bahwa kekristenan
hendaknya menjadi panduan kehidupan sehari-hari dan bukannya sistem kepercayaan dan
praktek keagamaan dogmatis yang diterapkan oleh gereja pada abad pertengahan. Dengan
konsepsinya itu Erasmus dianggap oleh para sejarawan sebagai seorang yang menyiapkan jalan
menuju ke arah reformasi gereja.

Masalah utama yang melanda gereja di akhir abad pertengahan dan berpuncak di abad ke-15
adalah korupsi. Antara tahun 1450 sampai 1520, beberapa orang paus yang menjadi pimpinan
gereja gagal untuk memenuhi harapan umat Kristen yang telah menerima oleh gagasan-gagasan
renaissans. Para paus seharusnya merupakan pemimpin spiritual gereja Katolik, tetapi sebagai
pemimin tertinggi gereja mereka terlalu banyak terlibat dalam urusan-urusan duniawi. Para
petinggi gereja terlalu banyak mengurusi masalah uang dan menggunakan kedudukan mereka di
gereja untuk mencapai kedudukan yang mereka inginkan dan mengakumulasi kekayaan. Lebih
jauh lagi, banyak diantara para pendeta yang mengabaikan urusan keagamaan.

Sementara para pemimpin gereja gagal untuk menjalankan kewajiban mereka, masyarakat mulai
mempertanyakan peran dan makna gereja dalam kehidupan mereka. Gereja meminta bukan
hanya kepatuhan spritual namun juga kepatuhan sosial, ekonomi, politik atau secara ringkas
kepatuhan total. Pajak yang dipungut sendiri secara langsung dari masyarakat menyebabkan
gereja menjadi semakin kaya. Salah satu sumber kekayaan gereja yang kemudian menyebabkan
terjadinya sengketa besar dengan masyrakat adalah indulgensi. Apa yang dimaksud dengan
indulgensi adalah peniadaan hukuman akibat dosa. Indulgensi dapat dilakukan oleh gereja dan
sebagai imbalannya orang yang bertobat memberikan sumbangan uang tunai kepada gereja.
Dalam agama Kristen pengampunan Tuhan terhadap dosa tergantung pada pengakuan,
penyesalan, dan denda dosa. Pada abad pertengahan bentuk dari denda dosa sangat berat.
Bentuk-bentuk dari denda dosa itu antara lain seperti: berpuasa selama tujuh tahun dengan hanya
makan roti dan minum air atau melakukan perjalanan ziarah yang jauh serta berat. Seiring
dengan perjalanan waktu indulgensi telah berkembang menjadi alat pengganti, yaitu dengan
menyerahkan sejumlah uang sebagai pengganti pelaksanaan perbuatan yang seharusnya menjadi
denda dosa. Gagasan yang mendasari indulgensi berasal dari gagasan hukum masyarakat
Jermania yang menyatakan bahwa hukumman badan bagi tindak kejahatan dapat diganti dengan
bayaran uang. Namun karena uang dan indulgensi kemudian tercampur baur maka mulai terjadi
penyelewengan. Masyarakat biasa beranggapan bahwa dosa-dosa mereka bisa diampuni dengan
cara membayar dengan uang. Akibat dari penyelahgunaan indulgensi lembaga gereja menjadi
semakin kaya. Para pimpinnan dan petinggi gereja terdorong untuk melakukan korupsi. Kekayan
gereja dan para pengurusnya menyebabkan masyarakat beranggapan intitusi gereja sebagai
lembaga yang membiarkan tindak korupsi.

Martin Luther adalah searang pendeta dan profesor di Universitas Wittenberg di Jerman.
Sebagai profesor ia memberi kuliah tentang Alkitab. Kemungkinan suatu ketika diantara tahun
1513 dan 1516, melalui kajiannya terhadap Alkitab, ia sampai kepada jawaban terhadap
permasalahan “jaminan keselamatan” yang telah menjadi bahan pemikirannya sejak ia
memutuskan diri untuk mejadi pendeta. Ajaran agama Katolik menyatakan bahwa keimanan dan
amal ibadah diperlukan oleh seorang kristiani untuk mendapat penyelamatan individu. Dalam
pemikiran Martin Luther, manusia adalah mahluk yang lemah dan tidak memiliki kekuatan di
hadapan Tuhan yang maha kuasa. Manusia tidak akan pernah dapat melakukan amal ibadah yang
cukup untuk mendapat penyelamatan. Melalui kajiannya terhadap Alkitab, Luther sampai pada
kesimpulan bahwa manusia tidak akan mendapat penyelamatan melalui amal ibadah tetapi
penyelamatan akan diperoleh justru melalui keimanan terhadap janji Tuhan yang menjadi
mungkin karena pengorbanan Yesus ketika ia disalib. Doktrin penyelamatan melalui keimanan
menjadi doktrin utama dalam gerakan reformasi gereja. Karena Luther sampai kepada doktrin ini
melalui kajiannya terhadap Alkitab, maka Alkitab bagi Luther, sebagaimana umat Protestan
lainnya, menjadi panduan utama menuju kebenaran relijius.

Dalam pandangan Martin Luther, dirinya bukanlah seorang pemberontak gereja

Katolik. Namun ia sangat kecewa dengan meluasnya praktek jual beli indulgensi. Apa yang
menyebabkannya menjadi sangat marah adalah tindakan Pendeta Johan Tetzel yang memaksakan
indulgensi dengan slogan “Segera begitu koin yang dimasukkan ke kotak uang bergemerincing,
maka jiwa akan bangkit dari neraka”. Kemarahan yang begitu besar menyebabkan Martin Luther
pada tahun 1517 mengumumkan 95 tesis mengenai indulgensi. Tesis-tesis Luther ditulis pada
selembar poster yang kemudian ditempelkan dengan paku ke pintu utara gereja istana Frederik di
Wittenberg. Kejadian ini terjadi pada tanggal 31 Oktober 1517 dan menandai dimulainya
gerakan reformasi gereja.

Beberapa bagian dari tesis tersebut berisikan pernyataan dan beberapa lainnya adalah
pertanyaan. Menurut Luther dalam tesis-tesinya; orang yang bertobat tidak akan mengemis untuk
meminta hukuman dosanya dihapus, tetapi akan menyambutnya dengan senang hati sperti yang
dilakukan oleh Kristus dahulu. Masih menurut Luther, baik Paus ataupun siapapun tidaklah
berwenang untuk melakukan poenghapusan dosa. Karena itu menurutnya para penjaja indulgensi
telah menipu banyak orang. Masyarakat umum yang tidak berminat kepada perdebatan teologi
sangat tertarik kepada argumen-argumen Martin Luther yang membumi. Bagi mereka Luther
telah menyentuh masalah yang peka dengan cara yang sangat telak dan tepat sasaran. Apa yang
dikemukakan Luther di dalam tesistesisnya dengan tepat mewakili segala keluhan masyarakat
yang selama ini terpendam terhadap gereja. Segera setelah pengumuman 95 tesis Luther, ribuan
salinan dari tesis-tesis tersebut tersebar ke seluruh Eropa. Meskipun aslinya ditulis dalam bahasa
latin, tetapi tesis-tesis Luther segera diterjemahkan ke bahasa Jerman.

Pendapat Luther melalui pamfletnya mendapat reaksi keras dari gereja. Pada bulan Januari 1521
gereja menghukum Luther dengan melakukan ekskomuni atau melakukan pengucilan
terhadapnya. Dalam beberapa tahun kemudian gerakan keagamaan yang dicetuskan oleh Luther
menjelma menjadi revolusi. Luther mendapatkan dukungan dari banyak pemimpin Jerman. Para
pemimpin pendukung Luther ini segera mengambil alih kepemimpinan gereja yang ada di
wilayah kekuasaan mereka. Gereja Lutheran di Jerman (dan kemudian juga di Skandinavia)
kemudian menjadi gereja negara dimana negara menjalankan fungsi sebagai pengawas kegiatan
gereja. Sebagai bagian dari perkembangan gereja yang diawasi oleh negara, Luther
memperkenalkan pelayanan keagamaan untuk menggantikan pelayanan yang diberikan oleh
gereja Katolik. Pelayanan keagamaan yang diperkenalkan oleh Luther terfokus pada pembacaan
Alkitab, penyampaian firman-firman tuhan, dan lagu-lagu.

Gerakan keagamaan yang dipelopori oleh Luther dikenal dengan sebutan reformasi gereja.
Gerakan ini memunculkan agama Kristen Protestan. Sejak awal regormasi gereja telah terkait
dengan masalah-masalah politik. Pada tahun 1519 Charles I, raja Spanyol, terpilih menjadi kaisar
kekaisaran Romawi Suci (The Holly Roman Empire) dengan gelar Charles V. Secara politik
kaisar baru menginginkan seluruh wilayah kekaisarannya tetap berada di bawah kekuasaannya.
Secara keagamaan ia berharap untuk dapat menjaga kesatuan di kekaisarannya dengan agama
Katolik. Namun sayangnya situasi politik dan keagamaan di kekaisaran Romawi Suci tidak
sepenuhnya berada di bawah kendali Charles. Meskipun seluruh negara-negara di Jerman loyal
kepada kaisar, namun sejak abad pertengahan negara-negara kecil ini secara relatif telah
menikmati independensi dari kekuasaan kekaisaran.

Pada tahun 1546 Kaisar Charles V membawa pasukan memasuki Jerman untuk
menertibkan kondisi di sana. Pada saat itu gerakan Martin Luther telah diterima luas di

Jerman dan para penguasa Jerman telah siap menghadapi pasukan kekaisaran Romawi Suci. Para
penguasa Jerman pada akhirnya mampu mempertahankan independensinya dari kekaisaran.
Perang keagamaan di Jerman berakhir pada tahun 1555 dengan ditandatanginya perjanjian
Augsburg. Melalui perjanjian itu, pembagian agama Kristen secara formal diakui. Negara-negara
penganut Lutheran memiliki hak-hak yang sama dengan negara-negara Katolik. Dengan adanya
perjanjian Augsburg, apa yang pernah dikuatirkan oleh orang-orang Kristen Eropa sekarang
benar-benar terjadi. Sejak itu kesatuan agama Kristen yang ideal telah hilang untuk selamanya.
Perkembangan yang cepat dari agama Kristen Protestan membuat hal ini menjadi suatu
kepastian.
V. PENJELAJAHAN SAMUDRA DAN MERKANTILISME

Bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan samudra di masa renaissans. Penjelajahan samudra
yang dilakukan oleh bangsa Eropa merupakan peristiwa sejarah yang sangat penting bila dilihat
dari dampaknya bagi dunia modern. Selama sekitar dua abad (14201620) dorongan untuk
menemukan daerah baru di luar Eropa telah menyebabkan peningkatan yang luar biasa dalam
bidang ilmu pengetahuan tentang bumi dan manusiamanusia yang mendiaminya. Penemuan-
penemuan wilayah baru yang diikuti oleh kolonisasi, peperangan, perjanjian dagang, dan
persaingan telah menyebabkan munculnya negara-negara Eropa yang menguasai wilayah yang
lusa di seberang samudra. Penjelajahan samudra telah memunculkan kekayaan, kesempatan, dan
cara berpikir baru. Salah satu hasil paling nyata dari jaman penjelajahan samudra adalag
terciptanya negaranegara baru seperti: Amerika Serikat, Brazil, dan Australia. Negara-negara di
eropa yang tadinya hanya negara biasa, sekarang mulai muncul sebagai negara-negara adidaya di
dunia. Negara-negara Eropa yang menjadi besar pada era penjelajahan Samudra antara lain
adalah; Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris.

Sampai seribu tahun lebih sejak awal abad masehi, bangsa-bangsa Eropa tidak pernah
meluaskan pengaruhnya ke luar dari benua mereka. Meski demikian, Eropa tidak pernah benar-
benar terisolasi dari dunia luar. Berbagai komoditi dari Asia dan Afrika mencapai benua ini, dan
karya-karya para ilmuwan Islam dipelajari oleh kaum cendikiawan di Eropa. Adanya berbagai
kisah yang menarik tentang Asia telah menyebabkan orang-orang Eropa bahkan sejak jaman
sebelum masehi telah tertarik kepada dunia timur. Selama abad pertengahan berbagai mitos dan
legenda tentang dunia timur berkembang dengan luas di Eropa. Marco Polo dari venesia adalah
pengelana terkemuka dari abad pertengahan yang melakukan perjalanan ke Asia dengan
menempuh jalur sutra dan kemudian menuliskan pengalaman perjalannya.

Bangsa Portugis menjadi pelopor dari ekspansi Eropa ke Asia. Portugis mengawali ekspansinya
dengan melakukan pelayaran menyusuri Pantai Afrika hingga mencapai ke Senegal. Pelayaran
tersebut (1441) disponsori oleh Pangeran henry “Sang Navigator” dengan tujuan utama mencari
sekutu untuk melawan kekuatan Islam dan peluang-peluang dagang yang bisa mendatangkan
keuntungan. Pada tahun 1487, Bartolomeus Diaz memimpin armada Portugis hingga mencapai
Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Sebelas tahun kemudian, armada Portugis lainnya di bawah
pimpinan Vasco da Gama berlayar hingga ke Kalikut di sebelah barat pantai India. Kerajaan
Portugis mensponsori pelayaran da Gama dengan tujuan menghancurkan monopoli Islam
terhadap perdagangan rempahrempah. Kalikut adalah salah satu emporium dalam jalur
perdagangan rempah-rempah di Samudra hindia, tetapi saat itu Portugis mengira Kalikut adalah
daerah penghasil utama rempah-rempah. Meski kehilangan dua kapal, armada da Gama berhasil
kembali ke Eropa dengan membawa keuntungan lebih dari seribu persen dari modal yang
ditanam.

Tokoh penting yang menjadi pelopor ekspedisi laut Spanyol ke luar benua Eropa adalah seorang
Itali yang berasal dari Genoa, yaitu Christopher Columbus (1451-1506). Setelah ditolak oleh raja
Portugis, Columbus berhasil mendapat dukungan dari ratu Isabella dari Spanyol untuk
membiayai pelayaran ekspedisinya. Pada tahun 1492 Columbus berhasil mencapai benua
Amerika. Ia tidak menyadari bahwa dia mencapai benua baru dan mengira ia telah sampai ke
Asia. Daratan Amerika Selatan ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1500 oleh armada
Portugis di bawah pimpinan Pedro Cabral. Namun demikian, nama benua Amerika berasal dari
nama seorang pelaut dari kota Fiorentina yang bernama Amerigo Vespuci. Orang terakhir ini
menerbitkan serangkaian karangan tentang kondisi geografis benua baru yang menyebabkan
benua baru tersebut kemudian diberi nama Amerika.

Untuk menghindari terjadinya konflik terbuka antara dua negara Eropa yang mempelopori
penjelajahan Samudra, yaitu Portugis dan Spanyol, maka pada tahun 1494 diadakan perjanjian
Tordesillas. Perjanjian ini diadakan di kota Tordesillas yang terlatak di Spanyol. Perjanjian
Tordesillas membagi dunia menjadi dua. Menurut perjanjian ini, wilayah dari Tanjung Harapan
ke timur menjadi milik Portugis. Sedangkan wilayah Samudra Atlantik ke barat menjadi milik
Spanyol. Perjanjian Tordesillas berlaku dengan pengesahan dari Paus di Roma. Setelah
dimulainya reformasi gereja di dekade ke dua abad ke-16, negara-negara Eropa non-Katolik
Roma seperti Belanda, Inggris, dan Swedia merasa tidak terikat dengan perjanjian Tordesilass.
Menurut mereka dunia adalah wilayah yang terbuka yang boleh dijelajahi oleh siapa saja.

Penaklukan Spanyol di benua Amerika dimulai pada tahun 1519. Pada tahun itu pasukan
Spanyol di bawah pimpinan Hernando Cortez, setelah melakukan peperangan selama tiga tahun,
berhasil mengalahkan kerajaan Aztec di Mexico. Antara tahun 15311536, ekspedisi militer di
bawah pimpinan Fransisco Pizarro berhasil menundukkan Kerajaan Inka yang terletak di Peru.
Setelah itu diperlukan waktu sekitar tiga puluh tahun sebelum bagian barat Amerika Selatan
berhasil sepenuhnya dikuasai oleh Spanyol. Ada beberapa faktor yang menunjang dominasi
Eropa di benua Amerika. Pertama, bangsa Eropa memiliki keunggulan di bidang teknologi
persenjataan, yaitu dengan menggunakan senjata api dan meriam. Kedua, orang Eropa
mempunyai perekonomian yang maju dibandingkan penduduk asli Amerika yang
memungkinkan mereka untuk mengakumulasi modal untuk keperluan penaklukkan daerah baru.
Ketiga, orang Eropa memiliki sistem administrasi yang modern sehingga memudahkan mereka
dalam menciptakan pemerintahan yang terorganisir di daerah yang dikuasainya.

Bangsa Belanda memulai penjelajahan samudra dengan mencari daerah sumber penghasil
rempah-rempah. Armada Belanda pertama yang mencapai kepulauan Indonensia adalah armada
yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Armada de Houtman mencapai kota pelabuhan Banten
di ujung barat Pulau Jawa pada tahun 1596. Mereka berhasil mencapai kepulauan Indonesia
dengan memanfaatkan buku perjalanan laut yang ditulis oleh Jan Huygen van Linschoten yang
berjudul Itinerario. Di Banten para pedagang Belanda membeli lada dan kemudian melanjutkan
perjalanan ke arah timur untuk mencari kepulauan maluku untuk mendapatkan komoditi cengkeh
dan pala. Pada tahun 1597 de Houtman berhasil kembali ke Belanda dengan membawa berita
tentang kemungkinan untuk meraih keuntungan besar dari perdagangan rempah-rempah di
Nusantara. Dalam waktu kurang dari lima tahun terbentuk sepuluh perusahaan di Belanda yang
mengirimkan 14 armada dagang dengan tujuan untuk membeli cengkeh, pala, dan lada dari
Nusantara.

Banyaknya maskapai dagang Belanda yang beroperasi di Nusantara mendatangkan persaingan


diantara mereka dan menyebabkan keuntungan yang didapat menjadi kecil. Karena itu, atas
inisiatif pemerintah Belanda, pada tahun 1602 semua maskapai dagang Belanda tersebut dilebur
menjadi satu maskapai dagang yang disebut dengan Verenigde oost-Indische Compagnie (VOC)
atau Maskapai Dagang Hindia Timur. Untuk memperkuat VOC, pemerintah Belanda memberi
maskapai dagang ini hak oktroi yang berlaku selama 21 tahun dan dapat diperbaharui untuk 21
tahun berikutnya. Hak oktroi meliputi hak untuk melakukan perjanjian dengan negara lain,
merekrut tentara, menyatakan perang, mendirikan koloni dan benteng, serta mengadakan kontrak
dagang. Dengan hak oktroi dimilikinya keasaan VOC menyerupai negara. Begitu besarnya
kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki oleh VOC sehingga banyak sejarawan yang menganggap
maskapai dagang ini memiliki kekuasaan bagaikan negara.

Meskipun VOC dianggap sebagai perusahaan dagang multinasional terbesar di abad ke-17,
tetapi perusahaan dagang multinasional yang pertama sebenarnya didirikan oleh orang Inggris.
Perusahaan dagang milik Inggris didirikan pada tahun 1602 dan diberi nama East India
Company (EIC) atau Perusahaan Hindia Timur. EIC didirikan tanpa dukungan dana sebesar
VOC dan karena itu perusahaan ini baru bisa benar-benar bersaing dengan VOC setelah
beroperasi lebih dari seratus tahun atau pada abad ke-18. Berbeda dengan VOC yang
memperdagangkan rempah-rampah, komoditi utama yang diperdagangkan oleh EIC adalah teh,
kopi, dan kain tekstil India.

Dalam melakukan perdagangan luar negeri di abad 17 dan 18 Inggris menerapkan suatu sistem
ekonomi yang dikenal dengan nama merkatilisme atau yang disebut juga dengan komersialisme.
Merkantilisme adalah sistem ekonomi dimana suatu negara berusaha mengumpulkan kekayaan
dengan cara melakukan perdagangan dengan negaranegara lain, mengekspor lebih banyak dari
impor dengan tujuan untuk meningkatkan cadangan emas dan logam mulia lainnya. Kata
merkatlisme berasal dari kata latin mercans yang artinya adalah “pembeli”. Sistem ini
mendorong negara untuk meninggalkan kegiatan pertanian dan menggantikannya dengan
kegiatan perdagangan dalam rangka mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Meskipun saat
ini sistem merkatilisme tidak lagi populer, tetapi sistem ini merupakan salah satu sistem ekonomi
utama ayng berlaku di abad 17 dan 18. Sistem merkantilisme adalah salah satu faktor pendorong
bagi berbagai aktifitas eksplorasi dan kolonisasi yang dilakukan negara-negara Eropa pada
periode modern awal.

Pada tahun 1650 pemerintah Inggris secara resmi menerapkan sistem merkantilisme dalam
kegiatan perdagangan. Untuk mencapai tujuan dari sistem merkatilisme pemerintah Inggris
serangkaian peraturan yang secara ekslusif menguntungkan kepentingan ekonomi Inggris.
Peraturan-peraturan tersebut menciptakan suatu sistem perdagangan di mana koloni Inggris di
Amerika memberi pasokan Inggris dengan bahan-bahan mentah dan Inggris menggunakan
bahan-bahan mentah tersebut untuk menghasilkan barang-barang yang bisa dijual di pasaran
Eropa dan di daerah koloni. Sebagai daerah penghasil barang mentah, daerah koloni tidak akan
pernah bisa berkompetisi dengan Inggris sebagai negara yang mengolah dan memasarkan hasil
olahan barang-barang mentah tersebut. Para pedagang dan kapal-kapal Inggris mendukung
penuh sistem merkantilisme. Mereka selalu berusaha agar negara lain tidak dapat turut
menikmati keuntungan dagang yang di dapat oleh Inggris. Sejak akhir abad ke-18 seiring dengan
berakhirnya era perusahaan dagang multinasional seperti VOC dan EIC sistem merkantilisme
mulai ditinggalkan.

VI. REVOLUSI INDUSTRI


Revolusi industri dimulai di Inggris pada tahun 1780-an. Perbaikan cara berproduksi dalam
kegiatan pertanian di abad ke-18 telah menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
produksi makanan. Sejak itu hasil pertanian Inggris dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan
tenaga kerja yang sedikit dan harga produk yang terjangkau. Dampak positifnya keluarga-
keluarga biasa di Inggris tidak perlu lagi membelanjakan sebagian besar uangnya untuk membeli
makanan dan karena itu mereka sekarang memiliki cukup uang untuk membeli barang-barang
lainnya. Pada saat yang sama, pertumbuhan populasi penduduk yang cepat menyediakan surplus
tenaga kerja yang diperlukan oleh pabrikpabrik baru yang akan menjadikan Inggris sebagai
negara industri.

Faktor kunci yang menyebabkan terjadinya revolusi industri di Inggris adalah kemampuan
negara ini untuk menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan oleh pasaran dengan harga yang
murah. Metode tradisional memproduksi barang dengan industri rumahan tidak akan dapat
memenuhi kebutuhan pasar yang meningkat pesat. Kebutuhan itu terutama berupa pakaian
berbahan katun yang permintaannya datang dari Inggris dan wilayah-wilayah koloninya di
seluruh penjuru dunia. Menghadapi permintaan yang tinggi, pembuatan pakaian di Inggris
mencari dan menerima metode-metode baru yang dihasilkan oleh penemuan-penemuan di bidang
teknologi dan sistem produksi. Proses pembaharuan di dalam cara berproduksi inilah yang
mendorong terjadinya revolusi industri.

Pada tahun 1782 seorang ilmuwan Skotlandia yang bernama James Watt (17361819) berhasil
menyempurnakan mesin uap ciptaannya sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Dengan menggunakan tenaga uap dan batubara, mesin uap ciptaan James watt dapat menjadi
sumber energi penggerak menggantikan tenaga air dan angin. Berbeda dengan kincir angin dan
air, mesin uap ciptaan watt dapat ditempatkan dimana saja. Mesin uap dapat digunakan untuk
memintal benang, menenun kain, menggerakkan lokomotif, kapal, dan sebagainya. Mesin uap
menciptakan cara baru dalam berproduksi. Sejak itu pabrik-pabrik menggantikan industri
rumahan dan bengkel kerja. Dengan menggunakan mesin uap, barang-barang dapat diproduksi
secara massal dengan biaya produksi yang murah.

Penemuan mesin uap memberi dorongan besar bagi peningkatan industri kain katun di Inggris.
Pada tahun 1760 Inggris mengimpor 2,5 juta pounds kapas yang semuanya digunakan untuk
keperluan industri. Pada tahun 1787 jumlah impor kapas meningkat menjadi 22 juta pounds.
Pada tahun 1840 impor kapas Inggris berjumlah 366 juta pounds. Pada saat itu kain katun buatan
Inggris telah dipasarkan ke seluruh penjuru dunia. Selama masa revolusi industri, cara
memproduksi besi di Inggris juga mengalami revolusi secara radikal. Besi berkualitas tinggi
mulai dihasilkan industri besi Inggris pada tahun 1780-an. Pada tahun 1740 Inggris
memproduksi 17.000 ton besi. Seratus tahun kemudian, tepatnya pada tahu 1840an produksi
besi Inggris telah mencapai dua juta ton. Pada tahun 1852 Inggris menghasilkan tiga juta ton
besi. Produksi sebanyak itu melebihi dari produksi besi seluruh dunia jika digabungkan.

Penemuan mesin uap memicu terjadinya industrialisasi. Keberadaan pabrik-pabrik menciptakan


cara kerja yang baru. Para pemilik pabrik dapat mengoperasikan mesin-mesin mereka secara
maksimal. Karenanya para buruh bekerja secara teratur dalam periode tertentu dengan sistem
shift, agar mesin dapat terus bekerja dengan konstan. Para buruh di Inggris banyak yang berasal
dari daerah pedesaan yang datang ke kota di luar musim tanam dan panen. Pada pertengahan
abad ke-19 Inggris telah menjadi negara industri paling maju dan termakmur di dunia. Pada masa
ini Inggris menjadi penghasil paling utama, pusat perputaran uang, dan pusat kegiatan
perdagangan. Inggris memproduksi separuh dari barang-barang industri dan batubara yang
diperlukan oleh dunia. Pada tahun 1850, jumlah produksi kain katun Inggris sama besarnya
dengan jumlah produksi kain katun seluruh negara Eropa digabungkan menjadi satu.

Dari inggris revolusi industri menyebar ke seluruh benua Eropa. Negara-negara pertama di
daratan Eropa yang pertama melakukan revolusi industri adalah Belgia,

Perancis, dan Jerman. Pemerintahan di negara-negara tersebut aktif dalam mendorong


industrialisasi dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk ahli teknik dan menyediakan dana
untuk pembangunan jalan, jembatan, dan rel kereta api. Pada tahun 1850 suatu jaringan kereta rel
kereta api telah menyebar dan menghubungkan seluruh Eropa daratan.

Sama seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat yang telah menjadi merdeka pada tahun
1776 juga turut mengalami revolusi industri. Di negara ini revolusi indutsri telah
mentransformasikan cara berproduksi secara besar-besaran. Pada tahun 1800 enam dari tujuh
buruh di AS berasal dari kalangan petani dan tidak ada kota di negara ini yang penduduknya
lebih dari 100.000 orang. Pada tahu 1860 populasi penduduk AS telah menjadi 30 juta orang.
Pada tahun itu sembilan kota di AS berpenduduk lebih dari 100.000 orang dan hanya 50% dari
para buruh yang berasal dari kalangan petani. Di bidang infrastruktur, ribuan mil kanal dan jalan
dibangun untuk menghubungkan AS bagian timur dan barat. Pada tahun 1830 panjang rel kereta
api hanya 100 mil, tetapi tiga puluh tahun kemudian panjangnya sudah mencapai 27.000 mil.
Revolusi transportasi mengubah AS menjadi satu pasar tunggal yang besar bagi barang-barang
hasil industri yang diproduksi di wilayah bagian timur laut negara tersebut.

Sebelum tahun 1870, revolusi industri yang telah mengubah Eropa dan AS secara radikal, tidak
menyebar secara berati ke belahan dunia lainnya. Bahkan di Eropa Timur proses industrialisasi
jauh tertinggal dengan Eropa Barat. Sebagai contoh adalah Rusia yang masih tetap merupakan
negara agraris yang diperintah oleh rezim aristokrasi berdasarkan pada sistem feodal. Di Asia,
negara-negara industri berusaha menghambat terjadinya revolusi industri di koloninya melalui
berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial. Di India pasaran lokal dibanjiri
oleh kain katun murah buatan Inggris sehingga banyak penenun yang kemudian kehialangan
pekerjaan. Hindia Belanda juga mengalami situasi yang tidak berbeda, pasaran lokal dibanjiri
oleh impor kain dari negara Belanda (kain produksi kota Twente).

Revolusi industri memicu terjadinya urbanisai. Pada tahun 1800 kota terpadat di Inggris adalah
kota London yang berpenduduk satu juta orang. Selain itu ada 6 kota yang berpenduduk antara
50.000-100.000 orang. Lima belas tahun kemudian populasi London meningkat menjadi
2.636.000 orang dengan 9 kota lainnya berpenduduk lebih dari 100.000 orang. Lebih dari 50%
populasi Inggris pada tahun 1850 hidup di kota-kota besar maupun kecil. Lebih jauh lagi,
revolusi industri menghasilkan kemunculan kelas menengah baru. Kaum borjuis atau kelas
menengah bukanlah kelompokm masyarakat baru. Mereka telah ada sejak munculnya kota-kota
abad pertengahan. Kata borjuis berasal dari kata burgher yang artinya adalah warga kota yang
terdiri dari kaum bangsawan, pedagang, pegawai pemerintah, ahli hukum, pedagang, dan
kalangan profesional lainnya. Kelas menengah baru yang muncul pada masa revolusi industri
terdiri dari para pemilik pabrik, pemilik bank, dan keluarga mereka. Kelompok masyarakat baru
ini berusaha menajdi bagian dari kaum elit kota dan bersamaan dengan itu berusaha
membedakan diri mereka dengan kaum buruh yang bekerja di pabrik.

Meskipun membawa dampak-dampak positif, revolusi industri juga mengakibatkatkan berbagai


dampak negatif. Dampak negatif itu antara lain adalah: peningkatan polusi (udara, air, dan
suara), berkembangnya konsumerisme, kepadatan penduduk kota, dan kehidupan kaum buruh
yang sulit. Pada masa revolusi indutri para buruh mengalami kondisi kerja yang sangat buruk.
Mereka bekerja dalam shift selama 1216 jam sehari, enam hari seminggu, dengan istirahat
setengah jam untuk makan. Tidak ada jaminan keselamatan kerja dan tidak ada upah minimum.
Banyak perempuan dan anakanak yang dipekerjakan di pabrik-pabrik ataupun tambang-tambang.
Anak-anak menjadi bagian penting dari ekonomi keluara pada masa pra-industri. Mereka bekerja
membantu orang tua di ladang atau kebun atau membantu pekerjaan di rumah. Di masa revolusi
industri tenaga kerja anak-anak dieksploitasi lebih daripada sebelumnya. Para pemilik pabrik
katun menemukan bahwa anak-anak dapat sangat membantu dalam proses produksi. Ukuran
badan mereka yang kecil menjadikan mereka tenaga kerja yang ideal untuk menjalankan mesin
pembuat kain katun. Anak-anak juga lebih mudah dilatih untuk bekerja di pabrik dibandingkan
orang yang sudah dewasa. Mereka penurut dan lebih dari itu tenaga kerja anak tidak perlu
dibayar penuh seperti tenaga kerja orang dewasa.

Dalam dunia pemikiran, revolusi industri telah memicu munculnya dua idelogi penting di abad
19, yaitu liberalisme dan nasionalisme. Liberalisme berakar pada abad 18 (abad pencerahan),
revolusi Amerika, dan revolusi Perancis. Paham liberalisme berlandaskan pada gagasan bahwa
manusia sebagai individu harus diberi kebebasan sebesar munkin. Liberalisme berkembang
menjadi keyakinan politik yang menekankan pada kesamaan di depan hukum, kebebasan pers,
berkumpul, dan toleransi agama. Semua kebebasan ini harus dijamin dalam suatu dokumen
tertulis atau konstitusi. Kaum Liberal meyakini bahwa kekuasaan negara harus dibatasi karena
bisa mengganggu kebebasan individu. Sebagai ideologi, liberalisme banyak disukung oleh kelas
menengah baru yang menginginkan peran politik yang lebih luas setelah terjadinya revolusi
industri.

Ideologi lain yang muncul sebagai respon terhadap revolusi industri adalah nasionalisme.
Kebangkitan nasionalisme dalam suatu komunitas ditandai dengan adanya kesadaran terhadap
kesamaan nasib, budaya, bahasa, dan sejarah. Komunitas yang memiliki kesadaran semacam ini
disebut dengan bangsa. Setiap individu dalam bangsa diharap untuk memberikan loyalitasnya
yang tertinggi kepada bangsanya. Sejak pecahnya revolusi Perancis, setiap kaum nasionalis
mempercayai bahwa setiap bangsa harus memiliki pemerintahnya sendiri. Sebagai contoh adalah
bangsa jerman yang terpecahpecah, menginginkan untuk bersatu sebagai bangsa dan membentuk
satu pemerintahan yang terpusat. Nasionalisme kemudian menjadi tantangan bagi tatanan politik
di Eropa saat itu yang mayoritas berbentuk negara monarki seperti: Inggris, Prusia, dan Turki.
Nasionalisme bukan hanya berkembang di Eropa dan AS, tetapi juga di Amerika Selatan dan
Asia sebagai kekautan baru yang mampu melawan kolonialisme.

VII. PENUTUP

Secara geografis benua Eropa tidaklah sebesar benua Asia, Amerika dan Afrika. Jumlah
penduduknya juga bukan yang terbesar jika dibandingkan dengan benua-benua lainnya. Tetapi
ukuran geografis maupun jumlah penduduk bukan merupakan representasi dari pengaruh benua
Eropa terhadap dunia. Sampai dengan akhir abad pertengahan Eropa relatif tidak banyak
berinteraksi dengan benua-benua lain. Namun demikian, sejak dimulainya era penjelajahan
samudra negara-negara yang berasal dari benua ini mulai muncul sebagai kekuatan politik,
ekonomi, dan maritim dunia. Dimulai dari bangsa Portugis dan Spanyol dan diikuti oleh bangsa-
bangsa lainnya, penjelajahan samudra yang dilakukan oleh orang-orang Eropa telah membuat
dunia semakin terhubung antara satu dengan yang lain. Jika sebelum abad 16 dunia perdagangan
Asia yang dikuasai oleh perdagangan Islam telah mampu menghubungkan Eropa dengan daerah
penghasil komoditi di Asia, maka setelah orang-orang Eropa melakukan penjelajahan samudra
jaringan perdagangan dunia telah meliputi kawasan Eropa, Asia, Amerika, Afrika, dan bahkan
Asutralia.

Benua Eropa dapat dikatakan sebagai tempat dimana terjadi berbagai penemuan yang mengubah
cara hidup manusia. Perkembangan sejarah Eropa telah menyebabkan ilmu pengetahuan dapat
berkembang dengan baik di benua ini. Berbagai pengetahuan yang sekarang menjadi cabang
ilmu muncul dan berkembang di Eropa. Perkembangan dunia ilmu di Eropa telah dimulai sejak
jaman Yunani dan Romawi kuno. Kedua peradaban ini menjadi landasan bagi perkembangan
Eropa Modern. Kemampuan orang Eropa untuk berpikir rasional telah dimulai oleh dirintis oleh
para filsuf yang hidup di masa Yunani kuno yang dilanjutkan pada masa Romawi dan
dihidupkan kembali pada masa renaissans. Rasionalitas yang digunakan oleh orang Eropa dalam
mengatasi berbagai masalah telah menyebabkan mereka dapat melakukan inovasi di berbagai
bidang kehidupan.

Salah satu inovasi terpenting di bidang teknologi yang mempengaruhi cara penyebaran ilmu
pengetahuan adalah penemuan mesin cetak. Sebelum adanya mesin cetak, karya-karya tulis yang
dihasilkan oleh para ilmuwan dan kaum agamawan hanya dapat digandakan dengan cara ditulis
ulang atau menggunakan balok kayu yang diukir. Cara seperti ini menyebabkan berbagai hasil
pemikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan hanya dapat beredar di kalangan terbatas.
Penemuan mesin cetak oleh Johan Guttenberg merupakan revolusi besar dalam sejarah umat
manusia. Dengan menggunakan mesin cetak sebuah karya tulis dapat digandakan hingga ribuan
dan bahkan jutaan eksemplar. Sejak itu sirkulasi karya tulis telah menjangkau semakin banyak
orang. Apa yang dipikirkan oleh seorang penulis tidak lagi hanya berpengaruh terhadap sejumlah
kecil orang, tetapi dapat menimbulkan suatu perubahan besar karena dibaca oleh kalangan yang
luas.

Anda mungkin juga menyukai