PEDOMAN PELAKSANAAN
SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT)/BALAI
DI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
1
BAB I
TUJUAN, RUANG LINGKUP, DEFINISI DAN REFERENSI
A. TUJUAN
Pedoman Pelaksanaan SMAP UPT/Balai ini disusun sebagai panduan bagi Dewan
Pengarah, Manajemen Puncak, dan Tim FKAP dalam menerapkan SMAP yang
dilakukan dengan:
1. Mencegah, mendeteksi dan menangani penyuapan sesuai dengan ketentuan
dan persyaratan SNI ISO 37001:2016 untuk menciptakan kepatuhan dan
budaya berintegritas anti penyuapan;
2. Memastikan SMAP dapat terimplementasi secara efektif di lingkungan
UPT/Balai;
3. Memastikan terlaksananya program-program anti penyuapan yang harus
dijalankan secara rutin, seperti perencanaan anti penyuapan,
sosialisasi/awareness, pemantauan dan pengukuran kinerja anti penyuapan,
audit internal SMAP serta evaluasi dan tinjauan SMAP di UPT/Balai.
B. DEFINISI
1. Audit adalah proses yang sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk
menentukan jangkauan kriteria audit terpenuhi.
2. Dewan Pengarah adalah Kelompok atau badan yang memiliki tanggung jawab
utama dan kewenangan untuk aktivitas organisasi, pengelolaan dan kebijakan
serta menerima laporan dan pertanggungjawaban dari Manajemen Puncak.
3. Fraud adalah suatu kecurangan atau tindakan penipuan yang dilakukan oleh
satu orang atau lebih dalam rangka menguntungkan diri sendiri.
4. Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan (Tim FKAP) yaitu orang (kelompok) di
UPT/Balai yang dipilih secara khusus oleh Manajemen Puncak untuk memiliki
tanggung jawab dan wewenang dalam pelaksanaan SMAP di UPT/Balai.
5. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar
negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa
sarana elektronik.
6. Informasi Terdokumentasi adalah informasi dalam bentuk media
penyimpanan yang dipersyaratkan untuk dikendalikan.
7. Kebijakan adalah maksud dan tujuan dari organisasi, yang dinyatakan secara
formal oleh Manajemen Puncak atau Dewan Pengarah.
8. Keefektifan adalah tingkatan dimana rencana aktivitas terealisasi dan hasil
direncanakan tercapai.
2
9. Kinerja adalah hasil yang dapat diukur.
10. Kompetensi adalah kemampuan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
11. Korupsi adalah suatu tindakan penipuan yang mencakup berbagai
penyimpangan dan tindakan illegal yang ditandai dengan penipuan disengaja.
Hal ini dapat dilakukan untuk manfaat atau merugikan organisasi dan oleh
orang luar maupun di dalam organisasi.
12. Manajemen Puncak adalah kelompok atau perorangan yang merupakan
pengendali utama dari organisasi sesuai dengan ruang lingkup SMAP.
13. Organisasi adalah orang atau kelompok orang yang memiliki fungsi masing-
masing dengan tanggung jawab, wewenang dan hubungan untuk mencapai
suatu sasaran.
14. Pemangku Kepentingan adalah orang atau organisasi yang dapat
mempengaruhi, dipengaruhi, atau menganggap dirinya terpengaruh oleh suatu
keputusan atau aktivitas dari UPT/Balai di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
15. Pemantauan adalah penentuan status sistem, proses, atau aktivitas.
16. Pengukuran adalah proses untuk menentukan nilai.
17. Penyuapan adalah menawarkan, menjanjikan, memberikan, menerima atau
meminta keuntungan yang tidak semestinya dari nilai apapun (berupa
keuangan atau non keuangan), langsung atau tidak langsung, terlepas dari
lokasi, merupakan pelanggaran peraturan perundang-undangan, sebagai
bujukan atau hadiah untuk orang yang bertindak atau menahan diri dari
bertindak terkait kinerja dari tugas orang tersebut.
18. Personel adalah direktur, pegawai, staf sementara atau pekerja, dan pekerja
sukarela dari organisasi.
19. Pihak Ketiga adalah orang atau badan yang mandiri dari organisasi.
20. Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang saling terkait yang
bersama-sama mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output).
21. Rekan Bisnis adalah pihak eksternal dimana organisasi mempunyai, atau
merencanakan untuk menetapkan, beberapa bentuk hubungan bisnis.
22. Risiko adalah dampak dari ketidakpastian pada sasaran.
23. Risiko Korupsi adalah risiko yang berkaitan dengan perbuatan yang
mengandung unsur kesengajaan, niat, menguntungkan diri sendiri atau orang
lain, penipuan, penyembunyian atau penggelapan, dan penyalahgunaan
kepercayaan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara tidak sah
yang berupa uang, barang/harta, jasa, dan tidak membayar jasa, yang
dilakukan oleh satu individu atau lebih di lingkungan organisasi.
24. Sasaran adalah hasil yang ingin dicapai.
25. Sistem Manajemen adalah sekumpulan unsur yang saling terkait atau
berinteraksi untuk menetapkan dan sasaran dan proses untuk mencapai
sasaran tersebut.
3
26. Tim Kepatuhan Intern adalah Subdirektorat Kepatuhan Intern, Direktorat
Pengadaan Jasa Konstruksi yang melakukan pendampingan pelaksanaan
penerapan SMAP dan pelaksana Audit Internal SMAP.
27. Uji kelayakan adalah proses untuk menilai lebih lanjut dari sifat dan tingkatan
risiko penyuapan dan membantu organisasi untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan transaksi spesifik, proyek, aktivitas, rekan bisnis dan
personel.
C. REFERENSI
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi;
6. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
8. Peraturan Presiden Nomor Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang tahun 2012-2025
dan Jangka Menengah tahun 2012-2014;
9. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;
10.Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2020 tentang Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
11.Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa;
12.Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2016 dan 2017;
13.Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2019 tentang Pelaporan Gratifikasi;
14.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun
2022 tentang Pengendalian Gratifikasi;
4
15.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/PRT/M/2017 Tahun 2017 tentang Kode Etik Dan Kode Perilaku Pegawai
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
16.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 10/PRT/M/2017 tentang Tata Cara Penanganan Pelaporan
Dugaan Pelanggaran Melalui Whistleblowing System di Kementerian Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat;
17.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor.
20/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
18.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun
2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat sebagaimana telah diubah terakhir
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26
Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat;
19.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
20.Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 10 tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi
Pemerintah;
21.Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia;
22.Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
494/KPTS/M/2022 tentang Pembentukan Majelis Pertimbangan Kode Etik Dan
Kode Perilaku Pegawai Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Dan Unit Pelaksana
Teknis Pengadaan Barang/Jasa Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat;
23.Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
18 /SE/M/2017 Tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
24.Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
01/SE/M/2021 Tahun 2021 tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Unit
Kerja Pengadaan Barang/Jasa dan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan
Barang/Jasa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
5
25.Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
4/SE/M/2021 tentang Pedoman Penerapan Manajemen Risiko di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
26.Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 4/IN/M/2022
Tentang Strategi Pencegahan Risiko Penyimpangan Dalam Proses Pengadaan
Barang/Jasa Kementerian PUPR Tahun 2022 - 2024;
27.SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan;
28.Pedoman Inspektur Jenderal tanggal 28 Juli 2023 tentang Penilaian Risiko
Korupsi (Corruption Risk Assessment).
6
BAB II
KERANGKA SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN
UPT/BALAI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
A. KONTEKS ORGANISASI
1. Profil UPT/Balai
Organisasi harus mengetahui tugas pokok dan fungsi serta bisnis prosesnya,
sehingga bisa diintegrasikan dengan sistem manajemen anti penyuapan yang
akan dibangun di organisasi tersebut. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
memiliki 41 (empat puluh satu) UPT/Balai yang terbagi menjadi 2 (dua) jenis
UPT/Balai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, yaitu Balai Pelaksana
Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) dan Balai Jasa Konstruksi Wilayah (BJKW).
a. Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat sebagaimana telah diubah terakhir dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat, tugas dan fungsi dari BP2JK, antara lain:
1) Penyusunan rencana, program, dan anggaran;
2) Pengelolaan pengadaan barang/jasa;
3) Pelaksanaan pendampingan pengadaan barang/jasa;
4) Pelayanan konsultasi proses pengadaan barang/jasa;
5) Pengelolaan risiko pengadaan barang/jasa; dan
6) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
7
b. Balai Jasa Konstruksi Wilayah (BJKW)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat sebagaimana telah diubah terakhir dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat, BJKW memiliki tugas melaksanakan pemberdayaan dan
pengawasan bidang pembinaan jasa konstruksi. Fungsi dari BJKW, antara
lain:
1) Penyusunan program, dan anggaran;
2) Penyusunan rencana kerja pengendalian mutu pelaksanaan
pembinaan jasa konstruksi yang diselenggarakan oleh masyarakat dan
pemerintah di wilayahnya;
3) Koordinasi dan sinkronisasi rencana kerja pelaksanaan pembinaan
jasa konstruksi dengan lembaga pemerintah dan masyarakat di
wilayahnya;
4) Pengendalian mutu pelaksanaan pembinaan jasa konstruksi yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah di wilayahnya;
5) Penyelenggaraan peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi
percontohan di wilayahnya; dan
6) Penyelenggaraan peningkatan kompetensi instruktur dan asesor
konstruksi di wilayahnya;
7) Pengumpulan data sumber daya jasa konstruksi di wilayahnya;
8) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pemberdayaan dan
pengawasan bidang pembinaan jasa konstruksi di wilayahnya; dan
9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.
Balai Jasa Konstruksi Wilayah terdiri atas Kepala Balai, Kepala Subbagian
Umum dan Tata Usaha, Kepala Seksi Pelaksanaan, Kelompok Jabatan
Fungsional, dan Tenaga Pendukung untuk melaksanakan Unit Pelaksana
Teknis Pemberdayaan dan Pengawasan Bidang Pembinaan Jasa
Konstruksi. Proses bisnis BJKW mengacu pada Lampiran II.
Wilayah kerja BJKW bersifat regional dan berjumlah 7 (tujuh) Balai, yaitu:
1) BJKW I Banda Aceh, meliputi provinsi Aceh, Riau, Kepulauan Riau,
Sumatera Utara, dan Sumatera Barat;
2) BJKW II Palembang, meliputi provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu,
Jambi, Bangka Belitung dan Lampung;
3) BJKW III Jakarta, meliputi provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat;
4) BJKW IV Surabaya meliputi provinsi DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, NTB dan NTT;
8
5) BJKW V Banjarmasin meliputi provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara;
6) BJKW VI Makassar meliputi provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Barat;
7) BJKW VII Jayapura meliputi provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, dan
Maluku Utara.
2. Isu Strategis
UPT/Balai melakukan identifikasi dan menentukan berbagai isu-isu strategis
yang terkait dengan tugas, pokok, fungsi dan bisnis proses UPT/Balai tersebut.
Isu strategis terdiri atas isu internal dan isu eksternal yang terkait dengan
keberadaan UPT/Balai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya serta
dalam penerapan SMAP serta hubungannya dengan Pemangku Kepentingan.
Isu strategis terdiri dari:
a. lsu internal adalah berbagai konteks berita, data dan informasi yang
mengemuka di internal UPT/Balai yang berpengaruh pada pencapaian
sasaran SMAP dan proses bisnis UPT/Balai.
b. lsu eksternal adalah berbagai konteks berita, data, informasi yang
mengemuka di eksternal UPT/Balai yang berpengaruh pada pencapaian
sasaran SMAP dan proses bisnis UPT/Balai.
9
Dalam menentukan isu internal dan isu eksternal, dapat menggunakan
instrumen/metode Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).
Formulir analisis SWOT dan tata cara pengisiannya mengacu pada Lampiran
III.
2. Direktorat Melaksanakan ✓
Pengadaan Jasa pembinaan proses
Konstruksi pengadaan barang/jasa
konstruksi dan
pengendalian intern atas
kepatuhan internal
10
1) Tabel Pemangku Kepentingan BP2JK
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan (Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
3. Subdirektorat Menerapkan ✓
Kepatuhan pengendalian intern dan
Intern penerapan manajemen
risiko
4. Sekretariat Melaksanakan ✓
Direktorat pengelolaan dan
Jenderal Bina pembinaan terkait:
Konstruksi 1. Kepegawaian;
2. Perencanaan dan
anggaran;
3. Komunikasi publik dan
pendampingan hukum.
5. LKPP Melaksanakan penetapan ✓
dan penyusunan
pengaturan pengadaan
barang/jasa konstruksi
11
1) Tabel Pemangku Kepentingan BP2JK
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan (Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
sesuai dengan prinsip
PBJ dan peraturan yang
berlaku serta tepat waktu.
9. KPPU dan Melaksanakan ✓
Ombudsman pengawasan layanan
pemilihan barang/jasa
sesuai dengan prinsip
PBJ dan peraturan yang
berlaku.
10. Aparat Penegak Melaksanakan ✓
Hukum pengawasan dan
penegakan hukum atas
pelaksanaan layanan
pengadaan barang dan
jasa.
11. Penyedia Barang Melaksanakan hubungan ✓
dan Jasa Internal kerja sama sesuai dengan
kontrak kerja dan
menjamin bahwa tidak
ada tindakan
penyuapan/korupsi yang
mempengaruhi kerja
sama.
12. Masyarakat Jasa Mengawasi proses ✓
Konstruksi pemilihan penyedia jasa
konstruksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku
13. Media Menyediakan informasi ✓
terkait proses pemilihan
barang/jasa.
12
2) Tabel Pemangku Kepentingan BJKW
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No. Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan
(Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
1. Direktorat Melakukan penetapan ✓
Jenderal Bina kebijakan layanan
Konstruksi utama dan manajerial
di BJKW
2. Direktorat Melaksanakan ✓
Pengadaan Jasa pembinaan proses
Konstruksi pengadaan
barang/jasa konstruksi
dan pengendalian
intern atas kepatuhan
internal
3. Direktorat Melaksanakan ✓
Keberlanjutan pembinaan dan
Konstruksi monitoring dan
evaluasi penerapan
Sistem Manajemen
Keselamatan
Konstruksi (SMKK)
4. Direktorat Melaksanakan ✓
Kelembagaan pembinaan kinerja
dan Sumber Daya kelembagaan, usaha
Konstruksi jasa konstruksi dan
dukungan material,
peralatan dan
teknologi konstruksi
5. Direktorat Melaksanakan ✓
Kompetensi dan pembinaan
Produktivitas kompetensi tenaga
Konstruksi kerja konstruksi
6. Subdirektorat Menerapkan ✓
Kepatuhan pengendalian intern
Intern dan penerapan
manajemen risiko.
13
2) Tabel Pemangku Kepentingan BJKW
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No. Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan
(Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
7. Sekretariat Melaksanakan ✓
Direktorat pengelolaan dan
Jenderal Bina pembinaan terkait:
Konstruksi 1. Kepegawaian;
2. Perencanaan dan
anggaran;
3. Komunikasi publik
dan pendampingan
hukum.
14
2) Tabel Pemangku Kepentingan BJKW
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No. Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan
(Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
11. Penyedia Barang Melaksanakan ✓
dan Jasa Internal hubungan kerja sama
sesuai dengan kontrak
kerja dan menjamin
bahwa tidak ada
tindakan
penyuapan/korupsi
yang mempengaruhi
kerja sama.
12. LPJK Melaksanakan ✓
registrasi sertifikasi
Jasa Konstruksi
13. Lembaga Melaksanakan ✓
Sertifikasi Profesi kegiatan uji sertifikasi
(LSP) kompetensi
14. Badan Nasional Melaksanakan ✓
Sertifikasi Profesi kegiatan uji sertifikasi
(BNSP) kompetensi dan
pelatihan Asesor
bidang konstruksi
15
2) Tabel Pemangku Kepentingan BJKW
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No. Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan
(Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
18. Sekolah Kerja sama dan ✓
Menengah fasilitasi sarana dan
Kejuruan Bidang prasarana pembekalan
Konstruksi dan uji kompetensi
SDM Vokasional
bidang konstruksi
19. Politeknik dan Kerja sama dan ✓
Perguruan Tinggi fasilitasi sarana dan
Bidang prasarana pembekalan
Konstruksi dan uji kompetensi
SDM Vokasional
bidang konstruksi
20. BPJS Kerja sama ✓
Ketenagakerjaan pelaksanaan pelatihan
keselamatan
konstruksi
16
h. Penyelenggaraan peningkatan kompetensi instruktur dan asesor konstruksi
di wilayahnya;
i. Pengumpulan data sumber daya jasa konstruksi di wilayahnya;
j. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pemberdayaan dan
pengawasan bidang pembinaan jasa konstruksi di wilayahnya;
k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga UPT/balai;
l. Pembayaran fasilitas yang tidak resmi/ilegal;
m. Pembayaran pemerasan.
5. Pengelolaan SMAP
SMAP ditetapkan, didokumentasikan, diterapkan, dipelihara, ditinjau, dan
diperbaiki efektivitasnya secara berkelanjutan, termasuk proses dan interaksi
yang diperlukan sesuai dengan proses yang diperlukan sesuai dengan
persyaratan standar SNI ISO 37001: 2016.
17
Dalam melakukan penyusunan penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi
mengacu pada Pedoman Inspektur Jenderal tanggal 28 Juli 2023 tentang
Pedoman Penilaian Risiko Korupsi (Corruption Risk Assessment).
18
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau
persewaan padahal dia ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
Misalnya, dalam pengadaan alat tulis kantor seorang pegawai
pemerintahan menyertakan perusahaan keluarganya untuk proses tender
dan mengupayakan kemenangannya.
7. Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya. Misalnya, seorang
pengusaha memberikan hadiah mahal kepada pejabat dengan harapan
mendapatkan proyek dari instansi pemerintahan. Jika tidak dilaporkan
kepada KPK, maka gratifikasi ini akan dianggap suap.
19
UPT/Balai menyusun analisa besarnya kemungkinan, keterjadian dan
signifikan dampak dari risiko penyuapan/risiko korupsi sebelum dilakukan
pengendalian dan menilai tingkat efektivitas setelah dilakukan pengendalian.
Menganalisa seberapa besar kemungkinan terjadinya penyuapan/korupsi dan
seberapa besar dampak yang diakibatkan dari penyuapan/korupsi.
Kriteria Kemungkinan
Level Risiko yang lebih ditoleransi
Nilai
Kemungkinan Jumlah Risiko dengan toleransi rendah
Presentase
Frekuensi
Hampir tidak x < 2 kali dalam 1 ≤ 1 kejadian dalam lebih dari 5
1 x ≤ 1%;
terjadi tahun tahun terakhir
1% < x ≤ 2 < x ≤ 5 kali 1 kejadian dalam lebih dari 5 tahun
Jarang terjadi 2
10% dalam 1 tahun terakhir
10 % < x ≤ 6 < x ≤ 9 kali 1 kejadian dalam lebih dari 3 tahun
Kadang terjadi 3
20% dalam 1 tahun terakhir
20% < x ≤ 10 < x ≤ 12 kali 1 kejadian dalam lebih dari 2 tahun
Sering terjadi 4
50% dalam 1 tahun terakhir
Hampir Pasti x > 12 kali dalam ≥ 1 kejadian dalam lebih dari 1
5 x > 50%
terjadi 1 tahun tahun terakhir
20
Kriteria Dampak Reputasi
Dampak Nilai UPR Kementerian UPR T-1 UPR T-2 UPR T-3
● Jumlah keluhan secara lisan
● Jumlah keluhan secara lisan
(dapat didokumentasikan)/
(dapat
tertulis ke organisasi ≤ 10
didokumentasikan)/tertulis ke
Tidak Signifikan 1 ● Tingkat kepercayaan
organisasi ≤ 3
stakeholder sangat baik Tingkat
● Tingkat kepuasan pengguna
kepuasan pengguna layanan
layanan 4,25 ≤ x ≤ 5 (skala 5)
4,25 ≤ x ≤ 5 (skala 5)
● Jumlah keluhan secara lisan
(dapat
● Jumlah keluhan secara lisan
didokumentasikan)/tertulis ke
(dapat didokumentasikan) /
organisasi > 10
Minor 2 tertulis ke organisasi 3 ≤ x < 5
● Tingkat kepercayaan
● Tingkat kepuasan pengguna
stakeholder baik Tingkat
layanan 4 ≤ x ≤ 4,25 (skala 5)
kepuasan pengguna layanan 4
≤ x < 4,25 (skala 5)
● Pemberitaan negatif yang masif
di media sosial yang bersumber
● Jumlah keluhan secara lisan
dari bukan opinion leader
(dapat
Pemberitaan negatif di media
didokumentasikan)/tertulis ke
Moderat 3 massa lokal
organisasi > 5
● Tingkat kepercayaan
● Tingkat kepuasan pengguna
stakeholder sedang Tingkat
layanan 3,75 ≤ x ≤ 4 (skala 5)
Kepuasan pengguna layanan
sebesar 3,75 ≤ x < 4 (skala 5)
● Pemberitaan negatif yang
massif di media sosial yang
bersumber dari opinion leader ● Pemberitaan negatif di media
Pemberitaan negatif di media masa lokal Pemberitaan negatif
massa nasional yang masif di media sosial
Signifikan 4
● Tingkat kepercayaan ● Tingkat kepuasan pengguna
stakeholder rendah Tingkat layanan sebesar 3,5 ≤ x < 3,75
kepuasan pengguna layanan (skala 5)
sebesar 3,5 4 ≤ x < 3,75 (skala
5)
● Tingkat kepercayaan
● Pemberitaan negatif di media
stakeholder sangat rendah
massa nasional dan
Pemberitaan negatif di media
Sangat Signifikan 5 internasional
massa internasional
● Tingkat kepuasan pengguna
● Tingkat kepuasan pengguna
layanan < 3,5 (skala 5)
layanan < 3,5 (skala 5)
21
Kriteria Dampak Hukum
UPR
Dampak Nilai UPR T-1 UPR T-2 UPR T-3
Kementerian
Tidak 1 Perdata: ≤100 Administratif:
Signifikan juta Administratif: tergugat
tergugat merupakan
merupakan Pejabat Eselon
Pejabat Eselon IV, atau pejabat
III, IV, dan/atau yang setara,
pejabat yang pejabat
setara, pejabat fungsional dan
fungsional, dan pejabat
pejabat fungsional
fungsional umum umum
Minor 2 Perdata: 100 juta Perdata: ≤
≤ x < 1M 100juta
Administratif: Administratif:
tergugat tergugat
merupakan merupakan
Pejabat Eselon II, Pejabat Eselon
atau pejabat yang III atau pejabat
setara yang setara
Moderat 3 Pidana: x ≤ 1 Pidana: x ≤ 1 Perdata: ≤ 100 Administratif:
tahun atau tahun atau juta Administratif: tergugat
tersangka/terdak tersangka/terda tergugat merupakan
wa: Pejabat kwa: Pejabat merupakan Pejabat Eselon IV,
Eselon III, IV, Eselon IV, atau Pejabat Eselon atau pejabat yang
atau pejabat yang pejabat yang III, IV, atau setara, pejabat
setara, pejabat setara, pejabat pejabat yang fungsional, dan
fungsional, dan fungsional, dan setara, pejabat pejabat fungsional
pejabat pejabat fungsional, dan umum
fungsional umum fungsional pejabat
Perdata: 1M < x < umum fungsional umum
10M Perdata: 100
Administratif: juta < x ≤ 1 M
tergugat Administratif:
merupakan tergugat
Pejabat Eselon I, merupakan
atau pejabat yang Pejabat Eselon
setara II, atau pejabat
yang setara
Signifikan 4 Pidana: 1 < x ≤ 5 Pidana: 1 < x ≤ Pidana: x ≤ 1 Pidana: x ≤ 1 tahun
tahun atau 2 tahun atau tahun atau atau
tersangka/terdak tersangka/terda tersangka/terdak tersangka/terdakw
wa: Pejabat kwa: Pejabat wa: Pejabat a: Pejabat Eselon
Eselon I, II, atau Eselon II, III, Eselon III, IV, III, IV, atau pejabat
atau pejabat yang yang setara,
22
UPR
Dampak Nilai UPR T-1 UPR T-2 UPR T-3
Kementerian
pejabat yang atau pejabat setara, pejabat pejabat fungsional,
setara yang setara fungsional, dan dan pejabat
Perdata: 10M < x Perdata: 1M < x pejabat fungsional umum.
≤ 100M < 10 M fungsional umum. Perdata: ≤ 100 juta
Administratif: Administratif: Perdata: 100 juta Administratif:
tergugat tergugat < x < 1M tergugat
merupakan merupakan Administratif: merupakan
Menteri Pejabat Eselon tergugat Pejabat Eselon III,
I, atau pejabat merupakan atau pejabat yang
yang setara Pejabat Eselon II, setara
atau pejabat yang
setara
Sangat 5 Pidana: x > 5 Pidana: > 2 Pidana: > 1 tahun Pidana: > 1 tahun
Signifikan tahun atau tahun atau atau atau
tersangka/terdak tersangka/terda tersangka/terdak tersangka/terdakw
wa: Menteri/Wakil kwa: Pejabat wa: Pejabat a: Pejabat Eselon
Menteri Eselon I atau Eselon II atau III atau pejabat
Perdata: x > pejabat yang pejabat yang yang setara
100M setara setara Perdata > Perdata: 100 juta
Perdata: > 10 M 1M
23
Kriteria Tingkat Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi
Nilai Risiko 1 – 5 : Tingkat Risiko Sangat Rendah
Nilai Risiko 6 – 10 : Tingkat Risiko Rendah
Nilai Risiko 11 – 15 : Tingkat Risiko Sedang
Nilai Risiko 16 – 19 : Tingkat Risiko Tinggi
Nilai Risiko 20 – 25 : Tingkat Risiko Sangat Tinggi
Setiap proses dan unit kerja terkait diharapkan melakukan identifikasi risiko
penyuapan/risiko korupsi, penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi dan juga
menentukan jenis dan tingkat pengendalian risiko penyuapan/risiko korupsi
yang diterapkan pada setiap kategori risiko untuk menilai apakah kendali
yang ada telah mencukupi. Hasil penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi
ini diharapkan dapat merefleksikan risiko penyuapan/risiko korupsi aktual
yang dihadapi oleh UPT/Balai.
24
Berdasarkan strategi tersebut, uraian kegiatan pengendalian dibedakan
menjadi:
1) Soft Control
Seluruh kegiatan pengendalian yang berupaya untuk menciptakan
dan memelihara kejujuran dan integritas serta membangun budaya
anti penyuapan dan budaya anti korupsi seperti internalisasi,
sosialisasi, refreshment, pelatihan, awareness, dan kegiatan sejenis
lainnya.
2) Hard Control
Seluruh kegiatan pengendalian yang dapat berupa perbaikan tata
kelola, perbaikan standar prosedur operasi (SOP), pelaksanaan
reviu sistem, penegakkan regulasi/standar.
b. Pengendalian Indikator Penyuapan/Red Flag
UPT/Balai perlu memahami dan dapat menilai indikator
penyuapan/korupsi sebagai hal yang mungkin mengarahkan pada
perilaku penyuapan/korupsi dari pegawai. Terdapat beberapa indikator
penyuapan/korupsi yang dikenal sebagai red flag/warning sign yang
merupakan tanda-tanda kemungkinan terjadinya penyuapan/korupsi.
25
4) Lifestyle/Gaya Hidup
a) Sering menggunakan kendaraan dinas untuk kepentingan
sendiri;
b) Sering murung;
c) Terindikasi memiliki banyak hutang/cicilan;
d) Gaya hidup tidak sesuai dengan profil keuangan;
e) Suka mengonsumsi alkohol;
f) Boros dan suka memberikan sesuatu kepada pegawai;
g) Tidak disiplin;
h) Bergaya hidup mewah;
i) Segala sesuatu diukur dengan material;
j) Tidak suka dikritik, agresif;
k) Sering melimpahkan kesalahan pada orang lain;
l) Suka berjudi/berinvestasi spekulatif.
5) Kapasitas/Kompetensi
a) Merasa diri paling pintar;
b) Merasa paling benar;
c) Kecewa karena tidak ditempatkan sebagaimana
kapasitas/kompetensi yang dimiliki.
6) Arogansi
a) Pejabat/Pelaksana/Penanggung Jawab tidak taat pada
ketentuan;
b) Kecenderungan sering membantah;
c) Kecenderungan tidak hormat;
Hal-hal tersebut diatas bukan berarti personel yang terindikasi pasti melakukan
penyuapan/korupsi namun dapat menjadi indikator atau petunjuk bagi
Organisasi.
26
Evaluasi risiko penyuapan/risiko korupsi berarti memahami bagaimana respon
risiko atas pengendalian risiko yang telah dilakukan. Respon risiko dilakukan
dengan mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, mengurangi dampak risiko,
membagi risiko, menghindari risiko, membagi risiko, atau menerima risiko atas
pengendalian yang dilakukan.
27
UPT/ Balai harus menyimpan informasi terdokumentasi dalam kaitan penerapan
penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi yang digunakan untuk merancang dan
meningkatkan SMAP disimpan dan dipelihara oleh Tim FKAP. Perubahan
penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi sebagai hasil tinjauan sebagaimana
dimaksud pada poin 1 di atas, dituangkan dalam Laporan Kinerja Tim FKAP.
Penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi menggunakan Formulir Penilaian
Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi (BRA/CRA) mengacu pada Lampiran VII.
B. KEPEMIMPINAN
b. Manajemen Puncak
Manajemen Puncak pada penerapan SMAP adalah Kepala UPT/Balai
yang memperagakan komitmen dan kepemimpinannya dengan:
1) Memastikan SMAP dirancang secara tepat, dipelihara dan ditinjau
secara cukup untuk mencapai sasaran;
2) Memastikan integrasi SMAP ke dalam proses bisnis UPT/Balai;
3) Menyediakan sumber daya yang cukup dan tepat untuk penerapan
SMAP;
28
4) Mengomunikasikan Kebijakan Anti Penyuapan kepada para
pemangku kepentingan internal dan eksternal;
5) Mengampanyekan budaya anti korupsi dan penyuapan serta
mengarahkan seluruh personel UPT/Balai untuk dapat berkontribusi
demi keefektifan penerapan SMAP;
6) Mendukung peran pimpinan terkait keteladanan dalam mencegah dan
mendeteksi penyuapan yang terjadi pada tugas dan tanggung jawab
mereka;
7) Menunjuk dan menetapkan personel UPT/Balai untuk melaksanakan
tugas Pelaksana Fungsi Kepatuhan, Pelaksana Fungsi Komunikasi
dan Pelatihan, dan Pelaksana Fungsi Kesekretariatan dan Dokumen
Kontrol;
8) Menetapkan dan memastikan Program Kerja Tahunan penerapan
SMAP;
9) Menetapkan dan memastikan program pelatihan yang diperlukan
untuk mendukung SMAP;
10) Mendorong keberlanjutan pelaksanaan penerapan SMAP;
11) Mendorong penggunaan Whistleblowing System (WBS) apabila
terjadi tindak penyuapan dan memastikan bahwa pelapor tidak
mengalami tindakan pembalasan, diskriminasi atau disipliner;
12) Memimpin UPT/Balai sebagai auditi sertifikasi dan surveillance SMAP;
13) Melaporkan kepada Dewan Pengarah atas kinerja SMAP paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; dan
14) Melaporkan kepada Dewan Pengarah apabila SMAP yang berjalan
tidak mampu mengatasi tindak penyuapan yang terjadi secara
terstruktur.
29
d. Memastikan SMAP diterapkan secara penuh, efektif dan konsisten
meningkatkan secara berkelanjutan untuk mencapai sasaran anti
penyuapan sesuai dengan tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
e. Membentuk Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan (FKAP) yang memiliki
kewenangan, tanggung jawab, kemandirian dan sumber daya pendukung
yang memadai untuk mengawasi dan memastikan penerapan dan
peningkatan berkelanjutan SMAP.
f. Mendorong kepedulian seluruh Pegawai UPT/Balai serta stakeholders
dengan dasar pemahaman dan itikad yang baik untuk berperan aktif
dalam pelaksanaan SMAP.
g. Menjamin kerahasiaan, keselamatan dan perlindungan hukum bagi
pelapor yang telah memberikan informasi atau laporan atas dugaan
pelanggaran SMAP.
h. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran SMAP kepada pihak-pihak di
bawah wewenang UPT/Balai yang terbukti terlibat dalam penyuapan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik
Indonesia.
30
Dalam rangka penerapan SMAP agar dapat dijalankan secara efektif, maka
Manajemen Puncak menetapkan susunan personel Tim FKAP di UPT/Balai.
Dalam hal diperlukan penambahan personil Tim FKAP untuk pelaksanaan
operasional penerapan SMAP di UPT/Balai, Ketua FKAP UPT/Balai dapat
menetapkan personel pendukung.
Struktur dan Tata Kelola SMAP di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dijelaskan
sebagai berikut:
31
g. mendorong penggunaan Whistleblowing System (WBS) apabila
terjadi tindak penyuapan dan memastikan bahwa pelapor tidak
mengalami tindakan pembalasan, diskriminasi atau disipliner.
2. Manajemen Puncak
a. memastikan SMAP dirancang secara tepat, dipelihara dan ditinjau
secara cukup untuk mencapai sasaran;
b. memastikan integrasi SMAP ke dalam proses bisnis UPT/Balai;
c. menyediakan sumber daya yang cukup dan tepat untuk penerapan
SMAP;
d. mengomunikasikan Kebijakan Anti Penyuapan kepada para
pemangku kepentingan internal dan eksternal;
e. mengampanyekan budaya anti korupsi dan penyuapan serta
mengarahkan seluruh personel UPT/Balai untuk dapat berkontribusi
demi keefektifan penerapan SMAP;
f. mendukung peran pimpinan terkait keteladanan dalam mencegah dan
mendeteksi penyuapan yang terjadi pada tugas dan tanggung jawab
mereka;
g. menunjuk dan menetapkan personel UPT/Balai untuk melaksanakan
tugas Pelaksana Fungsi Kepatuhan, Pelaksana Fungsi Komunikasi
dan Pelatihan, dan Pelaksana Fungsi Kesekretariatan dan Dokumen
Kontrol;
h. menetapkan dan memastikan Program Kerja Tahunan penerapan
SMAP;
i. menetapkan dan memastikan program pelatihan yang diperlukan
untuk mendukung SMAP;
j. mendorong keberlanjutan pelaksanaan penerapan SMAP;
k. mendorong penggunaan Whistleblowing System (WBS) apabila
terjadi tindak penyuapan dan memastikan bahwa pelapor tidak
mengalami tindakan pembalasan, diskriminasi atau disipliner;
l. memimpin UPT/Balai sebagai auditi sertifikasi dan surveillance SMAP;
m. melaporkan kepada Dewan Pengarah atas kinerja SMAP paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; dan
n. melaporkan kepada Dewan Pengarah apabila SMAP yang berjalan
tidak mampu mengatasi tindak penyuapan yang terjadi secara
terstruktur.
32
3) memastikan SMAP telah sesuai dengan persyaratan SNI ISO
37001:2016 SMAP dan dilaksanakan efektif dan berkelanjutan
pada semua fungsi;
4) memastikan SMAP dipertahankan dan diperbaiki terus menerus;
5) memberikan dukungan teknis dan administrasi untuk penerapan
SMAP;
6) memfasilitasi dalam mengomunikasikan SMAP kepada pihak
internal dan eksternal;
7) memberikan advis dan panduan kepada personel UPT/Balai atas
SMAP dan isu terkait penyuapan;
8) mempersiapkan UPT/Balai sebagai auditi sertifikasi dan
surveillance SMAP;
9) melaporkan hasil kinerja SMAP paling sedikit 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun kepada Manajemen Puncak dengan tembusan
kepada Dewan Pengarah;
10) memastikan pejabat dan personel UPT/Balai yang berkewajiban
melaporkan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN)
telah melaporkan LHKPN kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dan Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sesuai
ketentuan yang berlaku;
11) mengelola pengendalian gratifikasi sesuai ketentuan yang berlaku;
dan
12) mengelola benturan kepentingan sesuai ketentuan yang berlaku.
33
c. Pelaksana Fungsi Komunikasi dan Pelatihan
1) merencanakan program komunikasi penerapan SMAP kepada
pihak-pihak internal maupun eksternal;
2) membuat konten, mencetak dan mendistribusikan informasi
terkait anti penyuapan dan kegiatannya kepada pihak internal dan
eksternal melalui media komunikasi baik digital maupun manual di
UPT/Balai;
3) mensosialisasikan kepada pihak ketiga yang akan bekerja sama
dengan UPT/Balai perihal adanya ketentuan anti penyuapan;
4) merencanakan program pelatihan dan sosialisasi penerapan anti
penyuapan kepada seluruh personil UPT/Balai baik ASN maupun
non ASN;
5) memberikan pelatihan anti penyuapan kepada setiap personel
baru yang bekerja di UPT/Balai dalam program orientasi personel
baru;
6) memastikan internalisasi SMAP telah dipahami oleh seluruh
personal UPT/Balai; dan
7) mengoordinasi komunikasi terkait pelaksanaan SMAP di
UPT/Balai dengan Tim Pendamping SMAP dan pihak terkait
lainnya.
34
c. mengoordinasikan dan melakukan internal audit untuk memastikan
seluruh klausul SNI ISO 37001:2016 sudah terlaksana dan berfungsi
sepenuhnya di UPT/Balai;
d. menyusun dan menyampaikan laporan audit atas kepatuhan anti
penyuapan di UPT/Balai kepada Manajemen Puncak dan Dewan
Pengarah;
e. bekerjasama dengan Satuan Tugas Pengendali Gratifikasi dan Tim
Pengelola Whistleblowing System (WBS) UPT/Balai untuk mengelola
laporan penerimaan dan pemberian gratifikasi, korupsi dan
penyuapan; dan
f. melakukan evaluasi efektivitas penerapan SMAP, termasuk kerangka
kerja dan program kerja dan dilaporkan kepada Dewan Pengarah
minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
C. PERENCANAAN
Tindakan untuk mengatasi risiko dan peluang dapat dilihat dalam dokumen
profil Penilaian Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi (Bribery Risk
Assessment/Corruption Risk Assessment) dan Program Kerja SMAP.
35
2. Sasaran Anti Penyuapan dan Rencana Pencapaiannya
UPT/Balai harus menetapkan sasaran SMAP.
Sasaran SMAP harus:
a. Konsisten dengan Pokok-pokok Kebijakan Anti Penyuapan;
b. Terukur;
c. Mempertimbangkan isu strategis (internal dan eksternal), para pemangku
kepentingan dan profil penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi
(BRA/CRA);
d. Dapat dicapai, dipantau; diperbaharui jika sesuai; dan
e. Dikomunikasikan (disosialisasikan).
UPT/Balai harus mendokumentasikan bukti dukung atas pencapaian sasaran
SMAP. Ketika merencanakan bagaimana untuk mencapai sasaran SMAP,
UPT/Balai harus menetapkan apa yang akan dikerjakan, sumber daya apa yang
digunakan/dipersyaratkan, siapa yang bertanggung jawab, kapan sasaran akan
dicapai, bagaimana hasil akan dievaluasi dan dilaporkan serta siapa yang akan
menjatuhkan sanksi/hukuman bila sasaran tidak bisa dicapai.
36
Sasaran Rencana Pencapaian Penanggung Jawab
4. Meningkatkan sarana dan
prasarana teknologi informasi
untuk mendukung penerapan
SMAP.
5. Menguatkan kapasitas audit
internal SMAP berbasis risiko.
6. Menyempurnakan sistem
insentif.
Sosialisasi dan 1. Melaksanakan Pelatihan 1. Ketua FKAP
Internalisasi SMAP dan Anti Penyuapan
SMAP setiap tahun sekali kepada 2. Ketua FKAP
seluruh personel UPT/Balai.
2. Melaksanakan Pelatihan 3. Ketua FKAP
SMAP dan Anti Penyuapan
kepada CPNS yang sedang 4. Ketua FKAP
melaksanakan OJT di DJBK.
3. Melakukan sosialisasi SMAP,
UPG dan WBS kepada seluruh
personel UPT/Balai dan
pemangku kepentingan secara
berkala.
4. Memaksimalkan penggunaan
kanal informasi internal dan
eksternal dalam rangka
penguatan penerapan SMAP.
Mitigasi 1. Melakukan monitoring dan 1. Manajemen
Risiko evaluasi penerapan mitigasi Puncak
Penyuapan risiko sesuai BRA/CRA
2. Membentuk Satuan Tugas 2. Manajemen
Pengendalian Gratifikasi dan Puncak dan Ketua
WBS. FKAP
Sasaran SMAP ini ditetapkan secara lebih detail dalam program kerja SMAP
dan dikomunikasikan kepada semua pihak terkait untuk ditindaklanjuti. Formulir
Program Kerja SMAP mengacu pada Lampiran IV.
37
Sanksi terhadap tidak tercapainya kinerja sasaran anti penyuapan diberikan
oleh:
a. Manajemen Puncak, terhadap tidak tercapainya kinerja sasaran anti
penyuapan yang dilakukan oleh Ketua Tim FKAP; dan
b. Ketua Tim FKAP, terhadap tidak tercapainya kinerja sasaran anti
penyuapan yang dilakukan oleh Pelaksana Fungsi FKAP.
Sanksi yang diberikan terhadap tidak tercapainya kinerja sasaran anti
penyuapan berupa teguran lisan yang dituangkan dalam Berita Acara.
Pemberian sanksi ditandatangani oleh Pemberi Sanksi dan Penerima Sanksi.
Kriteria penilaian
Nilai
keterlaksanaan kegiatan
Terlaksana 100% 5
Terlaksana 80 - 90% 4
Terlaksana 60 - 79% 3
Terlaksana 50 - 59% 2
Tidak terlaksana 0
Sesuai jadwal 5
Mundur 7 - 22 hari 3
Mundur 23 - 30 hari 2
38
3. Nilai akhir efektivitas kinerja SMAP ditetapkan sebagai berikut
4.5 - 5 Efektif
Hasil pencapaian dan tindak lanjutnya akan terus dipantau, dimonitor dan
dievaluasi oleh Tim FKAP secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali dan
dituangkan dalam Laporan Kinerja Tim FKAP, untuk kemudian
dikomunikasikan dan dilaporkan kepada Manajemen Puncak dengan
tembusan Dewan Pengarah dan Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi selaku
Tim Pendamping dan Audit Internal. Pelaporan dilakukan melalui sistem Tata
Naskah Dinas Elektronik (TNDE).
D. DUKUNGAN
1. Sumber Daya
Organisasi menjamin tersedianya sumber daya (sumber daya manusia, sumber
daya fisik dan sumber daya keuangan) yang dibutuhkan untuk pencapaian
sasaran SMAP. Organisasi menentukan dan menyediakan sumber daya untuk
penerapan SMAP yang diperlukan untuk penetapan, penerapan, pemeliharaan
dan peningkatan berkelanjutan SMAP.
Penyediaan sumber daya direncanakan secara matang dengan
mempertimbangkan kemampuan, kendala dan sumber daya internal yang ada,
untuk mendukung efektivitas dan efisiensi serta implementasi SMAP.
Penyediaan sumber daya/personel tidak terbatas pada proses rekrutmen,
peningkatan kompetensi, penegakan hukuman/sanksi yang mengacu kepada
kebijakan yang telah ditetapkan dan berlaku di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
39
Agar Sistem Manajemen Anti Penyuapan dapat berfungsi secara efektif, maka
Manajemen Puncak menetapkan susunan personel Tim FKAP di UPT/Balai
didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Pegawai UPT/Balai;
b. Pendidikan minimal D3;
c. Telah mengikuti workshop/pelatihan/sosialisasi tentang SMAP;
d. Memiliki integritas dan komitmen dalam penerapan SMAP.
2. Kompetensi
Dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan kompetensi, Organisasi
berupaya:
a. Menentukan jenis-jenis kompetensi yang diperlukan;
b. Memberikan pelatihan, pendidikan, workshop, mentoring, sosialisasi dan
sejenisnya untuk memastikan kompetensi yang cukup bagi personel;
c. Menyimpan informasi terdokumentasi (bukti) pelaksanaan peningkatan
kompetensi personel tersebut.
Penetapan pemenuhan dan kompetensi SDM dapat ditetapkan dalam bentuk
Analisis Beban Kerja (ABK) dan Analisis Jabatan (ANJAB).
1) Proses Rekrutmen
UPT/Balai berupaya memastikan seluruh pegawai memiliki kepedulian
dan kesadaran terhadap:
a) Kebijakan dan sasaran anti penyuapan yang telah ditetapkan.
b) Keefektifan dan kontribusi terhadap SMAP dalam peningkatan kinerja.
c) Pengaruh/konsekuensi apabila tidak mentaati SMAP.
40
UPT/Balai memastikan penerapan kebijakan dan mekanisme aturan
dalam hubungannya terhadap seluruh pegawai sebagai berikut:
a) UPT/Balai berwenang untuk mendisiplinkan pegawai jika tidak patuh
terhadap SMAP. UPT/Balai untuk memberikan tindakan disiplin bagi
yang tidak patuh sesuai ketentuan yang berlaku.
b) UPT/Balai memberikan akses terhadap Kebijakan dan Sasaran anti
penyuapan kepada seluruh pegawai terhitung ketika pegawai
tersebut dipekerjakan. UPT/Balai untuk memberikan akses kepada
seluruh pegawai melalui internalisasi, sosialisasi dan pelatihan
terkait sistem manajemen anti penyuapan;
c) UPT/Balai memiliki ketentuan/prosedur yang dapat mengambil
tindakan disiplin yang sesuai kepada pegawai yang melanggar
Kebijakan Anti Penyuapan atau SMAP. UPT/Balai untuk
memberikan tindakan disiplin bagi yang tidak patuh sesuai ketentuan
yang berlaku;
d) UPT/Balai memastikan seluruh pegawai tidak menerima
pembalasan, diskriminasi atau tindakan disiplin (ancaman, isolasi,
penurunan jabatan, pencegahan promosi, transfer, pemecatan,
intimidasi, dikorbankan atau bentuk lain dari pelecehan) karena:
(a) menolak untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang telah
cukup dinilai untuk menjadi risiko penyuapan (di atas batas
rendah) yang belum dimitigasi oleh UPT/Balai; atau
(b) memiliki kepedulian atau membuat laporan dengan itikad baik
atau atas dasar keyakinan yang wajar, dari percobaan
penyuapan, penyuapan atau dugaan penyuapan atau
pelanggaran Kebijakan Anti Penyuapan atau SMAP (kecuali
individu yang berpartisipasi dalam pelanggaran). Pelaporan
terhadap tindakan penyuapan dapat disampaikan melalui kanal
wispu.pu.go.id (pelaporan wbs), gol.itjen.pu.go.id (pelaporan
gratifikasi) dan lapor.go.id (pengaduan).
Sehubungan dengan semua posisi yang terkena risiko penyuapan (di atas
batas rendah) sebagaimana ditentukan dalam penilaian risiko penyuapan,
serta untuk Tim FKAP, Organisasi menerapkan mekanisme dan ketentuan
sebagai berikut:
a) Melakukan uji kelayakan pada calon pegawai sebelum pegawai tersebut
dipekerjakan dan sebelum pegawai tersebut dipindahkan atau
dipromosikan oleh organisasi, untuk memastikan bahwa pegawai tersebut
akan mematuhi Kebijakan Anti Penyuapan dan persyaratan SMAP.
(a) Pegawai ASN dilakukan uji kelayakan oleh Unit Organisasi yang
memiliki kewenangan pengembangan sumber daya manusia di
Kementerian PUPR. Uji kelayakan meliputi proses rekrutmen
41
pegawai, assessment secara berkala, pengembangan kompetensi,
mutasi/rotasi, promosi dan penempatan pegawai ASN.
(b) Pegawai Non ASN dilakukan uji kelayakan mengacu pada Pedoman
Due Diligence Calon Pegawai pada Lampiran X.
b) Meninjau secara berkala bonus kinerja, target kinerja dan elemen insentif
lainnya untuk memastikan bahwa ada perlindungan guna mencegah
personel dari dorongan penyuapan;
c) Dewan Pengarah, Manajemen Puncak dan seluruh personel UPT/Balai
mendeklarasikan secara berkala yang mengonfirmasikan kepatuhan
terhadap kebijakan anti penyuapan. Deklarasi tersebut dapat berupa
Pakta Integritas dan atau Pernyataan Komitmen Bebas Benturan
Kepentingan mengacu pada Lampiran XI.
42
Sesuai dengan hasil penilaian/perhitungan risiko penyuapan/risiko korupsi
teridentifikasi pada pihak ketiga, UPT/Balai dapat menerapkan ketentuan yang
ditujukan pada kepedulian dan pelatihan anti penyuapan untuk pihak ketiga
yang bertindak atas nama atau untuk keuntungannya yang dapat menimbulkan
risiko penyuapan (di atas batas rendah) bagi UPT/Balai. UPT/Balai dapat
mengidentifikasi pihak ketiga yang memerlukan kepedulian dan pelatihan serta
materi dan sarana pelatihan.
4. Komunikasi
Secara umum, komunikasi dalam SMAP dapat dilakukan melalui berbagai
media antara lain rapat koordinasi, telepon, korespondensi, pengumuman dan
media teknologi informasi yang ada (e-mail/media sosial). Substansi
komunikasi internal mencakup hal sebagai berikut:
a. Kinerja SMAP dan keefektifannya, termasuk memastikan bahwa Kebijakan
dan Sasaran Anti Penyuapan, peraturan perundangan dan risiko
penyuapan tersedia serta diketahui oleh seluruh pegawai yang
memerlukannya; dan
b. Informasi yang relevan dengan SMAP, termasuk perubahan pada SMAP
dan memastikan tersedianya proses komunikasi yang memungkinkan bagi
seluruh pegawai untuk berkontribusi terhadap perbaikan berkelanjutan
kinerja anti penyuapan.
43
5. lnformasi Terdokumentasi
a. Informasi terdokumentasi UPT/Balai
Seluruh pegawai diharapkan bekerja sesuai dengan arah dan Kebijakan
Anti Penyuapan serta persyaratan SMAP terdokumentasi lainnya yang
berlaku, yang mencakup dokumentasi sesuai SNI ISO 37001:2016 serta
dokumentasi yang ditentukan oleh kebutuhan UPT/Balai untuk menjamin
efektifitas SMAP.
44
Rekaman yang ada dipelihara agar selalu dapat terbaca, dapat
teridentifikasi dan mudah untuk diakses.
E. OPERASI
45
2. Uji Kelayakan
Pelaksanaan uji kelayakan dapat dilakukan terhadap transaksi spesifik, proyek,
aktivitas, pihak ketiga dan seluruh personel UPT/Balai untuk mengevaluasi lebih
lanjut lingkup, skala dan sifat, risiko penyuapan. Hal ini juga dapat digunakan
untuk kendali tambahan, yang ditargetkan untuk mencegah dan mendeteksi
risiko penyuapan dan menginformasikan keputusan organisasi, apakah
menunda, memberhentikan atau merevisi transaksi, proyek atau kerja sama
dengan pihak ketiga dan seluruh Personel UPT/Balai.
3. Pengendalian Keuangan
UPT/Balai berupaya menerapkan pengendalian keuangan yang mengelola
risiko penyuapan. Kendali keuangan adalah sistem manajemen dan proses
yang diterapkan oleh UPT/Balai untuk mengelola transaksi keuangan dengan
benar dan untuk pegawai transaksi ini secara akurat, lengkap dan tepat waktu.
Dalam upaya kendali keuangan untuk mengurangi risiko penyuapan, UPT/Balai
melakukan berbagai metode dan cara yang mencakup, antara lain:
a. Menerapkan pemisahan tugas dalam proses pembayaran;
b. Menerapkan tingkat berjenjang sesuai kewenangan dalam persetujuan
pembayaran;
c. Melakukan verifikasi permintaan pembayaran atas pekerjaan atau jasa
yang telah disetujui oleh mekanisme organisasi yang relevan;
d. Mensyaratkan dokumen pendukung yang sesuai untuk dilampirkan pada
persetujuan pembayaran;
e. Membatasi penggunaan pembayaran tunai dan menerapkan metode
pengendalian pembayaran tunai yang efektif;
f. Membutuhkan mekanisme pembayaran dengan deskripsi rekening yang
akurat dan jelas;
g. Menerapkan audit keuangan secara independen dan berkala;
46
4. Pengendalian Non Keuangan
UPT/Balai menerapkan pengendalian non keuangan untuk mengelola risiko
penyuapan yang berhubungan dengan area seperti aktivitas pengadaan,
operasional, penjualan, komersial, sumber daya manusia, hukum dan regulasi.
Kendali non keuangan ini adalah sistem manajemen dan proses yang
diterapkan oleh UPT/Balai untuk membantu memastikan bahwa aktivitas
pengadaan, operasional, komersial dan aspek lain non keuangan dikelola
dengan baik.
47
Untuk pihak ketiga yang tidak dikendalikan oleh UPT/Balai yang dimana
penilaian risiko penyuapan atau uji kelayakannya telah teridentifikasi
dengan risiko penyuapan di atas batas rendah dan kendali anti penyuapan
dilaksanakan oleh pihak ketiga;
48
Bila hal tersebut di atas tidak dapat diterapkan, maka hal tersebut harus
menjadi faktor yang diperhitungkan dalam mengevaluasi risiko penyuapan
yang berhubungan dengan pihak ketiga tersebut, sehingga didapatkan cara
untuk mengelola risiko tersebut.
7. Gratifikasi
Dalam pengelolaan dan pengendalian gratifikasi, UPT/Balai dapat mengacu
pada:
a. Pasal 12B Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
c. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2019 tentang Pelaporan Gratifikasi;
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2
Tahun 2022 tentang Pengendalian Gratifikasi;
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 10/PRT/M/2017 tentang Tata Cara Penanganan
Pelaporan Dugaan Pelanggaran Melalui Whistleblowing System di
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
f. Surat Edaran Inspektur Jenderal Nomor 18/SE/IJ/2017 tentang
Penyampaian Laporan Penerimaan Gratifikasi di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Melalui Website, E-mail dan Aplikasi
Whatsapp;
49
a. Dalam tahap pelaksanaan transaksi, proyek, aktivitas atau kerja sama,
mengambil tindakan sesuai terhadap risiko penyuapan dari sifat transaksi,
proyek, aktivitas atau kerja sama untuk mengakhiri, membatalkan atau
menunda;
b. Dalam tahap pengusulan transaksi, proyek, aktivitas atau kerja lama baru,
menunda atau menolak untuk melanjutkan. UPT/Balai wajib melakukan uji
kelayakan pada rekan bisnis yang bertransaksi dengan nilai minimal Rp
50,000,000.- (lima puluh juta rupiah) dan atau transaksi yang bersifat
kontinu sepanjang tahun dengan rekan bisnis yang sama.
9. Meningkatkan Kepedulian
UPT/Balai menerapkan mekanisme, ketentuan dan aturan yang dapat:
a. Mendorong dan membuat orang untuk melaporkan dengan itikad baik atau
atas dasar keyakinan terhadap percobaan, kecurigaan dan penyuapan
aktual atau setiap pelanggaran dari atau kelemahan dalam SMAP, kepada
Tim FKAP atau melalui WBS UPT/Balai;
b. UPT/Balai memperlakukan laporan secara rahasia untuk melindungi
identitas pelapor dan orang lain yang terlibat atau direferensikan dalam
laporan, kecuali untuk proses yang dilaksanakan oleh aparat penegak
hukum;
c. Mengizinkan pelaporan tanpa nama;
d. Melarang pembalasan dan melindungi pegawai yang membuat laporan dari
pembalasan, setelah memiliki itikad baik atau atas dasar dari keyakinan
yang wajar, melaporkan suatu upaya tentang percobaan, dugaan atau
penyuapan atau pelanggaran Kebijakan Anti Penyuapan atau SMAP;
e. Membuat seluruh pegawai untuk menerima saran tentang apa yang harus
dilakukan jika dihadapkan pada upaya atau situasi yang dapat melibatkan
Penyuapan.
50
F. EVALUASI KINERJA
2. Audit Internal
Tim Kepatuhan Intern melaksanakan audit internal SMAP secara berkala,
dengan tujuan menentukan apakah sistem manajemen tersebut telah dapat :
a. Memenuhi pengaturan dan persyaratan UPT/Balai yang telah
direncanakan, termasuk SMAP ditetapkan dan diterapkan dengan benar;
b. Meninjau ulang hasil audit terdahulu;
c. Memberikan informasi hasil audit kepada Dewan Pengarah.
Pelaksanaan audit internal tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Audit
Internal SMAP mengacu pada Lampiran XI.
3. Tinjauan Manajemen
Kepala UPT/Balai selaku Manajemen Puncak secara berkala melaksanakan
tinjauan manajemen (kajian ulang/reviu) minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun untuk mengkaji ulang penerapan SMAP dan memastikan keberlanjutan,
kesesuaian, kecukupan, dan efektifitas SMAP yang dituangkan dalam Laporan
Tinjauan Manajemen Puncak dan melaporkan kepada Dewan Pengarah serta
51
ditembuskan kepada Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi selaku Tim
Pendamping dan Audit Internal atas kinerja SMAP paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun. Pelaporan dilakukan melalui sistem Tata Naskah Dinas
Elektronik (TNDE).
Tim FKAP akan melaporkan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun kepada
Manajemen Puncak dan ditembuskan kepada Dewan Pengarah serta
berkoordinasi dengan Tim Pendamping dan Audit Internal untuk kecukupan dan
efektivitas penerapan dari SMAP, termasuk hasil audit yang dituangkan dalam
52
Laporan Kinerja Tim FKAP. Format Laporan Kinerja Tim FKAP mengacu pada
Lampiran XXI.
G. PENINGKATAN
2. Peningkatan Berkelanjutan
Untuk meningkatkan kinerja SMAP, UPT/Balai terus meningkatkan kesesuaian,
kecukupan, dan efektivitas SMAP. Perbaikan berkelanjutan adalah perubahan
yang tidak akan pernah berakhir dan akan selalu difokuskan terhadap
peningkatan efektivitas dan/atau efisiensi UPT/Balai dalam mencapai kebijakan
dan sasaran yang telah ditetapkan.
Proses ini akan menjadi keluaran SMAP yang dapat dicapai dari berbagai
elemen dalam sistem. Keluaran tersebut diperoleh dari proses analisis dan
evaluasi SMAP, untuk mengidentifikasi area-area dengan kinerja rendah dan
53
peluang untuk peningkatan. Informasi yang terdokumentasi untuk tindakan,
komunikasi dan tinjauan dari keefektifan akan disimpan dan dipelihara
sebagaimana mestinya.
54
a) Material publisitas organisasi (kop surat, brosur, iklan, kartu nama,
situs web dan sejenisnya);
b) Interior dan eksterior bangunan;
c) Seragam kerja;
d) Dokumen kerja.
c. Segala bentuk keraguan terhadap tempat penggunaan tanda sertifikasi
SMAP dapat ditanyakan kepada Tim Kepatuhan Intern.
55
5. Penggunaan Tanda Sertifikasi SMAP Sesuai Lingkup Sertifikasi
a. Tanda sertifikasi SMAP (maupun pernyataan tersertifikasi) hanya dapat
digunakan dalam cakupan lingkup sertifikasi;
b. Penggunaan tanda sertifikasi di luar cakupan lingkup sertifikasi SMAP
dianggap sebagai penyalahunaan tanda sertifikasi.
56
LAMPIRAN
57
Lampiran I. Proses Bisnis BP2JK
58
Lampiran II. Proses Bisnis BJKW
59
Lampiran III. Formulir Analisis SWOT
60
Umum dan Perumahan Rakyat, dan yang sering mengalami perubahan;
Pimpinan Tinggi Direktorat Jenderal 3. Intervensi (gangguan dan
Bina Konstruksi dalam penerapan ancaman) dari pihak internal dan
SMAP; eksternal terkait proses pengadaan
2. Peraturan-peraturan terkait barang/jasa yang tidak benar;
kebijakan penerapan sistem 4. Sistem pengadaan barang/jasa
manajemen anti penyuapan dan yang belum cukup aman dalam
pencegahan penyimpangan dalam melindungi data dan informasi;
pengadaan barang/jasa; 5. Penegakan hukum terkait
3. Penambahan Calon Pegawai pelanggaran tindak pidana
Negeri Sipil yang akan ditempatkan penyuapan dan korupsi yang belum
di UPT/Balai; optimal;
4. Pengembangan sumber daya 6. Sistem persaingan usaha yang tidak
manusia melalui pendidikan, sehat.
pelatihan dan karir terkait
pengadaan barang/jasa;
5. BP2JK Wilayah sebagai center of
excellence pelaksanaan PBJ;
6. Sistem informasi yang terintegrasi
melalui SIUJK terintegrasi yang
terdiri dari SIPBJ, e-simpan,
SIPASTI, dan SIMPK;
7. Pemberian penghargaan/reward
atas penerapan SMAP dan personil
Pokja Terbaik.
61
Lampiran IV. Formulir Program Kerja SMAP
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Awareness Pelaksana
Training Fungsi
SMAP dan Komunikasi
Workshop dan Pelatihan
Pengisian
Penilaian
atas Risiko
Penyuapan
2 Penyusuna Ketua FKAP
n Program
Kerja
SMAP
3 Penyampai Pelaksana
an Fungsi
Pengesaha Kesekretariata
n Pokok- n dan
Pokok Dokumen
Kebijakan Kontrol
SMAP
Balai..
4 Usulan Ketua FKAP
Nama
Personil
62
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Tim FKAP
Balai..
5 Evaluasi Pelaksana
Penerapan Fungsi
SMAP Kepatuhan
Semester
…Tahun….
6 Penetapan Ketua FKAP
Tim Fungsi
Pelaksana
Fungsi
Kepatuhan
Anti
Penyuapan
di
Balai…berd
asarkan
Surat
Keputusan
Direktur
Jenderal
Bina
Konstruksi
….
63
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
7 Penerbitan Pelaksana
Surat Fungsi
Permohona Kesekretariata
n n dan
Pendampin Dokumen
gan Kontrol
Lanjutan
Sertifikasi
ISO 37001-
2016 yang
ditujukan
kepada
Direktur
Pengadaan
Jasa
Konstruksi
8 Pelaksanaa Pelaksana
n Fungsi
Pendampin Komunikasi
gan dan Pelatihan
Lanjutan
Sertifikasi
ISO 37001-
2016
64
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
9 Tindak Pelaksana
Lanjut hasil Fungsi
Pendampin Kepatuhan
gan
Lanjutan
Sertifikasi
ISO 37001-
2016
10 Pengumpul Pelaksana
an Fungsi
Softcopy Kesekretariata
Dokumen n dan
Klausul Dokumen
Sistem Kontrol
Manajemen
Anti
Penyuapan
melalui link
gdrive….
11 Pengumpul Pelaksana
an Fungsi
Hardcopy Kesekretariata
Dokumen n dan
Klausul Dokumen
Sistem Kontrol
65
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Manajemen
Anti
Penyuapan
12 Penerbitan Pelaksana
Surat Fungsi
Penyampai Kesekretariata
an Laporan n dan
Kinerja Dokumen
Penerapan Kontrol
SMAP dan
Laporan
Tinjauan
FKAP
13 Penerbitan Pelaksana
Surat Fungsi
Permohona Kesekretariata
n Tinjauan n dan
Manajemen Dokumen
Puncak Kontrol
dan Dewan
Pengarah
14 Pelaksanaa Pelaksana
n Tinjauan Fungsi
Manajemen Kepatuhan
Puncak
66
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
dan Dewan
Pengarah
15 Tindak Pelaksana
Lanjut Hasil Fungsi
Tinjauan Kepatuhan
Manajemen
Puncak
dan Dewan
Pengarah
16 Evaluasi Pelaksana
Penerapan Fungsi
SMAP Kepatuhan
Semester
…Tahun…
67
Lampiran V. Formulir Pemangku Kepentingan
FORM PEMANGKU KEPENTINGAN
UPT/Balai………
Keterangan / Guideline
INTERNAL
1 Kepala BP2JK
2 Kasubag TU
3 Tim Pelaksana
68
dst. dst…
EXTERNAL
1 PPK
2 Kesatker
3 Penyedia Jasa
dst. dst…
69
Lampiran VI. Dokumen Pemenuhan SMAP
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Konteks Organisasi
Permen PUPR No. 26 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri PUPR No. 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di Kementerian PUPR
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
1620/KPTS/M/2021 tentang Pembentukan Unit Kerja Pengadaan
4.1 Barang/Jasa dan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan Barang/Jasa
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Profil Balai
Dokumen Proses Bisnis Balai
Dokumen SWOT
Form Pemangku Kepentingan
4.2
Daftar Rekan Bisnis UPT/Balai
4
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
4.3 Bribery Risk Assesment
Dokumen SWOT
Formulir Pemangku Kepentingan
Pedoman Pelaksanaan SMAP
4.4 Buku Saku/Buku Panduan SMAP UPT/Balai
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
Bribery Risk Assesment
Dokumen SWOT
4.5
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
Kepemimpinan
5.1 Kepemimpinan dan Komitmen
SK Tim FKAP
5.1.1
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
5.1.2 Laporan sosialisasi Kebijakan Anti Penyuapan secara internal dan
eksternal
Pakta Integritas Dirjen, Direktur, Kepala dan Personel UPT/ Balai
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
5 5.2 Laporan Sosialisasi Kebijakan Anti Penyuapan secara Internal dan
Eksternal
5.3 Peran dan Tanggung Jawab dan Wewenang Organisasi
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Program Kerja SMAP
SK Tim FKAP
5.3.1 Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Kegiatan Penguatan Tim FKAP
Surat Kepala Balai kepada seluruh personel Balai terkait
penyampaian materi ISO 37001:2016
5.3.2 Pedoman Pelaksanaan SMAP
70
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Program Kerja SMAP
SK Tim FKAP
Formulir Uji Kelayakan Tim FKAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Kegiatan Penguatan Tim FKAP
Surat Kepala Balai kepada seluruh personel Balai terkait
penyampaian materi ISO 37001:2016
5.3.3 SK Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
Perencanaan
6.1 BRA
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
Form Pemangku Kepentingan
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan workshop/acara terkait SMAP
Instruksi Menteri PUPR Nomor 4/IN/M/2022 tentang Strategi
Pencegahan Risiko Penyimpangan dalam Proses Pengadaan
Barang/jasa Kementerian PUPR Tahun 2022 - 2024
SK Kepala Balai tentang Pembentukan Satgas Pengendalian
6
Gratifikasi
SK Kepala Balai tentang Pembentukan Satgas WBS
6.2 Bribery Risk Assesment
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
Form Pemangku Kepentingan
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan workshop/acara terkait SMAP
Instruksi Menteri PUPR Nomor 4/IN/M/2022 tentang Strategi
Pencegahan Risiko Penyimpangan dalam Proses Pengadaan
Barang/jasa Kementerian PUPR Tahun 2022 - 2024
Dukungan
7.1 Struktur Anggaran (DIPA, RKAKL) Direktorat dan UPT/ Balai
Daftar Pegawai UPT/ Balai
Daftar BMN UPT/ Balai
SK Tim FKAP
7
7.2 Kompetensi
7.2.1 Pedoman Pelaksanaan SMAP
Dokumen Persyaratan Kualifikasi Kompetensi Pegawai/Calon
Pegawai
7.2.2 Berita Acara Due Diligence Pegawai Kontrak/Outsourcing
71
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pakta Integritas Dirjen, Direktur, Kepala dan Personel UPT/ Balai
SK SBML Kepala Balai
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pernyataan Komitmen Bebas Benturan Kepentingan
Permen PUPR No. 07 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Kode
Perilaku Pegawai Kementerian PUPR
SE Menteri PUPR No.01 Tahun 2021 tentang Kode Etik dan Kode
Perilaku Pegawai Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa dan Unit
Pelaksana Teknis Pengadaan Barang/Jasa Kementerian PUPR
Surat Pernyataan Patuh Kode Etik dan Kode Perilaku
E-HRM Personel UPT/ Balai
Dokumen Profiling Personel UPT/ Balai
Dokumentasi Due Diligence terhadap personil yang memiliki risiko
tinggi pada BRA (dapat berupa, namun tidak terbatas, tangkapan layar
SKP, tangkapan Penilaian Kinerja Individu Pokja Pemilihan)
7.3 Pelatihan SMAP
Assessment SMAP
Webinar "Membangun Ekosistem Anti Penyuapan Melalui ISO
37001:2016"
Kegiatan Internalisasi Gratifikasi, Benturan Kepentingan dan WBS
Kegiatan-kegiatan Balai maupun Pusat baik rutin atau insidentil yang
terkait SMAP (sosialisasi/internalisasi/sharing session/dsb)
7.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Layanan
Informasi Publik
Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 04/SE/M/2014 tentang Standar
Operasional Prosedur Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik
Kementerian PUPR
SK Balai PPID
Media komunikasi dan media sosial yang dikelola UPT/ Balai
Flyer dan informasi di media sosial Balai UPT/ Balai terkait Kebijakan
Anti Penyuapan
Webinar "Membangun Ekosistem Anti Penyuapan Melalui ISO
37001:2016"
Kegiatan Internalisasi Gratifikasi, Benturan Kepentingan dan WBS
Kegiatan-kegiatan UPT/ Balai maupun Pusat baik rutin atau insidentil
yang terkait SMAP (sosialisasi/internalisasi/sharing session/dsb)
Dokumentasi berupa Spanduk atau Baliho tentang penerapan SMAP
di UPT/ Balai yang dapat diakses oleh masyarakat umum
7.5 Informasi Terdokumentasi
7.5.1 SOP terkait Pengarsipan
SOP Layanan Informasi
Dokumentasi penyimpanan file/arsip
Lembar Kendali Persetujuan Informasi
Lembar Kendali Permintaan Informasi
7.5.2 SOP terkait Pengarsipan
SOP Layanan Informasi
72
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Dokumentasi penyimpanan file/arsip
Lembar Kendali Persetujuan Informasi
Lembar Kendali Permintaan Informasi
7.5.3 SOP terkait Pengarsipan
SOP Layanan Informasi
Dokumentasi penyimpanan file/arsip
Lembar Kendali Persetujuan Informasi
Lembar Kendali Permintaan Informasi
Operasi
8.1 Berita Acara Due Diligence Pegawai Kontrak/Outsourcing
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pakta Integritas Dirjen, Direktur, Kepala dan Personel Balai
Pakta Integritas Rekan Bisnis
SOP terkait PBJ
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
8.2 Dokumentasi Due Diligence terhadap personil yang memiliki risiko
tinggi pada BRA (dapat berupa, namun tidak terbatas, tangkapan layar
SKP, tangkapan Penilaian Kinerja Individu Pokja Pemilihan)
Berita Acara Due Diligence Pegawai Kontrak/Outsourcing
Berita Acara Due Diligence Rekan Bisnis
Formulir Checklist Penilaian Penerapan Kebijakan Anti Penyuapan
Rekan Bisnis
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pakta Integritas Rekan Bisnis
8.3 SK Pengelola Inti Satuan Kerja
8 SPJ
Kartu Kendali
SOP Kesatkeran
8.4 Berita Acara Due Diligence Pegawai Kontrak/Outsourcing
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pakta Integritas Dirjen, Direktur, Kepala dan Personel Balai
Pakta Integritas Rekan Bisnis
SOP terkait PBJ
SOP terkait Penerimaan Tamu
SOP terkait Pengarsipan
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pernyataan Komitmen Bebas Benturan Kepentingan
Surat Pernyataan Patuh Kode Etik dan Kode Perilaku
Tata letak kantor
8.5 Penerapan pengendalian anti penyuapan yang dikendalikan
organisasi dan rekan bisnisnya
8.5.1 Pedoman Pelaksanaan SMAP
Berita Acara Due Diligence Rekan Bisnis
73
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pakta Integritas Rekan Bisnis
Webinar "Membangun Ekosistem Anti Penyuapan Melalui ISO
37001:2016"
Sosialisasi penerapan SMAP kepada rekan bisnis Balai
8.5.2 Pedoman Pelaksanaan SMAP
Berita Acara Due Diligence Rekan Bisnis
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pakta Integritas Rekan Bisnis
Webinar "Membangun Ekosistem Anti Penyuapan Melalui ISO
37001:2016"
Sosialisasi penerapan SMAP kepada rekan bisnis UPT/ Balai
8.6 Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pakta Integritas Rekan Bisnis
SE Irjen PUPR Nomor 02/SE/IJ/2021 tentang Pedoman
Pendampingan dalam Pemutusan, Penghentian, dan Pengakhiran
Kontrak
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
8.7 Permen PUPR No. 2 Tahun 2022 tentang Pengendalian Gratifikasi di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Keputusan Inspektur Jenderal Nomor 35/KPTS/IJ/2020 tentang Tim
Kerja Unit Pengendalian Gratifikasi Kementerian PUPR
Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor
126/KPTS/DK/2017 tentang Pembentukan Unit Pengendalian
Gratifikasi Direktorat Jenderal BIna Konstruksi
SK Kepala UPT/Balai tentang Pembentukan Satgas Pengendalian
Gratifikasi di Balai
8.8 SE Irjen PUPR Nomor 02/SE/IJ/2021 tentang Pedoman
Pendampingan dalam Pemutusan, Penghentian, dan Pengakhiran
Kontrak
8.9 Permen PUPR Nomor 10/PRT/M/2017 tentang Tata Cara
Penanganan WBS di Kementerian PUPR
Keputusan Inspektur Jenderal Nomor 01/KPTS/IJ/2021 tentang Tim
Pelaksana Kegiatan Penyelenggaraan WBS di Kementerian PUPR
SK Kabalai tentang Pembentukan Satgas WBS
Laporan Periodik Satgas WBS
8.10 Laporan Periodik Satgas UPG
Laporan Periodik Satgas WBS
Evaluasi Kinerja
9.1 Laporan Hasil Audit Internal
Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
9
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjuan Manajemen Puncak
Nota Dinas Penyampaian Hasil Laporan Kinerja Tim FKAP dari
Manajemen Puncak ke Dewan Pengarah
9.2 Audit Internal
74
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
9.2.1 Laporan Hasil Audit Internal
9.2.2 Laporan Hasil Audit Internal
9.2.3 Laporan Hasil Audit Internal
9.2.4 Laporan Hasil Audit Internal
9.3 Tinjauan Manajemen
9.3.1 Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
Nota Dinas Penyampaian Hasil Laporan Kinerja Tim FKAP dari
Manajemen Puncak ke Dewan Pengarah
9.3.2 Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
Nota Dinas Penyampaian Hasil Laporan Kinerja Tim FKAP dari
Manajemen Puncak ke Dewan Pengarah
9.4 Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
Nota Dinas Penyampaian Hasil Laporan Kinerja Tim FKAP dari
Manajemen Puncak ke Dewan Pengarah
Penilaian
10.1 Laporan Hasil Audit Internal
10 Laporan Hasil Audit Sertifikasi Tahun Sebelumnya
10.2 Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
75
Lampiran VII. Penilaian Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi (Bribery Risk Assessment-Corruption Risk Assessment)
76
Pemilik Risiko Proses Bisnis Penjelasan Alur Modus/Skema/Kecurangan/Fakta/Perbuatan Yang
No Pernyataan Risiko
Proses dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(diisi orang yang (diisi sesuai letak (diisi uraian penjelasan (diisi pernyataan (diisi modus/skema/kecurangan/fakta perbuatan yang
dianggap memiliki tingkat kejadian risiko pada alur proses yang menjadi risiko korupsi UU dilakukan)
akuntabilitas dan Proses Bisnis UPT/Balai) letak kejadian risiko) No.20 Tahun 2001)
kewenangan yang cukup minimal 3 kategori
dalam mengelola risiko) (wajib ada Suap
Menyuap)
Dst… Dst…
77
Lanjutan menyamping … (1)
Konsekuensi Bila
Pihak Terlibat Nilai Risiko Melekat
Indikator Terjadi Kecurangan Pengendal Tingkat
Alat Bukti Kecurangan/Red ian Yang Risiko
Flag/Warning Sign Ada Eksisting
Nilai
Internal Eksternal Internal Eksternal Kemungkinan Dampak Risiko
Eksisting
(7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
(diisi pihak (diisi pihak (diisi jenis (Diisi penyebab risiko (identifikasi (diisi diisi (diisi (diisi nilai (diisi nilai (diisi (diisi Tingkat
yang terlibat yang terlibat alat bukti kelemahan sistem/kondisi lain konsekuensi konsekuen Pengendalian kemungkinan dampak perkalian Risiko
dari internal) dari dokumen, penyebab risiko) terhadap si Yang keterjadian risiko keterjadian antara nilai Penyuapan/Risiko
eksternal) laporan. internal terhadap Ada/telah tanpa risiko tanpa kemungkina Korupsi)
email, hp Kode: UPT/Balai) eksternal terpasang mempertimbangkan mempertimba n terjadinya
dsb) Tekanan (T); Rasionalisasi (R); UPT/Balai) pada proses control/pengendalia ngkan peristiwa
Oppurtunity/Kesempatan (K); bisnis) n yang ada) control/pengen penyuapan/k
Lifestyle/Gaya Hidup (G) dalian yang orupsi dan
ada) dampak)
78
Lanjutan menyamping … (2)
Rencana Aksi Pencegahan Penyuapan/Korupsi
Batas Waktu
Respon RIsiko Penanggung Jawab
Inovasi Pengendalian Bukti Pengendalian Pengendalian
Soft Control Hard Control Soft Control Hard Control
(18) (19) (20) (21) (22) (23) (24)
(diisi respon risiko: (diisi rencana inovasi (diisi rencana (diisi batas waktu sesuai (diisi pejabat/pelaksana yang
mengurangi frekuensi, pengendalian melalui soft inovasi masing-masing jenis bertanggung jawab atas rencana
mengurangi dampak, control) pengendalian (diisi output soft pengendalian (hard masing-masing inovasi
membagi risiko, melalui hard control) (diisi output control & soft control) pengendalian)
menghindari control)
hard control)
risiko/menerima risiko)
Mengurangi 1. Penyusunan
frekuensi profilling pegawai
2. Sosialisasi berkala
terkait peningkatan 1. Komitmen anti benturan kepentingan
integritas melalui 2. Penyusunan Peta Benturan Kepentingan
publik campaign 3. Penyusunan Analisa Beban Kerja
4.
D Dst….
s
t
…
.
79
Lanjutan menyamping … (3)
Keefektifan Inovasi Pengendalian
Nilai Risiko Setelah Pengendalian Tingkat Risiko Setelah Status Inovasi Pengendalian
Nilai Risiko Aktual (Efektif/Tidak Efektif)
Pengendalian (Terpenuhi/Tidak Terpenuhi)
Kemungkinan Dampak
(25) (26) (27) (28) (29) (30)
(diisi nilai kejadian (diisi nilai (diisi perkalian antara (diisi Tingkat Risiko (diisi pada pelaksanaan pemantauan (dikatakan efektif jika terjadi sama atau
risiko setelah inovasi dampak risiko nilai kemungkinan Penyuapan/Risiko Korupsi inovasi pengendalian) penurunan nilai risiko aktual)
pengendalian) setelah terjadinya peristiwa setelah pengendalian)
inovasi penyuapan/korupsi dan
pengendalian) dampak setelah
pengendalian)
80
Lampiran VIII. Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan
81
Lampiran IX. Pakta Integritas SMAP
82
Lampiran X. Pedoman Due Diligence Calon Pegawai
Halaman 1
83
Lampiran X. Pedoman Due Diligence Calon Pegawai
Halaman 2
84
Lampiran X. Pedoman Due Diligence Calon Pegawai
DATA PEGAWAI
Nama Lengkap :
No Identitas (KTP)* :
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat Domisili :
Alamat Tetap :
No Telp/HP :
Email :
Status Perkawinan : ☐Single ☐Menikah ☐Duda/Janda
☐Tanggungan …….. Anak
Pendidikan Terakhir :
*Copy dilampirkan
RIWAYAT PEKERJAAN*
PERUSAHAAN/ORGA TAHUN POSISI ATASAN
NISASI/ LEMBAGA BEKERJA PEKERJAAN/JABATAN & NO
TELP
PEMBERI REFERENSI*
NO NAMA HUBUNGAN NO TELP/EMAIL
1 Formulir Due Diligence Pegawai melengkapi formulir interview pada saat proses rekrutmen/seleksi serta pada
formular interview penempatan kerja, dan menjadi dokumen yang tidak terpisahkan dari data kepegawaian ybs
seterusnya.
85
* Copy referensi tertulis harus disampaikan termasuk untuk mendapatkan bukti kualifikasi,
keterampilan, atau pengalaman yang relevan seperti yang tercantum pada CV atau formulir
aplikasi.
86
Lampiran XI. Pernyataan Komitmen Bebas dari Benturan Kepentingan BP2JK
87
Lampiran XI. Pernyataan Komitmen Bebas dari Benturan Kepentingan BJKW
88
Lampiran XII. Formulir Rencana Program Kepedulian dan Pelatihan Pegawai
89
Lampiran XIII. Formulir Uji Kelayakan Tim Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan
FORMULIR
Nama Pegawai :
___________________________________________________________________
UPT/Balai :
___________________________________________________________________
Fungsi :
___________________________________________________________________
2. Pendidikan minimal D3
Nama
Ketua FKAP Balai….
90
Lampiran XIV. Pedoman Due Diligence Rekan Bisnis
KOP BALAI
91
c. Hasil penelusuran yang dilakukan Pejabat Pengadaan harus diisikan ke
dalam sebuah formulir yang telah disiapkan oleh Tim FKAP untuk
dilampirkan dalam Internal Memo Permohonan Izin Prinsip penggunaan
Rekanan kepada Kepala UPT/Balai………;
2. Melalui situs Direktori Putusan Mahkamah Agung yang beralamat
di https://putusan3.mahkamahagung.go.id/:
a. Pejabat Pengadaan melakukan penelusuran untuk memeriksa latar
belakang calon Rekanan khususnya terkait dengan Perkara Tindak Pidana
Korupsi, Penyuapan, dan/atau Gratifikasi;
b. Dalam melakukan pencarian Pejabat Pengadaan menggunakan Kata
Kunci, sebagai berikut;
1) Nama Rekanan secara utuh disandingkan dengan kata kunci "korupsi",
"suap", "penyuapan", "tipikor” dan "gratifikasi”, contoh: PT. QWERTY;
2) Nama Rekanan secara singkatan disandingkan dengan kata kunci
"korupsi", "suap", "penyuapan", "tipikor” dan "gratifikasi”, contoh: PT.
QWERTY;
3) Nama Pemegang Saham Rekanan disandingkan dengan kata kunci
“korupsi", "suap", "penyuapan", "tipikor” dan "gratifikasi”; dan
4) Nama Pengurus Rekanan disandingkan dengan kata kunci “korupsi",
"suap", "penyuapan", "tipikor” dan "gratifikasi”.
3. Melalui situs Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
beralamat di https://inaproc.id:
1) Pejabat Pengadaan melakukan penelusuran untuk memeriksa latar
belakang calon Rekanan khususnya terkait dengan Perkara Tindak Pidana
Korupsi, Penyapan, dan/atau Gratifikasi.
.
B. KLARIFIKASI
1. Dalam hal hasil penelusuran sebagaimana diatur dalam poin A terdapat “entri”
yang sesuai dengan nama calon Rekanan, maka Pejabat Pengadaan
memasukkan calon Rekanan tersebut ke Kategori Merah;
2. Bagi calon Rekanan yang diberikan Kategori Kuning dan Kategori Merah,
Pejabat Pengadaan dapat memberikan kesempatan kepada calon Rekanan
untuk melakukan klarifikasi;
3. Hasil Klarifikasi dituangkan ke dalam sebuah Berita Acara yang ditandatangi
oleh Pejabat Pengadaan dan perwakilan calon Rekanan dengan disertai Surat
Pernyataan dari Calon Rekanan;
4. Calon Rekanan yang masuk Kategori Hijau dapat langsung melanjutkan proses
pengadaan dan/atau penunjukan langsung;
5. Bagi Calon Rekanan yang masuk Kategori Kuning, dengan mempertimbangkan
hasil Klarifikasi Pejabat Pengadaan dapat melanjtkan proses
pengadaan/penunjukan langsung dengan diserta disclaimer dan
menginformaikan kepada Tim FKAP;
6. Bagi calon rekanan yang masuk Kategori Merah, dengan mempertimbangkan
hasil klarifikasi Pejabat Pengadaan meminta persetujuan Pimpinan Yang
92
Berwenang untuk dapat melanjutkan proses pengadaan/penunjukan langsung
dan menginformasikan kepada Tim FKAP.
*Due Diligience: Uji Tuntas = Istilah yang digunakan untuk pendalaman penilaian
kinerja perusahan atau seseorang, pot kinerja dari suatu kegiatan guna memenuhi
standar baku yang ditetapkan. Istilah uji tuntas dapat saja digunakan dalam
menunjukkan suatu kegiatan penilaian terhadap ketaatan hukum, tetapi istilah ini
lebih secara umum digunakan untuk menunjukkan suatu kegiatan penyelidian secara
sukarela. Beberapa contoh umum dari kegiatan “uji tuntas” ini misalnya termasuk
pada:
1. Suatu proses pendalaman dalam pelaksanaan “penggabungan usaha” (merger)
ataupun akuisisi dimana seseorang peminat melakukan penilaian atas
perusahaan yang menjadi sasaran pembelian ataupun penilaian asset
perusahaan tersebut. [1]
2. Suatu pendalaman atas dipeuhinya berbagai kriteria yang menjadi persyaratan
dalam proses sertifikasi atas suatu prosuk atapun jasa (misalnya ISO, dll)
Kepala Balai/UPT ……
93
Lampiran XIV. Pedoman Due Diligence Rekan Bisnis
PPK melakukan Uji Tuntas terhadap Calon Rekanan melalui mesin pencarian (search engine),
situs Direktori Putusan Mahkamah Agung, serta situs Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Hasil Uji Tuntas yang dilakukan diberikan kategori “merah”, “kuning”, dan “hijau” sesuai dengan
keterkaitan calon rekanan dengan tindak pidana korupsi, penyuapan, dan/atau gratifikasi
94
Lampiran XIV. Pedoman Due Diligence Rekan Bisnis
Pada Hari ini … tanggal … bulan … tahun …, kami yang bertanda tangan di bawah ini
Pejabat Pengadaan Langsung Satuan Kerja Balai …….. berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Satuan Kerja Balai/UPT ………No. … tanggal … telah melakukan
penelusuran untuk memeriksa latar belakang … khususnya terkait dengan Perkara
Tindak Pidana Korupsi, Penyuapan dan/atau Gratifikasi, sebagai berikut:
B. Klarifikasi
Dalam hal hasil penelusuran sebagaimana diatur dalam poin A maka hasil ….
masuk dalam kategori (Merah/KuningHijau)
95
Lampiran XV. Formulir Ceklis Penilaian Penerapan Kebijakan Anti Penyuapan
Rekan Bisnis
FORMULIR
1. Apakah rekan bisnis telah mengikuti sosialisasi terkait Jika ya, sebutkan instansi penyelenggara
penyuapan? dan tahun penyelenggaraan
2. Apakah rekan bisnis telah mengikuti sosialisasi terkait Jika ya, sebutkan instansi penyelenggara
pengendalian gratifikasi? dan tahun penyelenggaraan
3. Apakah rekan bisnis telah mengikuti sosialisasi terkait Jika ya, sebutkan instansi penyelenggara
benturan kepentingan (conflict of interest)? dan tahun penyelenggaraan
4. Apakah rekan bisnis telah mengendalikan gratifikasi? Jika ya, mohon lampirkan kampanye anti
gratifikasi
5. Apakah rekan bisnis telah memiliki saluran Jika ya, sebutkan bentuk fasilitas tersebut
penyampaian pengaduan bagi pihak ketiga?
6. Apakah rekan bisnis telah memiliki dan menandatangani Jika ya, mohon lampirkan dokumen pakta
pakta integritas anti penyuapan (anti KKN)? integritas
1. Apabila jawaban tidak 2-4 poin, maka perlu dilakukan Sosialisasi terkait anti penyuapan, gratifikasi,
benturan kepentingan dan WBS.
2. Apabila jawaban tidak ≥ 5 poin, maka tidak direkomendasikan untuk menjadi
rekan bisnis.
Penyedia Jasa
Jabatan
96
Lampiran XVI. Format Pakta Integritas Pihak Ketiga
97
Lampiran XVII. Klausul Hak untuk Mengaudit (Right to Audit)
Halaman 1
98
Lampiran XVII. Klausul Hak untuk Mengaudit (Right to Audit)
Halaman 2
99
Lampiran XVIII. Formulir Penilaian Kinerja Tim FKAP
Nilai Kesesuaian
Penanggung Nilai Keterlaksanaan
No Nama Kegiatan Pelaksanaan dengan Nilai Akhir Hasil Tinjauan
Jawab Kegiatan (bobot 70%)
Jadwal (bobot 30%)
1 2 3 4 5 6 = (4x70%) + 7
(5x30%)
1 [isikan butir-butir kegiatan [isikan PIC yang [mengacu pada [mengacu pada [kalkulasi bobot [mengacu
yang dapat merujuk pada diberikan tanggung standar] standar] antara kolom 4 pada standar]
program kerja] jawab] dan 5]
dst.
Rata-rata
100
Lampiran XI. Pedoman Pelaksanaan Audit Internal
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUANG LINGKUP
Pedoman ini berlaku untuk setiap kegiatan Audit Internal Sistem Manajemen Anti
Penyuapan (SMAP) yang dilaksanakan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi.
C. REFERENSI
1. Instruksi Menteri PUPR Nomor 4/IN/M/2022 tentang Strategi Pencegahan
Risiko Penyimpangan dalam Proses Pengadaan Barang/jasa Kementerian
PUPR Tahun 2022 - 2024;
2. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 211/KPTS/DK/2020
tentang Penetapan Balai Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) sebagai Pilot
Project Penerapan SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan
(SMAP) di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;
3. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 04/KPTS/DK/2022 tentang
Penetapan Balai/UPT Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sebagai Pilot Project
Batch II dan Tim Pendampingan Penerapan SNI ISO 37001:2016 Sistem
Manajemen Anti Penyuapan (SMAP);
4. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 02/KPTS/DK/2023 tentang
Penetapan Balai/UPT Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sebagai Pilot Project
Batch III dan Tim Pendampingan Penerapan SNI ISO 37001:2016 Sistem
Manajemen Anti Penyuapan;
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 06/KPTS/DK/2024 tentang
Tata Kelola Sistem Manajemen Anti Penyuapan di UPT/Balai di Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi;
101
6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 07/KPTS/DK/2024 tentang
Penetapan UPT/Balai Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Penerapan SNI ISO
37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan Batch IV;
7. ISO 19011:2018 Guidelines for Auditing Management System;
8. SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan;
9. Pedoman Pelaksanaan Sistem Manajemen Anti Penyuapan Unit Pelaksana
Teknis/Balai (UPT/Balai) di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;
10. Pokok-pokok Kebijakan Sistem Anti Penyuapan Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi;
D. DEFINISI
1. Penyuapan adalah menawarkan, menjanjikan, memberikan, menerima atau
meminta keuntungan yang tidak semestinya dari nilai apapun (berupa keuangan
atau non keuangan), langsung atau tidak langsung, terlepas dari lokasi,
merupakan pelanggaran peraturan perundang-undangan, sebagai bujukan atau
hadiah untuk orang yang bertindak atau menahan diri dari bertindak terkait
kinerja dari tugas orang tersebut.
2. Audit adalah proses yang sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan
jangkauan kriteria audit terpenuhi.
3. Audit Internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibuat dalam
suatu organisasi dengan tujuan menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan
yang dilaksanakan organisasi untuk membantu manajemen organisasi dalam
memberikan pertanggungjawaban yang efektif.
4. Manajemen Puncak adalah kelompok atau perorangan yang merupakan
pengendali utama dari organisasi sesuai dengan ruang lingkup SMAP.
5. Pengelola Program Audit adalah personel yang menetapkan tujuan dan lingkup
audit, merencanakan penyiapan sumber daya teknis, dan mekanisme kerja.
6. Auditor Internal adalah orang yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
audit internal SMAP.
7. Tim Auditor Internal adalah satu Auditor atau lebih yang melaksanakan audit
internal SMAP di UPT/Balai Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, jika diperlukan
dapat di dukung oleh Tenaga Ahli SMAP.
8. Auditee adalah unit organisasi dan/atau satuan kerja yang diaudit di Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi.
9. Sasaran adalah hasil yang ingin dicapai.
10. Kriteria Audit adalah seperangkat kebijakan, prosedur, atau persyaratan yang
digunakan sebagai acuan untuk membandingkan Bukti Audit.
11. Bukti Audit adalah catatan, pernyataan fakta atau informasi lain, yang relevan
dengan kriteria audit dan dapat diverifikasi.
12. Temuan Audit adalah hasil evaluasi dari bukti audit yang dikumpulkan terhadap
kriteria audit (dapat kesesuaian atau ketidaksesuaian).
13. Pemantauan adalah penentuan status sistem, proses, atau aktivitas
102
14. Kesimpulan Audit adalah hasil audit, setelah mempertimbangkan tujuan audit
dan semua temuan audit.
15. Tim Pendamping dan Audit Internal adalah tim yang bertugas melakukan
pendampingan penerapan SMAP di UPT/Balai Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi mulai dari tahap Internalisasi, Pembangunan Sistem, Sosialisasi,
Reviu Sistem, hingga proses Sertifikasi dan Surveillance SMAP dengan susunan
keanggotaan yang terdiri dari Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi dan Tim
Kepatuhan Intern.
103
BAB II
KERANGKA AUDIT INTERNAL
SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN (SMAP)
104
d. Sensitif terhadap pengaruh-pengaruh apapun yang mungkin muncul dan
dapat mempengaruhi judgement pada saat audit.
2. Fair Presentation yaitu kewajiban untuk melaporkan secara jujur dan akurat,
antara lain:
a. Temuan audit, kesimpulan audit, dan laporan audit harus dibuat secara jujur
sesuai proses audit internal SMAP yang berjalan;
b. Hambatan signifikan dan perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan
antara tim auditor internal SMAP dengan Auditee harus dilaporkan;
c. Komunikasi harus jujur, akurat, objektif, jelas dan lengkap.
105
E. TAHAPAN PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL
1. Surat Pemberitahuan
Sebelum pelaksanaan Audit Internal SMAP, surat pemberitahuan terkait rencana
pelaksanaan Audit Internal SMAP dari Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi
harus disampaikan kepada Auditee dengan menyertakan jadwal audit, agenda
kegiatan audit, dan ceklist dokumen pemenuhan klausul SNI ISO 37001:2016
SMAP.
4. Rapat Pembukaan
Rapat pembukaan merupakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh Tim Auditor
Internal dan Auditee (sekurang-kurangnya Manajemen Puncak, Ketua FKAP
serta Tim Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan) untuk menyampaikan detil
rangkaian kegiatan Audit Internal yang akan dilaksanakan kepada seluruh pihak
yang terlibat.
5. Pelaksanaan Audit
Dalam melaksanakan Audit Internal SMAP, informasi yang dikumpulkan dan
diverifikasi untuk mendapatkan bukti audit harus:
a. Relevan dengan kriteria, tujuan dan lingkup audit;
b. Dapat diverifikasi;
c. Dicatat.
106
Teknik pelaksanaan Audit Internal SMAP, dilakukan dengan cara;
a. Metode Pengumpulan Informasi
Metode untuk mengumpulkan informasi terdiri dari:
b. Reviu dokumen;
Bertujuan untuk mengumpulkan informasi dalam rangka menetapkan
kesesuaian sistem (secara dokumentasi) dengan kriteria audit. Kriteria reviu
dokumen sebagai berikut:
1) Lengkap (semua konten telah tercakup);
2) Sesuai (isi sesuai dengan kriteria audit);
3) Konsisten;
4) Mutakhir.
c. Wawancara;
1) Wawancara sebaiknya dilakukan dengan personel dari tingkat yang
sesuai dan dari fungsi yang melaksanakan kegiatan atau tugas dalam
ruang lingkup audit;
2) Wawancara sebaiknya dilaksanakan selama jam kerja yang normal;
3) Setiap upaya sebaiknya dilakukan sehingga personel yang diwawancara
tidak merasa kesulitan baik sebelum dan selama wawancara;
4) Auditor Internal menjelaskan alasan dilakukan wawancara;
5) Wawancara dapat diawali dengan meminta personel yang diwawancara
untuk menguraikan pekerjaannya;
6) Hasil wawancara sebaiknya dirangkum dan ditinjau dengan personel
yang diwawancarai;
7) Personel yang diwawancarai sebaiknya diberi ucapan terima kasih atas
peran serta dan kerjasamanya.
Dalam melakukan wawancara, teknik bertanya yang harus diperhatikan
antara lain:
1) Wawancara diawali dengan perkenalan, dan meminta Auditee
menjelaskan tugas, peran dan tanggung jawabnya;
2) Menjelaskan alasan mengapa wawancara perlu dicatat;
3) Sampaikan mengenai kerahasiaan;
4) Jelaskan tujuan wawancara.
d. Teknik Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati langsung situasi dan kondisi:
1) Gedung, ruang kerja, ruang arsip
2) Kegiatan/aktivitas (rapat, diskusi, proses kerja)
107
6. Temuan Audit
Temuan Audit dapat mengindikasikan kesesuaian dan ketidaksesuaian.
Kesesuaian adalah terpenuhinya suatu persyaratan. Ketidaksesuaian adalah
tidak terpenuhinya suatu persyaratan.
108
8. Rapat Penutupan
Rapat penutupan sekurang-kurangnya dihadiri oleh Tim Auditor Internal dan
Auditee (sekurang-kurangnya Manajemen Puncak, Ketua FKAP serta Tim
Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan)
Kegiatan pada Rapat Penutupan antara lain:
a. Ucapan terima kasih atas keterlibatan dan kontribusi Tim Auditor Internal
dan Auditee;
b. Uraian metode pelaporan;
c. Arahan batas waktu perbaikan hasil temuan dan penjelasan konsekuensi
apabila tidak dilakukan;
d. Pemaparan hal-hal positif hasil audit kepada Auditee;
e. Pemaparan temuan audit dan kesimpulan audit;
f. Memberi kesempatan Auditee untuk banding;
g. Sesi tanya jawab;
h. Penutupan.
109
BAB III
BAGAN ALIR
Surat Pemberitahuan
110
BAGAN ALIR PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL SMAP
Pelaksana Uraian Proses Output
111
BAGAN ALIR PELAPORAN AUDIT INTERNAL SMAP
Pelaksana Uraian Proses Output
112
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal
A. Sampul
113
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal
B. Kertas Kerja
114
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal
B. Kertas Kerja
115
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal
116
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal
D. Lembar Ketidaksesuaian
117
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal
118
Lampiran XX. Format Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
BALAI……………………………………..
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
119
KATA PENGANTAR
(isi kata pengantar dapat ditambahkan sesuai kebutuhan)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Tinjauan Manajemen Puncak Penerapan
SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) Periode
……TA………….di UPT/Balai……..”.
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak ini berisi tinjauan SMAP pada rentang waktu
terencana untuk memastikan keberlanjutan, kesesuaian, kecukupan dan keefektifan SMAP
pada UPT/Balai….yang ditunjuk menjadi Balai Pilot Project Batch… Penerapan Sistem
Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) melalui Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi
Nomor…..Tahun…..Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menilai keefektifan
penerapan SMAP di Balai ……………………….
Semoga dengan adanya penerapan SMAP di Balai ………………. ini dapat
bermanfaat bagi seluruh stakeholder, khususnya di Kementerian PUPR, agar dapat
mencegah dan mendeteksi terjadinya tingkat risiko fraud/korupsi/kolusi dan nepotisme serta
menjadi bentuk penguatan inten (tameng) bagi UPT/Balai dalam menghadapi tantangan
dan tekanan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, baik dari pihak internal
maupun eksternal UPT/Balai….terhadap penerapan SMAP sebagai bagian dari
implementasi Good Governance di Kementerian PUPR.
………………………..
NIP. ……………………….
120
DAFTAR ISI
(diberi nomor halaman)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
(Urgensi dan Penjelasan perjalanan penerapan SMAP di UPT/Balai)
1.2 Dasar Pelaksanaan
(Dasar hukum pelaksanaan penerapan SMAP di UPT/Balai)
1.3 Maksud dan Tujuan
(Maksud dan Tujuan Pelaksanaan Tinjauan Manajemen Puncak di UPT/Balai)
1.4 Struktur Organisasi
(Struktur Organisasi Tata Kelola SMAP di UPT/Balai)
2.3 Dinamika Isu Internal dan Eksternal dalam Penerapan SMAP (UPT/Balai melakukan
identifikasi analisa isu internal dan isu eksternal berdasarkan Formulir Analisa SWOT yang
berkaitan dengan keberadaan UPT/Balai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
serta dalam penerapan SMAP serta hubungannya dengan pihak stakeholder)
a. Perkembangan Isu Terkait Kekuatan
b. Perkembangan Isu Terkait Kelemahan
c. Perkembangan Isu Terkait Peluang
d. Perkembangan Isu Terkait Ancaman
121
2.4.1 Capaian kinerja Tim FKAP
Capaian kinerja tim FKAP di UPT/Balai……. ditinjau berdasarkan pemenuhan
terhadap Program Kerja SMAP yang telah disusun oleh Tim FKAP dan ditetapkan
oleh Manajemen Puncak pada Periode …..TA…. Capaian Program Kerja SMAP
secara keseluruhan telah dilakukan penilaian berdasarkan kriteria, yaitu:
a. Penilaian Keterlaksanaan; dan
b. Penilaian Kesesuaian.
122
2.4.3 Pelaporan Penyuapan dan Gratifikasi (mengacu pada Laporan UPG dan WBS)
Kepala UPT/Balai…… menetapkan Satuan Tugas Pengendalian Gratifikasi dan
Satuan Tugas Pelaporan WBS. Kepala UPT/Balai melakukan monitoring dan
evaluasi pengendalian gratifikasi dan pelaporan penyuapan secara berkala.
Untuk kewenangan melakukan penyelidikan pelaporan penyuapan dan gratifikasi
berada di APIP Kementerian PUPR.
2.4.3.a Rekapitulasi Pelaporan WBS
2.4.3.b Rekapitulasi Pelaporan Gratifikasi
2.5 Sifat dan Tingkat Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi yang dihadapi Organisasi serta
Keefektifan dan Tindakan Yang Diambil Untuk Memitigasi Risiko Penyuapan/Risiko
Korupsi (mengacu pada BRA/CRA)
Dalam melaksanakan SMAP, UPT/Balai mempertimbangkan faktor dan isu strategis
untuk penentuan risiko terjadinya penyuapan/korupsi serta melakukan penanganan
penilaian risiko untuk memastikan bahwa SMAP dapat mencapai hasil yang diinginkan,
meningkatkan pengaruh yang diinginkan, serta mencegah atau mengurangi pengaruh
yang tidak diinginkan. UPT/Balai melaksanakan penilaian risiko penyuapan/risiko
korupsi secara teratur dengan melakukan:
1. Identifikasi risiko penyuapan/risiko korupsi UPT/Balai secara wajar untuk
mengantisipasi faktor-faktor yang telah teridentifikasi dalam isu-isu internal
maupun eksternal UPT/Balai;
2. Analisa, menilai, dan memprioritaskan penyuapan/korupsi yang teridentifikasi;
3. Evaluasi kesesuaian dan keefektifan dari kendali yang ada dalam UPT/Balai
untuk mengurangi risiko penyuapan/korupsi yang telah dinilai.
Kriteria evaluasi tingkat risiko penyuapan/korupsi yang mempertimbangkan kebijakan
dan sasaran anti penyuapan telah ditetapkan oleh Manajemen Puncak pada Pedoman
Pelaksanaan SMAP. Kriteria evaluasi untuk penilaian mengacu pada sifat risiko
penyuapan/korupsi, kemungkinan terjadinya penyuapan/korupsi dan besarnya
konsekuensi yang akan terjadi. Kriteria Tingkat Risiko Penyuapan sebagai berikut:
Risiko Penyuapan/risiko korupsi dengan Tingkat Risiko yang lebih tinggi akan menjadi
prioritas untuk dikendalikan. Setiap proses dan unit kerja terkait harus melakukan
identifikasi risiko penyuapan/risiko korupsi, penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi dan
juga menentukan jenis dan tingkat pengendalian risiko penyuapan/korupsi yang
diterapkan pada setiap kategori risiko untuk menilai apakah kendali yang ada telah
mencukupi. Hasil penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi ini diharapkan dapat
merefleksikan risiko penyuapan/risiko korupsi aktual yang dihadapi oleh UPT/Balai.
123
Sifat dan tingkat risiko penyuapan/risiko korupsi yang dihadapi organisasi serta
keefektifan dan tindakan yang diambil untuk mengurangi risiko penyuapan/risiko korupsi
pada UPT/Balai……sebagai berikut:
3.2 Saran
LAMPIRAN
(Bukti Dukung Pelaksanaan Program Kerja FKAP, Bukti Dukung Rencana Pengendalian pada BRA,
Hasil Audit, Bukti Dukung Pemenuhan Tindakan Perbaikan/Tindakan Korektif Hasil Audit, dll)
124
Lampiran XXI. Format Laporan Kinerja Tim FKAP
LAPORAN KINERJA
TIM FUNGSI KEPATUHAN ANTI PENYUAPAN ( TIM FKAP)
PERIODE ……………………… TA ……..
(untuk Balai yg akan disertifikasi, periode dibuat Januari-Juni pada laporan
semester I, dan Juli-Desember pada laporan semester II)
(untuk Balai surveillance, periode dibuat Januari-Desember)
BALAI……………………………………..
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
125
KATA PENGANTAR
(isi kata pengantar dapat ditambahkan sesuai kebutuhan)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Kinerja Fungsi Kepatuhan Anti
Penyuapan (FKAP) Periode ……………………..”.
Laporan Kinerja FKAP ini berisi tentang penilaian secara berkelanjutan
mengenai efektivitas pengelolaan risiko penyuapan yang dihadapi oleh Balai
…………………………. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menilai
keefektifan penerapan SMAP dan kinerja Tim FKAP di Balai ……………………….
Semoga dengan adanya penerapan SMAP di Balai ………………. ini dapat
bermanfaat bagi seluruh stakeholder, agar dapat mencegah dan mendeteksi
terjadinya tingkat risiko fraud serta sebagai bagian dari implementasi Good
Governance di Kementerian PUPR.
………………………..
NIP. ……………………….
126
DAFTAR ISI
(diberi nomor halaman)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
1.2 Dasar Pelaksanaan
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Susunan Tim FKAP
1.5 Kerangka Kerja Sistem Manajemen Anti Penyuapan
1.6 Tahapan Penerapan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
127
2.5 Reviu Sistem (berlaku pada Balai yang Surveillance dan untuk Balai yang
baru disertifikasi hanya pada Laporan Kinerja FKAP periode Juli-Desember
di tahun pertama)
2.5.1 Hasil Audit Internal
2.5.1.1 Temuan Ketidaksesuaian
2.5.1.2 Tindakan Perbaikan dan Tindakan Korektif
2.5.2 Hasil Audit Eksternal
2.5.2.1 Temuan Ketidaksesuaian
3.5.2.2 Tindakan Perbaikan dan Tindakan Korektif
2.6 Peningkatan dan Perbaikan atas Penerapan SMAP (Tim FKAP perlu
melakukan analisa perubahan sebelum dan sesudah penerapan SMAP)
LAMPIRAN
(Bukti Dukung Pelaksanaan Program Kerja FKAP, Bukti Dukung Rencana
Pengendalian pada BRA, Hasil Audit, Bukti Dukung Pemenuhan Tindakan
Perbaikan/Tindakan Korektif Hasil Audit, dll)
128
Lampiran XXII. Contoh Pencantuman Letak Logo Sertifikasi
129