Anda di halaman 1dari 131

PEDOMAN PELAKSANAAN

SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN

PEDOMAN PELAKSANAAN
SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT)/BALAI
DI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

DIREKTORAT PENGADAAN JASA KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2021
PENDAHULUAN

Sejumlah langkah telah dijalankan oleh Pemerintah sebagai upaya pemberantasan


korupsi. Dari sisi peraturan, Pemerintah telah menerbitkan beberapa peraturan, antara
lain Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana Oleh Korporasi, Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi, serta Instruksi Menteri Nomor 04/IN/M/2022 tentang Strategi Pencegahan
Risiko Penyimpangan Dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2022-2024.
Di sisi lain, implementasi peraturan tersebut telah dilaksanakan melalui beberapa
langkah, berupa pencanangan Zona Integritas, pembentukan Unit Kepatuhan Intern
dan standarisasi operasional kantor-kantor baik pada lingkup Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah. Hal ini merupakan amanat dari Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020
tentang Road Map Reformasi Birokrasi tahun 2020-2024. Sejalan dengan peraturan
dimaksud, upaya untuk meraih sertifikasi Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani ini merupakan bentuk pencegahan korupsi melalui
standardisasi dan peningkatan layanan anti korupsi serta inovasi layanan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan (stakeholders).
Dalam upaya mendukung pencegahan korupsi di Kementerian PUPR, Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memberikan arahan melalui
Instruksi Menteri PUPR Nomor 4/IN/M/2022 Tentang Strategi Pencegahan Risiko
Penyimpangan Dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa Kementerian PUPR Tahun
2022 - 2024.
Salah satu implementasi strategi pencegahan risiko penyimpangan dalam proses
pengadaan barang/jasa di atas adalah penerapan SNI ISO 37001:2016 Sistem
Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) di UPT/Balai pada seluruh Unit Organisasi
Kementerian PUPR. Dalam pelaksanaan penerapan SMAP diperlukan pedoman
penerapan SMAP yang mengacu pada SNI ISO 37001: 2016 SMAP. Untuk itu disusun
Pedoman Pelaksanaan Sistem Manajemen Anti Penyuapan sebagai panduan
pelaksanaan SMAP bagi UPT/Balai di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.

1
BAB I
TUJUAN, RUANG LINGKUP, DEFINISI DAN REFERENSI

A. TUJUAN
Pedoman Pelaksanaan SMAP UPT/Balai ini disusun sebagai panduan bagi Dewan
Pengarah, Manajemen Puncak, dan Tim FKAP dalam menerapkan SMAP yang
dilakukan dengan:
1. Mencegah, mendeteksi dan menangani penyuapan sesuai dengan ketentuan
dan persyaratan SNI ISO 37001:2016 untuk menciptakan kepatuhan dan
budaya berintegritas anti penyuapan;
2. Memastikan SMAP dapat terimplementasi secara efektif di lingkungan
UPT/Balai;
3. Memastikan terlaksananya program-program anti penyuapan yang harus
dijalankan secara rutin, seperti perencanaan anti penyuapan,
sosialisasi/awareness, pemantauan dan pengukuran kinerja anti penyuapan,
audit internal SMAP serta evaluasi dan tinjauan SMAP di UPT/Balai.

B. DEFINISI
1. Audit adalah proses yang sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk
menentukan jangkauan kriteria audit terpenuhi.
2. Dewan Pengarah adalah Kelompok atau badan yang memiliki tanggung jawab
utama dan kewenangan untuk aktivitas organisasi, pengelolaan dan kebijakan
serta menerima laporan dan pertanggungjawaban dari Manajemen Puncak.
3. Fraud adalah suatu kecurangan atau tindakan penipuan yang dilakukan oleh
satu orang atau lebih dalam rangka menguntungkan diri sendiri.
4. Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan (Tim FKAP) yaitu orang (kelompok) di
UPT/Balai yang dipilih secara khusus oleh Manajemen Puncak untuk memiliki
tanggung jawab dan wewenang dalam pelaksanaan SMAP di UPT/Balai.
5. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar
negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa
sarana elektronik.
6. Informasi Terdokumentasi adalah informasi dalam bentuk media
penyimpanan yang dipersyaratkan untuk dikendalikan.
7. Kebijakan adalah maksud dan tujuan dari organisasi, yang dinyatakan secara
formal oleh Manajemen Puncak atau Dewan Pengarah.
8. Keefektifan adalah tingkatan dimana rencana aktivitas terealisasi dan hasil
direncanakan tercapai.

2
9. Kinerja adalah hasil yang dapat diukur.
10. Kompetensi adalah kemampuan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
11. Korupsi adalah suatu tindakan penipuan yang mencakup berbagai
penyimpangan dan tindakan illegal yang ditandai dengan penipuan disengaja.
Hal ini dapat dilakukan untuk manfaat atau merugikan organisasi dan oleh
orang luar maupun di dalam organisasi.
12. Manajemen Puncak adalah kelompok atau perorangan yang merupakan
pengendali utama dari organisasi sesuai dengan ruang lingkup SMAP.
13. Organisasi adalah orang atau kelompok orang yang memiliki fungsi masing-
masing dengan tanggung jawab, wewenang dan hubungan untuk mencapai
suatu sasaran.
14. Pemangku Kepentingan adalah orang atau organisasi yang dapat
mempengaruhi, dipengaruhi, atau menganggap dirinya terpengaruh oleh suatu
keputusan atau aktivitas dari UPT/Balai di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
15. Pemantauan adalah penentuan status sistem, proses, atau aktivitas.
16. Pengukuran adalah proses untuk menentukan nilai.
17. Penyuapan adalah menawarkan, menjanjikan, memberikan, menerima atau
meminta keuntungan yang tidak semestinya dari nilai apapun (berupa
keuangan atau non keuangan), langsung atau tidak langsung, terlepas dari
lokasi, merupakan pelanggaran peraturan perundang-undangan, sebagai
bujukan atau hadiah untuk orang yang bertindak atau menahan diri dari
bertindak terkait kinerja dari tugas orang tersebut.
18. Personel adalah direktur, pegawai, staf sementara atau pekerja, dan pekerja
sukarela dari organisasi.
19. Pihak Ketiga adalah orang atau badan yang mandiri dari organisasi.
20. Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang saling terkait yang
bersama-sama mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output).
21. Rekan Bisnis adalah pihak eksternal dimana organisasi mempunyai, atau
merencanakan untuk menetapkan, beberapa bentuk hubungan bisnis.
22. Risiko adalah dampak dari ketidakpastian pada sasaran.
23. Risiko Korupsi adalah risiko yang berkaitan dengan perbuatan yang
mengandung unsur kesengajaan, niat, menguntungkan diri sendiri atau orang
lain, penipuan, penyembunyian atau penggelapan, dan penyalahgunaan
kepercayaan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara tidak sah
yang berupa uang, barang/harta, jasa, dan tidak membayar jasa, yang
dilakukan oleh satu individu atau lebih di lingkungan organisasi.
24. Sasaran adalah hasil yang ingin dicapai.
25. Sistem Manajemen adalah sekumpulan unsur yang saling terkait atau
berinteraksi untuk menetapkan dan sasaran dan proses untuk mencapai
sasaran tersebut.

3
26. Tim Kepatuhan Intern adalah Subdirektorat Kepatuhan Intern, Direktorat
Pengadaan Jasa Konstruksi yang melakukan pendampingan pelaksanaan
penerapan SMAP dan pelaksana Audit Internal SMAP.
27. Uji kelayakan adalah proses untuk menilai lebih lanjut dari sifat dan tingkatan
risiko penyuapan dan membantu organisasi untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan transaksi spesifik, proyek, aktivitas, rekan bisnis dan
personel.

C. REFERENSI
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi;
6. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
8. Peraturan Presiden Nomor Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang tahun 2012-2025
dan Jangka Menengah tahun 2012-2014;
9. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi;
10.Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2020 tentang Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
11.Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa;
12.Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2016 dan 2017;
13.Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2019 tentang Pelaporan Gratifikasi;
14.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun
2022 tentang Pengendalian Gratifikasi;

4
15.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/PRT/M/2017 Tahun 2017 tentang Kode Etik Dan Kode Perilaku Pegawai
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
16.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 10/PRT/M/2017 tentang Tata Cara Penanganan Pelaporan
Dugaan Pelanggaran Melalui Whistleblowing System di Kementerian Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat;
17.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor.
20/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
18.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun
2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Di Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat sebagaimana telah diubah terakhir
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26
Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat;
19.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun
2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
20.Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 10 tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi
Pemerintah;
21.Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia;
22.Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
494/KPTS/M/2022 tentang Pembentukan Majelis Pertimbangan Kode Etik Dan
Kode Perilaku Pegawai Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Dan Unit Pelaksana
Teknis Pengadaan Barang/Jasa Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat;
23.Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
18 /SE/M/2017 Tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
24.Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
01/SE/M/2021 Tahun 2021 tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Unit
Kerja Pengadaan Barang/Jasa dan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan
Barang/Jasa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

5
25.Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
4/SE/M/2021 tentang Pedoman Penerapan Manajemen Risiko di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
26.Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 4/IN/M/2022
Tentang Strategi Pencegahan Risiko Penyimpangan Dalam Proses Pengadaan
Barang/Jasa Kementerian PUPR Tahun 2022 - 2024;
27.SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan;
28.Pedoman Inspektur Jenderal tanggal 28 Juli 2023 tentang Penilaian Risiko
Korupsi (Corruption Risk Assessment).

6
BAB II
KERANGKA SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN
UPT/BALAI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

A. KONTEKS ORGANISASI

1. Profil UPT/Balai
Organisasi harus mengetahui tugas pokok dan fungsi serta bisnis prosesnya,
sehingga bisa diintegrasikan dengan sistem manajemen anti penyuapan yang
akan dibangun di organisasi tersebut. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
memiliki 41 (empat puluh satu) UPT/Balai yang terbagi menjadi 2 (dua) jenis
UPT/Balai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, yaitu Balai Pelaksana
Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) dan Balai Jasa Konstruksi Wilayah (BJKW).
a. Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat sebagaimana telah diubah terakhir dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat, tugas dan fungsi dari BP2JK, antara lain:
1) Penyusunan rencana, program, dan anggaran;
2) Pengelolaan pengadaan barang/jasa;
3) Pelaksanaan pendampingan pengadaan barang/jasa;
4) Pelayanan konsultasi proses pengadaan barang/jasa;
5) Pengelolaan risiko pengadaan barang/jasa; dan
6) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.

Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi terdiri atas Kepala Balai,


Kepala Subbagian Umum dan Tata Usaha, Kelompok Jabatan Fungsional,
dan Tenaga Pendukung untuk melaksanakan tugas sebagai Unit
Pelaksana Teknis Pelaksana Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi.
Kelompok Jabatan Fungsional di BP2JK terdiri atas Jabatan Fungsional
PBJ maupun non PBJ untuk melaksanakan tugas sebagai Tim Pelaksana,
Tim Kelompok Kerja (Pokja), dan Tim Peneliti Pengadaan Barang/ Jasa
Konstruksi. BP2JK juga didukung oleh personil pendukung dalam proses
pengadaan barang/jasa dan pelaksanaan tugas fungsi lainnya. BP2JK
berjumlah 34 dan berkedudukan di 34 provinsi. Proses bisnis BP2JK
mengacu pada Lampiran I.

7
b. Balai Jasa Konstruksi Wilayah (BJKW)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat sebagaimana telah diubah terakhir dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat, BJKW memiliki tugas melaksanakan pemberdayaan dan
pengawasan bidang pembinaan jasa konstruksi. Fungsi dari BJKW, antara
lain:
1) Penyusunan program, dan anggaran;
2) Penyusunan rencana kerja pengendalian mutu pelaksanaan
pembinaan jasa konstruksi yang diselenggarakan oleh masyarakat dan
pemerintah di wilayahnya;
3) Koordinasi dan sinkronisasi rencana kerja pelaksanaan pembinaan
jasa konstruksi dengan lembaga pemerintah dan masyarakat di
wilayahnya;
4) Pengendalian mutu pelaksanaan pembinaan jasa konstruksi yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah di wilayahnya;
5) Penyelenggaraan peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi
percontohan di wilayahnya; dan
6) Penyelenggaraan peningkatan kompetensi instruktur dan asesor
konstruksi di wilayahnya;
7) Pengumpulan data sumber daya jasa konstruksi di wilayahnya;
8) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pemberdayaan dan
pengawasan bidang pembinaan jasa konstruksi di wilayahnya; dan
9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

Balai Jasa Konstruksi Wilayah terdiri atas Kepala Balai, Kepala Subbagian
Umum dan Tata Usaha, Kepala Seksi Pelaksanaan, Kelompok Jabatan
Fungsional, dan Tenaga Pendukung untuk melaksanakan Unit Pelaksana
Teknis Pemberdayaan dan Pengawasan Bidang Pembinaan Jasa
Konstruksi. Proses bisnis BJKW mengacu pada Lampiran II.

Wilayah kerja BJKW bersifat regional dan berjumlah 7 (tujuh) Balai, yaitu:
1) BJKW I Banda Aceh, meliputi provinsi Aceh, Riau, Kepulauan Riau,
Sumatera Utara, dan Sumatera Barat;
2) BJKW II Palembang, meliputi provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu,
Jambi, Bangka Belitung dan Lampung;
3) BJKW III Jakarta, meliputi provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat;
4) BJKW IV Surabaya meliputi provinsi DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, NTB dan NTT;

8
5) BJKW V Banjarmasin meliputi provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara;
6) BJKW VI Makassar meliputi provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Barat;
7) BJKW VII Jayapura meliputi provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, dan
Maluku Utara.

2. Isu Strategis
UPT/Balai melakukan identifikasi dan menentukan berbagai isu-isu strategis
yang terkait dengan tugas, pokok, fungsi dan bisnis proses UPT/Balai tersebut.
Isu strategis terdiri atas isu internal dan isu eksternal yang terkait dengan
keberadaan UPT/Balai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya serta
dalam penerapan SMAP serta hubungannya dengan Pemangku Kepentingan.
Isu strategis terdiri dari:
a. lsu internal adalah berbagai konteks berita, data dan informasi yang
mengemuka di internal UPT/Balai yang berpengaruh pada pencapaian
sasaran SMAP dan proses bisnis UPT/Balai.
b. lsu eksternal adalah berbagai konteks berita, data, informasi yang
mengemuka di eksternal UPT/Balai yang berpengaruh pada pencapaian
sasaran SMAP dan proses bisnis UPT/Balai.

UPT/Balai menentukan, memantau dan meninjau informasi tentang isu-isu


internal dan eksternal yang mencakup faktor atau kondisi positif (kekuatan dan
peluang) dan negatif (kelemahan dan ancaman) yang relevan dengan tujuan
dan arahan strategis UPT/Balai yang dapat berpengaruh pada kemampuan
untuk mencapai hasil yang diinginkan dari SMAP. Dalam menentukan isu
internal dan isu eksternal, dapat mempertimbangkan tanpa batasan, faktor-
faktor berikut:
a. Ukuran, struktur dan pendelegasian wewenang, pengambil keputusan dari
UPT/Balai;
b. Lokasi dan sektor dimana UPT/Balai berada dan antisipasi pelaksanaan
tugas dan fungsinya;
c. Sifat, skala dan kompleksitas dari aktivitas dan operasi UPT/Balai;
d. Model/proses bisnis/kegiatan UPT/Balai;
e. Entitas dimana UPT/Balai mempunyai kendali dan entitas yang
menerapkan kendali terhadap UPT/Balai;
f. Rekan bisnis UPT/Balai;
g. Sifat dan jangkauan interaksi dengan pejabat;
h. Peraturan perundang-undangan, regulasi serta kewajiban dan tugas
profesional.

9
Dalam menentukan isu internal dan isu eksternal, dapat menggunakan
instrumen/metode Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).
Formulir analisis SWOT dan tata cara pengisiannya mengacu pada Lampiran
III.

UPT/Balai harus melakukan pemantauan, peninjauan dan pelaporan terhadap


perubahan yang terjadi pada identifikasi isu strategis yang telah ditetapkan di
awal secara berkala, minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun yang dituangkan
dalam Laporan Kinerja Tim FKAP.

Strategi UPT/Balai dalam mengendalikan isu strategis dituangkan dan


ditetapkan dalam Program Kerja SMAP UPT/Balai. Formulir Program Kerja
SMAP mengacu pada Lampiran IV.

3. Kebutuhan dan Harapan Pemangku Kepentingan


UPT/Balai menentukan, memantau, dan meninjau:
a. Pemangku kepentingan yang relevan terhadap SMAP;
b. Kebutuhan dan harapan dari Pemangku Kepentingan yang sesuai dengan
prinsip SMAP.
Pemangku kepentingan dapat berasal dari internal atau eksternal UPT/Balai.
UPT/Balai harus menentukan kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan.
Formulir isian penentuan kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan
mengacu pada Lampiran V.

Penentuan kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan di UPT/Balai


mengacu pada tabel berikut ini:
1) Tabel Pemangku Kepentingan BP2JK
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan (Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
1. Direktorat Melakukan penetapan ✓
Jenderal Bina kebijakan layanan utama
Konstruksi dan manajerial di BP2JK

2. Direktorat Melaksanakan ✓
Pengadaan Jasa pembinaan proses
Konstruksi pengadaan barang/jasa
konstruksi dan
pengendalian intern atas
kepatuhan internal

10
1) Tabel Pemangku Kepentingan BP2JK
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan (Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
3. Subdirektorat Menerapkan ✓
Kepatuhan pengendalian intern dan
Intern penerapan manajemen
risiko

4. Sekretariat Melaksanakan ✓
Direktorat pengelolaan dan
Jenderal Bina pembinaan terkait:
Konstruksi 1. Kepegawaian;
2. Perencanaan dan
anggaran;
3. Komunikasi publik dan
pendampingan hukum.
5. LKPP Melaksanakan penetapan ✓
dan penyusunan
pengaturan pengadaan
barang/jasa konstruksi

6. Balai Teknis Menindaklanjuti hasil ✓


(Satker dan PPK) pemilihan penyedia
barang dan jasa oleh
BP2JK yang kompeten
dan memenuhi seluruh
persyaratan teknis dan
sesuai dengan seluruh
peraturan dan kebijakan
yang berlaku dan
dilaksanakan tepat waktu
7. Penyedia Barang Mengikuti seluruh proses ✓
dan Jasa Peserta pemilihan penyedia
Pemilihan barang dan jasa sesuai
dengan peraturan yang
berlaku
8. BPK/BPKP/APIP Melaksanakan ✓
pengawasan/audit
pengelolaan keuangan
yang
efektif, efisien dan
akuntabel; dan proses
pemilihan barang/jasa

11
1) Tabel Pemangku Kepentingan BP2JK
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan (Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
sesuai dengan prinsip
PBJ dan peraturan yang
berlaku serta tepat waktu.
9. KPPU dan Melaksanakan ✓
Ombudsman pengawasan layanan
pemilihan barang/jasa
sesuai dengan prinsip
PBJ dan peraturan yang
berlaku.
10. Aparat Penegak Melaksanakan ✓
Hukum pengawasan dan
penegakan hukum atas
pelaksanaan layanan
pengadaan barang dan
jasa.
11. Penyedia Barang Melaksanakan hubungan ✓
dan Jasa Internal kerja sama sesuai dengan
kontrak kerja dan
menjamin bahwa tidak
ada tindakan
penyuapan/korupsi yang
mempengaruhi kerja
sama.
12. Masyarakat Jasa Mengawasi proses ✓
Konstruksi pemilihan penyedia jasa
konstruksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku
13. Media Menyediakan informasi ✓
terkait proses pemilihan
barang/jasa.

12
2) Tabel Pemangku Kepentingan BJKW
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No. Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan
(Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
1. Direktorat Melakukan penetapan ✓
Jenderal Bina kebijakan layanan
Konstruksi utama dan manajerial
di BJKW

2. Direktorat Melaksanakan ✓
Pengadaan Jasa pembinaan proses
Konstruksi pengadaan
barang/jasa konstruksi
dan pengendalian
intern atas kepatuhan
internal

3. Direktorat Melaksanakan ✓
Keberlanjutan pembinaan dan
Konstruksi monitoring dan
evaluasi penerapan
Sistem Manajemen
Keselamatan
Konstruksi (SMKK)
4. Direktorat Melaksanakan ✓
Kelembagaan pembinaan kinerja
dan Sumber Daya kelembagaan, usaha
Konstruksi jasa konstruksi dan
dukungan material,
peralatan dan
teknologi konstruksi
5. Direktorat Melaksanakan ✓
Kompetensi dan pembinaan
Produktivitas kompetensi tenaga
Konstruksi kerja konstruksi
6. Subdirektorat Menerapkan ✓
Kepatuhan pengendalian intern
Intern dan penerapan
manajemen risiko.

13
2) Tabel Pemangku Kepentingan BJKW
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No. Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan
(Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
7. Sekretariat Melaksanakan ✓
Direktorat pengelolaan dan
Jenderal Bina pembinaan terkait:
Konstruksi 1. Kepegawaian;
2. Perencanaan dan
anggaran;
3. Komunikasi publik
dan pendampingan
hukum.

8. UPT/Balai Unor Menyediakan informasi ✓


Teknis dan data peserta
pelatihan dan
sertifikasi konstruksi

9. Penyedia Barang Menyediakan ✓


dan Jasa informasi/data peserta
pelatihan dan
sertifikasi konstruksi
serta mengikuti
pelaksanaan pelatihan
dan sertifikasi
konstruksi

10. BPK/BPKP/APIP Melaksanakan ✓


pengawasan/audit
pengelolaan keuangan
yang
efektif, efisien dan
akuntabel; dan proses
pengadaan
barang/jasa sesuai
dengan prinsip PBJ
dan peraturan yang
berlaku serta tepat
waktu.

14
2) Tabel Pemangku Kepentingan BJKW
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No. Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan
(Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
11. Penyedia Barang Melaksanakan ✓
dan Jasa Internal hubungan kerja sama
sesuai dengan kontrak
kerja dan menjamin
bahwa tidak ada
tindakan
penyuapan/korupsi
yang mempengaruhi
kerja sama.
12. LPJK Melaksanakan ✓
registrasi sertifikasi
Jasa Konstruksi
13. Lembaga Melaksanakan ✓
Sertifikasi Profesi kegiatan uji sertifikasi
(LSP) kompetensi
14. Badan Nasional Melaksanakan ✓
Sertifikasi Profesi kegiatan uji sertifikasi
(BNSP) kompetensi dan
pelatihan Asesor
bidang konstruksi

15. Kementerian Melaksanakan ✓


Ketenagakerjaan pembinaan tenaga
kerja termasuk tenaga
kerja konstruksi
16. Kementerian Melaksanakan kerja ✓
Hukum dan Hak sama dalam
Asasi Manusia pelaksanaan kegiatan
pembekalan dan
sertifikasi konstruksi
kepada warga binaan.
17. Asosiasi Kerja sama dalam ✓
Jasa Konstruksi kegiatan pembekalan,
pelatihan, dan
sertifikasi tenaga kerja
bidang konstruksi

15
2) Tabel Pemangku Kepentingan BJKW
Jenis Persyaratan Pemangku
Deskripsi Kepentingan
Pemangku
Persyaratan Persyaratan Harapan
No. Kepentingan
Pemangku Wajib Tidak Wajib
Kepentingan
(Mandatory (Nonmandatory
Requirements) Expectations)
18. Sekolah Kerja sama dan ✓
Menengah fasilitasi sarana dan
Kejuruan Bidang prasarana pembekalan
Konstruksi dan uji kompetensi
SDM Vokasional
bidang konstruksi
19. Politeknik dan Kerja sama dan ✓
Perguruan Tinggi fasilitasi sarana dan
Bidang prasarana pembekalan
Konstruksi dan uji kompetensi
SDM Vokasional
bidang konstruksi
20. BPJS Kerja sama ✓
Ketenagakerjaan pelaksanaan pelatihan
keselamatan
konstruksi

4. Ruang Lingkup SMAP


Pedoman ini diterapkan untuk: Dewan Pengarah, Manajemen Puncak, Tim
Kepatuhan Intern, seluruh Pegawai UPT/Balai (PNS, Non PNS, Pegawai Tetap
dan Pegawai Diperbantukan), Tenaga Ahli yang bekerja di lingkungan
UPT/Balai, serta seluruh pemangku kepentingan baik yang ada di internal
Kementerian PUPR ataupun pemangku kepentingan eksternal di luar
Kementerian PUPR yang bekerja sama dengan UPT/Balai.

Ruang lingkup dalam pedoman ini termasuk dalam cakupan pelaksanaan


kegiatan antara lain:
a. Penyusunan rencana, program, dan anggaran;
b. Pengelolaan pengadaan barang/jasa;
c. Pelaksanaan pendampingan pengadaan barang/jasa;
d. Pelayanan konsultasi proses pengadaan barang/jasa;
e. Pengelolaan risiko pengadaan barang/jasa;
f. Pengendalian mutu pelaksanaan pembinaan jasa konstruksi;
g. Penyelenggaraan peningkatan kompetensi tenaga kerja konstruksi
percontohan di wilayahnya;

16
h. Penyelenggaraan peningkatan kompetensi instruktur dan asesor konstruksi
di wilayahnya;
i. Pengumpulan data sumber daya jasa konstruksi di wilayahnya;
j. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pemberdayaan dan
pengawasan bidang pembinaan jasa konstruksi di wilayahnya;
k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga UPT/balai;
l. Pembayaran fasilitas yang tidak resmi/ilegal;
m. Pembayaran pemerasan.

Lingkup penyuapan dalam pedoman ini termasuk di dalamnya:


a. Penyuapan oleh organisasi kepada pihak lain (mitra bisnis/ lembaga
negara/ lainnya);
b. Penyuapan oleh personel yang bertindak atas nama organisasi;
c. Penyuapan oleh rekan bisnis yang bertindak atas nama organisasi;
d. Penyuapan kepada organisasi;
e. Penyuapan kepada personel sehubungan dengan aktivitas organisasi
f. Penyuapan kepada rekan bisnis sehubungan dengan aktivitas organisasi;
g. Penyuapan langsung dan tidak langsung (melalui perantara pihak ketiga).

5. Pengelolaan SMAP
SMAP ditetapkan, didokumentasikan, diterapkan, dipelihara, ditinjau, dan
diperbaiki efektivitasnya secara berkelanjutan, termasuk proses dan interaksi
yang diperlukan sesuai dengan proses yang diperlukan sesuai dengan
persyaratan standar SNI ISO 37001: 2016.

UPT/Balai menetapkan tata kelola SMAP yang terdiri dari


aturan/pedoman/prosedur/standar yang dirancang untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi, mencegah, mendeteksi, dan merespon risiko penyuapan/risiko
korupsi, sehingga UPT/Balai mampu menerapkan secara penuh, konsisten dan
secara berkelanjutan sesuai dengan standar SNI ISO 37001: 2016.

Aturan/pedoman/prosedur/standar terkait SMAP dapat dilihat pada Daftar


Dokumen SMAP sebagaimana tercantum pada Lampiran VI.

6. Penilaian Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi (Bribery Risk Assessment


(BRA)/Corruption Risk Assessment (CRA)
Dalam melaksanakan SMAP, UPT/Balai mempertimbangkan faktor dan isu
strategis untuk penentuan risiko terjadinya penyuapan dan korupsi serta
melakukan penanganan penilaian risiko untuk memastikan bahwa SMAP dapat
mencapai hasil yang diinginkan, meningkatkan pengaruh yang diinginkan, serta
mencegah atau mengurangi pengaruh yang tidak diinginkan.

17
Dalam melakukan penyusunan penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi
mengacu pada Pedoman Inspektur Jenderal tanggal 28 Juli 2023 tentang
Pedoman Penilaian Risiko Korupsi (Corruption Risk Assessment).

Jenis-jenis korupsi mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001


tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, digolongkan menjadi:
1. Kerugian Keuangan Negara
Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau korporasi. Pelakunya memiliki tujuan menguntungkan
diri sendiri serta menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada. Misalnya, seorang pegawai pemerintah melakukan mark up
anggaran agar mendapatkan keuntungan dari selisih harga tersebut.
Tindakan ini merugikan keuangan negara karena anggaran bisa
membengkak dari yang seharusnya.
2. Suap Menyuap
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Aparatur Sipil Negara,
penyelenggara negara, hakim, atau advokat dengan maksud supaya
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya. Suap
menyuap bisa terjadi antar pegawai maupun pegawai dengan pihak luar.
Suap antar pegawai misalnya dilakukan untuk memudahkan kenaikan
pangkat atau jabatan. Sementara suap dengan pihak luar misalnya ketika
pihak swasta memberikan suap kepada pegawai pemerintah agar
dimenangkan dalam proses tender.
3. Penggelapan dalam Jabatan/Penyalahgunaan Wewenang
Tindakan dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga, atau
melakukan pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk
pemeriksaan administrasi. Contoh penggelapan dalam jabatan: penegak
hukum merobek dan menghancurkan barang bukti suap untuk melindungi
pemberi suap.
4. Pemerasan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu
bagi dirinya sendiri. Misalnya, seorang pegawai negeri menyatakan bahwa
tarif pengurusan dokumen adalah Rp50.000, padahal seharusnya hanya
Rp15.000 atau malah gratis. Pegawai itu memaksa masyarakat untuk
membayar di luar ketentuan resmi dengan ancaman dokumen mereka tidak
diurus.
5. Perbuatan Curang
Perbuatan curang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi
yang dapat membahayakan orang lain. Misalnya, pemborong pada waktu
membuat bangunan atau penjual bahan bangunan melakukan perbuatan
curang yang membahayakan keamanan orang atau barang.

18
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau
persewaan padahal dia ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
Misalnya, dalam pengadaan alat tulis kantor seorang pegawai
pemerintahan menyertakan perusahaan keluarganya untuk proses tender
dan mengupayakan kemenangannya.
7. Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya. Misalnya, seorang
pengusaha memberikan hadiah mahal kepada pejabat dengan harapan
mendapatkan proyek dari instansi pemerintahan. Jika tidak dilaporkan
kepada KPK, maka gratifikasi ini akan dianggap suap.

UPT/Balai dalam melakukan identifikasi kecurangan yang dilakukan oleh pihak


internal maupun eksternal, sekurang-kurangnya pemilik risiko harus
memahami:
1. Jenis dan modus penyuapan/korupsi yang dilakukan
Pemilik risiko harus mengidentifikasi skema penyuapan/korupsi atau modus
yang biasa terjadi sebagai alat bukti dari setiap jenis-jenis korupsi yang
mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
2. Indikator kecurangan (Red Flag/Warning Sign)
Memahami indikator kecurangan akan membuat pemilik risiko lebih siaga
dalam melihat potensi-potensi yang akan mengarah kepada korupsi dan
mempersiapkan pengendalaian yang memadai untuk setiap indikasi
penyimpangan.
3. Aksi pencegahan penyuapan/korupsi
Aksi pencegahan penyuapan/korupsi tidak hanya dalam bentuk hard
control berupa pembenahan kelemahan suatu sistem atau ketentuan
namun juga pencegahan dalam bentuk soft control bagi pelaksana atau
penyelenggara suatu proses bisnis, dengan kombinasi pencegahan melalui
pengendalian soft control dan hard control, pencegahan penyuapan/korupsi
akan lebih efektif dan terintegrasi.

UPT/Balai mempunyai dasar atau justifikasi penentuan kriteria level


kemungkinan (K) dan level dampak (D) terhadap risiko penyuapan/risiko
korupsi. Dasar atau justifikasi penentuan kriteria berdasarkan pada identifikasi
kejadian, penyebab dan dampak yang dapat merujuk Laporan Hasil
Pengawasan/Pemeriksaan Internal, Eksternal, Laporan Pengaduan, data
pembanding, data kinerja dan sebagainya.

19
UPT/Balai menyusun analisa besarnya kemungkinan, keterjadian dan
signifikan dampak dari risiko penyuapan/risiko korupsi sebelum dilakukan
pengendalian dan menilai tingkat efektivitas setelah dilakukan pengendalian.
Menganalisa seberapa besar kemungkinan terjadinya penyuapan/korupsi dan
seberapa besar dampak yang diakibatkan dari penyuapan/korupsi.

1. UPT/Balai menetapkan kriteria kemungkinan terjadinya risiko


penyuapan/risiko korupsi sesuai tabel dibawah ini.

Kriteria Kemungkinan
Level Risiko yang lebih ditoleransi
Nilai
Kemungkinan Jumlah Risiko dengan toleransi rendah
Presentase
Frekuensi
Hampir tidak x < 2 kali dalam 1 ≤ 1 kejadian dalam lebih dari 5
1 x ≤ 1%;
terjadi tahun tahun terakhir
1% < x ≤ 2 < x ≤ 5 kali 1 kejadian dalam lebih dari 5 tahun
Jarang terjadi 2
10% dalam 1 tahun terakhir
10 % < x ≤ 6 < x ≤ 9 kali 1 kejadian dalam lebih dari 3 tahun
Kadang terjadi 3
20% dalam 1 tahun terakhir
20% < x ≤ 10 < x ≤ 12 kali 1 kejadian dalam lebih dari 2 tahun
Sering terjadi 4
50% dalam 1 tahun terakhir
Hampir Pasti x > 12 kali dalam ≥ 1 kejadian dalam lebih dari 1
5 x > 50%
terjadi 1 tahun tahun terakhir

2. Menetapkan kriteria dampak risiko


Terdapat tiga dampak risiko akibat penyuapan/korupsi yaitu dampak
keuangan negara, dampak hukum, dan dampak reputasi. Rincian sebagai
berikut:
Kriteria Dampak Keuangan Negara
Dampak Nilai UPR Kementerian UPR T-1 UPR T-2 UPR T-3
x ≤ 0,1 % nilai penerimaan/pembiayaan yang dikelola, atau x ≤ 0,05%
Tidak Signifikan 1
nilai belanja/asset/kegiatan lain yang dikelola
0,1% < x ≤ 0,5% nilai penerimaan/pembiayaan yang dikelola, atau
Minor 2
0,05% < x ≤ 0,25% nilai belanja/asset/kegiatan lain yang dikelola
0,5% < x ≤ 1% nilai penerimaan/pembiayaan yang dikelola, atau
Moderat 3
0,25% < x ≤ 0,5% nilai belanja/asset/kegiatan lain yang dikelola
1% < x ≤ 2% nilai penerimaan/pembiayaan yang dikelola, atau
Signifikan 4
0,5% < x ≤ 1% nilai belanja/asset/kegiatan lain yang dikelola
x > 2% nilai penerimaan/pembiayaan yang dikelola, atau
Sangat Signifikan 5
x > 1% nilai belanja/asset/kegiatan lain yang dikelola

20
Kriteria Dampak Reputasi
Dampak Nilai UPR Kementerian UPR T-1 UPR T-2 UPR T-3
● Jumlah keluhan secara lisan
● Jumlah keluhan secara lisan
(dapat didokumentasikan)/
(dapat
tertulis ke organisasi ≤ 10
didokumentasikan)/tertulis ke
Tidak Signifikan 1 ● Tingkat kepercayaan
organisasi ≤ 3
stakeholder sangat baik Tingkat
● Tingkat kepuasan pengguna
kepuasan pengguna layanan
layanan 4,25 ≤ x ≤ 5 (skala 5)
4,25 ≤ x ≤ 5 (skala 5)
● Jumlah keluhan secara lisan
(dapat
● Jumlah keluhan secara lisan
didokumentasikan)/tertulis ke
(dapat didokumentasikan) /
organisasi > 10
Minor 2 tertulis ke organisasi 3 ≤ x < 5
● Tingkat kepercayaan
● Tingkat kepuasan pengguna
stakeholder baik Tingkat
layanan 4 ≤ x ≤ 4,25 (skala 5)
kepuasan pengguna layanan 4
≤ x < 4,25 (skala 5)
● Pemberitaan negatif yang masif
di media sosial yang bersumber
● Jumlah keluhan secara lisan
dari bukan opinion leader
(dapat
Pemberitaan negatif di media
didokumentasikan)/tertulis ke
Moderat 3 massa lokal
organisasi > 5
● Tingkat kepercayaan
● Tingkat kepuasan pengguna
stakeholder sedang Tingkat
layanan 3,75 ≤ x ≤ 4 (skala 5)
Kepuasan pengguna layanan
sebesar 3,75 ≤ x < 4 (skala 5)
● Pemberitaan negatif yang
massif di media sosial yang
bersumber dari opinion leader ● Pemberitaan negatif di media
Pemberitaan negatif di media masa lokal Pemberitaan negatif
massa nasional yang masif di media sosial
Signifikan 4
● Tingkat kepercayaan ● Tingkat kepuasan pengguna
stakeholder rendah Tingkat layanan sebesar 3,5 ≤ x < 3,75
kepuasan pengguna layanan (skala 5)
sebesar 3,5 4 ≤ x < 3,75 (skala
5)
● Tingkat kepercayaan
● Pemberitaan negatif di media
stakeholder sangat rendah
massa nasional dan
Pemberitaan negatif di media
Sangat Signifikan 5 internasional
massa internasional
● Tingkat kepuasan pengguna
● Tingkat kepuasan pengguna
layanan < 3,5 (skala 5)
layanan < 3,5 (skala 5)

21
Kriteria Dampak Hukum
UPR
Dampak Nilai UPR T-1 UPR T-2 UPR T-3
Kementerian
Tidak 1 Perdata: ≤100 Administratif:
Signifikan juta Administratif: tergugat
tergugat merupakan
merupakan Pejabat Eselon
Pejabat Eselon IV, atau pejabat
III, IV, dan/atau yang setara,
pejabat yang pejabat
setara, pejabat fungsional dan
fungsional, dan pejabat
pejabat fungsional
fungsional umum umum
Minor 2 Perdata: 100 juta Perdata: ≤
≤ x < 1M 100juta
Administratif: Administratif:
tergugat tergugat
merupakan merupakan
Pejabat Eselon II, Pejabat Eselon
atau pejabat yang III atau pejabat
setara yang setara
Moderat 3 Pidana: x ≤ 1 Pidana: x ≤ 1 Perdata: ≤ 100 Administratif:
tahun atau tahun atau juta Administratif: tergugat
tersangka/terdak tersangka/terda tergugat merupakan
wa: Pejabat kwa: Pejabat merupakan Pejabat Eselon IV,
Eselon III, IV, Eselon IV, atau Pejabat Eselon atau pejabat yang
atau pejabat yang pejabat yang III, IV, atau setara, pejabat
setara, pejabat setara, pejabat pejabat yang fungsional, dan
fungsional, dan fungsional, dan setara, pejabat pejabat fungsional
pejabat pejabat fungsional, dan umum
fungsional umum fungsional pejabat
Perdata: 1M < x < umum fungsional umum
10M Perdata: 100
Administratif: juta < x ≤ 1 M
tergugat Administratif:
merupakan tergugat
Pejabat Eselon I, merupakan
atau pejabat yang Pejabat Eselon
setara II, atau pejabat
yang setara
Signifikan 4 Pidana: 1 < x ≤ 5 Pidana: 1 < x ≤ Pidana: x ≤ 1 Pidana: x ≤ 1 tahun
tahun atau 2 tahun atau tahun atau atau
tersangka/terdak tersangka/terda tersangka/terdak tersangka/terdakw
wa: Pejabat kwa: Pejabat wa: Pejabat a: Pejabat Eselon
Eselon I, II, atau Eselon II, III, Eselon III, IV, III, IV, atau pejabat
atau pejabat yang yang setara,

22
UPR
Dampak Nilai UPR T-1 UPR T-2 UPR T-3
Kementerian
pejabat yang atau pejabat setara, pejabat pejabat fungsional,
setara yang setara fungsional, dan dan pejabat
Perdata: 10M < x Perdata: 1M < x pejabat fungsional umum.
≤ 100M < 10 M fungsional umum. Perdata: ≤ 100 juta
Administratif: Administratif: Perdata: 100 juta Administratif:
tergugat tergugat < x < 1M tergugat
merupakan merupakan Administratif: merupakan
Menteri Pejabat Eselon tergugat Pejabat Eselon III,
I, atau pejabat merupakan atau pejabat yang
yang setara Pejabat Eselon II, setara
atau pejabat yang
setara
Sangat 5 Pidana: x > 5 Pidana: > 2 Pidana: > 1 tahun Pidana: > 1 tahun
Signifikan tahun atau tahun atau atau atau
tersangka/terdak tersangka/terda tersangka/terdak tersangka/terdakw
wa: Menteri/Wakil kwa: Pejabat wa: Pejabat a: Pejabat Eselon
Menteri Eselon I atau Eselon II atau III atau pejabat
Perdata: x > pejabat yang pejabat yang yang setara
100M setara setara Perdata > Perdata: 100 juta
Perdata: > 10 M 1M

3. Penetapan Nilai Risiko dan Tingkat Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi


Nilai risiko penyuapan/risiko korupsi adalah perkalian antara nilai
kemungkinan terjadinya (likelihood) peristiwa penyuapan/korupsi dan
dampak (severity). Nilai risiko ini dituangkan ke dalam Matriks BRA/CRA
sebagai berikut: Gambar. 1 Matriks Analisis Risiko 5
x5

23
Kriteria Tingkat Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi
Nilai Risiko 1 – 5 : Tingkat Risiko Sangat Rendah
Nilai Risiko 6 – 10 : Tingkat Risiko Rendah
Nilai Risiko 11 – 15 : Tingkat Risiko Sedang
Nilai Risiko 16 – 19 : Tingkat Risiko Tinggi
Nilai Risiko 20 – 25 : Tingkat Risiko Sangat Tinggi

Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi dengan tingkat risiko yang lebih tinggi


akan menjadi prioritas untuk dikendalikan.

Setiap proses dan unit kerja terkait diharapkan melakukan identifikasi risiko
penyuapan/risiko korupsi, penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi dan juga
menentukan jenis dan tingkat pengendalian risiko penyuapan/risiko korupsi
yang diterapkan pada setiap kategori risiko untuk menilai apakah kendali
yang ada telah mencukupi. Hasil penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi
ini diharapkan dapat merefleksikan risiko penyuapan/risiko korupsi aktual
yang dihadapi oleh UPT/Balai.

Penilaian Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi (BRA/CRA) ini dirancang


sebagai alat untuk membantu UPT/Balai menilai dan risiko penyuapan/risiko
korupsi. BRA/CRA harus ditinjau:
a. Secara teratur minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, sehingga
perubahan informasi baru dapat dinilai secara tepat berdasarkan waktu
dan frekuensi yang ditentukan oleh UPT/Balai; dan
b. Saat ditemukan perubahan penting terhadap struktur dan aktivitas
UPT/Balai atau kondisi yang terjadi.

4. Pengendalian Risiko Penyuapan/ Risiko Korupsi (Red Flag)


Pengendalian yang perlu dilakukan adalah UPT/Balai menentukan
pengendalian utama yaitu pengendalian yang ada dan harus ada serta
melakukan inovasi perbaikan dan pengendalian atas indikator
penyuapan/red flag.
a. Pengendalian utama
Terdapat 2 (dua) pendekatan dalam pencegahan penyuapan/korupsi
yaitu dengan menciptakan dan memelihara kejujuran dan integritas
(Soft Control) serta melakukan pengkajian risiko penyuapan/risiko
korupsi sekaligus membangun budaya anti penyuapan dan budaya anti
korupsi guna meminimalkan risiko penyuapan/risiko korupsi serta dapat
menghilangkan kesempatan terjadinya penyuapan/korupsi (Hard
Control).

24
Berdasarkan strategi tersebut, uraian kegiatan pengendalian dibedakan
menjadi:
1) Soft Control
Seluruh kegiatan pengendalian yang berupaya untuk menciptakan
dan memelihara kejujuran dan integritas serta membangun budaya
anti penyuapan dan budaya anti korupsi seperti internalisasi,
sosialisasi, refreshment, pelatihan, awareness, dan kegiatan sejenis
lainnya.
2) Hard Control
Seluruh kegiatan pengendalian yang dapat berupa perbaikan tata
kelola, perbaikan standar prosedur operasi (SOP), pelaksanaan
reviu sistem, penegakkan regulasi/standar.
b. Pengendalian Indikator Penyuapan/Red Flag
UPT/Balai perlu memahami dan dapat menilai indikator
penyuapan/korupsi sebagai hal yang mungkin mengarahkan pada
perilaku penyuapan/korupsi dari pegawai. Terdapat beberapa indikator
penyuapan/korupsi yang dikenal sebagai red flag/warning sign yang
merupakan tanda-tanda kemungkinan terjadinya penyuapan/korupsi.

Berikut beberapa contoh indikator penyuapan/korupsi yang mungkin


terjadi pada UPT/Balai:
1) Tekanan/Pressure
a) Pembagian tugas tidak adil;
b) Pemberian punishment;
c) Memiliki banyak hutang;
d) Sering mengeluh gaji rendah dan tidak puas dalam satu
jabatan.
2) Rasionalisasi/Rationalization
a) Terindikasi ada pertemanan antara
Pejabat/Pelaksana/Penanggung Jawab dengan penyedia jasa
(sering terlihat dengan penyedia jasa);
b) Adanya perlakuan Istimewa kepada penyedia jasa tertentu;
a) Banyaknya pengaduan masyarakat; dan
b) Adanya pemberian di luar ketentuan kepada pegawai;
3) Kesempatan/Opportunity
a) Lemahnya pengawasan dari atasan;
b) Permisif terhadap kesalahan/kecurangan;
c) Sering lembur;
d) Orang kepercayaan/adanya orang-orang pilihan tertentu;
e) Dianggap bermoral oleh orang sekitar;
f) Pengarsipan dokumen tidak tertib;
g) Tidak pernah cuti.

25
4) Lifestyle/Gaya Hidup
a) Sering menggunakan kendaraan dinas untuk kepentingan
sendiri;
b) Sering murung;
c) Terindikasi memiliki banyak hutang/cicilan;
d) Gaya hidup tidak sesuai dengan profil keuangan;
e) Suka mengonsumsi alkohol;
f) Boros dan suka memberikan sesuatu kepada pegawai;
g) Tidak disiplin;
h) Bergaya hidup mewah;
i) Segala sesuatu diukur dengan material;
j) Tidak suka dikritik, agresif;
k) Sering melimpahkan kesalahan pada orang lain;
l) Suka berjudi/berinvestasi spekulatif.
5) Kapasitas/Kompetensi
a) Merasa diri paling pintar;
b) Merasa paling benar;
c) Kecewa karena tidak ditempatkan sebagaimana
kapasitas/kompetensi yang dimiliki.
6) Arogansi
a) Pejabat/Pelaksana/Penanggung Jawab tidak taat pada
ketentuan;
b) Kecenderungan sering membantah;
c) Kecenderungan tidak hormat;
Hal-hal tersebut diatas bukan berarti personel yang terindikasi pasti melakukan
penyuapan/korupsi namun dapat menjadi indikator atau petunjuk bagi
Organisasi.

5. Evaluasi Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi


UPT/Balai menilai keterjadian risiko yang dinyatakan dari yang tertinggi hingga
terendah dan menilai sejauh mana pengendalian yang ada berperan dalam
mengendalikan proses bisnis UPT/Balai. Adapun yang dapat dilakukan adalah:
a) Melakukan evaluasi efektivitas rancangan pengendalian risiko
penyuapan/risiko korupsi yang telah diidentifikasi sebelumnya;
b) Memastikan bahwa rancangan pengendalian tersebut telah memadai
dalam artian mampu mengurangi risiko pada tingkat yang dapat diterima
oleh Organisasi;
c) Apabila rancangan tersebut tidak memadai maka perlu dilakukan
pencarian pengendalian alternatif atau tambahan yang lebih mampu dalam
mengurangi risiko penyuapan/risiko korupsi;
d) Menganalisa tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi
penyuapan/korupsi yang terindikasi.

26
Evaluasi risiko penyuapan/risiko korupsi berarti memahami bagaimana respon
risiko atas pengendalian risiko yang telah dilakukan. Respon risiko dilakukan
dengan mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, mengurangi dampak risiko,
membagi risiko, menghindari risiko, membagi risiko, atau menerima risiko atas
pengendalian yang dilakukan.

No Respon Risiko Kode


Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko penyuapan/risiko
korupsi, yaitu respon terhadap penyebab risiko penyuapan/risiko
1 korupsi agar kemungkinan terjadinya risiko semakin kecil. KF
Opsi ini dipilih dalam hal Pemilik Risiko mampu mempengaruhi
penyebab kejadian risiko penyuapan/risiko korupsi
Mengurangi dampak risiko penyuapan/risiko korupsi, yaitu respon
terhadap dampak risiko agar dampak risiko penyuapan semakin
2 kecil. KD
Opsi ini dipilih dalam hal Pemilik Risiko mampu mempengaruhi
dampak ketika risiko terjadi.
Membagi risiko penyuapan/risiko korupsi, yaitu respon risiko
dengan memindahkan sebagian atau seluruh risiko
penyuapan/risiko korupsi, kepada Organisasi lain.
Opsi ini diambil dalam hal:
a) Organisasi lain memiliki kompetensi/kemampuan
3 BR
menjalankan kegiatan dalam rangka menangani risiko
penyuapan/risiko korupsi tersebut;
b) Proses membagi risiko tersebut sesuai ketentuan yang
berlaku;
c) Penggunaan opsi ini disetujui oleh Dewan Pengarah.
Menghindari risiko penyuapan/risiko korupsi, yaitu respon risiko
dengan tidak melakukan atau menghentikan kegiatan yang akan
menimbulkan risiko penyuapan.
Opsi ini diambil dalam hal:
4 a) Upaya penurunan besaran/level risiko diluar kemampuan HR
Organisasi;
b) Kegiatan yang tidak dilakukan atau dihentikan tersebut tidak
menghambat pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan; dan
c) Penggunaan opsi ini disetujui oleh Dewan Pengarah.
Menerima risiko penyuapan/risiko korupsi, yaitu respon risiko
dengan tidak melakukan tindakan apapun terhadap risiko pada
besaran/level risiko yang dapat diterima.
Opsi diambil dalam hal:
5 a) Besaran/level risiko penyuapan/risiko korupsi bukan TR
merupakan Risiko Utama;
b) Upaya penurunan besaran/level di luar kemampuan
Organisasi;
c) Penggunaan opsi ini disetujui oleh Dewan Pengarah.

27
UPT/ Balai harus menyimpan informasi terdokumentasi dalam kaitan penerapan
penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi yang digunakan untuk merancang dan
meningkatkan SMAP disimpan dan dipelihara oleh Tim FKAP. Perubahan
penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi sebagai hasil tinjauan sebagaimana
dimaksud pada poin 1 di atas, dituangkan dalam Laporan Kinerja Tim FKAP.
Penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi menggunakan Formulir Penilaian
Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi (BRA/CRA) mengacu pada Lampiran VII.

B. KEPEMIMPINAN

1. Kepemimpinan dan Komitmen


a. Dewan Pengarah
Dewan Pengarah pada penerapan SMAP diketuai oleh Direktur Jenderal
Bina Konstruksi, yang beranggotakan:
1) Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;
2) Direktur Pengembangan Jasa Konstruksi;
3) Direktur Keberlanjutan Konstruksi;
4) Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi;
5) Direktur Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi.
Dewan Pengarah memperagakan komitmen dan kepemimpinannya
melalui:
1) Menyetujui Kebijakan Anti Penyuapan UPT/Balai;
2) Menetapkan pedoman penerapan SMAP UPT/Balai;
3) Menetapkan bahwa visi misi UPT/Balai sejalan dengan Kebijakan Anti
Penyuapan;
4) Memastikan bahwa strategi dan kebijakan anti penyuapan organisasi
sejalan;
5) Menetapkan pengalokasian dan penentuan sumber daya yang
diperlukan untuk penerapan SMAP cukup dan tepat;
6) Melaksanakan reviu terhadap penerapan dan keefektifan SMAP serta
memberikan arahan penyelesaian kendala di UPT/Balai pada waktu
yang direncanakan; dan
7) Mendorong penggunaan Whistleblowing System (WBS) apabila
terjadi tindak penyuapan dan memastikan bahwa pelapor tidak
mengalami tindakan pembalasan, diskriminasi atau disipliner.

b. Manajemen Puncak
Manajemen Puncak pada penerapan SMAP adalah Kepala UPT/Balai
yang memperagakan komitmen dan kepemimpinannya dengan:
1) Memastikan SMAP dirancang secara tepat, dipelihara dan ditinjau
secara cukup untuk mencapai sasaran;
2) Memastikan integrasi SMAP ke dalam proses bisnis UPT/Balai;
3) Menyediakan sumber daya yang cukup dan tepat untuk penerapan
SMAP;

28
4) Mengomunikasikan Kebijakan Anti Penyuapan kepada para
pemangku kepentingan internal dan eksternal;
5) Mengampanyekan budaya anti korupsi dan penyuapan serta
mengarahkan seluruh personel UPT/Balai untuk dapat berkontribusi
demi keefektifan penerapan SMAP;
6) Mendukung peran pimpinan terkait keteladanan dalam mencegah dan
mendeteksi penyuapan yang terjadi pada tugas dan tanggung jawab
mereka;
7) Menunjuk dan menetapkan personel UPT/Balai untuk melaksanakan
tugas Pelaksana Fungsi Kepatuhan, Pelaksana Fungsi Komunikasi
dan Pelatihan, dan Pelaksana Fungsi Kesekretariatan dan Dokumen
Kontrol;
8) Menetapkan dan memastikan Program Kerja Tahunan penerapan
SMAP;
9) Menetapkan dan memastikan program pelatihan yang diperlukan
untuk mendukung SMAP;
10) Mendorong keberlanjutan pelaksanaan penerapan SMAP;
11) Mendorong penggunaan Whistleblowing System (WBS) apabila
terjadi tindak penyuapan dan memastikan bahwa pelapor tidak
mengalami tindakan pembalasan, diskriminasi atau disipliner;
12) Memimpin UPT/Balai sebagai auditi sertifikasi dan surveillance SMAP;
13) Melaporkan kepada Dewan Pengarah atas kinerja SMAP paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; dan
14) Melaporkan kepada Dewan Pengarah apabila SMAP yang berjalan
tidak mampu mengatasi tindak penyuapan yang terjadi secara
terstruktur.

2. Kebijakan Anti Penyuapan


Kepala UPT/Balai selaku Manajemen Puncak menetapkan, memelihara, dan
meninjau kebijakan anti penyuapan dan disetujui oleh Direktur Jenderal Bina
Konstruksi selaku Dewan Pengarah.

Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan mencakup hal-hal berikut:


a. Melarang dan tidak mentolerir penyuapan dalam setiap aktivitas
penyelenggaraan tugas dan fungsi UPT/Balai, serta menetapkan,
memelihara dan melakukan tinjauan risiko terhadap potensi penyuapan
dalam kerangka SMAP.
b. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik
Indonesia terkait dengan anti korupsi dan pencegahan penyuapan.
c. Melakukan upaya-upaya pencegahan penyuapan dan menerapkan
pengendalian anti penyuapan di lingkungan UPT/Balai dalam rangka
mendukung pelaksanaan SMAP.

29
d. Memastikan SMAP diterapkan secara penuh, efektif dan konsisten
meningkatkan secara berkelanjutan untuk mencapai sasaran anti
penyuapan sesuai dengan tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
e. Membentuk Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan (FKAP) yang memiliki
kewenangan, tanggung jawab, kemandirian dan sumber daya pendukung
yang memadai untuk mengawasi dan memastikan penerapan dan
peningkatan berkelanjutan SMAP.
f. Mendorong kepedulian seluruh Pegawai UPT/Balai serta stakeholders
dengan dasar pemahaman dan itikad yang baik untuk berperan aktif
dalam pelaksanaan SMAP.
g. Menjamin kerahasiaan, keselamatan dan perlindungan hukum bagi
pelapor yang telah memberikan informasi atau laporan atas dugaan
pelanggaran SMAP.
h. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran SMAP kepada pihak-pihak di
bawah wewenang UPT/Balai yang terbukti terlibat dalam penyuapan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik
Indonesia.

Pokok-pokok Kebijakan Anti Penyuapan harus didokumentasikan dan


dikomunikasikan baik di dalam internal organisasi maupun kepada rekan bisnis
dan pemangku kepentingan UPT/Balai, dapat dilakukan melalui kegiatan
sosialisasi, internalisasi, pelatihan/workshop, dan media komunikasi (banner,
media sosial, media komunikasi lainnya). Pokok-Pokok Kebijakan SMAP
mengacu pada Lampiran VIII.

Sebagai bentuk komitmen terhadap penerapan SMAP, seluruh pemangku


kepentingan baik internal maupun eksternal membuat Pakta Integritas
Penerapan SMAP. Format Pakta Integritas SMAP mengacu pada Lampiran IX.

3. Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Tata Kelola SMAP


Kepala UPT/Balai selaku Manajemen Puncak mempunyai seluruh tanggung
jawab dalam penerapan atas dan kepatuhan dengan SMAP. Kepala UPT/Balai
berupaya memastikan bahwa tugas pokok dan fungsi untuk peran yang telah
ditentukan akan dikomunikasikan di dalam dan menyeluruh di masing-masing
UPT/Balai. Kepala Subbagian Tata Usaha UPT/Balai selaku Ketua FKAP harus
bertanggung jawab untuk meminta bahwa persyaratan SMAP diterapkan dan
dipenuhi oleh semua bagian dan personel di UPT/Balai masing-masing.

Dewan Pengarah, Manajemen Puncak dan seluruh personel lain memiliki


tanggung jawab untuk memahami, mematuhi, dan menerapkan seluruh
persyaratan SMAP, sesuai dengan peran tugas dan fungsi masing-masing
dalam Organisasi.

30
Dalam rangka penerapan SMAP agar dapat dijalankan secara efektif, maka
Manajemen Puncak menetapkan susunan personel Tim FKAP di UPT/Balai.
Dalam hal diperlukan penambahan personil Tim FKAP untuk pelaksanaan
operasional penerapan SMAP di UPT/Balai, Ketua FKAP UPT/Balai dapat
menetapkan personel pendukung.

Struktur dan Tata Kelola SMAP di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dijelaskan
sebagai berikut:

A. Struktur Tata Kelola SMAP

Gambar. 2 Struktur Tata Kelola SMAP Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

B. Uraian, Tugas, Fungsi Dan Tanggung Jawab


1. Dewan Pengarah
a. menyetujui Kebijakan Anti Penyuapan UPT/Balai;
b. menetapkan pedoman penerapan SMAP UPT/Balai;
c. menetapkan bahwa visi misi UPT/Balai sejalan dengan Kebijakan Anti
Penyuapan;
d. memastikan bahwa strategi dan kebijakan anti penyuapan organisasi
sejalan;
e. menetapkan pengalokasian dan penentuan sumber daya yang
diperlukan untuk penerapan SMAP cukup dan tepat;
f. melaksanakan reviu terhadap penerapan dan keefektifan SMAP serta
memberikan arahan penyelesaian kendala di UPT/Balai pada waktu
yang direncanakan; dan

31
g. mendorong penggunaan Whistleblowing System (WBS) apabila
terjadi tindak penyuapan dan memastikan bahwa pelapor tidak
mengalami tindakan pembalasan, diskriminasi atau disipliner.

2. Manajemen Puncak
a. memastikan SMAP dirancang secara tepat, dipelihara dan ditinjau
secara cukup untuk mencapai sasaran;
b. memastikan integrasi SMAP ke dalam proses bisnis UPT/Balai;
c. menyediakan sumber daya yang cukup dan tepat untuk penerapan
SMAP;
d. mengomunikasikan Kebijakan Anti Penyuapan kepada para
pemangku kepentingan internal dan eksternal;
e. mengampanyekan budaya anti korupsi dan penyuapan serta
mengarahkan seluruh personel UPT/Balai untuk dapat berkontribusi
demi keefektifan penerapan SMAP;
f. mendukung peran pimpinan terkait keteladanan dalam mencegah dan
mendeteksi penyuapan yang terjadi pada tugas dan tanggung jawab
mereka;
g. menunjuk dan menetapkan personel UPT/Balai untuk melaksanakan
tugas Pelaksana Fungsi Kepatuhan, Pelaksana Fungsi Komunikasi
dan Pelatihan, dan Pelaksana Fungsi Kesekretariatan dan Dokumen
Kontrol;
h. menetapkan dan memastikan Program Kerja Tahunan penerapan
SMAP;
i. menetapkan dan memastikan program pelatihan yang diperlukan
untuk mendukung SMAP;
j. mendorong keberlanjutan pelaksanaan penerapan SMAP;
k. mendorong penggunaan Whistleblowing System (WBS) apabila
terjadi tindak penyuapan dan memastikan bahwa pelapor tidak
mengalami tindakan pembalasan, diskriminasi atau disipliner;
l. memimpin UPT/Balai sebagai auditi sertifikasi dan surveillance SMAP;
m. melaporkan kepada Dewan Pengarah atas kinerja SMAP paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; dan
n. melaporkan kepada Dewan Pengarah apabila SMAP yang berjalan
tidak mampu mengatasi tindak penyuapan yang terjadi secara
terstruktur.

3. Tim Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan (Tim FKAP)


a. Ketua FKAP
1) menyusun Program Kerja Tahunan penerapan SMAP;
2) menyusun program pelatihan yang diperlukan untuk mendukung
SMAP;

32
3) memastikan SMAP telah sesuai dengan persyaratan SNI ISO
37001:2016 SMAP dan dilaksanakan efektif dan berkelanjutan
pada semua fungsi;
4) memastikan SMAP dipertahankan dan diperbaiki terus menerus;
5) memberikan dukungan teknis dan administrasi untuk penerapan
SMAP;
6) memfasilitasi dalam mengomunikasikan SMAP kepada pihak
internal dan eksternal;
7) memberikan advis dan panduan kepada personel UPT/Balai atas
SMAP dan isu terkait penyuapan;
8) mempersiapkan UPT/Balai sebagai auditi sertifikasi dan
surveillance SMAP;
9) melaporkan hasil kinerja SMAP paling sedikit 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun kepada Manajemen Puncak dengan tembusan
kepada Dewan Pengarah;
10) memastikan pejabat dan personel UPT/Balai yang berkewajiban
melaporkan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN)
telah melaporkan LHKPN kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dan Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sesuai
ketentuan yang berlaku;
11) mengelola pengendalian gratifikasi sesuai ketentuan yang berlaku;
dan
12) mengelola benturan kepentingan sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Pelaksana Fungsi Kepatuhan


1) memastikan semua klausul pada pedoman SMAP terpenuhi;
2) memastikan program kerja SMAP dijalankan dengan baik;
3) memastikan penerapan bribery risk assessment (BRA)/fraud risk
assessment (FRA) berjalan dengan efektif;
4) memastikan pelaksanaan uji kelayakan (due diligence) telah
dilakukan oleh pelaksana uji kelayakan terhadap:
(a) personel tertentu, antara lain: personal baru, pengelola
anggaran dan kegiatan, serta pelaksana pengadaan barang
dan jasa;
(b) transaksi atau kegiatan tertentu; dan
(c) kerja sama/perjanjian dengan pihak lain;
5) memberikan rekomendasi dan advis komprehensif yang berkaitan
dengan anti penyuapan di UPT/Balai;
6) memastikan seluruh personel UPT/Balai menandatangani Pakta
Integritas yang substansinya terdapat klausul anti penyuapan; dan
7) memantau pelaksanaan SMAP diterapkan secara konsisten dan
berkelanjutan.

33
c. Pelaksana Fungsi Komunikasi dan Pelatihan
1) merencanakan program komunikasi penerapan SMAP kepada
pihak-pihak internal maupun eksternal;
2) membuat konten, mencetak dan mendistribusikan informasi
terkait anti penyuapan dan kegiatannya kepada pihak internal dan
eksternal melalui media komunikasi baik digital maupun manual di
UPT/Balai;
3) mensosialisasikan kepada pihak ketiga yang akan bekerja sama
dengan UPT/Balai perihal adanya ketentuan anti penyuapan;
4) merencanakan program pelatihan dan sosialisasi penerapan anti
penyuapan kepada seluruh personil UPT/Balai baik ASN maupun
non ASN;
5) memberikan pelatihan anti penyuapan kepada setiap personel
baru yang bekerja di UPT/Balai dalam program orientasi personel
baru;
6) memastikan internalisasi SMAP telah dipahami oleh seluruh
personal UPT/Balai; dan
7) mengoordinasi komunikasi terkait pelaksanaan SMAP di
UPT/Balai dengan Tim Pendamping SMAP dan pihak terkait
lainnya.

d. Pelaksana Fungsi Kesekretariatan dan Dokumen Kontrol


1) mendokumentasikan seluruh kegiatan (antara lain:
rapat/workshop/pelatihan/sosialisasi/audit), mengarsipkan
dokumen yang berkaitan dengan anti penyuapan dan FKAP, serta
mengorganisasikan kegiatan FKAP;
2) memastikan dokumen terkait anti penyuapan yang berlaku di
UPT/Balai merupakan dokumen terbaru;
3) melakukan pengendalian seluruh dokumen terkait SMAP mulai
dari pengesahan, penggandaan, pengarsipan, distribusi ke bagian
yang terkait dan penarikan serta penghapusan dokumen;
4) memastikan dokumen yang disusun oleh FKAP telah diproses dan
didistribusikan melalui portal UPT/Balai serta diterima oleh seluruh
pegawai;
5) menyiapkan bahan pelaporan kinerja SMAP secara berkala; dan
6) melaksanakan dukungan teknis dan administrasi untuk penerapan
SMAP.

4. Tim Pendamping dan Audit Internal


a. melakukan pendampingan penerapan SMAP di UPT/Balai, mulai dari
tahap internalisasi, pembangunan sistem, sosialisasi, reviu sistem,
hingga proses sertifikasi dan surveillance SMAP;
b. menyusun pedoman penerapan SMAP di UPT/Balai;

34
c. mengoordinasikan dan melakukan internal audit untuk memastikan
seluruh klausul SNI ISO 37001:2016 sudah terlaksana dan berfungsi
sepenuhnya di UPT/Balai;
d. menyusun dan menyampaikan laporan audit atas kepatuhan anti
penyuapan di UPT/Balai kepada Manajemen Puncak dan Dewan
Pengarah;
e. bekerjasama dengan Satuan Tugas Pengendali Gratifikasi dan Tim
Pengelola Whistleblowing System (WBS) UPT/Balai untuk mengelola
laporan penerimaan dan pemberian gratifikasi, korupsi dan
penyuapan; dan
f. melakukan evaluasi efektivitas penerapan SMAP, termasuk kerangka
kerja dan program kerja dan dilaporkan kepada Dewan Pengarah
minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

C. PERENCANAAN

1. Tindakan untuk menangani risiko dan peluang


Ketika merencanakan SMAP, UPT/Balai mempertimbangkan berbagai hal
antara lain terkait dengan isu dan faktor strategis konteks organisasi,
persyaratan dari pemangku kepentingan (kebutuhan dan harapan), hasil dari
identifikasi dan penilaian risiko, serta berbagai peluang peningkatan SMAP
yang ditujukan untuk:
a. Memberi kepastian yang wajar bahwa SMAP dapat mencapai sasaran yang
dimaksud;
b. Mencegah atau mengurangi pengaruh yang tidak diinginkan yang relevan
dengan kebijakan dan sasaran anti penyuapan;
c. Memantau keefektifan SMAP;
d. Mencapai peningkatan SMAP secara berkelanjutan.

Berdasarkan hal tersebut, UPT/Balai merencanakan:


a. Tindakan untuk mengatasi risiko penyuapan dan peluang untuk
peningkatan SMAP;
b. Bagaimana untuk mengintegrasikan dan menerapkan tindakan ini pada
proses SMAP; dan
c. Mengevaluasi keefektifan dari tindakan tersebut.

Tindakan untuk mengatasi risiko dan peluang dapat dilihat dalam dokumen
profil Penilaian Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi (Bribery Risk
Assessment/Corruption Risk Assessment) dan Program Kerja SMAP.

35
2. Sasaran Anti Penyuapan dan Rencana Pencapaiannya
UPT/Balai harus menetapkan sasaran SMAP.
Sasaran SMAP harus:
a. Konsisten dengan Pokok-pokok Kebijakan Anti Penyuapan;
b. Terukur;
c. Mempertimbangkan isu strategis (internal dan eksternal), para pemangku
kepentingan dan profil penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi
(BRA/CRA);
d. Dapat dicapai, dipantau; diperbaharui jika sesuai; dan
e. Dikomunikasikan (disosialisasikan).
UPT/Balai harus mendokumentasikan bukti dukung atas pencapaian sasaran
SMAP. Ketika merencanakan bagaimana untuk mencapai sasaran SMAP,
UPT/Balai harus menetapkan apa yang akan dikerjakan, sumber daya apa yang
digunakan/dipersyaratkan, siapa yang bertanggung jawab, kapan sasaran akan
dicapai, bagaimana hasil akan dievaluasi dan dilaporkan serta siapa yang akan
menjatuhkan sanksi/hukuman bila sasaran tidak bisa dicapai.

Bentuk Sasaran SMAP, rencana pencapaian dan penanggung jawab dapat


berupa:
Sasaran Rencana Pencapaian Penanggung Jawab
Penguatan Tim 1. Meningkatkan kompetensi Tim 1. Manajemen
FKAP FKAP agar mampu Puncak
merencanakan, 2. Manajemen
melaksanakan, mengelola, Puncak
monitoring dan evaluasi
terhadap penerapan SMAP.
2. Menguatkan sumber daya Tim
FKAP (sumber daya manusia,
sumber daya fisik dan sumber
daya keuangan) untuk
penerapan SMAP.
Pengembangan 1. Meningkatkan kapasitas SDM 1. Manajemen Puncak
Sumber Daya berbasis kompetensi. 2. Manajemen Puncak
UPT/Balai 2. Memberlakukan Due Diligence dan Ketua FKAP
SDM pada proses rekrutmen 3. Manajemen Puncak
dan manajemen kinerja SDM dan Ketua FKAP
3. Menguatkan sumber daya 4. Ketua FKAP
UPT/Balai (sumber daya 5. Manajemen Puncak
manusia, sumber daya fisik 6. Manajemen Puncak
dan sumber daya keuangan)
manajemen perkantoran)
untuk penerapan SMAP di
UPT/Balai.

36
Sasaran Rencana Pencapaian Penanggung Jawab
4. Meningkatkan sarana dan
prasarana teknologi informasi
untuk mendukung penerapan
SMAP.
5. Menguatkan kapasitas audit
internal SMAP berbasis risiko.
6. Menyempurnakan sistem
insentif.
Sosialisasi dan 1. Melaksanakan Pelatihan 1. Ketua FKAP
Internalisasi SMAP dan Anti Penyuapan
SMAP setiap tahun sekali kepada 2. Ketua FKAP
seluruh personel UPT/Balai.
2. Melaksanakan Pelatihan 3. Ketua FKAP
SMAP dan Anti Penyuapan
kepada CPNS yang sedang 4. Ketua FKAP
melaksanakan OJT di DJBK.
3. Melakukan sosialisasi SMAP,
UPG dan WBS kepada seluruh
personel UPT/Balai dan
pemangku kepentingan secara
berkala.
4. Memaksimalkan penggunaan
kanal informasi internal dan
eksternal dalam rangka
penguatan penerapan SMAP.
Mitigasi 1. Melakukan monitoring dan 1. Manajemen
Risiko evaluasi penerapan mitigasi Puncak
Penyuapan risiko sesuai BRA/CRA
2. Membentuk Satuan Tugas 2. Manajemen
Pengendalian Gratifikasi dan Puncak dan Ketua
WBS. FKAP
Sasaran SMAP ini ditetapkan secara lebih detail dalam program kerja SMAP
dan dikomunikasikan kepada semua pihak terkait untuk ditindaklanjuti. Formulir
Program Kerja SMAP mengacu pada Lampiran IV.

37
Sanksi terhadap tidak tercapainya kinerja sasaran anti penyuapan diberikan
oleh:
a. Manajemen Puncak, terhadap tidak tercapainya kinerja sasaran anti
penyuapan yang dilakukan oleh Ketua Tim FKAP; dan
b. Ketua Tim FKAP, terhadap tidak tercapainya kinerja sasaran anti
penyuapan yang dilakukan oleh Pelaksana Fungsi FKAP.
Sanksi yang diberikan terhadap tidak tercapainya kinerja sasaran anti
penyuapan berupa teguran lisan yang dituangkan dalam Berita Acara.
Pemberian sanksi ditandatangani oleh Pemberi Sanksi dan Penerima Sanksi.

Penilaian tingkat efektivitas kinerja SMAP ditentukan berdasarkan kriteria


sebagai berikut:
1. Penilaian keterlaksanaan kegiatan

Kriteria penilaian
Nilai
keterlaksanaan kegiatan

Terlaksana 100% 5

Terlaksana 80 - 90% 4

Terlaksana 60 - 79% 3

Terlaksana 50 - 59% 2

Terlaksana > 50% 1

Tidak terlaksana 0

2. Penilaian kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan jadwal

Kriteria Penilaian Kesesuaian


Pelaksanaan Kegiatan Nilai
dengan Jadwal

Sesuai jadwal 5

Mundur < 7 hari 4

Mundur 7 - 22 hari 3

Mundur 23 - 30 hari 2

Mundur > 30 hari 1

38
3. Nilai akhir efektivitas kinerja SMAP ditetapkan sebagai berikut

Nilai Hasil Tinjauan

4.5 - 5 Efektif

4 - 4.49 Cukup Efektif

3 - 3.9 Kurang Efektif

<2 Tidak Efektif

Hasil pencapaian dan tindak lanjutnya akan terus dipantau, dimonitor dan
dievaluasi oleh Tim FKAP secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali dan
dituangkan dalam Laporan Kinerja Tim FKAP, untuk kemudian
dikomunikasikan dan dilaporkan kepada Manajemen Puncak dengan
tembusan Dewan Pengarah dan Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi selaku
Tim Pendamping dan Audit Internal. Pelaporan dilakukan melalui sistem Tata
Naskah Dinas Elektronik (TNDE).

D. DUKUNGAN

1. Sumber Daya
Organisasi menjamin tersedianya sumber daya (sumber daya manusia, sumber
daya fisik dan sumber daya keuangan) yang dibutuhkan untuk pencapaian
sasaran SMAP. Organisasi menentukan dan menyediakan sumber daya untuk
penerapan SMAP yang diperlukan untuk penetapan, penerapan, pemeliharaan
dan peningkatan berkelanjutan SMAP.
Penyediaan sumber daya direncanakan secara matang dengan
mempertimbangkan kemampuan, kendala dan sumber daya internal yang ada,
untuk mendukung efektivitas dan efisiensi serta implementasi SMAP.
Penyediaan sumber daya/personel tidak terbatas pada proses rekrutmen,
peningkatan kompetensi, penegakan hukuman/sanksi yang mengacu kepada
kebijakan yang telah ditetapkan dan berlaku di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.

39
Agar Sistem Manajemen Anti Penyuapan dapat berfungsi secara efektif, maka
Manajemen Puncak menetapkan susunan personel Tim FKAP di UPT/Balai
didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Pegawai UPT/Balai;
b. Pendidikan minimal D3;
c. Telah mengikuti workshop/pelatihan/sosialisasi tentang SMAP;
d. Memiliki integritas dan komitmen dalam penerapan SMAP.

Dalam hal diperlukan penambahan personil Tim FKAP untuk pelaksanaan


operasional penerapan SMAP di UPT/Balai, Ketua FKAP UPT/Balai dapat
menetapkan personel pendukung. Penyampaian penetapan susunan personel
Tim FKAP di UPT/Balai oleh Manajemen Puncak ditembuskan kepada Direktur
Jenderal Bina Konstruksi, Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi dan Kepala
Subdirektorat Kepatuhan Intern.

2. Kompetensi
Dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan kompetensi, Organisasi
berupaya:
a. Menentukan jenis-jenis kompetensi yang diperlukan;
b. Memberikan pelatihan, pendidikan, workshop, mentoring, sosialisasi dan
sejenisnya untuk memastikan kompetensi yang cukup bagi personel;
c. Menyimpan informasi terdokumentasi (bukti) pelaksanaan peningkatan
kompetensi personel tersebut.
Penetapan pemenuhan dan kompetensi SDM dapat ditetapkan dalam bentuk
Analisis Beban Kerja (ABK) dan Analisis Jabatan (ANJAB).
1) Proses Rekrutmen
UPT/Balai berupaya memastikan seluruh pegawai memiliki kepedulian
dan kesadaran terhadap:
a) Kebijakan dan sasaran anti penyuapan yang telah ditetapkan.
b) Keefektifan dan kontribusi terhadap SMAP dalam peningkatan kinerja.
c) Pengaruh/konsekuensi apabila tidak mentaati SMAP.

Pegawai UPT/Balai terdiri atas:


a. Pegawai ASN, adalah:
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
b. Pegawai Non ASN, adalah:
1) Tenaga Ahli;
2) Konsultan Individual;
3) Tenaga Pendukung Individu; dan
4) Pegawai outsourcing (Satpam, Pramubakti, Tenaga Kebersihan
dan sebagainya).

40
UPT/Balai memastikan penerapan kebijakan dan mekanisme aturan
dalam hubungannya terhadap seluruh pegawai sebagai berikut:
a) UPT/Balai berwenang untuk mendisiplinkan pegawai jika tidak patuh
terhadap SMAP. UPT/Balai untuk memberikan tindakan disiplin bagi
yang tidak patuh sesuai ketentuan yang berlaku.
b) UPT/Balai memberikan akses terhadap Kebijakan dan Sasaran anti
penyuapan kepada seluruh pegawai terhitung ketika pegawai
tersebut dipekerjakan. UPT/Balai untuk memberikan akses kepada
seluruh pegawai melalui internalisasi, sosialisasi dan pelatihan
terkait sistem manajemen anti penyuapan;
c) UPT/Balai memiliki ketentuan/prosedur yang dapat mengambil
tindakan disiplin yang sesuai kepada pegawai yang melanggar
Kebijakan Anti Penyuapan atau SMAP. UPT/Balai untuk
memberikan tindakan disiplin bagi yang tidak patuh sesuai ketentuan
yang berlaku;
d) UPT/Balai memastikan seluruh pegawai tidak menerima
pembalasan, diskriminasi atau tindakan disiplin (ancaman, isolasi,
penurunan jabatan, pencegahan promosi, transfer, pemecatan,
intimidasi, dikorbankan atau bentuk lain dari pelecehan) karena:
(a) menolak untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang telah
cukup dinilai untuk menjadi risiko penyuapan (di atas batas
rendah) yang belum dimitigasi oleh UPT/Balai; atau
(b) memiliki kepedulian atau membuat laporan dengan itikad baik
atau atas dasar keyakinan yang wajar, dari percobaan
penyuapan, penyuapan atau dugaan penyuapan atau
pelanggaran Kebijakan Anti Penyuapan atau SMAP (kecuali
individu yang berpartisipasi dalam pelanggaran). Pelaporan
terhadap tindakan penyuapan dapat disampaikan melalui kanal
wispu.pu.go.id (pelaporan wbs), gol.itjen.pu.go.id (pelaporan
gratifikasi) dan lapor.go.id (pengaduan).

Sehubungan dengan semua posisi yang terkena risiko penyuapan (di atas
batas rendah) sebagaimana ditentukan dalam penilaian risiko penyuapan,
serta untuk Tim FKAP, Organisasi menerapkan mekanisme dan ketentuan
sebagai berikut:
a) Melakukan uji kelayakan pada calon pegawai sebelum pegawai tersebut
dipekerjakan dan sebelum pegawai tersebut dipindahkan atau
dipromosikan oleh organisasi, untuk memastikan bahwa pegawai tersebut
akan mematuhi Kebijakan Anti Penyuapan dan persyaratan SMAP.
(a) Pegawai ASN dilakukan uji kelayakan oleh Unit Organisasi yang
memiliki kewenangan pengembangan sumber daya manusia di
Kementerian PUPR. Uji kelayakan meliputi proses rekrutmen

41
pegawai, assessment secara berkala, pengembangan kompetensi,
mutasi/rotasi, promosi dan penempatan pegawai ASN.
(b) Pegawai Non ASN dilakukan uji kelayakan mengacu pada Pedoman
Due Diligence Calon Pegawai pada Lampiran X.
b) Meninjau secara berkala bonus kinerja, target kinerja dan elemen insentif
lainnya untuk memastikan bahwa ada perlindungan guna mencegah
personel dari dorongan penyuapan;
c) Dewan Pengarah, Manajemen Puncak dan seluruh personel UPT/Balai
mendeklarasikan secara berkala yang mengonfirmasikan kepatuhan
terhadap kebijakan anti penyuapan. Deklarasi tersebut dapat berupa
Pakta Integritas dan atau Pernyataan Komitmen Bebas Benturan
Kepentingan mengacu pada Lampiran XI.

3. Kepedulian dan Pelatihan


Organisasi berupaya memberikan perhatian dan kepedulian anti penyuapan
yang cukup dan sesuai, serta pelatihan untuk seluruh pegawai. Pelatihan diatur
dan ditetapkan memiliki konten dan menunjukkan hal yang sesuai dengan
mempertimbangkan hasil penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi yang dapat
mencakup:
a. Kebijakan Anti Penyuapan, prosedur dan penerapan SMAP dalam
Organisasi serta tugas seluruh personel UPT/Balai dalam menerapkannya.
b. Risiko penyuapan/risiko korupsi dan dampak negatif pada pegawai dan
UPT/Balai yang mendapat hasil dari penyuapan.
c. Keadaan dimana penyuapan dapat terjadi dalam kaitannya dengan tugas
pegawai dan bagaimana mengenali keadaan ini.
d. Bagaimana mengenali dan menanggapi permintaan atau penawaran
penyuapan.
e. Bagaimana pegawai dapat membantu mencegah dan menghindari
penyuapan serta mengenali indikator kunci risiko penyuapan/risiko korupsi.
f. Kontribusi pegawai terhadap efektivitas SMAP, termasuk keuntungan dari
peningkatan kinerja anti penyuapan dan pelaporan dugaan penyuapan.
g. Implikasi dan konsekuensi potensial tidak sesuai dengan persyaratan
SMAP.
h. Bagaimana dan kepada siapa pegawai dapat melaporkan setiap
kepedulian.
i. lnformasi tentang pelatihan dan sumber daya yang tersedia.

Pegawai harus dilengkapi dengan kepedulian anti penyuapan dan pelatihan


secara teratur yang sesuai untuk peran pegawai, risiko penyuapan, risiko
korupsi di lingkungan pegawai berada dan setiap keadaan yang berubah.
Program kepedulian dan pelatihan ditetapkan setiap tahun bersamaan dengan
penyusunan Program Kerja SMAP dan masuk ke dalam komponen kegiatan
pada Sasaran II: Pengembangan Sumber Daya UPT/Balai. Formulir Rencana
Program Kepedulian dan Pelatihan Pegawai mengacu pada Lampiran XII.

42
Sesuai dengan hasil penilaian/perhitungan risiko penyuapan/risiko korupsi
teridentifikasi pada pihak ketiga, UPT/Balai dapat menerapkan ketentuan yang
ditujukan pada kepedulian dan pelatihan anti penyuapan untuk pihak ketiga
yang bertindak atas nama atau untuk keuntungannya yang dapat menimbulkan
risiko penyuapan (di atas batas rendah) bagi UPT/Balai. UPT/Balai dapat
mengidentifikasi pihak ketiga yang memerlukan kepedulian dan pelatihan serta
materi dan sarana pelatihan.

Kepedulian dan persyaratan pelatihan untuk pihak ketiga juga dapat


dikomunikasikan melalui kontrak atau media lainnya sesuai kebutuhan dan
dapat diselenggarakan oleh UPT/Balai pihak ketiga atau pihak lain yang
ditunjuk untuk tujuan itu.

UPT/Balai dapat menyimpan informasi terdokumentasi tentang prosedur


pelatihan, isi pelatihan dan kapan dan kepada siapa informasi diberikan.

4. Komunikasi
Secara umum, komunikasi dalam SMAP dapat dilakukan melalui berbagai
media antara lain rapat koordinasi, telepon, korespondensi, pengumuman dan
media teknologi informasi yang ada (e-mail/media sosial). Substansi
komunikasi internal mencakup hal sebagai berikut:
a. Kinerja SMAP dan keefektifannya, termasuk memastikan bahwa Kebijakan
dan Sasaran Anti Penyuapan, peraturan perundangan dan risiko
penyuapan tersedia serta diketahui oleh seluruh pegawai yang
memerlukannya; dan
b. Informasi yang relevan dengan SMAP, termasuk perubahan pada SMAP
dan memastikan tersedianya proses komunikasi yang memungkinkan bagi
seluruh pegawai untuk berkontribusi terhadap perbaikan berkelanjutan
kinerja anti penyuapan.

Komunikasi eksternal meliputi komunikasi dengan pihak luar yang terkait


(terutama dengan tingkat risiko di atas batas rendah) sesuai dengan
pertimbangan dan hasil penilaian risiko.

UPT/Balai dapat melakukan komunikasi dengan pihak eksternal (sebagaimana


tercantum dalam Form Pemangku Kepentingan) tentang informasi yang relevan
dengan SMAP dalam kaitan untuk mentaati Kebijakan Anti Penyuapan, aturan,
prinsip dan perilaku anti penyuapan dan berbagai peraturan perundangan
terkait.

43
5. lnformasi Terdokumentasi
a. Informasi terdokumentasi UPT/Balai
Seluruh pegawai diharapkan bekerja sesuai dengan arah dan Kebijakan
Anti Penyuapan serta persyaratan SMAP terdokumentasi lainnya yang
berlaku, yang mencakup dokumentasi sesuai SNI ISO 37001:2016 serta
dokumentasi yang ditentukan oleh kebutuhan UPT/Balai untuk menjamin
efektifitas SMAP.

Semua kegiatan yang berhubungan dengan SMAP diatur melalui dokumen


atau petunjuk tertulis yang terdokumentasi untuk dapat memenuhi
persyaratan dan menjamin tercapainya tujuan dan sasaran anti penyuapan.

b. Penerbitan dan Pembaharuan Dokumen


Untuk melakukan penerbitan/pembuatan dan pembaharuan dokumen,
maka harus mendapatkan persetujuan pejabat/penerbit yang bertanggung
jawab di area kerja/pemilik proses terkait.

Pengendalian dokumen dilakukan dengan memastikan bahwa dokumen


sudah diidentifikasi dan mempunyai deskripsi yang jelas (judul, tanggal,
pembuat, nomor referensi dan lain-lain) serta sudah memenuhi kaidah
format dokumen dalam bentuk hardcopy atau e-document yang sudah
ditetapkan.

c. Pengendalian Informasi Terdokumentasi


1) Pengendalian Dokumen
Pengendalian dokumen dan data, dimaksudkan agar semua dokumen
SMAP dapat terkendali dan terpelihara keabsahannya serta dokumen
yang digunakan sebagai panduan adalah dokumen yang berlaku.
Untuk itu, prosedur terkait informasi terdokumentasi ditetapkan dan
dipelihara untuk mengendalikan dokumen-dokumen dan data yang
sesuai dengan SMAP yang diterapkan.
2) Pengendalian Rekaman (Arsip)
UPT/Balai dapat melakukan identifikasi, pemakaian/pengambilan,
pengumpulan, indeks, pengarsipan, penyimpanan, perlindungan/
pemeliharaan dan menentukan waktu penyimpanan serta pemusnahan
rekaman. Rekaman (arsip) dapat berupa 'hardcopy' atau 'softcopy'
harus dipelihara dan didokumentasikan untuk memenuhi standar yang
disyaratkan.

Penanggung jawab koordinasi pengendalian rekaman (arsip) adalah


Tim FKAP. Pemeliharaan rekaman (arsip) diharapkan untuk menjadi
salah satu bukti pencapaian SMAP yang disyaratkan, memudahkan
evaluasi dan penelusuran apabila diperlukan.

44
Rekaman yang ada dipelihara agar selalu dapat terbaca, dapat
teridentifikasi dan mudah untuk diakses.

Pengendalian dokumen/arsip mengacu pada Tata Kelola Arsip di


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat diantaranya
Peraturan Menteri PUPR Nomor 27 Tahun 2021 tentang Sistem
Klasifikasi Keamanan dan Akses Arsip Dinamis, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26 Tahun 2021
tentang Jadwal Retensi, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 16/PRT/M/2018 Tahun 2018 tentang
Klasifikasi Arsip Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

E. OPERASI

1. Perencanaan dan Pengendalian Operasional


UPT/Balai berupaya merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan semua
proses bisnis untuk mencapai pemenuhan persyaratan SMAP dan
mengimplementasikan tindakan terkait risiko penyuapan dari setiap kegiatan
operasional yang ada, dengan cara:
a. Menetapkan kriteria semua proses.
b. Menerapkan kendali atas proses-proses yang ada sesuai kriteria yang
dibuat.
c. Menentukan, memelihara dan menyimpan informasi terdokumentasi untuk
menunjukkan bahwa informasi terdokumentasi telah sesuai dengan
rencana dan persyaratan.
d. Mengendalikan perubahan yang ada, meninjau konsekuensi dari
perubahan yang ada dan mengambil tindakan untuk mengurangi dampak
yang dapat terjadi.
e. Memastikan tetap dilakukan pengendalian jika terdapat proses yang
dialihdayakan (dilaksanakan oleh pihak ketiga).

Proses yang direncanakan dan dikendalikan UPT/Balai mencakup secara


spesifik untuk aktivitas dalam:
a. Uji kelayakan.
b. Pengendalian keuangan.
c. Pengendalian non keuangan.
d. Penerapan pengendalian anti penyuapan yang dikendalikan UPT/Balai
dan pihak ketiganya. Komitmen Anti Penyuapan.
e. Pengelolaan hadiah, kemurahan hati, sumbangan dan keuntungan serupa.
f. Mengelola ketidakcukupan pengendalian anti penyuapan.
g. Meningkatkan kepedulian.
h. Investigasi dan penanganan penyuapan.

45
2. Uji Kelayakan
Pelaksanaan uji kelayakan dapat dilakukan terhadap transaksi spesifik, proyek,
aktivitas, pihak ketiga dan seluruh personel UPT/Balai untuk mengevaluasi lebih
lanjut lingkup, skala dan sifat, risiko penyuapan. Hal ini juga dapat digunakan
untuk kendali tambahan, yang ditargetkan untuk mencegah dan mendeteksi
risiko penyuapan dan menginformasikan keputusan organisasi, apakah
menunda, memberhentikan atau merevisi transaksi, proyek atau kerja sama
dengan pihak ketiga dan seluruh Personel UPT/Balai.

Uji kelayakan dilakukan terhadap:


1) Tim FKAP
2) Pegawai Non PNS
3) Rekan Bisnis UPT/Balai
Uji kelayakan terhadap Tim FKAP menggunakan Formulir Uji Kelayakan Tim
Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan pada Lampiran XIII dan Uji Kelayakan
Pegawai Non PNS mengacu Pedoman Due Diligence Calon Pegawai pada
Lampiran X serta Uji Kelayakan Rekan Bisnis UPT/Balai mengacu Pedoman
Due Diligence Rekan Bisnis pada Lampiran XIV.

3. Pengendalian Keuangan
UPT/Balai berupaya menerapkan pengendalian keuangan yang mengelola
risiko penyuapan. Kendali keuangan adalah sistem manajemen dan proses
yang diterapkan oleh UPT/Balai untuk mengelola transaksi keuangan dengan
benar dan untuk pegawai transaksi ini secara akurat, lengkap dan tepat waktu.
Dalam upaya kendali keuangan untuk mengurangi risiko penyuapan, UPT/Balai
melakukan berbagai metode dan cara yang mencakup, antara lain:
a. Menerapkan pemisahan tugas dalam proses pembayaran;
b. Menerapkan tingkat berjenjang sesuai kewenangan dalam persetujuan
pembayaran;
c. Melakukan verifikasi permintaan pembayaran atas pekerjaan atau jasa
yang telah disetujui oleh mekanisme organisasi yang relevan;
d. Mensyaratkan dokumen pendukung yang sesuai untuk dilampirkan pada
persetujuan pembayaran;
e. Membatasi penggunaan pembayaran tunai dan menerapkan metode
pengendalian pembayaran tunai yang efektif;
f. Membutuhkan mekanisme pembayaran dengan deskripsi rekening yang
akurat dan jelas;
g. Menerapkan audit keuangan secara independen dan berkala;

46
4. Pengendalian Non Keuangan
UPT/Balai menerapkan pengendalian non keuangan untuk mengelola risiko
penyuapan yang berhubungan dengan area seperti aktivitas pengadaan,
operasional, penjualan, komersial, sumber daya manusia, hukum dan regulasi.
Kendali non keuangan ini adalah sistem manajemen dan proses yang
diterapkan oleh UPT/Balai untuk membantu memastikan bahwa aktivitas
pengadaan, operasional, komersial dan aspek lain non keuangan dikelola
dengan baik.

Kendali non keuangan yang dilaksanakan untuk mengurangi risiko penyuapan


antara lain dengan:
a. Melakukan uji kelayakan;
b. Melakukan penilaian apakah pengadaan barang/jasa sesuai kebutuhan
organisasi, apakah pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan benar, dan
apakah pembayaran untuk pihak ketiga wajar dan sesuai dengan
barang/jasa tersebut;
c. Proses pengadaan barang/jasa terlaksana sesuai dengan sistem tata kerja
yang berlaku;
d. Menerapkan pemisahan tugas dalam proses pengadaan barang/jasa,
meliputi pemisahan dalam tahap perencanaan, pemilihan penyedia
barang/jasa dan pelaksanaan pekerjaan;
e. Menerapkan pengawasan secara berjenjang untuk menghindari potensi
suap;
f. Melindungi integritas pengadaan barang/jasa dan informasi sensitif
mengenai harga, dengan membatasi akses hanya kepada orang yang
sesuai;
g. Mencantumkan klausul pada setiap kontrak kerja sama dengan pihak
ketiga, yaitu:
1) Hak untuk Mengaudit (Right to Audit) bagi pihak ketiga yang
berbentuk badan usaha; dan
2) “Mendukung dan melaksanakan seluruh kebijakan Sistem
Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) pada setiap proses bisnis
UPT/Balai…..” dalam klausul Hak dan Kewajiban Penyedia.
h. Menyediakan alat dan format yang sesuai untuk membantu seluruh
pegawai (contohnya pedoman, SOP).

5. Penerapan Pengendalian Anti Penyuapan yang Dikendalikan Organisasi


dari Pihak Ketiga
UPT/Balai dapat menerapkan kebijakan dan aturan yang disyaratkan untuk
organisasi lainnya yang dikendalikan oleh UPT/Balai untuk:
a. Menerapkan SMAP;
b. Menerapkan pengendalian anti penyuapan milik mereka sendiri sesuai
kebutuhan, wajar dan proporsional;

47
Untuk pihak ketiga yang tidak dikendalikan oleh UPT/Balai yang dimana
penilaian risiko penyuapan atau uji kelayakannya telah teridentifikasi
dengan risiko penyuapan di atas batas rendah dan kendali anti penyuapan
dilaksanakan oleh pihak ketiga;

UPT/Balai dapat menerapkan kebijakan dan aturan sebagai berikut:


1) UPT/Balai menentukan apakah pihak ketiga telah mempunyai
pengendalian anti penyuapan yang mengelola risiko penyuapan yang
relevan.
2) Jika pihak ketiga tidak mempunyai pengendalian anti penyuapan atau
tidak mungkin untuk memeriksa apakah pengendalian sudah ada:
a) bila dapat diterapkan, UPT/Balai akan mensyaratkan pihak ketiga
melaksanakan pengendalian anti penyuapan sehubungan dengan
transaksi, proyek atau aktivitas yang relevan berupa komitmen anti
penyuapan dan penerapannya dalam organisasi rekan bisnis.
b) jika butir a tidak dapat diterapkan, hal ini akan menjadi faktor yang
diperhitungkan dalam mengevaluasi risiko penyuapan yang
berhubungan dengan pihak ketiga ini dengan cara di mana
organisasi mengelola risiko tersebut.
c. Penilaian pengendalian anti penyuapan oleh pihak ketiga menggunakan
Formulir Ceklis Penilaian Penerapan Kebijakan Anti Penyuapan Rekan
Bisnis mengacu pada Lampiran XV.

6. Komitmen Anti Penyuapan


Untuk pihak ketiga yang menimbulkan risiko penyuapan di atas batas rendah,
UPT/Balai dapat menerapkan kebijakan dan aturan yang mensyaratkan:
a. Pihak ketiga berkomitmen untuk mencegah penyuapan oleh atau atas
nama atau untuk keuntungan pihak ketiga sehubungan dengan penilaian,
transaksi, proyek, aktivitas atau kerja sama yang relevan. Komitmen dapat
berupa namun tidak terbatas pada penandatanganan Pakta Integritas Anti
Penyuapan. Format Pakta Integritas untuk pihak ketiga mengacu pada
Lampiran XVI.
b. Pengakhiran kerja sama dengan pihak ketiga (Badan Usaha) ketika ada
penyuapan oleh atau atas nama atau untuk keuntungan pihak ketiga
sehubungan dengan penilaian, transaksi, proyek, aktivitas atau kerja sama
yang relevan. Pengakhiran kerja sama tersebut dituangkan dalam klausul
Hak untuk Mengaudit (Right to Audit) mengacu pada Lampiran XVII.
c. Dapat dilakukan audit kepada pihak ketiga apabila terlibat atau disangka
atau didakwa melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan
ketentuan anti penyuapan yang berlaku di UPT/Balai.

48
Bila hal tersebut di atas tidak dapat diterapkan, maka hal tersebut harus
menjadi faktor yang diperhitungkan dalam mengevaluasi risiko penyuapan
yang berhubungan dengan pihak ketiga tersebut, sehingga didapatkan cara
untuk mengelola risiko tersebut.

Komitmen ini sebaiknya sejauh mungkin diperoleh dalam bentuk tertulis,


dapat berupa dokumen komitmen yang terpisah, atau sebagai bagian dari
kontrak antara UPT/Balai dengan pihak ketiga.

7. Gratifikasi
Dalam pengelolaan dan pengendalian gratifikasi, UPT/Balai dapat mengacu
pada:
a. Pasal 12B Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
c. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2019 tentang Pelaporan Gratifikasi;
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2
Tahun 2022 tentang Pengendalian Gratifikasi;
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 10/PRT/M/2017 tentang Tata Cara Penanganan
Pelaporan Dugaan Pelanggaran Melalui Whistleblowing System di
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat;
f. Surat Edaran Inspektur Jenderal Nomor 18/SE/IJ/2017 tentang
Penyampaian Laporan Penerimaan Gratifikasi di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Melalui Website, E-mail dan Aplikasi
Whatsapp;

Dasar-dasar hukum tersebut menjadi arahan dan acuan bagi UPT/Balai


mengenai gratifikasi serta pentingnya kewajiban melaporkan gratifikasi untuk
perlindungan dirinya sendiri dan keluarganya dari peluang dikenakan tuduhan
tindak pidana suap.

8. Mengelola Ketidakcukupan Pengendalian Anti Penyuapan


Ketika uji kelayakan dilakukan pada transaksi, proyek, aktivitas tertentu atau
kerja sama dengan pihak ketiga menentukan bahwa risiko penyuapan tidak
dapat dikelola oleh pengendalian anti penyuapan yang ada dan UPT/Balai tidak
dapat menerapkan peningkatan pengendalian anti penyuapan atau mengambil
tindakan yang tepat lainnya (seperti mengubah sifat transaksi, proyek, aktivitas
atau kerja sama) agar UPT/Balai dapat mengelola risiko penyuapan yang
relevan, UPT/Balai dapat:

49
a. Dalam tahap pelaksanaan transaksi, proyek, aktivitas atau kerja sama,
mengambil tindakan sesuai terhadap risiko penyuapan dari sifat transaksi,
proyek, aktivitas atau kerja sama untuk mengakhiri, membatalkan atau
menunda;
b. Dalam tahap pengusulan transaksi, proyek, aktivitas atau kerja lama baru,
menunda atau menolak untuk melanjutkan. UPT/Balai wajib melakukan uji
kelayakan pada rekan bisnis yang bertransaksi dengan nilai minimal Rp
50,000,000.- (lima puluh juta rupiah) dan atau transaksi yang bersifat
kontinu sepanjang tahun dengan rekan bisnis yang sama.

9. Meningkatkan Kepedulian
UPT/Balai menerapkan mekanisme, ketentuan dan aturan yang dapat:
a. Mendorong dan membuat orang untuk melaporkan dengan itikad baik atau
atas dasar keyakinan terhadap percobaan, kecurigaan dan penyuapan
aktual atau setiap pelanggaran dari atau kelemahan dalam SMAP, kepada
Tim FKAP atau melalui WBS UPT/Balai;
b. UPT/Balai memperlakukan laporan secara rahasia untuk melindungi
identitas pelapor dan orang lain yang terlibat atau direferensikan dalam
laporan, kecuali untuk proses yang dilaksanakan oleh aparat penegak
hukum;
c. Mengizinkan pelaporan tanpa nama;
d. Melarang pembalasan dan melindungi pegawai yang membuat laporan dari
pembalasan, setelah memiliki itikad baik atau atas dasar dari keyakinan
yang wajar, melaporkan suatu upaya tentang percobaan, dugaan atau
penyuapan atau pelanggaran Kebijakan Anti Penyuapan atau SMAP;
e. Membuat seluruh pegawai untuk menerima saran tentang apa yang harus
dilakukan jika dihadapkan pada upaya atau situasi yang dapat melibatkan
Penyuapan.

UPT/Balai berupaya memastikan bahwa seluruh Personel UPT/Balai peduli


tentang prosedur pelaporan dan mampu menggunakannya serta peduli akan
hak dan perlindungan sesuai prosedur. Penanganan pelaporan tidak terbatas
pada pelaporan gratifikasi, penyuapan dan aduan lainnya mengacu kepada
Peraturan yang ditetapkan dan berlaku di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.

10. Investigasi dan Penanganan Penyuapan


Analisa/investigasi atas dugaan pelanggaran merupakan kewenangan APIP.
UPT/Balai melaporkan apabila terdapat dugaan pelanggaran penyuapan dan
gratifikasi terhadap individu maupun organisasi. Kepala UPT/Balai melakukan
monitoring dan evaluasi pengendalian gratifikasi dan pelaporan penyuapan
secara berkala

50
F. EVALUASI KINERJA

1. Pemantauan, Pengukuran, Analisis dan Evaluasi


Tim FKAP UPT/Balai berupaya menetapkan dan menerapkan proses
pemantauan pengukuran, analisis dan evaluasi serta perbaikan yang
diperlukan terkait kepatuhan, kesesuaian terhadap kinerja dan persyaratan
SMAP serta perbaikan efektivitas SMAP secara terus menerus. Secara teknis
Tim FKAP UPT/Balai dapat menentukan:
a. Hal-hal yang dibutuhkan untuk dipantau dan diukur;
b. Pihak yang bertanggung jawab untuk pemantauan;
c. Metode untuk pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi, jika
berlaku, untuk memastikan hasil yang valid;
d. Waktu pemantauan dan pengukuran harus dilakukan;
e. Waktu analisis dan evaluasi hasil pemantauan dan pengukuran;
f. Pihak penerima laporan dan cara melaporkannya.

Tim FKAP UPT/Balai berupaya menyimpan informasi terdokumentasi yang


sesuai sebagai bukti dari metode dan hasil. Tim FKAP UPT/Balai melakukan
evaluasi kinerja anti penyuapan dan keefektifan serta efisiensi dari penerapan
SMAP secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali yang dituangkan dalam
Laporan Kinerja Tim FKAP.

Penilaian kinerja SMAP dilakukan pada ketercapaian Program Kerja SMAP


menggunakan Formulir Penilaian Kinerja Tim FKAP yang ditetapkan oleh
Manajemen Puncak mengacu pada Lampiran XVIII dan dituangkan dalam
Laporan Kinerja Tim FKAP.

2. Audit Internal
Tim Kepatuhan Intern melaksanakan audit internal SMAP secara berkala,
dengan tujuan menentukan apakah sistem manajemen tersebut telah dapat :
a. Memenuhi pengaturan dan persyaratan UPT/Balai yang telah
direncanakan, termasuk SMAP ditetapkan dan diterapkan dengan benar;
b. Meninjau ulang hasil audit terdahulu;
c. Memberikan informasi hasil audit kepada Dewan Pengarah.
Pelaksanaan audit internal tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Audit
Internal SMAP mengacu pada Lampiran XI.

3. Tinjauan Manajemen
Kepala UPT/Balai selaku Manajemen Puncak secara berkala melaksanakan
tinjauan manajemen (kajian ulang/reviu) minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun untuk mengkaji ulang penerapan SMAP dan memastikan keberlanjutan,
kesesuaian, kecukupan, dan efektifitas SMAP yang dituangkan dalam Laporan
Tinjauan Manajemen Puncak dan melaporkan kepada Dewan Pengarah serta

51
ditembuskan kepada Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi selaku Tim
Pendamping dan Audit Internal atas kinerja SMAP paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun. Pelaporan dilakukan melalui sistem Tata Naskah Dinas
Elektronik (TNDE).

Dewan Pengarah secara berkala melaksanakan tinjauan manajemen (kajian


ulang/reviu) minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun untuk mengkaji ulang
SMAP dan memastikan pelaksanaan, kecukupan dan keefektifan SMAP
berdasarkan Laporan Tinjauan Manajemen Puncak dan Laporan Kinerja FKAP
serta berdasarkan informasi lain yang diminta atau diperoleh Dewan Pengarah.
Format Laporan Tinjauan Manajemen Puncak mengacu pada Lampiran XX.

Tinjauan Manajemen Puncak harus mencakup informasi berikut:


a) Status tindakan dari tinjauan manajemen sebelumnya;
b) Perubahan isu internal dan eksternal yang relevan dengan SMAP;
c) Informasi kinerja SMAP, termasuk kecenderungan dalam:
1) Ketidaksesuaian dan Tindakan korektif;
2) Hasil pemantauan dan pengukuran;
3) Hasil audit, baik audit internal maupun audit eksternal;
4) Laporan penyuapan;
5) Penyelidikan;
6) Sifat dan tingkat risiko penyuapan yang dihadapi organisasi;
d) Efektifitas tindakan mitigasi terhadap risiko;
e) Peluang peningkatan berkelanjutan dari SMAP.

Ketentuan penyampaian Laporan Tinjauan Manajemen Puncak sebagai


berikut:
a. UPT/Balai yang menerapkan SMAP di tahun pertama menyampaikan
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
tahun yaitu periode Januari – Juni dan periode Juli – Desember;
b. UPT/Balai yang menerapkan SMAP di tahun kedua dan ketiga
(surveillance) menyampaikan Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun yaitu periode Januari –
Desember.

4. Tinjauan Tim FKAP


Tim FKAP secara berkala menilai secara berkelanjutan apakah SMAP sudah
cukup secara efektif mengelola risiko penyuapan yang dihadapi oleh organisasi
serta telah diterapkan secara efektif.

Tim FKAP akan melaporkan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun kepada
Manajemen Puncak dan ditembuskan kepada Dewan Pengarah serta
berkoordinasi dengan Tim Pendamping dan Audit Internal untuk kecukupan dan
efektivitas penerapan dari SMAP, termasuk hasil audit yang dituangkan dalam

52
Laporan Kinerja Tim FKAP. Format Laporan Kinerja Tim FKAP mengacu pada
Lampiran XXI.

Ketentuan penyampaian Laporan Kinerja Tim FKAP sebagai berikut:


a. UPT/Balai yang menerapkan SMAP di tahun pertama menyampaikan
Laporan Kinerja Tim FKAP sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun yaitu
periode Januari – Juni dan periode Juli – Desember;
b. UPT/Balai yang menerapkan SMAP di tahun kedua dan ketiga
(surveillance) menyampaikan Laporan Kinerja Tim FKAP sebanyak 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun yaitu periode Januari – Desember.

G. PENINGKATAN

1. Ketidaksesuaian dan Tindakan Perbaikan


Dalam memastikan efektivitas dan efisiensi SMAP di UPT/Balai, ketika terjadi
masalah yang menyebabkan tidak terpenuhinya persyaratan yang ada atau
terjadi ketidaksesuaian, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Mengambil tindakan untuk mengendalikan dan memperbaikinya atau
sepakat dengan konsekuensi.
b) Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk menghilangkan penyebab
ketidaksesuaian, agar tidak terulang atau terjadi di tempat lain, dengan
meninjau dan menganalisis ketidaksesuaian, menentukan penyebab
ketidaksesuaian, menentukan kesamaan ketidaksesuaian yang sudah ada
atau potensial terjadi.
c) Menerapkan tindakan yang diperlukan.
d) Meninjau keefektifan tindakan koreksi yang diambil.
e) Memutakhirkan risiko dan peluang yang ditetapkan saat perencanaan, bila
diperlukan.
f) Melakukan perubahan pada SMAP bila diperlukan.
g) Seluruh rekaman dan bukti yang menjelaskan sifat ketidaksesuaian dan
bukti setiap tindakan korektif harus disimpan.

2. Peningkatan Berkelanjutan
Untuk meningkatkan kinerja SMAP, UPT/Balai terus meningkatkan kesesuaian,
kecukupan, dan efektivitas SMAP. Perbaikan berkelanjutan adalah perubahan
yang tidak akan pernah berakhir dan akan selalu difokuskan terhadap
peningkatan efektivitas dan/atau efisiensi UPT/Balai dalam mencapai kebijakan
dan sasaran yang telah ditetapkan.

Proses ini akan menjadi keluaran SMAP yang dapat dicapai dari berbagai
elemen dalam sistem. Keluaran tersebut diperoleh dari proses analisis dan
evaluasi SMAP, untuk mengidentifikasi area-area dengan kinerja rendah dan

53
peluang untuk peningkatan. Informasi yang terdokumentasi untuk tindakan,
komunikasi dan tinjauan dari keefektifan akan disimpan dan dipelihara
sebagaimana mestinya.

Untuk mencapai peningkatan berkelanjutan, SMAP di UPT/Balai dikelola untuk:


a. Mencegah terjadinya kembali ketidaksesuaian;
b. Mempromosikan budaya anti penyuapan secara terus menerus; dan
c. Meningkatkan kinerja SMAP.

H. PEMILIHAN LEMBAGA SERTIFIKASI INDEPENDEN

Dalam pemilihan Lembaga Sertifikasi Independen perlu dilakukan uji


kelayakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Lembaga Sertifikasi Terakreditasi merupakan lembaga penilaian
kesesuaian yang telah diakreditasi oleh KAN dan/atau lembaga penilaian
kesesuaian yang telah diakreditasi oleh badan akreditasi yang telah
menjadi anggota International Accreditation Cooperation (APAC) atau
forum lain yang diakui sebagai Signatory Multilateral Recognition
Arrangements (MLA) untuk akreditasi sistem manajemen anti
penyuapan;
b. Lembaga Sertifikasi Terakreditasi tersebut terdaftar dalam Badan
Standardisasi Nasional (BSN).

I. PENGGUNAAN TANDA SERTIFIKASI SMAP

1. UPT/Balai yang Menggunakan Tanda Sertifikasi SMAP


Tanda sertifikasi SMAP hanya berhak digunakan bagi UPT/Balai dengan status
aktif diartikan sebagai sertifikat yang tidak dalam masa pembekuan, tidak
dicabut dan belum berakhir masa berlakunya.

2. Tempat yang Diperbolehkan dan Tidak Diperbolehkan Menggunakan


Tanda Sertifikasi SMAP
a. UPT/Balai tidak diperbolehkan tanda sertifikasi pada tempat-tempat
sebagai berikut:
a) Produk;
b) Kemasan primer diartikan sebagai kemasan yang jika dilepas
menyebabkan produk rusak/hancur/atau saling terpisah;
c) Kemasan sekunder diartikan sebagai kemasan yang jika dilepas tidak
menyebabkan produk rusak/hancur/atau saling terpisah.
b. Tempat yang diperbolehkan menggunakan tanda sertifikasi sistem
manajemen, diantaranya namun tidak terbatas pada:

54
a) Material publisitas organisasi (kop surat, brosur, iklan, kartu nama,
situs web dan sejenisnya);
b) Interior dan eksterior bangunan;
c) Seragam kerja;
d) Dokumen kerja.
c. Segala bentuk keraguan terhadap tempat penggunaan tanda sertifikasi
SMAP dapat ditanyakan kepada Tim Kepatuhan Intern.

3. Ukuran Tanda Sertifikasi SMAP


Tanda sertifikasi SMAP dapat dipasang dalam berbagai ukuran selama:
a. Masih jelas terbaca;
b. Proposional antara rasio tinggi dan lebar mengikuti rasio aslinya.

4. Warna Tanda Sertifikasi SMAP


a. Tanda sertifikasi SMAP tersedia dalam 3 (tiga) pilihan warna, yakni warna
asli (biru-merah), hitam dan putih;
b. UPT/Balai harus menggunakan tanda sertifikasi SMAP dengan warna tepat,
mempertimbangkan warna latar belakang tempat tanda sertifikasi akan
digunakan, sehingga perpaduan warna antara tanda sertifikasi SMAP dan
warna latar menyebabkan tanda sertifikasi SMAP terbaca jelas;
c. UPT/Balai dilarang mereproduksi tanda sertifikasi SMAP dengan warna
yang berbeda dari warna yang disediakan.

Gambar di bawah ini sebagai contoh penggunaan masing-masing warna


tanda sertifikasi SMAP untuk beberapa warna latar belakang.

Gambar. 3 Contoh penggunaan warna tanda sertifikasi SMAP

55
5. Penggunaan Tanda Sertifikasi SMAP Sesuai Lingkup Sertifikasi
a. Tanda sertifikasi SMAP (maupun pernyataan tersertifikasi) hanya dapat
digunakan dalam cakupan lingkup sertifikasi;
b. Penggunaan tanda sertifikasi di luar cakupan lingkup sertifikasi SMAP
dianggap sebagai penyalahunaan tanda sertifikasi.

6. Penggunaan Simbol Komite Akreditasi Nasional


a. Apabila menginginkan, UPT/Balai dapat memadukan penggunaan tanda
sertifikasi dengan simbol Komite Akreditasi Nasional;
b. Simbol Komite Akreditasi Nasional harus digunakan bersandingan dengan
tanda sertifikasi;
c. Simbol Komite Akreditasi Nasional harus mencantumkan nomor akreditasi
Lembaga Sertifikasi yang menerbitkan Sertifikat SMAP.

7. Pencantuman Logo Sertifikasi


Pencantuman logo International Organization for Standarization (ISO) pada
Format Naskah Dinas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
bagi unit organisasi yang mendapatkan ISO adalah dibagian bawah format
naskah dinas secara simetris mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
16/PRT/M/2019 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas. Contoh Pencantuman
Letak Logo Sertifikasi mengacu pada Lampiran XXII.

56
LAMPIRAN

57
Lampiran I. Proses Bisnis BP2JK

58
Lampiran II. Proses Bisnis BJKW

59
Lampiran III. Formulir Analisis SWOT

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)

Strength (Kekuatan) adalah berbagai Weakness (Kelemahan) adalah


konteks berita, data, informasi yang berbagai konteks berita, data, informasi
menjadi dukungan dan kekuatan yang menjadi hambatan dan kelemahan
UPT/Balai yang berasal dari internal UPT/Balai yang berasal dari internal
UPT/Balai. UPT/Balai.
Contoh: Contoh:
1. UPT/Balai Wilayah ditetapkan 1. Anggaran yang tersedia belum
sebagai pilot project penerapan khusus untuk penerapan anti
Sistem Manajemen Anti penyuapan;
Penyuapan; 2. Sumber daya manusia terkait
2. Nilai-nilai iProve dan berakhlak pengadaan barang/jasa yang
yang ditetapkan dan diterapkan tersedia belum sesuai dengan
dalam proses bisnis; beban kerja UPT/ Balai;
3. Standar operasi prosedur dan tata 3. Sumber daya manusia memiliki
kelola proses bisnis yang jelas kompetensi yang belum merata;
untuk dilaksanakan; 4. Kebijakan remunerasi/insentif
4. Sumber daya manusia yang terkait pengadaan barang/jasa
memiliki komitmen anti penyuapan; belum sesuai dengan beban kerja;
5. Sumber daya manusia yang 5. Pengawasan dan pengendalian
memiliki kompetensi dalam oleh pihak internal dan eksternal
melaksanakan proses bisnis belum maksimal;
UPT/Balai; 6. Sistem pengarsipan; dan
6. Sarana dan prasarana kantor yang pendokumentasian yang belum
memadai dalam mendukung dan memadai.
mewujudkan lingkungan anti
penyuapan;
7. Komunikasi dan keterbukaan
informasi terkait anti penyuapan
kepada pihak internal dan eksternal
dilakukan dengan intens.

Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)

Opportunity (Peluang) adalah berbagai Threat (Ancaman) adalah berbagai


konteks berita, data, informasi yang konteks berita, data, informasi yang
menjadi dukungan dan memberikan menjadi hambatan dan memberikan
peluang positif UPT/Balai yang berasal ancaman negatif bagi UPT/Balai yang
dari eksternal UPT/Balai. berasal dari eksternal UPT/Balai.
Contoh: Contoh:
1. Komitmen Menteri Pekerjaan 2. Peraturan pengadaan barang/jasa

60
Umum dan Perumahan Rakyat, dan yang sering mengalami perubahan;
Pimpinan Tinggi Direktorat Jenderal 3. Intervensi (gangguan dan
Bina Konstruksi dalam penerapan ancaman) dari pihak internal dan
SMAP; eksternal terkait proses pengadaan
2. Peraturan-peraturan terkait barang/jasa yang tidak benar;
kebijakan penerapan sistem 4. Sistem pengadaan barang/jasa
manajemen anti penyuapan dan yang belum cukup aman dalam
pencegahan penyimpangan dalam melindungi data dan informasi;
pengadaan barang/jasa; 5. Penegakan hukum terkait
3. Penambahan Calon Pegawai pelanggaran tindak pidana
Negeri Sipil yang akan ditempatkan penyuapan dan korupsi yang belum
di UPT/Balai; optimal;
4. Pengembangan sumber daya 6. Sistem persaingan usaha yang tidak
manusia melalui pendidikan, sehat.
pelatihan dan karir terkait
pengadaan barang/jasa;
5. BP2JK Wilayah sebagai center of
excellence pelaksanaan PBJ;
6. Sistem informasi yang terintegrasi
melalui SIUJK terintegrasi yang
terdiri dari SIPBJ, e-simpan,
SIPASTI, dan SIMPK;
7. Pemberian penghargaan/reward
atas penerapan SMAP dan personil
Pokja Terbaik.

61
Lampiran IV. Formulir Program Kerja SMAP
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Awareness Pelaksana
Training Fungsi
SMAP dan Komunikasi
Workshop dan Pelatihan
Pengisian
Penilaian
atas Risiko
Penyuapan
2 Penyusuna Ketua FKAP
n Program
Kerja
SMAP
3 Penyampai Pelaksana
an Fungsi
Pengesaha Kesekretariata
n Pokok- n dan
Pokok Dokumen
Kebijakan Kontrol
SMAP
Balai..
4 Usulan Ketua FKAP
Nama
Personil

62
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Tim FKAP
Balai..

5 Evaluasi Pelaksana
Penerapan Fungsi
SMAP Kepatuhan
Semester
…Tahun….
6 Penetapan Ketua FKAP
Tim Fungsi
Pelaksana
Fungsi
Kepatuhan
Anti
Penyuapan
di
Balai…berd
asarkan
Surat
Keputusan
Direktur
Jenderal
Bina
Konstruksi
….

63
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
7 Penerbitan Pelaksana
Surat Fungsi
Permohona Kesekretariata
n n dan
Pendampin Dokumen
gan Kontrol
Lanjutan
Sertifikasi
ISO 37001-
2016 yang
ditujukan
kepada
Direktur
Pengadaan
Jasa
Konstruksi
8 Pelaksanaa Pelaksana
n Fungsi
Pendampin Komunikasi
gan dan Pelatihan
Lanjutan
Sertifikasi
ISO 37001-
2016

64
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
9 Tindak Pelaksana
Lanjut hasil Fungsi
Pendampin Kepatuhan
gan
Lanjutan
Sertifikasi
ISO 37001-
2016
10 Pengumpul Pelaksana
an Fungsi
Softcopy Kesekretariata
Dokumen n dan
Klausul Dokumen
Sistem Kontrol
Manajemen
Anti
Penyuapan
melalui link
gdrive….
11 Pengumpul Pelaksana
an Fungsi
Hardcopy Kesekretariata
Dokumen n dan
Klausul Dokumen
Sistem Kontrol

65
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Manajemen
Anti
Penyuapan
12 Penerbitan Pelaksana
Surat Fungsi
Penyampai Kesekretariata
an Laporan n dan
Kinerja Dokumen
Penerapan Kontrol
SMAP dan
Laporan
Tinjauan
FKAP
13 Penerbitan Pelaksana
Surat Fungsi
Permohona Kesekretariata
n Tinjauan n dan
Manajemen Dokumen
Puncak Kontrol
dan Dewan
Pengarah
14 Pelaksanaa Pelaksana
n Tinjauan Fungsi
Manajemen Kepatuhan
Puncak

66
Sasaran I: Penguatan Tim FKAP
Sanksi
Sumber Metode Rencana
Penanggung terhadap Pemberi Hasil Target
Kegiatan Daya Yang Indikator Output Jadwal Realisasi Penilaian Status Tindak
Jawab Deviasi Sanksi Tinjauan Waktu
Dibutuhkan Pencapaian Lanjut
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
dan Dewan
Pengarah
15 Tindak Pelaksana
Lanjut Hasil Fungsi
Tinjauan Kepatuhan
Manajemen
Puncak
dan Dewan
Pengarah
16 Evaluasi Pelaksana
Penerapan Fungsi
SMAP Kepatuhan
Semester
…Tahun…

67
Lampiran V. Formulir Pemangku Kepentingan
FORM PEMANGKU KEPENTINGAN

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN (NEEDS) & HARAPAN (EXPECTATIONS)


PARA PEMANGKU KEPENTINGAN

UPT/Balai………

PEMANGKU KEPENTINGAN KEBUTUHAN HARAPAN


NO.
(STAKEHOLDERS) (NEEDS) (EXPECTATIONS)

Keterangan / Guideline

Pihak-pihak terkait yang memiliki Kebutuhan pihak-pihak terkait yang


kepentingan dengan memiliki kepentingan (stakeholders)
BP2JK/BJKW yang mengisi form yang harus dipenuhi oleh BP2JK/BJKW
ini sebagaimana telah dianalisis yang mengisi form ini.
dalam proses bisnis di BRA.

INTERNAL

1 Kepala BP2JK

2 Kasubag TU

3 Tim Pelaksana

68
dst. dst…

EXTERNAL

1 PPK

2 Kesatker

3 Penyedia Jasa

dst. dst…

69
Lampiran VI. Dokumen Pemenuhan SMAP
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Konteks Organisasi
Permen PUPR No. 26 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri PUPR No. 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis di Kementerian PUPR
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
1620/KPTS/M/2021 tentang Pembentukan Unit Kerja Pengadaan
4.1 Barang/Jasa dan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan Barang/Jasa
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Profil Balai
Dokumen Proses Bisnis Balai
Dokumen SWOT
Form Pemangku Kepentingan
4.2
Daftar Rekan Bisnis UPT/Balai
4
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
4.3 Bribery Risk Assesment
Dokumen SWOT
Formulir Pemangku Kepentingan
Pedoman Pelaksanaan SMAP
4.4 Buku Saku/Buku Panduan SMAP UPT/Balai
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
Bribery Risk Assesment
Dokumen SWOT
4.5
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
Kepemimpinan
5.1 Kepemimpinan dan Komitmen
SK Tim FKAP
5.1.1
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
5.1.2 Laporan sosialisasi Kebijakan Anti Penyuapan secara internal dan
eksternal
Pakta Integritas Dirjen, Direktur, Kepala dan Personel UPT/ Balai
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
5 5.2 Laporan Sosialisasi Kebijakan Anti Penyuapan secara Internal dan
Eksternal
5.3 Peran dan Tanggung Jawab dan Wewenang Organisasi
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Program Kerja SMAP
SK Tim FKAP
5.3.1 Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Kegiatan Penguatan Tim FKAP
Surat Kepala Balai kepada seluruh personel Balai terkait
penyampaian materi ISO 37001:2016
5.3.2 Pedoman Pelaksanaan SMAP

70
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Program Kerja SMAP
SK Tim FKAP
Formulir Uji Kelayakan Tim FKAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Kegiatan Penguatan Tim FKAP
Surat Kepala Balai kepada seluruh personel Balai terkait
penyampaian materi ISO 37001:2016
5.3.3 SK Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
Perencanaan
6.1 BRA
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
Form Pemangku Kepentingan
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan workshop/acara terkait SMAP
Instruksi Menteri PUPR Nomor 4/IN/M/2022 tentang Strategi
Pencegahan Risiko Penyimpangan dalam Proses Pengadaan
Barang/jasa Kementerian PUPR Tahun 2022 - 2024
SK Kepala Balai tentang Pembentukan Satgas Pengendalian
6
Gratifikasi
SK Kepala Balai tentang Pembentukan Satgas WBS
6.2 Bribery Risk Assesment
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Pokok-Pokok Kebijakan Sistem Manajemen Anti Penyuapan
Form Pemangku Kepentingan
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan workshop/acara terkait SMAP
Instruksi Menteri PUPR Nomor 4/IN/M/2022 tentang Strategi
Pencegahan Risiko Penyimpangan dalam Proses Pengadaan
Barang/jasa Kementerian PUPR Tahun 2022 - 2024
Dukungan
7.1 Struktur Anggaran (DIPA, RKAKL) Direktorat dan UPT/ Balai
Daftar Pegawai UPT/ Balai
Daftar BMN UPT/ Balai
SK Tim FKAP
7
7.2 Kompetensi
7.2.1 Pedoman Pelaksanaan SMAP
Dokumen Persyaratan Kualifikasi Kompetensi Pegawai/Calon
Pegawai
7.2.2 Berita Acara Due Diligence Pegawai Kontrak/Outsourcing

71
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pakta Integritas Dirjen, Direktur, Kepala dan Personel UPT/ Balai
SK SBML Kepala Balai
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pernyataan Komitmen Bebas Benturan Kepentingan
Permen PUPR No. 07 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Kode
Perilaku Pegawai Kementerian PUPR
SE Menteri PUPR No.01 Tahun 2021 tentang Kode Etik dan Kode
Perilaku Pegawai Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa dan Unit
Pelaksana Teknis Pengadaan Barang/Jasa Kementerian PUPR
Surat Pernyataan Patuh Kode Etik dan Kode Perilaku
E-HRM Personel UPT/ Balai
Dokumen Profiling Personel UPT/ Balai
Dokumentasi Due Diligence terhadap personil yang memiliki risiko
tinggi pada BRA (dapat berupa, namun tidak terbatas, tangkapan layar
SKP, tangkapan Penilaian Kinerja Individu Pokja Pemilihan)
7.3 Pelatihan SMAP
Assessment SMAP
Webinar "Membangun Ekosistem Anti Penyuapan Melalui ISO
37001:2016"
Kegiatan Internalisasi Gratifikasi, Benturan Kepentingan dan WBS
Kegiatan-kegiatan Balai maupun Pusat baik rutin atau insidentil yang
terkait SMAP (sosialisasi/internalisasi/sharing session/dsb)
7.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Layanan
Informasi Publik
Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 04/SE/M/2014 tentang Standar
Operasional Prosedur Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik
Kementerian PUPR
SK Balai PPID
Media komunikasi dan media sosial yang dikelola UPT/ Balai
Flyer dan informasi di media sosial Balai UPT/ Balai terkait Kebijakan
Anti Penyuapan
Webinar "Membangun Ekosistem Anti Penyuapan Melalui ISO
37001:2016"
Kegiatan Internalisasi Gratifikasi, Benturan Kepentingan dan WBS
Kegiatan-kegiatan UPT/ Balai maupun Pusat baik rutin atau insidentil
yang terkait SMAP (sosialisasi/internalisasi/sharing session/dsb)
Dokumentasi berupa Spanduk atau Baliho tentang penerapan SMAP
di UPT/ Balai yang dapat diakses oleh masyarakat umum
7.5 Informasi Terdokumentasi
7.5.1 SOP terkait Pengarsipan
SOP Layanan Informasi
Dokumentasi penyimpanan file/arsip
Lembar Kendali Persetujuan Informasi
Lembar Kendali Permintaan Informasi
7.5.2 SOP terkait Pengarsipan
SOP Layanan Informasi

72
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Dokumentasi penyimpanan file/arsip
Lembar Kendali Persetujuan Informasi
Lembar Kendali Permintaan Informasi
7.5.3 SOP terkait Pengarsipan
SOP Layanan Informasi
Dokumentasi penyimpanan file/arsip
Lembar Kendali Persetujuan Informasi
Lembar Kendali Permintaan Informasi
Operasi
8.1 Berita Acara Due Diligence Pegawai Kontrak/Outsourcing
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pakta Integritas Dirjen, Direktur, Kepala dan Personel Balai
Pakta Integritas Rekan Bisnis
SOP terkait PBJ
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
8.2 Dokumentasi Due Diligence terhadap personil yang memiliki risiko
tinggi pada BRA (dapat berupa, namun tidak terbatas, tangkapan layar
SKP, tangkapan Penilaian Kinerja Individu Pokja Pemilihan)
Berita Acara Due Diligence Pegawai Kontrak/Outsourcing
Berita Acara Due Diligence Rekan Bisnis
Formulir Checklist Penilaian Penerapan Kebijakan Anti Penyuapan
Rekan Bisnis
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pakta Integritas Rekan Bisnis
8.3 SK Pengelola Inti Satuan Kerja
8 SPJ
Kartu Kendali
SOP Kesatkeran
8.4 Berita Acara Due Diligence Pegawai Kontrak/Outsourcing
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pedoman Pelaksanaan SMAP
Pakta Integritas Dirjen, Direktur, Kepala dan Personel Balai
Pakta Integritas Rekan Bisnis
SOP terkait PBJ
SOP terkait Penerimaan Tamu
SOP terkait Pengarsipan
Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pernyataan Komitmen Bebas Benturan Kepentingan
Surat Pernyataan Patuh Kode Etik dan Kode Perilaku
Tata letak kantor
8.5 Penerapan pengendalian anti penyuapan yang dikendalikan
organisasi dan rekan bisnisnya
8.5.1 Pedoman Pelaksanaan SMAP
Berita Acara Due Diligence Rekan Bisnis

73
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pakta Integritas Rekan Bisnis
Webinar "Membangun Ekosistem Anti Penyuapan Melalui ISO
37001:2016"
Sosialisasi penerapan SMAP kepada rekan bisnis Balai
8.5.2 Pedoman Pelaksanaan SMAP
Berita Acara Due Diligence Rekan Bisnis
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
Pakta Integritas Rekan Bisnis
Webinar "Membangun Ekosistem Anti Penyuapan Melalui ISO
37001:2016"
Sosialisasi penerapan SMAP kepada rekan bisnis UPT/ Balai
8.6 Pakta Komitmen Bersama Penerapan SNI ISO 37001:2016 SMAP
Pakta Integritas Rekan Bisnis
SE Irjen PUPR Nomor 02/SE/IJ/2021 tentang Pedoman
Pendampingan dalam Pemutusan, Penghentian, dan Pengakhiran
Kontrak
Penerapan klausul right to audit pada setiap kontrak kesatkeran
8.7 Permen PUPR No. 2 Tahun 2022 tentang Pengendalian Gratifikasi di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Keputusan Inspektur Jenderal Nomor 35/KPTS/IJ/2020 tentang Tim
Kerja Unit Pengendalian Gratifikasi Kementerian PUPR
Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor
126/KPTS/DK/2017 tentang Pembentukan Unit Pengendalian
Gratifikasi Direktorat Jenderal BIna Konstruksi
SK Kepala UPT/Balai tentang Pembentukan Satgas Pengendalian
Gratifikasi di Balai
8.8 SE Irjen PUPR Nomor 02/SE/IJ/2021 tentang Pedoman
Pendampingan dalam Pemutusan, Penghentian, dan Pengakhiran
Kontrak
8.9 Permen PUPR Nomor 10/PRT/M/2017 tentang Tata Cara
Penanganan WBS di Kementerian PUPR
Keputusan Inspektur Jenderal Nomor 01/KPTS/IJ/2021 tentang Tim
Pelaksana Kegiatan Penyelenggaraan WBS di Kementerian PUPR
SK Kabalai tentang Pembentukan Satgas WBS
Laporan Periodik Satgas WBS
8.10 Laporan Periodik Satgas UPG
Laporan Periodik Satgas WBS
Evaluasi Kinerja
9.1 Laporan Hasil Audit Internal
Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
9
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjuan Manajemen Puncak
Nota Dinas Penyampaian Hasil Laporan Kinerja Tim FKAP dari
Manajemen Puncak ke Dewan Pengarah
9.2 Audit Internal

74
Klausul Sub Klausul Dokumen Pemenuhan
9.2.1 Laporan Hasil Audit Internal
9.2.2 Laporan Hasil Audit Internal
9.2.3 Laporan Hasil Audit Internal
9.2.4 Laporan Hasil Audit Internal
9.3 Tinjauan Manajemen
9.3.1 Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
Nota Dinas Penyampaian Hasil Laporan Kinerja Tim FKAP dari
Manajemen Puncak ke Dewan Pengarah
9.3.2 Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
Nota Dinas Penyampaian Hasil Laporan Kinerja Tim FKAP dari
Manajemen Puncak ke Dewan Pengarah
9.4 Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan
SK Tim FKAP
Program Kerja SMAP
Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak
Nota Dinas Penyampaian Hasil Laporan Kinerja Tim FKAP dari
Manajemen Puncak ke Dewan Pengarah
Penilaian
10.1 Laporan Hasil Audit Internal
10 Laporan Hasil Audit Sertifikasi Tahun Sebelumnya
10.2 Laporan Kinerja Tim FKAP
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak

75
Lampiran VII. Penilaian Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi (Bribery Risk Assessment-Corruption Risk Assessment)

BRIBERY RISK ASSESSMENT/CORRUPTION RISK ASSESSMENT (BRA/CRA)


UPT/Balai……
Judul : (Sebutkan nama Unit Kerja / Judul Proses Bisnis dan Divisi/Departemen)
Tanggal, Bulan, Tahun penetapan : (Sebutkan tanggal bulan dan tahun)
Disiapkan oleh : (Sebutkan nama-nama dan bagian / unit kerja)
Ditetapkan oleh : (Sebutkan Nama dan Jabatan)

Pemilik Risiko Proses Bisnis Penjelasan Alur Modus/Skema/Kecurangan/Fakta/Perbuatan Yang


No Pernyataan Risiko
Proses dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(diisi orang yang (diisi sesuai letak (diisi uraian penjelasan (diisi pernyataan (diisi modus/skema/kecurangan/fakta perbuatan yang
dianggap memiliki tingkat kejadian risiko pada alur proses yang menjadi risiko korupsi UU dilakukan)
akuntabilitas dan Proses Bisnis UPT/Balai) letak kejadian risiko) No.20 Tahun 2001)
kewenangan yang cukup minimal 3 kategori
dalam mengelola risiko) (wajib ada Suap
Menyuap)

1 Kepala Balai Contoh… PPK mengusulkan Penyalahgunaan Pejabat/Pelaksana/ penanggungjawab yang


Tender/seleksi dengan Wewenang berwenang (Pokja Pemilihan/Kepala Balai/ Kepala
Pelaksanaan Tender/ disertai lampiran Subbag TU/Kepala TPBJK) menggunakan
Seleksi/ Penetapan dokumen persiapan kewenangannya yaitu untuk memenangkan/
Pemenang pengadaan paket mengubah hasil dan/ memanipulasi pelaksanaan
tertentu kepada BP2JK tender/ lelang

Dst…. Dst…. Dst… Penyuapan Pejabat/Pelaksana/penanggung jawab (Pokja


Pemilihan/Kepala Balai/ Kepala Subbag TU/Kepala
TPBJK) bersepakat/menerima pemberian yang patut
diduga terkait dengan posisi orang yang diberi dalam
pemerintahan dari pihak yang berkepentingan
Pemerasan Pejabat yang berwenang (Pokja Pemilihan/Kepala
Balai/ Kepala Subbag TU/Kepala TPBJK) dengan
sengaja meminta sesuatu kepada penyedia jasa

76
Pemilik Risiko Proses Bisnis Penjelasan Alur Modus/Skema/Kecurangan/Fakta/Perbuatan Yang
No Pernyataan Risiko
Proses dilakukan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(diisi orang yang (diisi sesuai letak (diisi uraian penjelasan (diisi pernyataan (diisi modus/skema/kecurangan/fakta perbuatan yang
dianggap memiliki tingkat kejadian risiko pada alur proses yang menjadi risiko korupsi UU dilakukan)
akuntabilitas dan Proses Bisnis UPT/Balai) letak kejadian risiko) No.20 Tahun 2001)
kewenangan yang cukup minimal 3 kategori
dalam mengelola risiko) (wajib ada Suap
Menyuap)

Benturan Penyedia jasa yang mengikuti tender memiliki


Kepentingan kedekatan/kekerabatan dengan pejabat yang
berwenang (Pokja Pemilihan/Kepala Balai/ Kepala
Subbag TU/Kepala TPBJK)

Gratifkasi Penyedia jasa memberikan suatu pemberian yang


patut di duga terkait dengan posisi orang yang diberi
dalam UPT/Balai

Perbuatan Pejabat yang berwenang dengan sengaja melawan


Melawan Hukum hukum dengan (…)

Perbuatan curang Pejabat penanggung jawab (..) memerintahkan


penyedia jasa untuk mengurangi kualitas dan
kuantitas untuk mendapatkan keuntungan Bersama

Penggelapan Pejabat penanggung jawab (..) dengan sengaja


dalam Jabatan memalsukan dokumen administrasi dan/atau
membiarkan seseorang memalsukan dokumen
administrasi untuk kepentingan pribadi/penyedia jasa

Dst… Dst…

77
Lanjutan menyamping … (1)

Konsekuensi Bila
Pihak Terlibat Nilai Risiko Melekat
Indikator Terjadi Kecurangan Pengendal Tingkat
Alat Bukti Kecurangan/Red ian Yang Risiko
Flag/Warning Sign Ada Eksisting

Nilai
Internal Eksternal Internal Eksternal Kemungkinan Dampak Risiko
Eksisting
(7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
(diisi pihak (diisi pihak (diisi jenis (Diisi penyebab risiko (identifikasi (diisi diisi (diisi (diisi nilai (diisi nilai (diisi (diisi Tingkat
yang terlibat yang terlibat alat bukti kelemahan sistem/kondisi lain konsekuensi konsekuen Pengendalian kemungkinan dampak perkalian Risiko
dari internal) dari dokumen, penyebab risiko) terhadap si Yang keterjadian risiko keterjadian antara nilai Penyuapan/Risiko
eksternal) laporan. internal terhadap Ada/telah tanpa risiko tanpa kemungkina Korupsi)
email, hp Kode: UPT/Balai) eksternal terpasang mempertimbangkan mempertimba n terjadinya
dsb) Tekanan (T); Rasionalisasi (R); UPT/Balai) pada proses control/pengendalia ngkan peristiwa
Oppurtunity/Kesempatan (K); bisnis) n yang ada) control/pengen penyuapan/k
Lifestyle/Gaya Hidup (G) dalian yang orupsi dan
ada) dampak)

1. Pokja 1. Penyedi Lemahnya K


Pemilihan a Jasa pengawasan dari
2. Kepala 2.APH/ atasan
Balai APIP/
3. Subbag 3.LSM Dst…
TU

78
Lanjutan menyamping … (2)
Rencana Aksi Pencegahan Penyuapan/Korupsi
Batas Waktu
Respon RIsiko Penanggung Jawab
Inovasi Pengendalian Bukti Pengendalian Pengendalian
Soft Control Hard Control Soft Control Hard Control
(18) (19) (20) (21) (22) (23) (24)
(diisi respon risiko: (diisi rencana inovasi (diisi rencana (diisi batas waktu sesuai (diisi pejabat/pelaksana yang
mengurangi frekuensi, pengendalian melalui soft inovasi masing-masing jenis bertanggung jawab atas rencana
mengurangi dampak, control) pengendalian (diisi output soft pengendalian (hard masing-masing inovasi
membagi risiko, melalui hard control) (diisi output control & soft control) pengendalian)
menghindari control)
hard control)
risiko/menerima risiko)
Mengurangi 1. Penyusunan
frekuensi profilling pegawai
2. Sosialisasi berkala
terkait peningkatan 1. Komitmen anti benturan kepentingan
integritas melalui 2. Penyusunan Peta Benturan Kepentingan
publik campaign 3. Penyusunan Analisa Beban Kerja
4.
D Dst….
s
t

.

79
Lanjutan menyamping … (3)
Keefektifan Inovasi Pengendalian
Nilai Risiko Setelah Pengendalian Tingkat Risiko Setelah Status Inovasi Pengendalian
Nilai Risiko Aktual (Efektif/Tidak Efektif)
Pengendalian (Terpenuhi/Tidak Terpenuhi)
Kemungkinan Dampak
(25) (26) (27) (28) (29) (30)
(diisi nilai kejadian (diisi nilai (diisi perkalian antara (diisi Tingkat Risiko (diisi pada pelaksanaan pemantauan (dikatakan efektif jika terjadi sama atau
risiko setelah inovasi dampak risiko nilai kemungkinan Penyuapan/Risiko Korupsi inovasi pengendalian) penurunan nilai risiko aktual)
pengendalian) setelah terjadinya peristiwa setelah pengendalian)
inovasi penyuapan/korupsi dan
pengendalian) dampak setelah
pengendalian)

80
Lampiran VIII. Pokok-Pokok Kebijakan Anti Penyuapan

81
Lampiran IX. Pakta Integritas SMAP

82
Lampiran X. Pedoman Due Diligence Calon Pegawai

Halaman 1

83
Lampiran X. Pedoman Due Diligence Calon Pegawai

Halaman 2

84
Lampiran X. Pedoman Due Diligence Calon Pegawai

FORMULIR DUE DILIGENCE CALON PEGAWAI1

DATA PEGAWAI
Nama Lengkap :
No Identitas (KTP)* :
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat Domisili :
Alamat Tetap :
No Telp/HP :
Email :
Status Perkawinan : ☐Single ☐Menikah ☐Duda/Janda
☐Tanggungan …….. Anak
Pendidikan Terakhir :
*Copy dilampirkan

RIWAYAT PEKERJAAN*
PERUSAHAAN/ORGA TAHUN POSISI ATASAN
NISASI/ LEMBAGA BEKERJA PEKERJAAN/JABATAN & NO
TELP

*Alasan meninggalkan pekerjaan dari perusahaan/organisasi/lembaga sebelumnya wajib


ditanyakan termasuk rincian seperti keterampilan dan kualifikasi harus dicatat pada formulir
interview SDM

PEMBERI REFERENSI*
NO NAMA HUBUNGAN NO TELP/EMAIL

1 Formulir Due Diligence Pegawai melengkapi formulir interview pada saat proses rekrutmen/seleksi serta pada
formular interview penempatan kerja, dan menjadi dokumen yang tidak terpisahkan dari data kepegawaian ybs
seterusnya.

85
* Copy referensi tertulis harus disampaikan termasuk untuk mendapatkan bukti kualifikasi,
keterampilan, atau pengalaman yang relevan seperti yang tercantum pada CV atau formulir
aplikasi.

VERIFIKASI REKAM JEJAK*


a. Alamat personel adalah benar dan yang bersangkutan ☐YA ☐TIDAK
tinggal sesuai alamat yang diberikan
b. Apakah personel memiliki riwayat masalah keuangan ☐YA ☐TIDAK
c. Apakah personel memiliki catatan kriminal atau sedang ☐YA ☐TIDAK
atau telah tunduk pada peraturan, pengadilan, atau
tindakan hukum apa pun
Penjelasan:
……………………..
d. Referensi tertulis dari Atasan/Pemberi Referensi ☐YA ☐TIDAK
disampaikan
e. Salinan ijazah pendidikan, sertifikat ketrampilan dll yang ☐YA ☐TIDAK
relevan dengan persyaratan pekerjaan disampaikan

VERIFIKASI BENTURAN KEPENTINGAN & AFILIASI*


a. Memiliki hubungan kerja/ bisnis/ kekerabatan/ pertemanan ☐YA ☐TIDAK
dengan Pejabat UPT/Balai Wilayah …..
b. Memiliki hubungan kerja/ bisnis/ kekerabatan/pertemanan ☐YA ☐TIDAK
dengan Pegawai UPT/Balai Wilayah …..
c. Memiliki hubungan kerja/ bisnis/ kekerabatan/pertemanan ☐YA ☐TIDAK
dengan stakeholders UPT/Balai Wilayah …..
d. Sebagai anggota organisasi masyarakat/ Partai/ ☐YA ☐TIDAK
Organisasi Politik dll, secara aktif/tidak aktif*
Catatan sehubungan dengan rekam jejak maupun afiliasi:
…………………………….

*coret yang tidak sesuai

Pencatatan Akan Dilengkapi


Tanggal: Tanggal:
Dicatat oleh: Posisi/Jabatan:
(nama &
tandatangan)

86
Lampiran XI. Pernyataan Komitmen Bebas dari Benturan Kepentingan BP2JK

87
Lampiran XI. Pernyataan Komitmen Bebas dari Benturan Kepentingan BJKW

88
Lampiran XII. Formulir Rencana Program Kepedulian dan Pelatihan Pegawai

89
Lampiran XIII. Formulir Uji Kelayakan Tim Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan

FORMULIR

UJI KELAYAKAN (DUE DILIGENCE)


TIM FUNGSI KEPATUHAN ANTI PENYUAPAN (FKAP)

Nama Pegawai :
___________________________________________________________________

UPT/Balai :
___________________________________________________________________

Fungsi :
___________________________________________________________________

NO. HAL YANG PERLU DIPERIKSA YA TIDAK

1. Merupakan pegawai UPT/Balai ………

2. Pendidikan minimal D3

Telah mengikuti workshop/pelatihan/sosialisasi


3.
tentang SMAP

Telah menandatangani Pakta Integritas Anti


4.
Penyuapan

Telah menandatangani Pernyataan Komitmen Bebas


5.
Benturan Kepentingan

Nama Kota, Tanggal - Bulan - Tahun.

Nama
Ketua FKAP Balai….

90
Lampiran XIV. Pedoman Due Diligence Rekan Bisnis

KOP BALAI

PEDOMAN DUE DILIGENCE


PENETAPAN REKAN BISNIS BALAI/UPT……..

I. PRINSIP PEMERIKSAAN DUE DILIGENCE TIM FKAP


1. Uji tuntas (due diligence/DD) Rekan Bisnis adalah mendokumentasikan bagian
dari proses penetapan Rekan Bisnis;
2. Tujuan due diligence Rekan Bisnis adalah mengidentifikasi dan meminimalkan
resiko organisasi terhadap risiko tindak pidana penyuapan dan atau tindak
pidana korupsi serta tindak pidana finansial lainnya seperti pencucian uang dan
pendanaan terorisme (TPPU/TPPU);
3. DD membantu organisasi untuk memastikan bahwa:
a. Perusahaan Rekan Bisnis yang ditetapkan memiliki rekam jejak yang baik
dan membantu pengelolaan benturan kepentingan sehingga mampu
berkomitmen dalam penerapan anti penyuapan;
b. Organisasi tidak digunakan untuk potensi tindak pidana lainnya termasuk
kejahatan finansial.

II. TAHAPAN DUE DILIGENCE


Pejabat Pengadaan harus melakukan langkah-langkah Due Diligence sebagai
bagian dari Sistem Manajemen Anti Penyuapan, sebagai berikut:

A. PENELUSURAN LATAR BELAKANG/BACKGROUND CHECKING


1. Melalui Mesin Pencarian (Search Engine)
a. Pejabat Pengadaan melakukan penelusuran untuk memeriksa latar
belakang calon Rekanan khususnya terkait dengan Perkara Tindak
Pidana Korupsi, Penyuapan, dan/atau Gratifikasi.
b. Dalam melakukan pencarian Pejabat Pengadaan menggunakan Kata
Kunci, antara lain:
1) Nama Rekanan secara utuh disandingkan dengan kata kunci,
“korupsi”, “suap”, “penyuapan”,”tipikor”, dan “gratifikasi”, contoh : PT.
QWERTY Korupsi;
2) Nama Rekanan secara disingkat disandingkan dengan kata kunci
“korupsi”, “suap”, “penyuapan”,”tipikor”, dan “gratifikasi”, contoh : PT.
QWERTY;
3) Nama Pemegang Saham Rekanan disandingkan dengan kata kunci
“korupsi”, “suap”, “penyuapan”,”tipikor”, dan “gratifikasi”; dan
4) Nama Pengurus Rekanan disandingkan dengan kata kunci “korupsi”,
“suap”, “penyuapan”,”tipikor”, dan “gratifikasi”;

91
c. Hasil penelusuran yang dilakukan Pejabat Pengadaan harus diisikan ke
dalam sebuah formulir yang telah disiapkan oleh Tim FKAP untuk
dilampirkan dalam Internal Memo Permohonan Izin Prinsip penggunaan
Rekanan kepada Kepala UPT/Balai………;
2. Melalui situs Direktori Putusan Mahkamah Agung yang beralamat
di https://putusan3.mahkamahagung.go.id/:
a. Pejabat Pengadaan melakukan penelusuran untuk memeriksa latar
belakang calon Rekanan khususnya terkait dengan Perkara Tindak Pidana
Korupsi, Penyuapan, dan/atau Gratifikasi;
b. Dalam melakukan pencarian Pejabat Pengadaan menggunakan Kata
Kunci, sebagai berikut;
1) Nama Rekanan secara utuh disandingkan dengan kata kunci "korupsi",
"suap", "penyuapan", "tipikor” dan "gratifikasi”, contoh: PT. QWERTY;
2) Nama Rekanan secara singkatan disandingkan dengan kata kunci
"korupsi", "suap", "penyuapan", "tipikor” dan "gratifikasi”, contoh: PT.
QWERTY;
3) Nama Pemegang Saham Rekanan disandingkan dengan kata kunci
“korupsi", "suap", "penyuapan", "tipikor” dan "gratifikasi”; dan
4) Nama Pengurus Rekanan disandingkan dengan kata kunci “korupsi",
"suap", "penyuapan", "tipikor” dan "gratifikasi”.
3. Melalui situs Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
beralamat di https://inaproc.id:
1) Pejabat Pengadaan melakukan penelusuran untuk memeriksa latar
belakang calon Rekanan khususnya terkait dengan Perkara Tindak Pidana
Korupsi, Penyapan, dan/atau Gratifikasi.
.
B. KLARIFIKASI
1. Dalam hal hasil penelusuran sebagaimana diatur dalam poin A terdapat “entri”
yang sesuai dengan nama calon Rekanan, maka Pejabat Pengadaan
memasukkan calon Rekanan tersebut ke Kategori Merah;
2. Bagi calon Rekanan yang diberikan Kategori Kuning dan Kategori Merah,
Pejabat Pengadaan dapat memberikan kesempatan kepada calon Rekanan
untuk melakukan klarifikasi;
3. Hasil Klarifikasi dituangkan ke dalam sebuah Berita Acara yang ditandatangi
oleh Pejabat Pengadaan dan perwakilan calon Rekanan dengan disertai Surat
Pernyataan dari Calon Rekanan;
4. Calon Rekanan yang masuk Kategori Hijau dapat langsung melanjutkan proses
pengadaan dan/atau penunjukan langsung;
5. Bagi Calon Rekanan yang masuk Kategori Kuning, dengan mempertimbangkan
hasil Klarifikasi Pejabat Pengadaan dapat melanjtkan proses
pengadaan/penunjukan langsung dengan diserta disclaimer dan
menginformaikan kepada Tim FKAP;
6. Bagi calon rekanan yang masuk Kategori Merah, dengan mempertimbangkan
hasil klarifikasi Pejabat Pengadaan meminta persetujuan Pimpinan Yang

92
Berwenang untuk dapat melanjutkan proses pengadaan/penunjukan langsung
dan menginformasikan kepada Tim FKAP.

*Due Diligience: Uji Tuntas = Istilah yang digunakan untuk pendalaman penilaian
kinerja perusahan atau seseorang, pot kinerja dari suatu kegiatan guna memenuhi
standar baku yang ditetapkan. Istilah uji tuntas dapat saja digunakan dalam
menunjukkan suatu kegiatan penilaian terhadap ketaatan hukum, tetapi istilah ini
lebih secara umum digunakan untuk menunjukkan suatu kegiatan penyelidian secara
sukarela. Beberapa contoh umum dari kegiatan “uji tuntas” ini misalnya termasuk
pada:
1. Suatu proses pendalaman dalam pelaksanaan “penggabungan usaha” (merger)
ataupun akuisisi dimana seseorang peminat melakukan penilaian atas
perusahaan yang menjadi sasaran pembelian ataupun penilaian asset
perusahaan tersebut. [1]
2. Suatu pendalaman atas dipeuhinya berbagai kriteria yang menjadi persyaratan
dalam proses sertifikasi atas suatu prosuk atapun jasa (misalnya ISO, dll)

** Proses Due Diligence dilakukan :


1. Untuk penunjukan langsung = sebelum daftar pendek calon rekanan
2. Untuk pemilihan = masuk dalam tahap evaluasi calon rekanan.

*** Zona Due Diligence


1. Kategori Hijau : tidak terdapat temuan terkait KKN/Penyuapan
2. Kategori Kuning: terdapat temuan namun diluar KKN/Penyuapan
3. Kategori Merah : terdapat temuan terkait KKN/Penyuapan

Nama Kota, tanggal, bulan, tahun

Kepala Balai/UPT ……

Nama Kepala Balai/UPT


NIP. ……..

93
Lampiran XIV. Pedoman Due Diligence Rekan Bisnis

ALUR PROSES PELAKSANAAN UJI TUNTAS


REKANAN BALAI/UPT …….

Calon Rekanan mengirimkan


Dokumen Penawaran kepada PPK

PPK melakukan Uji Tuntas terhadap Calon Rekanan melalui mesin pencarian (search engine),
situs Direktori Putusan Mahkamah Agung, serta situs Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah

Hasil Uji Tuntas yang dilakukan diberikan kategori “merah”, “kuning”, dan “hijau” sesuai dengan
keterkaitan calon rekanan dengan tindak pidana korupsi, penyuapan, dan/atau gratifikasi

Calon Rekanan dengan kategori Calon Rekanan dengan kategori


“merah” dan “kuning” diberikan “hijau”, proses pengadaan atau
kesempatan untuk melakukan penunjukan langsung dapat
klarifikasi oleh PPK dilanjutkan oleh PPK

Calon Rekanan dengan Kategori Calon Rekanan dengan Kategori


“Kuning”, dengan “merah”, dengan mempertimangkan
mempertimbangkan hasil klarifikasi, hasil klarifikasi, PPK meminta
PPK dapat melanjutkan proses persetujuan kepada Manajemen
pengadaan atau penunjukan Puncak untuk dapatmelanjutkan
langsung dengan disertai disclaimer proses pengadaan atau penunjukan
dan menginformasikan kepada Tim langsung
FKAP

Berdasarkan hasil analisa, apabila


Manajemen Puncak memberikan
persetujuan kepada PPK, maka PPK
dapat melanjutkan proses pengadaan
atau penunjukan

94
Lampiran XIV. Pedoman Due Diligence Rekan Bisnis

BERITA ACARA DUE DILIGENCE REKANAN


BERITA ACARA POKOK-POOK KEBIJAKAN UJI TUNTAS TERHADAP
REKANAN
Nomor:

Pada Hari ini … tanggal … bulan … tahun …, kami yang bertanda tangan di bawah ini
Pejabat Pengadaan Langsung Satuan Kerja Balai …….. berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Satuan Kerja Balai/UPT ………No. … tanggal … telah melakukan
penelusuran untuk memeriksa latar belakang … khususnya terkait dengan Perkara
Tindak Pidana Korupsi, Penyuapan dan/atau Gratifikasi, sebagai berikut:

A. Penelusuran Latar Belakang/ Background Checking


1. Melalui Mesin Pencari (Search Engine)
(tautan hasil pencarian)
2. Melalui situs Direktori Putusan Mahkamah Agung
di https://putusan3.mahkamahagung.go.id/
(tautan hasil pencarian)
4. Melalui situs Lebaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
di https://inaproc.id:
(tautan hasil pencarian)

B. Klarifikasi
Dalam hal hasil penelusuran sebagaimana diatur dalam poin A maka hasil ….
masuk dalam kategori (Merah/KuningHijau)

Mengetahui, Pejabat Pengadaan Barang/Jasa

Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja


UPT/Balai….. UPT/Balai……

Nama Pejabat Pembuat Komitmen Nama Pejabat Pengadaan


NIP. NIP.

95
Lampiran XV. Formulir Ceklis Penilaian Penerapan Kebijakan Anti Penyuapan
Rekan Bisnis

FORMULIR

CHECKLIST PENILAIAN PENERAPAN


KEBIJAKAN ANTI PENYUAPAN REKAN BISNIS
BALAI PELAKSANA PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI

Nama Rekan Bisnis : ___________________________________________________________________

Nama Barang/Jasa : ___________________________________________________________________

Pengadaan yang Diikuti : ___________________________________________________________________

NO. HAL YANG PERLU DIPERIKSA YA TDK KETERANGAN

1. Apakah rekan bisnis telah mengikuti sosialisasi terkait Jika ya, sebutkan instansi penyelenggara
penyuapan? dan tahun penyelenggaraan

2. Apakah rekan bisnis telah mengikuti sosialisasi terkait Jika ya, sebutkan instansi penyelenggara
pengendalian gratifikasi? dan tahun penyelenggaraan

3. Apakah rekan bisnis telah mengikuti sosialisasi terkait Jika ya, sebutkan instansi penyelenggara
benturan kepentingan (conflict of interest)? dan tahun penyelenggaraan

4. Apakah rekan bisnis telah mengendalikan gratifikasi? Jika ya, mohon lampirkan kampanye anti
gratifikasi

5. Apakah rekan bisnis telah memiliki saluran Jika ya, sebutkan bentuk fasilitas tersebut
penyampaian pengaduan bagi pihak ketiga?

6. Apakah rekan bisnis telah memiliki dan menandatangani Jika ya, mohon lampirkan dokumen pakta
pakta integritas anti penyuapan (anti KKN)? integritas

7. Apakah rekan bisnis telah melakukan mitigasi risiko


penyuapan?

1. Apabila jawaban tidak 2-4 poin, maka perlu dilakukan Sosialisasi terkait anti penyuapan, gratifikasi,
benturan kepentingan dan WBS.
2. Apabila jawaban tidak ≥ 5 poin, maka tidak direkomendasikan untuk menjadi
rekan bisnis.

Nama Kota, Tanggal - Bulan - Tahun.

Penyedia Jasa
Jabatan

96
Lampiran XVI. Format Pakta Integritas Pihak Ketiga

97
Lampiran XVII. Klausul Hak untuk Mengaudit (Right to Audit)

Halaman 1

98
Lampiran XVII. Klausul Hak untuk Mengaudit (Right to Audit)

Halaman 2

99
Lampiran XVIII. Formulir Penilaian Kinerja Tim FKAP

Nilai Kesesuaian
Penanggung Nilai Keterlaksanaan
No Nama Kegiatan Pelaksanaan dengan Nilai Akhir Hasil Tinjauan
Jawab Kegiatan (bobot 70%)
Jadwal (bobot 30%)

1 2 3 4 5 6 = (4x70%) + 7
(5x30%)

1 [isikan butir-butir kegiatan [isikan PIC yang [mengacu pada [mengacu pada [kalkulasi bobot [mengacu
yang dapat merujuk pada diberikan tanggung standar] standar] antara kolom 4 pada standar]
program kerja] jawab] dan 5]

dst.

Rata-rata

Penilaian mengacu pada standar berikut:

Kriteria Penilaian Kriteria Penilaian Kesesuaian


Nilai Nilai Nilai Hasil Tinjauan
Keterlaksanaan Kegiatan Pelaksanaan dengan Jadwal
Terlaksana 100% 5 Sesuai Jadwal 5 4.5 - 5 Efektif
Terlaksana 80-99% 4 Mundur <7 hari 4 4 - 4.49 Cukup Efektif
Terlaksana 60-79% 3 Mundur 7-22 hari 3 3 - 3.9 Kurang Efektif
Terlaksana 50-59% 2 Mundur 23-30 hari 2 ≤2 Tidak Efektif
Terlaksana <50% 1 Mundur >30 hari 1
Tidak Terlaksana 0

100
Lampiran XI. Pedoman Pelaksanaan Audit Internal

BAB I
PENDAHULUAN

A. MAKSUD DAN TUJUAN


Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan Audit Internal
Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) yang diperlukan untuk mengevaluasi
kesesuaian penerapan SMAP dengan SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti
Penyuapan (SMAP) pada kegiatan Audit Internal SMAP sehingga SMAP diterapkan
dan dipelihara secara konsisten oleh Auditee di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi.
Tujuan pedoman ini adalah untuk memastikan bahwa kegiatan Audit Internal SMAP
mempunyai perencanaan yang sistematis dan dilaksanakan secara efektif terhadap
Auditee di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.

B. RUANG LINGKUP
Pedoman ini berlaku untuk setiap kegiatan Audit Internal Sistem Manajemen Anti
Penyuapan (SMAP) yang dilaksanakan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi.

C. REFERENSI
1. Instruksi Menteri PUPR Nomor 4/IN/M/2022 tentang Strategi Pencegahan
Risiko Penyimpangan dalam Proses Pengadaan Barang/jasa Kementerian
PUPR Tahun 2022 - 2024;
2. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 211/KPTS/DK/2020
tentang Penetapan Balai Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) sebagai Pilot
Project Penerapan SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan
(SMAP) di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;
3. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 04/KPTS/DK/2022 tentang
Penetapan Balai/UPT Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sebagai Pilot Project
Batch II dan Tim Pendampingan Penerapan SNI ISO 37001:2016 Sistem
Manajemen Anti Penyuapan (SMAP);
4. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 02/KPTS/DK/2023 tentang
Penetapan Balai/UPT Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sebagai Pilot Project
Batch III dan Tim Pendampingan Penerapan SNI ISO 37001:2016 Sistem
Manajemen Anti Penyuapan;
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 06/KPTS/DK/2024 tentang
Tata Kelola Sistem Manajemen Anti Penyuapan di UPT/Balai di Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi;

101
6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 07/KPTS/DK/2024 tentang
Penetapan UPT/Balai Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Penerapan SNI ISO
37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan Batch IV;
7. ISO 19011:2018 Guidelines for Auditing Management System;
8. SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan;
9. Pedoman Pelaksanaan Sistem Manajemen Anti Penyuapan Unit Pelaksana
Teknis/Balai (UPT/Balai) di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;
10. Pokok-pokok Kebijakan Sistem Anti Penyuapan Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi;

D. DEFINISI
1. Penyuapan adalah menawarkan, menjanjikan, memberikan, menerima atau
meminta keuntungan yang tidak semestinya dari nilai apapun (berupa keuangan
atau non keuangan), langsung atau tidak langsung, terlepas dari lokasi,
merupakan pelanggaran peraturan perundang-undangan, sebagai bujukan atau
hadiah untuk orang yang bertindak atau menahan diri dari bertindak terkait
kinerja dari tugas orang tersebut.
2. Audit adalah proses yang sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan
jangkauan kriteria audit terpenuhi.
3. Audit Internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibuat dalam
suatu organisasi dengan tujuan menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan
yang dilaksanakan organisasi untuk membantu manajemen organisasi dalam
memberikan pertanggungjawaban yang efektif.
4. Manajemen Puncak adalah kelompok atau perorangan yang merupakan
pengendali utama dari organisasi sesuai dengan ruang lingkup SMAP.
5. Pengelola Program Audit adalah personel yang menetapkan tujuan dan lingkup
audit, merencanakan penyiapan sumber daya teknis, dan mekanisme kerja.
6. Auditor Internal adalah orang yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
audit internal SMAP.
7. Tim Auditor Internal adalah satu Auditor atau lebih yang melaksanakan audit
internal SMAP di UPT/Balai Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, jika diperlukan
dapat di dukung oleh Tenaga Ahli SMAP.
8. Auditee adalah unit organisasi dan/atau satuan kerja yang diaudit di Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi.
9. Sasaran adalah hasil yang ingin dicapai.
10. Kriteria Audit adalah seperangkat kebijakan, prosedur, atau persyaratan yang
digunakan sebagai acuan untuk membandingkan Bukti Audit.
11. Bukti Audit adalah catatan, pernyataan fakta atau informasi lain, yang relevan
dengan kriteria audit dan dapat diverifikasi.
12. Temuan Audit adalah hasil evaluasi dari bukti audit yang dikumpulkan terhadap
kriteria audit (dapat kesesuaian atau ketidaksesuaian).
13. Pemantauan adalah penentuan status sistem, proses, atau aktivitas

102
14. Kesimpulan Audit adalah hasil audit, setelah mempertimbangkan tujuan audit
dan semua temuan audit.
15. Tim Pendamping dan Audit Internal adalah tim yang bertugas melakukan
pendampingan penerapan SMAP di UPT/Balai Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi mulai dari tahap Internalisasi, Pembangunan Sistem, Sosialisasi,
Reviu Sistem, hingga proses Sertifikasi dan Surveillance SMAP dengan susunan
keanggotaan yang terdiri dari Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi dan Tim
Kepatuhan Intern.

103
BAB II
KERANGKA AUDIT INTERNAL
SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN (SMAP)

A. PROGRAM AUDIT INTERNAL


Program Audit Internal Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP)
1. Program Audit SMAP disusun oleh Pengelola Program Audit dan disetujui oleh
Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi.
2. Program audit sekurang-kurangnya berisi penjelasan tentang:
a. Sasaran Audit;
b. Ruang Lingkup Audit;
c. Jadwal Audit (jumlah/durasi/frekuensi);
d. Kriteria Audit;
e. Metode Audit;
f. Tim Auditor;
g. Dokumen Pemenuhan Klausul SNI ISO 37001:2016 SMAP;
h. Dokumen pendukung lainnya (termasuk formulir-formulir audit).

B. KRITERIA AUDITOR INTERNAL


Penetapan auditor internal SMAP didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Pegawai ASN;
b. Pendidikan minimal D3;
c. Telah mengikuti workshop/pelatihan/sosialisasi tentang SMAP;
d. Sekurang-kurangnya sudah mengikuti pelatihan Teknik Audit Sistem Manajemen
Anti Penyuapan (SMAP) sebanyak 1 (satu) kali yang diselenggarakan oleh
Direktorat Pengadaan Jasa Konstruksi;
e. Memiliki integritas dan komitmen dalam penerapan SMAP.

C. PENUNJUKKAN TIM AUDITOR INTERNAL


1. Tim Auditor Internal Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) ditetapkan oleh
Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi selaku Tim Pendamping dan Audit Internal;
2. Tim Auditor Internal SMAP terdiri atas Pengelola Program Audit, Ketua Tim, dan
Anggota;
3. Tim Auditor Internal SMAP bertugas terhitung sejak diterbitkannya Surat
Keputusan (SK) penugasan kegiatan Audit Internal SNI ISO 37001:2016 Sistem
Manajemen Anti Penyuapan (SMAP).

D. PRINSIP AUDIT INTERNAL


1. Integritas yaitu pondasi profesionalisme Auditor Internal, antara lain:
a. Melakukan pekerjaan dengan jujur, tekun, dan bertanggungjawab;
b. Hanya melakukan audit internal SMAP jika berkompeten;
c. Bekerja dengan tidak berpihak (tetap adil dan tidak bias);

104
d. Sensitif terhadap pengaruh-pengaruh apapun yang mungkin muncul dan
dapat mempengaruhi judgement pada saat audit.

2. Fair Presentation yaitu kewajiban untuk melaporkan secara jujur dan akurat,
antara lain:
a. Temuan audit, kesimpulan audit, dan laporan audit harus dibuat secara jujur
sesuai proses audit internal SMAP yang berjalan;
b. Hambatan signifikan dan perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan
antara tim auditor internal SMAP dengan Auditee harus dilaporkan;
c. Komunikasi harus jujur, akurat, objektif, jelas dan lengkap.

3. Due Profesional Care yaitu pengaplikasian dari ketekunan dan kemampuan


mengambil keputusan dalam proses audit, antara lain;
a. Auditor harus selalu berhati-hati dalam bekerja mengingat pentingnya tugas
yang di emban dan harapan/kepercayaan yang diberikan;
b. Kemampuan untuk menghasilkan sebuah keputusan yang beralasan dalam
situasi audit apapun.

4. Confidentiality yaitu keamanan informasi, antara lain:


a. Auditor Internal harus bijaksana dalam menggunakan dan melindungi
informasi yang didapatkan selama bertugas;
b. Informasi audit internal SMAP tidak digunakan untuk keuntungan pribadi oleh
auditor internal;
c. Informasi audit tidak digunakan untuk merugikan kepentingan Auditee; dan
d. Penanganan yang tepat terhadap sebuah informasi yang sensitif atau rahasia.

5. Independen yaitu dasar ketidakberpihakan audit dan keobjektifan sebuah


kesimpulan, antara lain:
a. Auditor Internal SMAP harus independent dan bebas konflik kepentingan; dan
b. Auditor Internal SMAP harus objektif, temuan dan kesimpulan audit hanya
berdasar kepada bukti audit.

6. Evidence-Based Approach yaitu metode rasional untuk mencapai kesimpulan


audit dan mampu direproduksi dalam sebuah proses audit yang sistematis, antara
lain:
a. Bukti audit SMAP harus dapat diverifikasi;
b. Sampling dilakukan karena audit dilakukan dalam waktu dan sumber daya
yang terbatas; dan
c. Metode sampling yang baik harus diterapkan karena akan meningkatkan
keyakinan dalam kesimpulan audit.

105
E. TAHAPAN PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL
1. Surat Pemberitahuan
Sebelum pelaksanaan Audit Internal SMAP, surat pemberitahuan terkait rencana
pelaksanaan Audit Internal SMAP dari Direktur Pengadaan Jasa Konstruksi
harus disampaikan kepada Auditee dengan menyertakan jadwal audit, agenda
kegiatan audit, dan ceklist dokumen pemenuhan klausul SNI ISO 37001:2016
SMAP.

2. Kick Off Meeting Tim Auditor Internal


Kick Off Meeting Tim Auditor Internal merupakan rapat koordinasi persiapan
pelaksanaan kegiatan Audit Internal SMAP dan memastikan kesiapan Tim
Auditor Internal.

3. Kick Off Meeting Tim Auditor Internal dengan Auditee


Kick Off Meeting Tim Auditor Internal dengan Auditee merupakan rapat
koordinasi persiapan pelaksanaan kegiatan Audit Internal antara Tim Auditor
Internal dengan Auditee untuk memastikan kesiapan Auditee.

4. Rapat Pembukaan
Rapat pembukaan merupakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh Tim Auditor
Internal dan Auditee (sekurang-kurangnya Manajemen Puncak, Ketua FKAP
serta Tim Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan) untuk menyampaikan detil
rangkaian kegiatan Audit Internal yang akan dilaksanakan kepada seluruh pihak
yang terlibat.

Kegiatan dari rapat pembukaan terdiri atas:


a. Perkenalan Tim Auditor Internal kepada Auditee;
b. Konfirmasi tujuan, ruang lingkup, dan kriteria audit;
c. Konfirmasi jadwal audit;
d. Penjelasan metode audit;
e. Penjelasan mengenai Hak dan Kewajiban Tim Auditor Internal dan Auditee;
f. Konfirmasi sumber daya yang diperlukan;
g. Konfirmasi dokumen yang wajib disiapkan Auditee;
h. Penjelasan metode pelaporan audit;
i. Konfirmasi jadwal rapat penutupan;
j. Memberikan kesempatan kepada Auditee untuk bertanya.

5. Pelaksanaan Audit
Dalam melaksanakan Audit Internal SMAP, informasi yang dikumpulkan dan
diverifikasi untuk mendapatkan bukti audit harus:
a. Relevan dengan kriteria, tujuan dan lingkup audit;
b. Dapat diverifikasi;
c. Dicatat.

106
Teknik pelaksanaan Audit Internal SMAP, dilakukan dengan cara;
a. Metode Pengumpulan Informasi
Metode untuk mengumpulkan informasi terdiri dari:
b. Reviu dokumen;
Bertujuan untuk mengumpulkan informasi dalam rangka menetapkan
kesesuaian sistem (secara dokumentasi) dengan kriteria audit. Kriteria reviu
dokumen sebagai berikut:
1) Lengkap (semua konten telah tercakup);
2) Sesuai (isi sesuai dengan kriteria audit);
3) Konsisten;
4) Mutakhir.
c. Wawancara;
1) Wawancara sebaiknya dilakukan dengan personel dari tingkat yang
sesuai dan dari fungsi yang melaksanakan kegiatan atau tugas dalam
ruang lingkup audit;
2) Wawancara sebaiknya dilaksanakan selama jam kerja yang normal;
3) Setiap upaya sebaiknya dilakukan sehingga personel yang diwawancara
tidak merasa kesulitan baik sebelum dan selama wawancara;
4) Auditor Internal menjelaskan alasan dilakukan wawancara;
5) Wawancara dapat diawali dengan meminta personel yang diwawancara
untuk menguraikan pekerjaannya;
6) Hasil wawancara sebaiknya dirangkum dan ditinjau dengan personel
yang diwawancarai;
7) Personel yang diwawancarai sebaiknya diberi ucapan terima kasih atas
peran serta dan kerjasamanya.
Dalam melakukan wawancara, teknik bertanya yang harus diperhatikan
antara lain:
1) Wawancara diawali dengan perkenalan, dan meminta Auditee
menjelaskan tugas, peran dan tanggung jawabnya;
2) Menjelaskan alasan mengapa wawancara perlu dicatat;
3) Sampaikan mengenai kerahasiaan;
4) Jelaskan tujuan wawancara.
d. Teknik Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati langsung situasi dan kondisi:
1) Gedung, ruang kerja, ruang arsip
2) Kegiatan/aktivitas (rapat, diskusi, proses kerja)

107
6. Temuan Audit
Temuan Audit dapat mengindikasikan kesesuaian dan ketidaksesuaian.
Kesesuaian adalah terpenuhinya suatu persyaratan. Ketidaksesuaian adalah
tidak terpenuhinya suatu persyaratan.

Kategori Temuan Audit terdiri dari:


Ketidaksesuaian : Temuan Audit yang menunjukkan adanya
Mayor (Major ketidaksesuaian Pemenuhan Klausul SMAP
Non Conformity) yang seharusnya dijalankan dan
mengakibatkan Penerapan SMAP tidak
berjalan. Temuan Mayor harus segera
dilakukan perbaikan.
Ketidaksesuaian : Temuan Audit yang menunjukkan adanya
Minor (Minor Non ketidaksesuaian untuk memenuhi salah satu
Conformity) persyaratan dari subklausul SMAP atau
ketidaksesuaian yang terjadi dalam
implementasi suatu persyaratan dari prosedur
SMAP yang sudah ditetapkan. Temuan Minor
diberikan waktu tertentu untuk dilakukan
perbaikan.
Seluruh Temuan Audit dicatat dalam Formulir Ketidaksesuaian yang sesuai
dengan kategori hasil temuannya.

7. Rapat Perumusan dan Penyusunan Kesimpulan Audit


Sebelum menyusun dan merumuskan kesimpulan audit, Tim Auditor Internal
SMAP sebaiknya melakukan diskusi terkait hal-hal berikut:
a. Reviu temuan audit;
b. Menyepakati kesimpulan audit;
c. Menyiapkan rekomendasi terkait proses sertifikasi;
d. Mendiskusikan tindak lanjut audit (jika ada).
Setelah melakukan diskusi terkait temuan audit, Tim Auditor Auditor Internal
SMAP menyusun kesimpulan audit yang mencakup:
a. Kondisi positif/kebaikan area audit;
b. Tingkat kesesuaian dan ketidaksesuaian dari implementasi dengan kriteria
atau persyaratan audit;
c. Efektivitas penerapan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Anti
Penyuapan;
d. Kesimpulan menjawab tujuan audit;
e. Rekomendasi tindakan perbaikan.

108
8. Rapat Penutupan
Rapat penutupan sekurang-kurangnya dihadiri oleh Tim Auditor Internal dan
Auditee (sekurang-kurangnya Manajemen Puncak, Ketua FKAP serta Tim
Fungsi Kepatuhan Anti Penyuapan)
Kegiatan pada Rapat Penutupan antara lain:
a. Ucapan terima kasih atas keterlibatan dan kontribusi Tim Auditor Internal
dan Auditee;
b. Uraian metode pelaporan;
c. Arahan batas waktu perbaikan hasil temuan dan penjelasan konsekuensi
apabila tidak dilakukan;
d. Pemaparan hal-hal positif hasil audit kepada Auditee;
e. Pemaparan temuan audit dan kesimpulan audit;
f. Memberi kesempatan Auditee untuk banding;
g. Sesi tanya jawab;
h. Penutupan.

9. Penyusunan Laporan Audit


Ketua Tim Auditor Internal bersama dengan Anggota menyusun Laporan
Audit Internal SMAP yang berisi:
a. Tujuan Audit yang telah dilakukan;
b. Ruang lingkup audit;
c. Tim Auditor dan Auditee yang terlibat;
d. Tanggal dan lokasi dilakukannya audit;
e. Kriteria audit;
f. Bukti audit dan temuan audit;
g. Kesimpulan audit.

10. Penyampaian Laporan Audit Internal SMAP


Laporan Audit lnternal harus disampaikan oleh Pengelola Program Audit
kepada Manajemen Puncak dan Dewan Pengarah setelah dilaksanakan
kegiatan Audit lnternal Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) berakhir.

109
BAB III
BAGAN ALIR

BAGAN ALIR PERSIAPAN AUDIT INTERNAL SMAP


Pelaksana Uraian Proses Output

Program Audit Internal SMAP

Usulan Nama Personel Tim


Auditor

Surat Keputusan Penetapan


Tim Auditor

Jadwal Pelaksanaan Audit


Internal SMAP

Surat Pemberitahuan

Materi Presentasi Kick Off


Meeting Persiapan Audit
Internal SMAP

Materi Presentasi Kick Off


Meeting Audit Internal SMAP

110
BAGAN ALIR PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL SMAP
Pelaksana Uraian Proses Output

Daftar Hadir Rapat


Pembukaan, Materi Presentasi
Rapat Pembukaan

Lembar Ketidaksesuaian (LK-


1)

Lembar Kerja Tindak


Lanjut/Rencana
Perbaikan/Tindakan
Pencegahan (LK-2)

Daftar Hadir Rapat Penutupan,


Materi Presentasi Rapat
Penutupan

111
BAGAN ALIR PELAPORAN AUDIT INTERNAL SMAP
Pelaksana Uraian Proses Output

Hasil dan Rekomendasi Audit


Internal SMAP

Lembar Tindak Lanjut


Rekomendasi Hasil Audit

Lembar Pemeriksaan dan


Persetujuan Hasil Tindak
Lanjut (LK-3)

Laporan Kegiatan Audit


Internal SMAP

112
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal

A. Sampul

113
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal

B. Kertas Kerja

114
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal

B. Kertas Kerja

115
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal

C. Hasil dan Rekomendasi

116
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal

D. Lembar Ketidaksesuaian

F. Lembar Tindak Lanjut/Rencana Perbaikan/Tindakan Pencegahan

117
Lampiran XI. Lampiran Pedoman Pelaksanaan Audit Internal

G. Lembar Pemeriksaan dan Persetujuan Hasil Tindak Lanjut

118
Lampiran XX. Format Laporan Tinjauan Manajemen Puncak

LAPORAN TINJAUAN MANAJEMEN PUNCAK


PENERAPAN SNI ISO 37001:2016 SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN
(SMAP)
PERIODE …… TA ……..
(untuk Balai yg akan disertifikasi, periode dibuat Januari-Juni pada laporan
semester I, dan Juli-Desember pada laporan semester II)
(untuk Balai surveillance, periode dibuat Januari-Desember)

BALAI……………………………………..
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

119
KATA PENGANTAR
(isi kata pengantar dapat ditambahkan sesuai kebutuhan)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Tinjauan Manajemen Puncak Penerapan
SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) Periode
……TA………….di UPT/Balai……..”.
Laporan Tinjauan Manajemen Puncak ini berisi tinjauan SMAP pada rentang waktu
terencana untuk memastikan keberlanjutan, kesesuaian, kecukupan dan keefektifan SMAP
pada UPT/Balai….yang ditunjuk menjadi Balai Pilot Project Batch… Penerapan Sistem
Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) melalui Keputusan Direktur Jenderal Bina Konstruksi
Nomor…..Tahun…..Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menilai keefektifan
penerapan SMAP di Balai ……………………….
Semoga dengan adanya penerapan SMAP di Balai ………………. ini dapat
bermanfaat bagi seluruh stakeholder, khususnya di Kementerian PUPR, agar dapat
mencegah dan mendeteksi terjadinya tingkat risiko fraud/korupsi/kolusi dan nepotisme serta
menjadi bentuk penguatan inten (tameng) bagi UPT/Balai dalam menghadapi tantangan
dan tekanan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, baik dari pihak internal
maupun eksternal UPT/Balai….terhadap penerapan SMAP sebagai bagian dari
implementasi Good Governance di Kementerian PUPR.

(kota), (tanggal) (bulan) (tahun)


Manajemen Puncak

………………………..
NIP. ……………………….

120
DAFTAR ISI
(diberi nomor halaman)

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
(Urgensi dan Penjelasan perjalanan penerapan SMAP di UPT/Balai)
1.2 Dasar Pelaksanaan
(Dasar hukum pelaksanaan penerapan SMAP di UPT/Balai)
1.3 Maksud dan Tujuan
(Maksud dan Tujuan Pelaksanaan Tinjauan Manajemen Puncak di UPT/Balai)
1.4 Struktur Organisasi
(Struktur Organisasi Tata Kelola SMAP di UPT/Balai)

BAB II HASIL TINJAUAN MANAJEMEN PUNCAK


2.1 Peningkatan dan Perbaikan atas Penerapan SMAP
(UPT/Balai perlu melakukan analisa perubahan sebelum dan sesudah penerapan SMAP)
2.2 Status dan Tindakan dari Tinjauan Manajemen Sebelumnya Terhadap UPT/Balai
(Subbab ini diperuntukkan bagi UPT/Balai yang telah melaksanakan Tinjauan
Manajemen pada periode sebelumnya)

Berdasarkan hasil peninjauan terhadap penerapan SMAP di UPT/Balai..pada


periode…….., rekomendasi peningkatan berkelanjutan penerapan SMAP dari
Manajemen Puncak dan/atau Dewan Pengarah (jika ada) pada periode sebelumnya
dengan target pemenuhan di bulan…..tahun…… telah terlaksana/tidak terlaksana,
dengan rincian sebagai berikut:

Penanggung Target Pelaksanaan


No Klausul Rekomendasi Output Status
Jawab (tanggal/bulan/tahun)
1
2
Dst…

2.3 Dinamika Isu Internal dan Eksternal dalam Penerapan SMAP (UPT/Balai melakukan
identifikasi analisa isu internal dan isu eksternal berdasarkan Formulir Analisa SWOT yang
berkaitan dengan keberadaan UPT/Balai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
serta dalam penerapan SMAP serta hubungannya dengan pihak stakeholder)
a. Perkembangan Isu Terkait Kekuatan
b. Perkembangan Isu Terkait Kelemahan
c. Perkembangan Isu Terkait Peluang
d. Perkembangan Isu Terkait Ancaman

2.4 Capaian Kinerja Penerapan SMAP (mengacu Program Kerja SMAP)


UPT/Balai…… harus menetapkan sasaran SMAP dan mendokumentasikan bukti
dukung atas pencapaian sasaran SMAP. UPT/Balai…. menetapkan apa yang akan
dikerjakan, sumber daya apa yang digunakan/dipersyaratkan, siapa yang bertanggung
jawab, kapan sasaran akan dicapai, bagaimana hasil akan dievaluasi dan dilaporkan
dan siapa yang akan menjatuhkan sanksi/hukuman bila sasaran tidak bisa dicapai.

121
2.4.1 Capaian kinerja Tim FKAP
Capaian kinerja tim FKAP di UPT/Balai……. ditinjau berdasarkan pemenuhan
terhadap Program Kerja SMAP yang telah disusun oleh Tim FKAP dan ditetapkan
oleh Manajemen Puncak pada Periode …..TA…. Capaian Program Kerja SMAP
secara keseluruhan telah dilakukan penilaian berdasarkan kriteria, yaitu:
a. Penilaian Keterlaksanaan; dan
b. Penilaian Kesesuaian.

Hasil Tinjauan Manajemen Puncak terhadap keseluruhan capaian Program Kerja


SMAP, yaitu Efektif/Cukup Efektif/Kurang Efektif/Tidak Efektif. Rincian
penilaian kinerja Tim FKAP sebagai berikut:

No. Kegiatan Output Kriteria Penilaian Kesimpulan


Keterlaksanaan Kesesuaian
1. ……. …….. Terlaksana/Tidak Sesuai/Tidak Efektif/Tidak
Terlaksana Sesuai Efektif

2.4.2 Ketidaksesuaian dan Tindakan Korektif


2.4.2.a. Hasil Audit Internal
Dalam rangka pelaksanaan audit internal Sertifikasi/Surveillance I/Surveillance
II/Re-sertifikasi yang dilaksanakan pada tanggal …. bulan ….tahun….,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Target
Tindak Lanjut Uraian Status
Pemenuhan
No. Ketidaksesuaian (Perbaikan/Tid Tindak Output (Terpenuhi/Tidak
(tanggal/bula
akan Korektif) Lanjut Terpenuhi
n/tahun)
1 …… Perbaikan … … … ……
Tindakan
Korektif
2 …… Perbaikan
Dst..

2.4.2.b Hasil Audit Eksternal


Dalam rangka pelaksanaan audit eksternal Sertifikasi/Surveillance
I/Surveillance II/Re-sertifikasi yang dilaksanakan pada tanggal…..bulan….
tahun ……, diperoleh hasil sebagai berikut:
Target
Status
Uraian Tindakan Pemenuhan
No. Ketidaksesuaian Output (Terpenuhi/Tidak
Korektif (tanggal/bulan/t
Terpenuhi)
ahun)
1 ….. …..
2 ….. ….. …..
Dst.
Selain ketidaksesuaian sebagaimana disebut pada tabel di atas, jika terdapat
peluang peningkatan pada Hasil Audit Eksternal yang perlu ditindaklanjuti dan
ditinjau pada periode audit selanjutnya, maka dicantumkan pada Subbab 2.6.2
Peluang Peningkatan dari Hasil Audit Eksternal.
(hanya jika terdapat peluang peningkatan dari hasil audit eksternal)

122
2.4.3 Pelaporan Penyuapan dan Gratifikasi (mengacu pada Laporan UPG dan WBS)
Kepala UPT/Balai…… menetapkan Satuan Tugas Pengendalian Gratifikasi dan
Satuan Tugas Pelaporan WBS. Kepala UPT/Balai melakukan monitoring dan
evaluasi pengendalian gratifikasi dan pelaporan penyuapan secara berkala.
Untuk kewenangan melakukan penyelidikan pelaporan penyuapan dan gratifikasi
berada di APIP Kementerian PUPR.
2.4.3.a Rekapitulasi Pelaporan WBS
2.4.3.b Rekapitulasi Pelaporan Gratifikasi

2.5 Sifat dan Tingkat Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi yang dihadapi Organisasi serta
Keefektifan dan Tindakan Yang Diambil Untuk Memitigasi Risiko Penyuapan/Risiko
Korupsi (mengacu pada BRA/CRA)
Dalam melaksanakan SMAP, UPT/Balai mempertimbangkan faktor dan isu strategis
untuk penentuan risiko terjadinya penyuapan/korupsi serta melakukan penanganan
penilaian risiko untuk memastikan bahwa SMAP dapat mencapai hasil yang diinginkan,
meningkatkan pengaruh yang diinginkan, serta mencegah atau mengurangi pengaruh
yang tidak diinginkan. UPT/Balai melaksanakan penilaian risiko penyuapan/risiko
korupsi secara teratur dengan melakukan:
1. Identifikasi risiko penyuapan/risiko korupsi UPT/Balai secara wajar untuk
mengantisipasi faktor-faktor yang telah teridentifikasi dalam isu-isu internal
maupun eksternal UPT/Balai;
2. Analisa, menilai, dan memprioritaskan penyuapan/korupsi yang teridentifikasi;
3. Evaluasi kesesuaian dan keefektifan dari kendali yang ada dalam UPT/Balai
untuk mengurangi risiko penyuapan/korupsi yang telah dinilai.
Kriteria evaluasi tingkat risiko penyuapan/korupsi yang mempertimbangkan kebijakan
dan sasaran anti penyuapan telah ditetapkan oleh Manajemen Puncak pada Pedoman
Pelaksanaan SMAP. Kriteria evaluasi untuk penilaian mengacu pada sifat risiko
penyuapan/korupsi, kemungkinan terjadinya penyuapan/korupsi dan besarnya
konsekuensi yang akan terjadi. Kriteria Tingkat Risiko Penyuapan sebagai berikut:

Kriteria Tingkat Risiko Penyuapan/Risiko Korupsi


Nilai Risiko 1 – 5 : Tingkat Risiko Sangat Rendah
Nilai Risiko 6 – 10 : Tingkat Risiko Rendah
Nilai Risiko 11 – 15 : Tingkat Risiko Sedang
Nilai Risiko 16 – 19 : Tingkat Risiko Tinggi
Nilai Risiko 20 – 25 : Tingkat Risiko Sangat Tinggi

Risiko Penyuapan/risiko korupsi dengan Tingkat Risiko yang lebih tinggi akan menjadi
prioritas untuk dikendalikan. Setiap proses dan unit kerja terkait harus melakukan
identifikasi risiko penyuapan/risiko korupsi, penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi dan
juga menentukan jenis dan tingkat pengendalian risiko penyuapan/korupsi yang
diterapkan pada setiap kategori risiko untuk menilai apakah kendali yang ada telah
mencukupi. Hasil penilaian risiko penyuapan/risiko korupsi ini diharapkan dapat
merefleksikan risiko penyuapan/risiko korupsi aktual yang dihadapi oleh UPT/Balai.

123
Sifat dan tingkat risiko penyuapan/risiko korupsi yang dihadapi organisasi serta
keefektifan dan tindakan yang diambil untuk mengurangi risiko penyuapan/risiko korupsi
pada UPT/Balai……sebagai berikut:

Modus/Skema/Kecurangan/ Indikasi Inovasi Pengendalian Tingkat Risiko Keefektifan


Nilai Risiko Tingkat Risiko Nilai Risiko Status Inovasi
No Pemilik Risiko Proses Bisnis Fakta/Perbuatan yang Kecurangan/Red Setelah Inovasi
Eksisting Eksisting Aktual Pengendalian
dilakukan Flag/Warning Sign Pengendalian Pengendalian
Soft Control Hard Control
(diisi tingkat risiko
(diisi perkalian
penyuapan/risiko
(diisi orang yang antara nilai
(diisi perkalian antara (mengacu pada tabel (diisi rencana (diisi rencana korupsi setelah (diisi pada (dikatakan efektif
dianggap memiliki (diisi sesuai letak kemungkinan
(diisi (diisi uraian indikator nilai kemungkinan tingkat risiko). Risiko inovasi inovasi pengendalian pelaksanaan jika terjadi sama
tingkat akuntabilitas kejadian risiko terjadinya
modus/skema/kecurangan/fakt kecurangan/red terjadinya peristiwa sangat rendah; pengendalian pengendalian mengacu pada tabel pemantauan atau menurun
dan kewenangan pada Proses peristiwa
a perbuatan yang dilakukan) flag/warning sign) penyuapan/korupsi rendah; sedang; melalui soft melalui hard tingkat risiko). Risiko inovasi penurunan nilai
yang cukup dalam Bisnis UPT/Balai penyuapan/korups
dan dampak) tinggi) control) control) sangat rendah; pengendalian) risiko aktual)
mengelola risiko) i setelah
rendah; sedang;
pengendalian
tinggi)

2.6 Peluang Peningkatan Berkelanjutan Penerapan SMAP


Dalam rangka peningkatan berkelanjutan terhadap penerapan SMAP di UPT/Balai
terdapat rekomendasi baik dari Manajemen Puncak maupun Hasil Audit Eksternal untuk
ditindaklanjuti sampai dengan target waktu yang telah ditentukan. Tindak lanjut dan
pelaksanaan rekomendasi peningkatan berkelanjutan di UPT/Balai akan ditinjau dan
dilaporkan kembali pada periode tinjauan Manajemen Puncak selanjutnya.

2.6.1 Peluang Peningkatan Berkelanjutan dari Tinjauan Manajemen Puncak


No Klausul Penanggung Rekomendasi Target Pemenuhan
Jawab Peluang (tanggal/bulan/tahun)
Peningkatan
Berkelanjutan
1
2
Dst..

2.6.2 Peluang Peningkatan dari Hasil Audit Eksternal (jika ada)


No Klausul Penanggung Rekomendasi Target Pemenuhan
Jawab (tanggal/bulan/tahun)
1
2
Dst..

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan (kesimpulan terhadap poin-poin Bab II serta kesimpulan keefektifan penerapan
SMAP di UPT/Balai ……)

3.2 Saran

LAMPIRAN

(Bukti Dukung Pelaksanaan Program Kerja FKAP, Bukti Dukung Rencana Pengendalian pada BRA,
Hasil Audit, Bukti Dukung Pemenuhan Tindakan Perbaikan/Tindakan Korektif Hasil Audit, dll)

124
Lampiran XXI. Format Laporan Kinerja Tim FKAP

LAPORAN KINERJA
TIM FUNGSI KEPATUHAN ANTI PENYUAPAN ( TIM FKAP)
PERIODE ……………………… TA ……..
(untuk Balai yg akan disertifikasi, periode dibuat Januari-Juni pada laporan
semester I, dan Juli-Desember pada laporan semester II)
(untuk Balai surveillance, periode dibuat Januari-Desember)

BALAI……………………………………..
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

125
KATA PENGANTAR
(isi kata pengantar dapat ditambahkan sesuai kebutuhan)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Kinerja Fungsi Kepatuhan Anti
Penyuapan (FKAP) Periode ……………………..”.
Laporan Kinerja FKAP ini berisi tentang penilaian secara berkelanjutan
mengenai efektivitas pengelolaan risiko penyuapan yang dihadapi oleh Balai
…………………………. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menilai
keefektifan penerapan SMAP dan kinerja Tim FKAP di Balai ……………………….
Semoga dengan adanya penerapan SMAP di Balai ………………. ini dapat
bermanfaat bagi seluruh stakeholder, agar dapat mencegah dan mendeteksi
terjadinya tingkat risiko fraud serta sebagai bagian dari implementasi Good
Governance di Kementerian PUPR.

(kota), (tanggal) (bulan) (tahun)


Ketua Tim FKAP

………………………..
NIP. ……………………….

126
DAFTAR ISI
(diberi nomor halaman)

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
1.2 Dasar Pelaksanaan
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Susunan Tim FKAP
1.5 Kerangka Kerja Sistem Manajemen Anti Penyuapan
1.6 Tahapan Penerapan Sistem Manajemen Anti Penyuapan

BAB II KINERJA FKAP DAN PENERAPAN SMAP BALAI ………………


2.1 Program Kerja SMAP
2.1.1 Formulir Program Kerja SMAP
2.1.2 Formulir Penilaian Kinerja Tim FKAP (Mengacu pada Lampiran XV
Pedoman Pelaksanaan SMAP)
2.2 Isu Internal dan Eksternal
2.2.1 Daftar Isu Internal dan Eksternal (Formulir Analisis SWOT)
2.2.2 Perubahan dalam Isu Internal dan Eksternal (Khusus Surveillance)
2.3 Keefektifan dan Tindakan Yang Diambil Untuk Memitigasi Risiko
Penyuapan
(Status pemenuhan terhadap rencana pengendalian pada BRA/CRA dan
efektivitas rencana pengendalian tersebut terhadap tingkat risiko)
1.4 Laporan Penyuapan dan Gratifikasi (mengacu pada Laporan UPG dan
WBS)
2.4.1 Rekapitulasi Pelaporan UPG
2.4.2 Rekapitulasi Pelaporan WBS

127
2.5 Reviu Sistem (berlaku pada Balai yang Surveillance dan untuk Balai yang
baru disertifikasi hanya pada Laporan Kinerja FKAP periode Juli-Desember
di tahun pertama)
2.5.1 Hasil Audit Internal
2.5.1.1 Temuan Ketidaksesuaian
2.5.1.2 Tindakan Perbaikan dan Tindakan Korektif
2.5.2 Hasil Audit Eksternal
2.5.2.1 Temuan Ketidaksesuaian
3.5.2.2 Tindakan Perbaikan dan Tindakan Korektif

2.6 Peningkatan dan Perbaikan atas Penerapan SMAP (Tim FKAP perlu
melakukan analisa perubahan sebelum dan sesudah penerapan SMAP)

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan (kesimpulan terhadap poin-poin Bab II serta kesimpulan
keefektifan penerapan SMAP di Balai)
3.2 Saran

LAMPIRAN
(Bukti Dukung Pelaksanaan Program Kerja FKAP, Bukti Dukung Rencana
Pengendalian pada BRA, Hasil Audit, Bukti Dukung Pemenuhan Tindakan
Perbaikan/Tindakan Korektif Hasil Audit, dll)

128
Lampiran XXII. Contoh Pencantuman Letak Logo Sertifikasi

129

Anda mungkin juga menyukai