Anda di halaman 1dari 2

KATEKESE TENTANG SEMANGAT KERASULAN

”Effata, terbukalah”

Audiensi Umum, Rabu 13 November 2023

Saudara dan saudari yang kekasih.

Hari ini kita mengakhiri rangkaian katekese untuk memperdalam tema semangat kerasulan, yang
dengannya kita diilhami oleh Firman Allah untuk membantu menumbuhkan semangat untuk
memberitakan Injil. Dan hal ini menyangkut setiap orang Kristen. Mari kita renungkan fakta bahwa pada
saat Pembaptisan, selebran mengatakan, sambil menyentuh telinga dan bibir orang yang dibaptis:
"Semoga Tuhan Yesus, yang membuat orang tuli mendengar dan orang bisu berbicara, memberikan
karunia kepadamu untuk segera mendengar firman-Nya, dan mengakui imanmu".

Dan kita mendengar mukjizat Yesus. Penginjil Markus selanjutnya menjelaskan di mana peristiwa itu
terjadi: "Di danau Galilea..." (Mrk. 7:31). Apa kesamaan yang dimiliki oleh wilayah-wilayah ini? Faktanya
adalah bahwa wilayah-wilayah itu sebagian besar dihuni oleh orang-orang kafir. Wilayah-wilayah itu
bukanlah wilayah yang dihuni oleh orang-orang Yahudi, tetapi sebagian besar dihuni oleh orang-orang
kafir. Para murid pergi bersama Yesus, yang dapat membuka telinga dan mulut, yaitu kenyataan ketulian,
yang di dalam Alkitab juga merupakan metafora dan menunjukkan ketertutupan terhadap panggilan
Tuhan. Ada tuli secara fisik, tetapi di dalam Alkitab orang yang tuli terhadap firman Allah adalah orang
yang bisu, yang tidak mengkomunikasikan firman Allah. Ada indikasi lain yang ditampilkan oleh Kitab
Suci: Injil mencatat kata-kata Yesus yang menentukan dalam bahasa Aram, yakni effatà, yang berarti
"bukalah", biarlah telingamu terbuka, biarlah lidahmu terbuka, dan ini adalah sebuah undangan yang
ditujukan bukan hanya kepada mereka yang tuli-bisu, yang tidak dapat mendengar, tetapi justru kepada
para murid pada saat itu dan di sepanjang masa. Kita pun, yang telah menerima pencurahan Roh Kudus
di dalam Pembaptisan, dipanggil untuk membuka diri. "Bukalah", kata Yesus kepada setiap orang percaya
dan kepada Gereja-Nya: bukalah karena pesan Injil membutuhkanmu untuk disaksikan dan diwartakan!
Dan ini juga membuat kita berpikir tentang sikap seorang Kristen: orang Kristen harus terbuka terhadap
Firman Allah dan terhadap pelayanan kepada orang lain. Orang Kristen yang tertutup akan berakhir
dengan buruk, selalu, karena mereka sesungguhnya bukanlah orang Kristen, mereka adalah ideolog,
ideolog ketertutupan. Seorang Kristen harus terbuka terhadap pewartaan Firman, terhadap saudara dan
saudari. Dan untuk itu, 'effatà', 'membuka diri' ini, adalah undangan bagi kita semua untuk membuka
diri.

Bahkan di akhir Injil, Yesus menyampaikan kepada kita kerinduan misioner-Nya: pergilah, pergilah dan
gembalakanlah, pergilah dan beritakanlah Injil. Saudara-saudari, marilah kita semua merasa terpanggil,
sebagai orang yang telah dibaptis, untuk bersaksi dan mewartakan Yesus. Dan kita memohon rahmat,
sebagai Gereja, untuk dapat melaksanakan pertobatan pastoral dan misioner. Tuhan di tepi Danau
Galilea bertanya kepada Petrus apakah Ia mengasihi Dia dan kemudian memintanya untuk
menggembalakan domba-domba-Nya (bdk. ay 15-17). Marilah kita juga bertanya pada diri kita sendiri,
masing-masing dari kita bertanya pada diri kita sendiri: apakah saya sungguh-sungguh mengasihi Tuhan,
sampai-sampai saya ingin mewartakan Dia? Apakah saya ingin menjadi saksi-Nya atau apakah saya puas
menjadi murid-Nya? Apakah saya membawa orang-orang yang saya temui ke dalam hati, apakah saya
membawa mereka kepada Yesus dalam doa? Apakah saya ingin melakukan sesuatu agar sukacita Injil,
yang telah mengubah hidup saya, membuat hidup mereka menjadi lebih indah? Marilah kita renungkan
hal ini, marilah kita renungkan pertanyaan-pertanyaan ini dan melangkah maju dengan kesaksian kita.

[01917-EN.02] [Teks asli: bahasa Italia].

Anda mungkin juga menyukai