Anda di halaman 1dari 7

Jacques Derrida

Kelompok 11

Ahmad Wildan Munir 1205020012

Ripo Nurapil Wicaksono 1205020156

Salsabilla 1205020166

Abstrak

Jacques Derrida, seorang filsuf Prancis lahir pada 1930, memainkan peran sentral
dalam gerakan dekonstruksi dan pembentukan pemikiran kontemporer. Karya-
karyanya, termasuk "Of Grammatology" dan "Writing and Difference",
menggugah refleksi mendalam mengenai stabilitas bahasa dan makna dengan
mengkritik logosentrisme. Konsep-konsepnya, seperti differance, trace, dan
supplement, menggeser paradigma pemikiran konvensional, menyoroti
ketidakpastian dan perubahan dalam bahasa. Pengaruhnya tidak hanya membatasi
diri pada filsafat, tetapi juga meresapi disiplin ilmu lain seperti sastra, filsafat,
teori budaya, dan studi postkolonial. Meskipun kontroversial, warisan filsafat
Derrida merangsang pemikiran untuk melihat di luar batas-batas konvensional,
merayakan pluralitas makna, dan menghadapi kompleksitas kehidupan dengan
keterbukaan.

Kata kunci : Jacques Derrida, dekonstruksi, logosentrisme, differance,


trace, supplement, pemikiran kontemporer, stabilitas bahasa, pluralitas
makna, studi postkolonial.

Pendahuluan

Dalam dunia pemikiran kontemporer, nama Jacques Derrida telah menjadi


landasan penting bagi kajian filsafat dan teori sastra. Sebagai salah satu tokoh
utama dalam aliran dekonstruksi, Derrida memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pemahaman kita terhadap bahasa, struktur, dan makna. Lahir pada tahun
1930 di El-Biar, Aljazair, Derrida telah membentuk karya-karya yang
memperluas horison filsafat modern.

Derrida memimpin gerakan dekonstruksi, suatu pendekatan analisis yang


mempertanyakan fondasi-fondasi keyakinan tradisional dan menggali keberadaan
ambigu dan paradoks dalam teks maupun pemikiran. Melalui kritiknya terhadap
logosentrisme—keyakinan bahwa arti dapat dipahami melalui bahasa yang tetap
dan terstruktur—Derrida mengajukan pertanyaan yang mengguncangkan dasar-
dasar epistemologis. Dalam perjalanannya, ia mempertanyakan struktur hierarkis
dan oposisional yang ada dalam pemikiran Barat, menantang kita untuk membuka
diri terhadap pluralitas dan ketidakpastian.

Makalah ini akan membahas perjalanan pemikiran Jacques Derrida,


menggali konsep-konsep sentralnya seperti differance, trace, dan supplement.
Kita akan menjelajahi dampak dekonstruksi terhadap pemahaman kita tentang
bahasa, kekuasaan, dan realitas. Dengan merinci pandangan Derrida tentang
konsep- konsep ini, kita dapat menggali kedalaman analisisnya dan meresapi
implikasinya terhadap berbagai disiplin ilmu, termasuk sastra, filsafat, dan teori
budaya.

Dengan merayakan keunikannya sebagai pemikir dan menyelidiki


relevansinya dalam konteks kontemporer, makalah ini bertujuan untuk
mengungkap warisan filosofis Jacques Derrida dan merayakan kontribusinya
terhadap kajian intelektual modern.

Pembahasan

1. Kehidupan dan Konteks Sejarah


Jacques Derrida lahir pada 15 Juli 1930 di El-Biar, Aljazair.
Pendidikannya yang sangat baik di bidang filsafat dan bahasa di École
Normale Supérieure di Paris membentuk dasar bagi pengembangan
pemikirannya yang sangat kompleks. Konteks historisnya, terutama
pengalaman pribadinya selama Perang Dunia II dan periode
pascakolonialisme di Aljazair, memberikan pandangan dan sensitivitas unik
yang memengaruhi karyanya.
2. Debord Logosentrisme dan Dekonstruksi
Salah satu konsep sentral dalam pemikiran Derrida adalah
dekonstruksi, suatu pendekatan filosofis yang mencari mengungkapkan dan
memahami ketidakpastian dalam struktur bahasa dan makna. Derrida
menantang prinsip-prinsip dasar logosentrisme, yaitu keyakinan bahwa
bahasa dapat menyampaikan makna yang tetap dan pasti. Dengan merinci
kritiknya terhadap dualitas dan oposisi dalam pemikiran Barat, ia membuka
jalan untuk merenungkan aspek-aspek ambiguitas dan ketidakstabilan yang
melekat dalam bahasa.
3. Differance dan Trace
Konsep differance, sebuah permainan kata yang menggabungkan kata
'difference' dan 'deferment', menggambarkan sifat ambiguitas dan penundaan
dalam bahasa. Derrida berpendapat bahwa makna selalu ditunda dan tidak
pernah sepenuhnya hadir. Begitu juga dengan trace, representasi suatu
keberadaan yang telah lewat, menunjukkan ketidakmungkinan menghadirkan
keberadaan itu sendiri secara langsung.
4. Supplement dan Penggulungan Makna
Derrida mengajukan konsep supplement, yang merujuk pada elemen
tambahan atau pengganti dalam bahasa. Baginya, supplement tidak hanya
pelengkap tetapi juga dapat menggantikan dan merombak makna asli. Hal ini
menyiratkan bahwa bahasa selalu dalam keadaan perubahan dan penuh
dengan potensi makna baru.
5. Pengaruh Derrida dalam Berbagai Disiplin Ilmu
Pemikiran Derrida telah memberikan kontribusi signifikan terhadap
berbagai disiplin ilmu, termasuk sastra, filsafat, teori budaya, dan studi
postkolonial. Pendekatannya terhadap dekonstruksi telah merangsang kritik
terhadap teks-teks klasik dan otoritas, membuka ruang bagi interpretasi yang
lebih kompleks dan beragam.
6. Kritik terhadap Derrida
Meskipun memiliki pengaruh yang mendalam, Derrida juga mendapat
kritik. Beberapa menganggap dekonstruksi sebagai pendekatan yang terlalu
abstrak dan sulit dipahami, sementara yang lain menyatakan bahwa
penggulingan terhadap oposisi dan struktur tidak memberikan dasar yang
memadai untuk konstruksi konsep positif.
7. Warisan dan Relevansi
Warisan filsafat Jacques Derrida adalah kerangka kerja konseptual
yang telah mengubah cara kita memahami bahasa, makna, dan realitas.
Meskipun kontroversial, kontribusinya terhadap dekonstruksi telah membuka
pintu untuk refleksi mendalam dalam berbagai bidang. Pemikirannya
mendorong kita untuk merayakan kompleksitas dan ketidakpastian,
merangkul pluralitas makna dalam upaya memahami dunia yang kompleks
dan berubah.

Filsafat Bahasa dan Jacques Derrida

Salah satu aplikasi konsep-konsep Jacques Derrida dalam filsafat bahasa


dapat ditemukan dalam pemahaman terhadap bahasa sebagai suatu sistem yang
terus-menerus terbuka terhadap interpretasi dan ketidakpastian. Derrida
menantang keyakinan tradisional akan kehadiran makna yang tetap dalam bahasa.
Konsep differance-nya, yang menggabungkan perbedaan dan penundaan,
menggugah pemikiran bahwa makna selalu ditunda dan tidak pernah sepenuhnya
hadir.

Dalam filsafat bahasa, hal ini dapat diaplikasikan pada pemahaman teks
dan interpretasi. Derrida menunjukkan bahwa bahasa tidak dapat dikunci dalam
makna yang pasti, dan setiap tindakan membaca atau menafsirkan teks membawa
elemen-elemen differance. Dengan demikian, suatu kata atau frasa tidak hanya
memiliki satu makna tetap, melainkan selalu membuka diri terhadap variasi
interpretasi. Hal ini meruntuhkan pandangan yang memahami bahasa sebagai alat
yang dapat mengungkapkan makna yang tetap dan pasti.

Aplikasi konsep trace juga dapat ditemukan dalam kajian filsafat bahasa.
Trace, sebagai jejak keberadaan yang telah lewat, mengajukan pertanyaan kritis
tentang keberadaan teks dan makna di luar teks itu sendiri. Dalam konteks ini,
pemahaman tentang bahasa sebagai suatu jejak yang selalu terkait dengan konteks
dan referensi historis dapat mengubah cara kita melihat struktur dan arti teks.

Penerapan konsep-konsep Derrida ini dalam filsafat bahasa membuka


pintu untuk pertanyaan yang mendalam tentang sifat bahasa, interpretasi, dan
konstruksi makna. Dengan meresapi prinsip-prinsip dekonstruksi Derrida, filsafat
bahasa menjadi lebih sensitif terhadap kompleksitas, pluralitas, dan
ketidakpastian yang melekat dalam setiap aktifitas berbahasa.

Misalkan kita mengambil sebuah puisi klasik dan menerapkan konsep-konsep


Derrida, seperti differance dan trace, dalam analisis filsafat bahasa.

Contoh Analisis Puisi: "To Be or Not To Be" (Hamlet)

Differance:

baris terkenal "To be or not to be, that is the question," konsep differance
Derrida dapat diterapkan dengan mempertanyakan apakah makna kata "to be"
tetap dan pasti. Differance mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan makna
antara "to be" sebagai keberadaan atau "to be" sebagai eksistensi. Oleh karena itu,
setiap membaca baris tersebut membawa elemen differance, mengundang
pemikiran bahwa makna tidaklah tetap.

Trace:

Penerapan trace dalam analisis ini dapat melibatkan jejak keberadaan


Shakespeare sebagai penulis, jejak sejarah di mana puisi tersebut lahir, dan jejak
interpretasi berbagai pembaca sepanjang waktu. Setiap pembacaan puisi adalah
jejak dari pengalaman dan konteksnya. Penerapan trace memperkaya pemahaman
kita terhadap keberadaan puisi di luar teks itu sendiri, merangkai konteks yang
membentuk makna yang terus berkembang.

Dengan menerapkan konsep-konsep ini, analisis filsafat bahasa atas puisi


tersebut bukan hanya mencari makna yang tetap, tetapi merangkul kompleksitas
dan ketidakpastian. Pendekatan ini memungkinkan untuk melihat puisi sebagai
medan permainan yang terus menerus terbuka terhadap interpretasi yang beragam,
mencerminkan filsafat bahasa dekonstruktif Jacques Derrida.

Penutup

A. Kesimpulan
Jacques Derrida, sebagai salah satu tokoh sentral dalam gerakan
dekonstruksi, telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah
pemikiran kontemporer. Melalui kritiknya terhadap logosentrisme dan
pengembangan konsep-konsep seperti differance, trace, dan supplement,
Derrida menggugah fondasi-fondasi pemikiran tradisional. Pemikirannya
membuka ruang untuk pertanyaan-pertanyaan penting mengenai stabilitas
bahasa, makna, dan keberadaan.
Dalam penelusuran konsep differance, Derrida menunjukkan bahwa
makna selalu dalam keadaan tertunda dan tidak pernah sepenuhnya hadir. Ide
trace menegaskan bahwa kita hanya dapat melacak jejak keberadaan yang
telah lewat, sementara konsep supplement mengajukan pertanyaan kritis
tentang bagaimana elemen tambahan atau pengganti dapat mempengaruhi
dan merombak makna yang ada.
Pemikiran Derrida tidak hanya terbatas pada wilayah filsafat, tetapi
juga telah meresapi berbagai disiplin ilmu, memberikan kontribusi penting
terutama dalam sastra, filsafat, teori budaya, dan studi postkolonial. Dengan
menggulingkan struktur dan oposisi, Derrida telah membuka pintu untuk
interpretasi yang lebih kompleks, mengajak kita untuk merayakan pluralitas
makna dan menghadapi ketidakpastian dengan keterbukaan.
Meskipun mendapat kritik, warisan filsafat Jacques Derrida adalah
tantangan konstan terhadap cara kita memahami dunia. Pemikirannya
merangsang kita untuk melihat di luar batas-batas yang telah ditetapkan dan
untuk menyadari bahwa realitas tidak selalu terikat pada struktur atau logika
yang dapat dipahami secara konvensional. Dengan demikian, Derrida
memperkaya wawasan intelektual kita, merintis jalan untuk pandangan yang
lebih inklusif dan mendalam terhadap kompleksitas kehidupan dan bahasa.
References

Ansell Pearson, K. (2016). "Jacques Derrida." Internet Encyclopedia of


Philosophy.

Critchley, S. (2004). "Jacques Derrida (1930–2004)." The Guardian.

Derrida, J. (1967). Of Grammatology. Baltimore: Johns Hopkins University Press.

Derrida, J. (1976). Of Grammatology (Terjemahan Bahasa Inggris). Baltimore:


Johns Hopkins University Press.

Derrida, J. (1978). Writing and Difference. Chicago: University of Chicago Press.

Derrida, J. (1994). Specters of Marx: The State of the Debt, the Work of
Mourning, and the New International. New York: Routledge.

Gasché, R. (1986). "Deconstruction as Critique." Critical Inquiry, 12(2), 238-259.

Kamuf, P. (2008). "Jacques Derrida." Stanford Encyclopedia of Philosophy.

Link: Internet Encyclopedia of Philosophy

Link: Stanford Encyclopedia of Philosophy

Link: The Guardian

Norris, C. (1987). "Derrida: Deconstruction and the Critique of Aesthetic


Ideology." New Literary History, 18(2), 339-359.

Spivak, G. C. (1976). "Of Grammatology as a Positive Science." MLN,


91(5), 907-920.

Anda mungkin juga menyukai