daya
pikirnya
sendiri
agar
dapat
mempersepsikan
secara
pada segala hal telah diterima dari media. Sehingga hal-hal yang
diterima sepenuhnya dapat dipikir secara rasional dan logis yang mampu
dipertanggungjawabkan. Sedangkan dekonstruksi berusaha untuk mengembalikan
suatu tatanan yang begitu teratur, dikembalikan ke dasar-dasar yang begitu asli
dan majemuk. Disebut majemuk karena informasi yang diterima terdiri dari fakta
fakta yang sifatnya terbuka. Tujuan dekonstruksi adalah memilah dan memecahkan
sebuah informasi, pesan yang akan disampaikan pada publik.
Selama ini banyak karya desain komunikasi visual, terbatas menggali
kapasitas tersebut melalui komposisi tradisional seperti simetri, keterukuran,
unity/kesatuan, keutuhan dan kestabilan. Sementara kapasitas lainnya seperti
unsur-unsur kontradiksi dan oposisi tidak terangkum. Disinilah tugas dekonstruksi
mempertanyakan adanya kemapanan, netralitas, ketunggalan dan kebakuan
definisi. Pertanyaan dekonstruksi mengajak orang untuk memperhitungkan hal-hal
yang semula nampak marjinal dan tak terkatakan, antara lain yang berada diantara
dua posisi yang kontradiktif dan oposisional. Dekonstruksi menghidupkan wacana
segala yang diantara dan bergerak diantara dua posisi tersebut. Maka keragaman
makna menjadi penting dibandingkan konvensi untuk memegang pemahaman
tunggal.
Label dekonstruksi secara luas digunakan dalam lingkungan intelektual di
Perancis dan dan Inggris, berlandas pada asumsi bahwa gejala dekons secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan filsafat kritis Jaques Derrida. Label
tersebut
secara
resmi
dikukuhkan
dalam
International
Symposium
on
DEKONSTRUKSI DERRIDA
Sudut pandang yang menjadi konsep dasar dekonstruksi secara teoritis
adalah bahasa, dan pada perkembangannya kemudian ternyata dekonstruksi
relevan pada bidang-bidang seni lainnya. Dekonstruksi yang dipergunakan oleh
filsuf Perancis Jacques Derrida, tidak lain merupakan karya-karya tulis yang
berargumentasi filosofis. Gagasan Derrida ini kemudian banyak digunakan oleh
kritikus Sastra, terutama di Amerika. Konsep Derrida ini banyak digunakan dalam
sebuah metoda membaca teks yang membahas tentang keberagaman interpretasi
makna teks. Dan metoda ini
Derrida
sebuah
penanda/signifier
tidak
secara
langsung
petanda terwujud oleh adanya proses dekonstruksi. Hubungan antara penanda dan
petanda tidak lagi bersifat simetris dan stabil berdasarkan konvensi, akan tetapi
terbuka bagi permainan bebas penanda (Piliang 1998:266)
1 Simposium ini membahas masalah dekonstruksi tidak hanya pada seni visual,
tetapi juga beberapa tema-tema desain arsitektural. Acara ini diawali dengan
tayangan video berupa wawancara Christopher Norris (seorang arsitek) dengan
Jacques Derrida. Andreas Papadakis (1988), Deconstructions in Architecture,
Architectural Design, New York, Academy Edition, halaman.7
2 Winfried Noth (1990), Ferdinand de Saussure adalah salah satu pemuka Semiotika
Modern
yang
mendasarkan
pemikirannya
pada
formalisme
dan
strukturalisme,Handbook of Semiotics, Indiana University Press. Lihat juga Panuti
Sudjiman & Aart Van Zoest Serba-serbi Semiotika, Gramedia Pustaka Utama.
Proses interpretasi sebuah penanda dan petanda bersifat tidak terbatas (luas)
dan sirkuler. Penanda dapat berubah bentuk menjadi petanda, demikian pula
sebaliknya, sehingga tidak pernah sampai pada petanda terakhir yang bukan
penanda. Proses interpretasi akan terus berjalan dan tidak akan berhenti. Tanda
dibawa ke tanda yang lain dan seterusnya tanpa batas, yang secara bergiliran
menjadi penanda dan petanda. Tanda tidak dapat dipelajari sebagai unit homogen
yang menjembatani obyek (referent) dan tujuan akhir (makna) seperti dianjurkan
semiotika, tetapi sebagai under eraser karena tanda selalu diisi oleh jejak tanda
lain. Artinya bahwa proses interpretasi penanda dan petanda harus berkelanjutan.
Tanda-tanda pada postrukturalis tidak mamperhatikan kualitas komunikatif
pada semiotika, yang memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan, dan
konvensikonvensi sosial, melainkan dilandasi kegairahan dan kesenangan dalam
permainan tanda semata. Model semiotika postrukturalis merupakan model yang
tak konvensional, dimana tanda digunakan secara kreatif dan terkadang tak
bertanggungjawab.
Tanda-tanda yang diproduksi oleh postrukturalis, menurut Richard Hartland
mensubversi sistem makna atau setiap sistem apapun yang dikontrol secara sosial.
Tanda-tanda tidak dibiarkan terpancang pada posisinya sebagai media komunikasi
kesepakatan dan identitas sosial. Tanda-tanda tersebut selalu di dekonstruksi
sehingga ia kehilangan sifat komunikasi sosialnya, kehilangan makna sosialnya.
Dekonstruksi menurut Derrida adalah metode membaca teks secara teliti,
sehingga premis-premis yang melandasinya dapat digunakan untuk meruntuhkan
argumentasi yang disusun atas premise tersebut. Derrida mengkaitkan metode
Differance
3 Pada semiotika dikenal model triadik dalam pembacaan tanda (Noth,1990) : yang
berupa segitiga semiotika yang terdiri dari penanda/signifier, petanda/signified dan
acuan/referent.
4 Oleh sebab itulah Hartland menyebut tanda-tanda berdasrkan konsep
postrukturalis ini sebagai tanda anti sosial (Piliang
1998)
5 Jonathan Culler dalam bukunya On Deconstruction : Theory and Criticism After
Structuralism , dalam Benedikt, Michael, Deconstructing The Kimbell, New York,
SITES Book, 1991
Differance adalah istilah yang diusulkan oleh Derrida pada tahun 1968 dalam
hubungannya dengan penelitiannya tentang teori Saussurean dan teori
bahasa strukturalis. Derrida menginginkan untuk memisahkan perbedaan
menurut akal sehat yang bisa dikonsepkan dengan perbedaan yang tidak
dikembalikan kepada tatanan yang sama dan menerima identitas melalui
suatu konsep. Differance adalah suatu kata dalam kata dalam bahasa
Perancis, tapi tidak ada dalam kamus. Kata itu dibentuk sendiri oleh Derrida;
yang ada adalah kata difference (dalam bahasa Inggris) yang berarti
perbedaan dan kata differer (dari bahasa Inggris:differ). Kata differer ini
memiliki dua arti, yang pertama sebagai kata kerja intransitif yang artinya
berbeda atau bertolak belakang, sama dengan arti kata difference. Yang
kedua
sebagai
kata
kerja
transitif,
mempunyai
arti
menunda,
huruf a yang diam ini serupa dengan diamnya makam Firaun, yaitu Piramid
di Mesir.
Bagi Derrida sebuah kata tidak mempunyai arti yang tetap dalam dirinya.
Kata sebagai signifier juga dibedakan dari konsep, ide, persepsi atau emosi
yang ditunjukkan oleh kata itu. Lewat Diffrance Derrida juga ingin
mengkritik tradisi barat yang mengatakan bahwa tulisan hanyalah gambaran
atau representasi dari ucapan manusia karena ucapan lebih langsung
sifatnya dibandingkan dengan tulisan. (Sutrisno, 1005, 169-170)
Pembalikan hirarki
Pembalikan hirarki
(hierarchy
reversal)
berarti
menjelaskan
mengenai
tingkatan atau hubungan yang tadinya terbentuk secara vertikal, posisi yang
satu berada dibawah atau diatas yang lain, yang menunjukkan sesuatu yang
lebih baik/penting dari yang lain, sehingga memberikan kesan bahwa ada
suatu keberadaan yang tidak peting, seolah dihilangkan atau ditindas
menjadi tidak berlaku. Semua hal diangap sejajar dan sama.
dan
pusat
(heart),
tempat
makna/arti
terkonsentrasi
dan
KEPUSTAKAAN
Benedikt, Michael, Deconstructing The Kimbell, New York, SITES Book, 1991
Bertens, K., Filsafat Barat Abad XX, Inggris-Jerman, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama, 1990
Istanto, Freddy H., Rumah Tinggal Frank O. Gehry, Sebuah Tinjauan Dari Sudut
Dekonstruksi, Makalah Isyu Rancangan Kiwari, Program Studi Arsitektur Institut
Teknologi Sepluluh Nopember Surabaya, 1997.
__________, Iklan Dalam Wacana Postmodern, Studi Kasus Iklan Rokok A-mild,
NIRMANA, Jurnal Desain Komunikasi Visual UK Petra, volume satu nomor satu
Januari 1999.
Noth, Winfried, Handbook of Semiotics, Indiana University Press.1990.
Papadakis, Andreas, Deconstructions in Architecture, Architectural Design, New
York, Academy Edition, (1988)
DEKONSTRUSI
Disusun sebagai Tugas Paper Kelompok
Mata Kuliah Cultural Studies
Disusun Oleh:
Elisabeth Adventa G.P
0911223076
Ersya Safitri
0911220014
Evi Wahyuningtyas
0911221006
Felisia Yerike
0911220082
Findha Mariyani
0911220014
0911223082