Anda di halaman 1dari 7

APA ITU DEKONSTRUKSI ?

Dekonstruksi merupakan sebuah perkembangan dari modernisme pada


perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan filsafat. Pada perkembangan filsafat
ilmu modernisme berdasarkan pada sebuah rasio, logos dalam intelektual manusia.
Dekonstruksi merupakan pembentukan dari pos-modernisme yang berdasarkan
pemikiran filsafat bahwa susunan pemikiran yang terpadu, sistematis yang tersusun
rapi, kini dipilah-pilah sampai pada dasar-dasarnya. Kemunculan dekonstruksi
merupakan sebuah bagian dari posmodernisme. Secara epistemologi atau filsafat
pengetahuan bahwa pada kenyataannya kini manusia tidak terpaku pada suatu
sistim pemikiran yang begitu ketat dan kaku.
Perumusan pada sejarah perkembangan filsafat, publik dituntut untuk
menggunakan
independent

daya

pikirnya

sendiri

agar

dapat

mempersepsikan

secara

pada segala hal telah diterima dari media. Sehingga hal-hal yang

diterima sepenuhnya dapat dipikir secara rasional dan logis yang mampu
dipertanggungjawabkan. Sedangkan dekonstruksi berusaha untuk mengembalikan
suatu tatanan yang begitu teratur, dikembalikan ke dasar-dasar yang begitu asli
dan majemuk. Disebut majemuk karena informasi yang diterima terdiri dari fakta
fakta yang sifatnya terbuka. Tujuan dekonstruksi adalah memilah dan memecahkan
sebuah informasi, pesan yang akan disampaikan pada publik.
Selama ini banyak karya desain komunikasi visual, terbatas menggali
kapasitas tersebut melalui komposisi tradisional seperti simetri, keterukuran,
unity/kesatuan, keutuhan dan kestabilan. Sementara kapasitas lainnya seperti
unsur-unsur kontradiksi dan oposisi tidak terangkum. Disinilah tugas dekonstruksi
mempertanyakan adanya kemapanan, netralitas, ketunggalan dan kebakuan
definisi. Pertanyaan dekonstruksi mengajak orang untuk memperhitungkan hal-hal
yang semula nampak marjinal dan tak terkatakan, antara lain yang berada diantara
dua posisi yang kontradiktif dan oposisional. Dekonstruksi menghidupkan wacana
segala yang diantara dan bergerak diantara dua posisi tersebut. Maka keragaman
makna menjadi penting dibandingkan konvensi untuk memegang pemahaman
tunggal.
Label dekonstruksi secara luas digunakan dalam lingkungan intelektual di
Perancis dan dan Inggris, berlandas pada asumsi bahwa gejala dekons secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan filsafat kritis Jaques Derrida. Label

tersebut

secara

resmi

dikukuhkan

dalam

International

Symposium

on

Deconstruction yang diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, London


tanggal 18 April 1988. 1 Dari simposium ini diperoleh kesepakatan bahwa
dekonstruksi bukanlah sebuah gerakan yang tunggal, meski banyak diwarnai
kemiripan-kemiripan formal diantara karya-karya yang ada.
Dekonsruksi merupakan bentuk sikap yang memiliki metoda kritis, dimana
dekonstruksi tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, namun memiliki tujuan
untuk membongkar kemapanan dan kebakuan sehingga menjadi lebih dinamis.

DEKONSTRUKSI DERRIDA
Sudut pandang yang menjadi konsep dasar dekonstruksi secara teoritis
adalah bahasa, dan pada perkembangannya kemudian ternyata dekonstruksi
relevan pada bidang-bidang seni lainnya. Dekonstruksi yang dipergunakan oleh
filsuf Perancis Jacques Derrida, tidak lain merupakan karya-karya tulis yang
berargumentasi filosofis. Gagasan Derrida ini kemudian banyak digunakan oleh
kritikus Sastra, terutama di Amerika. Konsep Derrida ini banyak digunakan dalam
sebuah metoda membaca teks yang membahas tentang keberagaman interpretasi
makna teks. Dan metoda ini

juga dipergunakan dalam memberikan tafsiran

terhadap karya seni visual.


Menurut

Derrida

sebuah

penanda/signifier

tidak

secara

langsung

menginterpretasikan petanda/signified, karena hubungan penanda-petanda tidak


secara langsung, dimana tidak ada pemisahan yang jelas antara penanda dan
petanda Saussure, Saussure mengemukakan bahwa tanda adalah kesatuan antara
pola suara dan konsep, yang oleh Roland Barthes dikembangkan menjadi penanda
dan petanda. Konsep ini dianggap bersifat stabil. Menurut Saussure konsep sebuah
petanda merupakan sebuah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tanda.
Konsep itu sendiri mempunyai referensi pada realitas. Pada semiotika struktural
Saussure diartikan bahwa refleksi sebuah tanda tidak jauh dari realitas yang ada.
Semiotika dalam pandangan poststrukturalis bergantung pada pembentukan
subyek serta peranannya dalam perubahan bahasa. Bagi pemikir postrukturalis,
bahasa tidak lagi semata sistim pembedaan (difference) akan tetapi jejak
(differance); penanda dan petanda tidak lagi satu kesatuan melainkan terpisah;

petanda terwujud oleh adanya proses dekonstruksi. Hubungan antara penanda dan
petanda tidak lagi bersifat simetris dan stabil berdasarkan konvensi, akan tetapi
terbuka bagi permainan bebas penanda (Piliang 1998:266)
1 Simposium ini membahas masalah dekonstruksi tidak hanya pada seni visual,
tetapi juga beberapa tema-tema desain arsitektural. Acara ini diawali dengan
tayangan video berupa wawancara Christopher Norris (seorang arsitek) dengan
Jacques Derrida. Andreas Papadakis (1988), Deconstructions in Architecture,
Architectural Design, New York, Academy Edition, halaman.7
2 Winfried Noth (1990), Ferdinand de Saussure adalah salah satu pemuka Semiotika
Modern
yang
mendasarkan
pemikirannya
pada
formalisme
dan
strukturalisme,Handbook of Semiotics, Indiana University Press. Lihat juga Panuti
Sudjiman & Aart Van Zoest Serba-serbi Semiotika, Gramedia Pustaka Utama.
Proses interpretasi sebuah penanda dan petanda bersifat tidak terbatas (luas)
dan sirkuler. Penanda dapat berubah bentuk menjadi petanda, demikian pula
sebaliknya, sehingga tidak pernah sampai pada petanda terakhir yang bukan
penanda. Proses interpretasi akan terus berjalan dan tidak akan berhenti. Tanda
dibawa ke tanda yang lain dan seterusnya tanpa batas, yang secara bergiliran
menjadi penanda dan petanda. Tanda tidak dapat dipelajari sebagai unit homogen
yang menjembatani obyek (referent) dan tujuan akhir (makna) seperti dianjurkan
semiotika, tetapi sebagai under eraser karena tanda selalu diisi oleh jejak tanda
lain. Artinya bahwa proses interpretasi penanda dan petanda harus berkelanjutan.
Tanda-tanda pada postrukturalis tidak mamperhatikan kualitas komunikatif
pada semiotika, yang memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan, dan
konvensikonvensi sosial, melainkan dilandasi kegairahan dan kesenangan dalam
permainan tanda semata. Model semiotika postrukturalis merupakan model yang
tak konvensional, dimana tanda digunakan secara kreatif dan terkadang tak
bertanggungjawab.
Tanda-tanda yang diproduksi oleh postrukturalis, menurut Richard Hartland
mensubversi sistem makna atau setiap sistem apapun yang dikontrol secara sosial.
Tanda-tanda tidak dibiarkan terpancang pada posisinya sebagai media komunikasi
kesepakatan dan identitas sosial. Tanda-tanda tersebut selalu di dekonstruksi
sehingga ia kehilangan sifat komunikasi sosialnya, kehilangan makna sosialnya.
Dekonstruksi menurut Derrida adalah metode membaca teks secara teliti,
sehingga premis-premis yang melandasinya dapat digunakan untuk meruntuhkan
argumentasi yang disusun atas premise tersebut. Derrida mengkaitkan metode

Dekonstruksi dengan kritik terhadap metaphysics of presence yang menjadi asumsi


dasar bagi filosof tradisional. Derrida menolak gagasan bahwa ada yang disebut
present dalam pengertian suatu saat yang terdefinisikan sebagai sekarang (now).
Jonathan Culler (dalam Benedikt,1991) memaparkan sejumlah proses atau
prinsip Dekonstruksi atas pemikiran-pemikiran Derrida. Prinsip-prinsip Derrida
tersebut antara lain :

Differance

3 Pada semiotika dikenal model triadik dalam pembacaan tanda (Noth,1990) : yang
berupa segitiga semiotika yang terdiri dari penanda/signifier, petanda/signified dan
acuan/referent.
4 Oleh sebab itulah Hartland menyebut tanda-tanda berdasrkan konsep
postrukturalis ini sebagai tanda anti sosial (Piliang
1998)
5 Jonathan Culler dalam bukunya On Deconstruction : Theory and Criticism After
Structuralism , dalam Benedikt, Michael, Deconstructing The Kimbell, New York,
SITES Book, 1991
Differance adalah istilah yang diusulkan oleh Derrida pada tahun 1968 dalam
hubungannya dengan penelitiannya tentang teori Saussurean dan teori
bahasa strukturalis. Derrida menginginkan untuk memisahkan perbedaan
menurut akal sehat yang bisa dikonsepkan dengan perbedaan yang tidak
dikembalikan kepada tatanan yang sama dan menerima identitas melalui
suatu konsep. Differance adalah suatu kata dalam kata dalam bahasa
Perancis, tapi tidak ada dalam kamus. Kata itu dibentuk sendiri oleh Derrida;
yang ada adalah kata difference (dalam bahasa Inggris) yang berarti
perbedaan dan kata differer (dari bahasa Inggris:differ). Kata differer ini
memiliki dua arti, yang pertama sebagai kata kerja intransitif yang artinya
berbeda atau bertolak belakang, sama dengan arti kata difference. Yang
kedua

sebagai

kata

kerja

transitif,

mempunyai

arti

menunda,

menangguhkan atau mengundurkan waktu (Bertens 1985:500). Kata


differance menggabungkan kedua kata asal tersebut sehingga memiliki
makna yang mengacu pada adanya perbedaan dan penangguhan waktu.
Namun dalam bahasa Perancis pengucapan differance (dengan huruf a) tidak
berbeda dengan pengucapan kata differance. Derrida memperbandingkan

huruf a yang diam ini serupa dengan diamnya makam Firaun, yaitu Piramid
di Mesir.
Bagi Derrida sebuah kata tidak mempunyai arti yang tetap dalam dirinya.
Kata sebagai signifier juga dibedakan dari konsep, ide, persepsi atau emosi
yang ditunjukkan oleh kata itu. Lewat Diffrance Derrida juga ingin
mengkritik tradisi barat yang mengatakan bahwa tulisan hanyalah gambaran
atau representasi dari ucapan manusia karena ucapan lebih langsung
sifatnya dibandingkan dengan tulisan. (Sutrisno, 1005, 169-170)

Pembalikan hirarki
Pembalikan hirarki

(hierarchy

reversal)

berarti

menjelaskan

mengenai

tingkatan atau hubungan yang tadinya terbentuk secara vertikal, posisi yang
satu berada dibawah atau diatas yang lain, yang menunjukkan sesuatu yang
lebih baik/penting dari yang lain, sehingga memberikan kesan bahwa ada
suatu keberadaan yang tidak peting, seolah dihilangkan atau ditindas
menjadi tidak berlaku. Semua hal diangap sejajar dan sama.

Pusat dan marjinal


Marginalitas dan sentralitas merupakan masalah titik pokok yang dapat
digunakan untuk menunjuk pada pengertian penting dan tidak penting.
Pengertian kedua istilah tersebut adalah sebagai berikut :
Marginality atau Marginalitas Menunjukkan kedekatannya dengan batasbatas, pinggiran batas luar dan perbatasan terhadap apa yang ada di dalam
dan apa yang ada di luar. Kata margin mempunyai arah yang dibangun
menuju ke pusat (central). Margin sangat dekat dengan ambang batas, tetapi
bukan ambang batas itu sendiri.
Centrality atau Sentralitas Menyatakan secara tidak langsung sebuah
kedalaman

dan

pusat

(heart),

tempat

makna/arti

terkonsentrasi

dan

merupakan gravitasi. Dengan melihat central dan marginal berpindah


tempat dengan ditukar atau dipertentangkan atau ditindas/ditahan secara
dekonstruksi, maka mereka menjadi semakin menarik, dan dengan cara
demikianlah semuanya dapat dilihat secara lebih jelas.

Pengulangan (iterabilitas) dan makna


Suatu tanda akan memperoleh makna jika dilakukan melalui intensitas yang
berulang dan pada konteks yang berbeda.

KEPUSTAKAAN
Benedikt, Michael, Deconstructing The Kimbell, New York, SITES Book, 1991
Bertens, K., Filsafat Barat Abad XX, Inggris-Jerman, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama, 1990
Istanto, Freddy H., Rumah Tinggal Frank O. Gehry, Sebuah Tinjauan Dari Sudut
Dekonstruksi, Makalah Isyu Rancangan Kiwari, Program Studi Arsitektur Institut
Teknologi Sepluluh Nopember Surabaya, 1997.
__________, Iklan Dalam Wacana Postmodern, Studi Kasus Iklan Rokok A-mild,
NIRMANA, Jurnal Desain Komunikasi Visual UK Petra, volume satu nomor satu
Januari 1999.
Noth, Winfried, Handbook of Semiotics, Indiana University Press.1990.
Papadakis, Andreas, Deconstructions in Architecture, Architectural Design, New
York, Academy Edition, (1988)

DEKONSTRUSI
Disusun sebagai Tugas Paper Kelompok
Mata Kuliah Cultural Studies

Disusun Oleh:
Elisabeth Adventa G.P

0911223076

Ersya Safitri

0911220014

Evi Wahyuningtyas

0911221006

Felisia Yerike

0911220082

Findha Mariyani

0911220014

Firdha Nurul Aysia

0911223082

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011

Anda mungkin juga menyukai