Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 2 FILSAFAT ILMU

“DEKONTRUKSI ILMU”
Dosen pengampu : Bpk Arif Maulana M.Ud

DI SUSUN OLEH :
1. Moch Najib Wasi’a Mubarok
2. Muhammad Ally Ramdhani
3. Bobby Sofyan
4. Susan Ismimbar
5. Ihya Ulumuddin
6. Emma Rahmawati
Pengertian dekontruksi
Dari beberara diskursus nampaknya kajian filsafat kontemporer banyak Dekonstruksiadalah suatu peristiwa yang tidak
tertarik pada tema-tema bahasa seperti semilogi, strukturalisme, post menunggu pertimbangan, kesadaran, atau organisasi dari
suatu subjek, atau bahkan modernitas. Derrida
strukturalisme, filsafat bahasa seharihari, teori speech-act atau
mengadaptasi kata dekonstruksi dari kata destruksi dalam
hermenetika, dimana seratus tahun yang lalu kunci dari kajian filsafat pemikiran Heidegger. Kata dekonstruksi bukan secara
langsung terkait dengan kata destruksi melainkan terkait
tidak terlepas dari akal, roh, pengalaman dan kesadaran. Dari kajian
kata analisis yang secara etimologis berarti “untuk
tematik ketiga ini yang diperkenalkan oleh heidegger, derrida dan ricoeur menunda”-sinonim dengan kata men-dekonstruksi.
menjadi kajian yang banyak menarik perhatian untuk mengkaji filsafat Terdapat tiga poin penting dalam dekonstruksi Derrida,
yaitu: pertama,dekonstruksi, seperti halnya perubahan
kontemporer pada mulanya berpokus pada logika kemudian pada
terjadi terus-menerus, dan ini terjadi dengan cara yang
kehidupan dan akhirnya pada susastera dan bidang metafor.Dari berbeda untuk mempertahankan kehidupan; kedua,
dekonstruksi terjadi dari dalam sistem-sistem yang hidup,
heideggerl-ah kemudian derrida terinspirasi untuk menarik metafor sebagai
termasuk bahasa dan teks; ketiga, dekonstruksi bukan
kajian filsafat kontemporer ke titik radikalnya yaitu mendestabilisaskan suatu kata, alat, atau teknik yang digunakan dalam suatu
segala bentuk skema katagori dan konseptual dengan menggali segala kerja setelah fakta dan tanpa suatu subyek interpretasi.

bentuk permaianan dan pemilahan yang tersembunyi dibalik teks.


Latar belakang
Istilah dekonstruksi dipopulerkan oleh jacques derrida. Pemikiran derrida berkaitan dengan masalah bahasa yaitu
dekonstruksi strukturalisme saussure juga isu-isu perdamaian dan keadilan yang universal yang hanya menerima
satu bentuk keadilan yang selalu dielu elukan bangsa barat. Menurut pandangan strukturalisme bahwa bahasa
mempunyai makna yang stabil dan pasti. Yang diutamakan bahasa adalah aturan (langue) sedangkan keberagaman
bahasa, bentuk bahasa lain (parole) tidak diperlukan. Cara berpikir strukturalisme yang demikian ditentang derrida
dengan istilah dekonstruksi.
Mengkritisi ilmu secara konstektual

Pemikiran derrida dipengaruhi pandangan nietzche, martin heidegger dan freud yang menghilangkan
pusat. Derrida melakukan suatu metode yang baru dengan membaca teks dengan menggeser pusat atau
inti ke pinggir dan mengubah teks yang dari pinggir ke inti. Metode ini luput dari perhatian strukturalis
yang melihat adanya bahasa yang ideal dan maknanya stabil serta pasti. Pembacaan biasa selalu mencari
makna yang sebenarnya atau paling benar dari teks tersebut. Derrida mengkritik pandangan ini karena
menurutnya dalam setiap teks terdapat makna-makna yang tersembunyi di belakangnya. Melalui teori
dekonstruksi, derrida melihat bahwa teks tidak lagi sebagai tatanan yang utuh melainkan arena
pergulatan yang terbuka. Kepastian tunggal yang selalu dicari dan diagung-agungkan manusia modern
merupakan suatu keniscayaan. Satu-satunya yang dapat dikatakan pasti hanyalah ketidakpastian. Oleh
sebab itu kepastian menurut derida adalah ketidakpastian. Teori dekonstruksi yang dipopulerkan oleh
derrida memberi pengaruh yang sangat luar biasa dalam ilmu pengetahuan filsafat, bahasa dan juga ilmu-
ilmu sosial lainnya.
Kesimpulan
Dari beberara diskursus diatas nampaknya kajian filsafat kontemporer banyak tertarik pada tema-tema bahasa seperti semilogi,

strukturalisme, post strukturalisme, filsafat bahasa seharihari, teori speech-act atau hermenetika, dimana seratus tahun yang lalu kunci

dari kajian filsafat tidak terlepas dari akal, roh, pengalaman dan kesadaran. Dari kajian tematik ketiga ini yang diperkenalkan oleh

heidegger, derrida dan ricoeur menjadi kajian yang banyak menarik perhatian untuk mengkaji filsafat kontemporer pada mulanya

berpokus pada logika kemudian pada kehidupan dan akhirnya pada susastera dan bidang metafor.Dari heideggerl-ah kemudian derrida

terinspirasi untuk menarik metafor sebagai kajian filsafat kontemporer ke titik radikalnya yaitu mendestabilisaskan segala bentuk skema

katagori dan konseptual dengan menggali segala bentuk permaianan dan pemilahan yang tersembunyi dibalik teks.

Pemikiran derrida berkaitan dengan masalah bahasa yaitu dekonstruksi strukturalisme saussure juga isu-isu perdamaian dan keadilan

yang universal yang hanya menerima satu bentuk keadilan yang selalu dielu elukan bangsa barat. Yang dilacak derrida adalah unsur yang

secara filosofis menjadi penentu atau unsur yang memungkinkan teks itu menjadi filosofis. Akan tetapi yang dilacak derrida bukan

penataan yang secara sadar, prosedur yang logis melainkan tatanan yang tidak disadari, yang merupakan asumsi-asumsi tersembunyi

yang terdapat di balik teks. Dekonstruksi merupakan sebuah bentuk interpretasi teks, tetapi interpretasi itu tidak sama dengan para

filosof yang telah kita bahas. Perbandingan dengan hermeneutik sebelum derrida F. Schleiermacher dan dilthey merekonstruksi makna;

ada makna di masa lalu dicoba dihadirkan kembali, H. Georg gadamer itu mengkonsumsi makna baru.

Anda mungkin juga menyukai