Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN STUDI KASUS

KEGAWATDARURATAN MATERNAL
Asuhan Kebidanan Pada Ny “I” G2P1A0H1 Usia Kehamilan 12-13 Minggu
Dengan Abortus inkomplit Di Ruangan IGD PONEK Rumah Sakit Umum
Daerah Pasaman Barat

Disusun Oleh :
Nurul Atira Rahma
Palda Novrita
Rafa Nafisa Nudhar
Raihana Salsabila
Rika Febriani Putri

RUANGAN IGD PONEK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN PADANG


JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES PADANG
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas keadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan,
petunjuk serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi
Kasusdengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny “I” G2P1A0H1 Usia Kehamilan
12-13 Minggu dengan Abortus inkomplit di Ruang IGD PONEK Rumah Sakit
Umum Daerah Pasaman Barat dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Studi Kasus ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademik dalam pendidikan DIII Kebidanan Padang Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Padang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada ibu Bd.
Evaliza, S.ST dan ibu Lita Angelina Saputri, S.SiT, M.Keb yang telah
membimbing dalam menyusun Laporan Studi Kasus ini. Ucapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp. Jiwa, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Padang.
2. Ibu Dr. Yuliva, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Padang.
3. Ibu Eravianti, S.SiT, M.KM, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Padang.
4. Bapak dan ibu tenaga kesehatan beserta staf yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan selama penulis melaksanakan praktek lapangan.
5. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah
kaki penulis.
6. Seluruh teman-teman yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan
Laporan Studi Kasus ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut andil
dalam terwujudnya Laporan Studi Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Studi Kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan
kemampuan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus ini.

Pasaman Barat, Januari 2024

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan

kurang dari 20 minggu. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi

menjadi beberapa kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion),

abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed

abortion, dan abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus

infeksiosus, dan abortus septik.

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering

pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang

ditemukan. Namun angka kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat

obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya

mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan

kelahiran hidup.

Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana

pada wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah

50%. Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.

Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu

karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya

syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat

dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami
guncangan psikis tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama

pada keluarga yang sangat menginginkan anak.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Definisi Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi

pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di

dalam uterus.

B. Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian

disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan

perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan

secara umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80%

abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut

kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya.

Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari

abortus pada trimester pertama, kemudian menurun menjadi 20-30% pada

trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.

Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas

di samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Insiden abortus

bertambah pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan.

C. Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak

selalu tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada

ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang

mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.


1. Faktor Genetik

Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama

abortus rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi

penyebab 70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah

12 minggu. Kelainan ini dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal.

Gamet jantan berkontribusi pada 50% material genomik embrio. Mekanisme

yang dapt berkontribusi menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan

kromosom sperma, kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi DNA,

peningkatan apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal. Sekitar 42%

struktur vili korionik abnormal akibat gangguan genetik.

2. Gangguan plasenta

Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun

kelainan perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan

sebagai unit fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada

fetus. Penelitian histologi Haque, et al. pada 128 sisa konsepsi abortus,

ditunjukkan bahwa 97% menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili

mengalami fibrosis stroma, 75% mengalami degenerasi fibroid, dan 75%

mengalami pengurangan pembuluh darah. Inflamasi dan gangguan genetik

dapat menyebabkan aktivasi proliferasi mesenkim dan edema stroma vili.

Keadaan ini akan berlanjut membentuk sisterna dan digantikan dengan

jaringan fibroid. Pada abortus, pendarahan yang merembes melalui desidua

akan membentuk lapisan di sekeliling vili korionik. Kemudian, material

pecah dan merangsang degenerasi fibrinoid.


3. Kelainan uterus

Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan

yang timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang

berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri.

Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat

mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum atau selama

persalinan. Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling

sering terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau

pada missed abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum.

Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas.

Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus habitualis

yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang memadai untuk

mendukung implatansi hasil pembuahan.

Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk

mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur

pada serviks. Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan abortus pada

trimester kedua dengan insidensi 0,5-8%. Keadaan ini juga dapat

menyebabkan hilangnya barrier mekanik yang memisahkan kehamilan dari

flora bakteri vagina dan kebanyakan asimptomatik. Serviks merupakan

barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.

4. Kelainan endokrin

a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron Defek fase luteal disebut

juga defisiensi progesteron merupakan suatu keadaan dimana korpus


luteum mengalami kerusakan sehingga produksi progesteron tidak cukup

dan mengakibatkan kurang berkembangnya dinding endometrium.

b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan hiperandrogenemia

Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan abortus. Dua

mekanisme yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah

peningkatan hormon LH dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap

fungsi ovarium.

c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.

d. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari

korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan

insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua,

defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada

hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa

kematiannya.

5. Kelainan Imunologi

Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor

autoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan

lupus, antibodi antikardiolipin. Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya

mencapai 70%. Selain itu, faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui

HLA. Bila kadar atau reseptor leptin menurun, terjadi aktivasi sitrokin

proinflamasi, dan terjadi peningkatan risiko abortus. Mekanismenya

berhubungan dengan timbal balik aktif reseptor di vili dan ekstravili

tropoblas.
6. Infeksi

Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia,

tetapi hal ini tidak umum terjadi. Organisme seperti Treponema pallidum,

Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina,

virus herpes simpleks, sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai

berperan sebagai penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat

menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma

urealyticum dari 4 traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami

abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi

mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan

abortus. Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum

merupakan penyebab utama.

7. Penyakit kronik

Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan

keadaan ibu misalnya tuberkolosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan

abortus. Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum

20 minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan

persalinan prematur. Pada saat ini, hanya malnutrisi yang paling besar

kemungkinannya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.

8. Trauma

Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak

kasus yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang

paling banyak adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan
menyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture uteri,

trauma janin langsung.

D. Faktor Risiko
Faktor risiko abortus yaitu:

1. Bertambahnya usia ibu

Abortus meningkat dengan pertambahan umur setelah usia 30 tahun.

Risiko berkisar 13,3% pada usia 12-19 tahun; 11,1% pada usia 20-24 tahun;

11,9% pada usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia

35-39%; 51%.usia 40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-

baru ini peningkatan usia ayah dianggap sebagai suatu faktor risiko

terjadinya abortus. Suatu penelitian yang dilakukan di Eropa melaporkan

bahwa risiko abortus tertinggi ditemukan pada pasangan dimana usia wanita

≥35 tahun dan pria ≥40 tahun (Tien, 2007).

2. Riwayat reproduksi abortus

Risiko pasien dengan riwayat abortus untuk kehamilan berikutnya

ditentukan dari frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang baru mengalami

riwayat 1 kali berisiko 19%, 2 kali berisiko 24%, 3 kali berisiko 30%, dan 4

kali berrisiko 40%.

3. Kebiasaan orang tua

a. Merokok

Risiko abortus meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10

batang rokok yang dikonsumsi setiap hari. Asap rokok mengandung

banyak ROS (Reactive Oxygen Spesies) yang akan mendestruksi organel

seluler melalui kerusakan mitrokondria, nukleus, dan membran sel.


Selain itu, secara tidak langsung ROS (Reactive Oxygen Spesies) akan

menyebabkan kerusakan sperma. Hal ini menyebabkan fragmentasi DNA

rantai tunggal maupun ganda sperma.

b. Konsumsi alkohol

Tingkat aborsi spontan dua kali lebih tinggi pada wanita yang

minum alkohol 2x/minggu dan tiga kali lebih tinggi pada wanita yang

mengkonsumsi alkohol setiap hari.

c. Kafein

Dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan

tetapi pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi

setiap hari menunjukkan tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi.

d. Radiasi

Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup.

Akan tetapi, jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada

manusia tidak diketahui secara pasti.

e. Alat kontrasepsi dalam rahim

AKDR yang gagal mencegah kehamilan menyebabkan risiko

abortus, khususnya abortus septik meningkat.

E. Patogenesis
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun

sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis.

Proses terjadinya berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang

menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh

hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas
menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau

bertahan beberapa waktu. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi

biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialies belum menembus

desidua secara mendalam.

Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales

menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan

sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih

dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah

adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.

F. Gambaran Klinis
Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan

pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut

bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. Janin kemungkinan sudah keluar

bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi

sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan

terpisah. Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus,

maka pendarahan cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama

abortus inkomplet.

Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering

pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga

terjadi.

G. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis

melalui anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan


kemungkinan diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis meliputi

pemeriksaan abdomen, inspikulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus

uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih

rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa

jaringan.

Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat

pada kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan

spekulum akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai

dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalangumpalan darah. Bimanual

palpasi untuk menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum

memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal.

Menentukan ukuran sondase uterus juga penting dilakukan untuk menentukan

jenis tindakan yang sesuai.

H. Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan

diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat

dilakukan dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik

pembedahan dapat dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara

kuretase maupun aspirasi vakum. Induksi abortus dengan tindakan medis

menggunakan preparat antara lain : oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik

intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a

dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi

ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral,


antiprogesteron-RU 486 (mefepriston), atau berbagai kombinasi tindakan

tersebut diatas.

Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan

kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang

tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat

dari ostium eksterna yang sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau

forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam

uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan

tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan

pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat

fatal. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan perdarahan

dilakukan dengan cara:

1. Evakuasi

Dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil

konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri

ergometrin 0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg per oral.

2. Evakuasi hasil konsepsi

Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan

kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg

per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).


BAB III
LAPORAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “I” G2P1A0H1 USIA


KEHAMILAN 12-13 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI
RUANGAN IGD PONEK RUMAH SAKIT UMUM
PASAMAN BARAT TAHUN 2024

1. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS/ BIODATA
Nama Ibu : Ika Oktaviani
Umur : 24 tahun
Suku/ Kebangsaan : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat Rumah : Langgam, Kinali
..........................Telp...............
Alamat Kantor : ................................................
..........................Telp...............
Nama Suami : Ali Ibrahim
Umur : 26 tahun
Suku/ Kebangsaan : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Berdagang
Alamat : Langgam, Kinali

Nama anggota keluarga terdekat yang mudah dihubungi : ……………….


Alamat rumah : .............................
Telp. Rumah : .............................

B. DATA SUBJEKTIF
Pasien masuk pada tanggal : 21 Januari 2024
Pukul : 05.04 Wib
1. Alasan kunjungan ini : Ingin memeriksa kehamilan
2. Keluhan utama
3. Riwayat menstruasi : Keluar darah dari jalan lahir, sejak pukul
23.00 wib dan keluar darah seperti gumpalan
gumpalan pada pukul 03.00 wib
a. Haid pertama : 13 Tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Banyaknya : 2 kali ganti pembalut
d. Lama : 5-7 hari
e. Sifat darah : Normal
f. Teratur/ tidak : Teratur
g. Dismenorhoe : Tidak

4. Riwayat kehamilan ini


a. Riwayat Kehamilan Sekarang HPHT : 27 -10- 2023
Haid bulan sebelumnya : Oktober Lamanya 5 hari
Siklus : 28 hari
ANC : teratur/ tidak
frekuensi : 1 x di PMB
Keluhan Lain : Tidak ada
b. Taksiran persalinan : 03 Juli 2024
c. Keluhan pada
1. Trisemester 1 : Mual muntah, lemas
2. Trisemester 2 : ...........................................
3. Trisemester 3 : ...........................................
d. Pergerakan janin pertamakali dirasakan ibu : .........................................
e. Berapa kali pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ............................
f. Keluhan yang dirasakan (jelaskan bila ada)
1. Rasa 5 L (Lemah, letih, lunglai, lesu, lelah) : Ada
2. Mual muntah yang lama : Tidak ada
3. Panas menggigil : Tidak Ada
4. Nyeri perut : Iya
5. Sakit kepala berat/ terus menerus : Iya
6. Penglihatan kabur : Tidak ada
7. Rasa nyeri/ panas waktu BAK : Tidak ada
8. Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : Tidak ada
9. Pengeluaran cairan pervaginam : Ada
10. Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
11. Oedema : Tidak ada
12. Obat-obatan yang dikonsumsi : Tidak ada

5. Pola makan
Makan sehari-hari :
- Pagi : Bubur dan susu
- Siang : Nasi dan lauk dan sayur
- Malam : Nasi, lauk dan buah

6. Perubahan pola makan (ngidam, nafsu makan, dll) : Tidak ada


7. Pola Eliminasi
a. BAB
1. Frekuensi : 1- 2 x/hari
2. Warna : Kuning kecoklatan
3. Intensitas : lembek
4. Keluhan : Tidak ada
b. BAK
1. Frekuensi : 3-4 x/hari
2. Warna : Kekunigan
3. Keluhan : Tidak ada

8. Aktivitas sehari-hari
a. Pekerjaan : Tidak ada keluhan
b. Seksualitas : Tidak ada keluhan

9. Pola istirahat dan tidur


a. Siang : 1 jam
b. Malam : 8 jam

10. Imunisasi
a. TT 1 : Ada
b. TT 2 : Ada
c. TT 3 : Ada
d. TT 4 : Ada
e. TT 5 : Ada

11. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :


N Tgl Usia Jenis Tempat Penolon Komplikas Bayi Nifas
o Lahi Kehamila Persalina Persalina g i
r n n n Ibu Bayi Se PB/ Keadaa Loche Laktas
x BB n a i

12. Kontrasepsi yang pernah digunakan dan lama: KB suntik 3 Bulan


13. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit
1. Jantung : Tidak ada
2. Hipertensi : Tidak ada
3. Ginjal : Tidk ada
4. Dm : Tidak ada
5. Asma : Tidak ada
6. TBC : Tidak ada
7. Epilepsi : Tidak ada
8. PMS : Tidak ada
b. Riwayat alergi
1. Jenis makanan : Tidak ada
2. Jenis obat-obatan : Tidak ada
c. Riwayat transfusi darah : Tidak ada
d. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : Tidak ada

14. Riwayat kesehatan keluarga


a. Penyakit yang pernah diderita
1. Jantung : Ada
2. Hipertensi : Tidak ada
3. Ginjal : Tidak ada
4. Dm : Ada
5. Asma : Tidak ada
6. TBC : Tidak ada
7. Epilepsi : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan
1. Gemeli (lebih dari satu) : Tidak ada
2. Lebih dari dua : Tidak ada
c. Kelainan psikologi : Tidak ada

15. Keadaan Sosial : Tidak ada


a. Perkawinan
1. Status Perkawinan : Sah
2. Perkawinan ke :1
3. Setelah kawin berapa lama baru hamil : 8 bulan
b. Kehamilan
1. Direncanakan : Iya
2. Diterima : Iya
c. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
d. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat : Baik
e. Jumlah anggota keluarga : 3 Orang

16. Kegiatan spiritual : Baik

C. DATA OBJEKTIF (Pemeriksaan Fisik)


1.Status emosional : CMC
2.Tanda vital
a. Tekanan Darah : 102/85 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Pernafasan : 22 x/menit
d. Suhu : 36,3 o C
e. BB sebelum hamil : 48 kg
f. BB sekarang : 50 kg
g. TB : 160 cm
h. Lila : 24,5 cm
3. Pemeriksaan Khusus
a.Inspeksi
1) Kepala
a) Rambut : Tidak ada lesi
b) Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
c) Muka : Tidak oedem
d) Mulut : Tidak ada kelainaan
2) Leher : Tidak pembengkakan
3) Dada : Tidak ada kelainan
4) Abdomen : Nyeri tekan pada sympisis
5) Genitalia
a) Kemerahan : Tidak ada
b) Pembengkakan: Tidak ada
c) Oedema : Tidak ada
d) Varices : Tidak ada
6) Ekstremitas
a) Atas
- Oedema : Tidak ada
- Sianosis : Tidak ada
b) Bawah
-Oedema : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
b. Palpasi
1) Leopold
- Leopold I : Tfu tidak teraba, nyeri tekan di sympisis
- Leopold II : ..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
- Leopold III : ..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
- Leopold IV : ..................................................................................
..................................................................................
..................................................................................
c. Auskultasi
1. DJJ : Tidak ada
2. Frekuensi : Tidak ada
3. Irama (teratur/ tidak) : Tidak ada
4. Intensitas : Tidak ada
d. Perkusi
1. Reflek patella kanan :+
2. Rreflek patella kiri : ...................................
e. Pemeriksaan panggul luar
1. Diatansia spinarum : ...................................
2. Distansia cristarum : ....................................
3. Conjungata eksterna : ....................................
4. Distansia inter tuberum : ....................................
5. Lingkar panggul : .....................................
f. Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar Hb : .....................................
2. Golongan Darah : .....................................
3. Hematokrit : .....................................
4. Reduksi : .....................................
5. Protein urine : ......................................
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “I” G2P1A0H1 USIA KEHAMILAN
12-13 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUANGAN IGD PONEK
RUMAH SAKIT UMUM PASAMAN BARAT TAHUN 2024

Subjektif Objektif Assesment Planning Paraf


Tanggal : 21 Januari 2024 Pemeriksaan umum Diagnosa : 1. Melakukan pemeriksaan TTV
Pukul : 05.04 WIB KU ibu : Lemas Ibu hamil Ny.I Evaluasi : Pemeriksaan telah
Tanda vital G2P1A0H1 usia kehamilan dilakukan dengan hasil keadaan
Ny I mengatakan : TD : 102/85 mmhg 12-13 minggu, KU ibu umum ibu baik
- Kehamilan kedua P : 22 x/i lemas, Abortus Inkomplit
- Keluar darah dari jalan lahir N : 80 x/i 2. Melakukan persiapan kuretase
sejak pukul 23 00 wib S : 36,3 0C Evaluasi : Persiapan Kuretase
- Keluar darah seperti gumpalan BB sebelum hamil : 48 kg sudah dilakukan.
gumpalan pada pukul 03.00 wib BB sekarang : 50 kg - Pemasangan infus dengan
- Nyeri dan mules perut bawah TB :160 cm cairan RL
- Merasa cemas menghadapi Lila : 24,5 cm - Pemasangan kateter
kuretase Inspeksi : Nyeri tekan - Memberikan pronages Suppos
pada sympisis sesuai resep dokter
-HPHT : 27 0ktober 2023
Palpasi uterus 3. Memberikan semangat dan
Leopold I : TFU tidak perhatian pada ibu agar bisa
teraba dan nyeri tekan melewati proses kuretase dan
pada syimpisis meminta keluarga untuk
memberikan semangat dan
dukugan
Evaluasi : Pasien sedikit lebih
tenang, test (-) pada jam 12.55
WIB
- Melakukan bolus cefotaxime
pada jam 12.55 WIB

4. Memberikan semangat dan


perhatian pada pasien agar bisa
melewati masa operasi SC dan
juga menghadirkan orang orang
terdekat pasien agar pasien tidak
merasa kesepian dan tidak
stress.
Evaluasi : Pasien sedikit lebih
tenang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana

sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis

servikalis. Pada abortus inkomplit perlu diketahui tentang diagnosis penyakit,

tatalaksana serta komplikasinya, rencana tentang kehamilan yang berikutnya,

kontrol atau evaluasi terhadap tindakan (febris, nyeri) yang telah diberikan dan

yang tidak kalah pentingnya adalah mencari penyebab abortus (untuk persiapan

kehamilan berikutnya).

B. Saran
1. Bagi ibu

a. Diharapkan agar ibu banyak beristrahat.

b. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi makanan dengan gizi

seimbang

c. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi obat secara teratur sesuai

instruksi dokter

d. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan organ genetalianya.

e. Menganjurkan kepada ibu untuk mobilisasi dini.

2. Bagi bidan

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan

yang professional sehingga dapat berperan dalam menurunkan

angkakematian ibu (AKI). Oleh karena itu bidan harus meningkatkan

kemampuan, pengetahuan, keterampilan, melalui program pendidikan,


pelatihan, seminar agar menjadi bidan yang berkualitas sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

b. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua ibu hamil mempunyai

resiko untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, oleh

karena itu bidan diharapkan mampu mendeteksi secara dini adanya tanda

bahaya kehamilan dan menganjurkan ibu dan keluarga segera ke pelayanan

kesehatan bila mengalami hal tersebut.

c. Sebagai bidan diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara

petugas lain (doker, perawat, dan sesama bidan) untuk meningkatkan mutu

pelayanan asuhan kebidanan yang lebih baik dan lebih profesional.

3. Bagi institusi

a. Agar menerapkan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah dapat lebih

ditingkatkan dan dikembangkan mengingat metode ini sangat bermanfaat

dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang

lebih profesional.

b. Perlu adanya persamaan presepsi antara pendidikan dan petugas kesehatan

dilahan praktek tentang penerapan asuhan kebidanan sebagai alat dalam

pendekatan pemecahan masalah pada praktek sehari-hari sehingga

meningkatkan mutu pelayanan tenaga Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai