Efek Restorative Justice (RJ) bagi warga binaan dan korban, pedoman penerapan RJ : A. Efek Penerapan Restorative Justice bagi warga binaan dan korban
Sejumlah penelitian sebelumnya menemukan bahwa RJ dapat secara efektif dalam
menurunakan intensitas kejahatan hingga 27% lebih efektif dibandingkan dengan warga binaan tanpa intervensi ini. Melalui intervensi ini, pelaku merasa lebih ringan dalam menjalani masa tahanan dan korban serta keluarga maupun kerabat merasa mendapatkan keadilan. Melalui RJ diketahui warga binaan dapat secara tenang dalam menjalani masa tahanannya serta korban dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik. Hal ini berimplikasi pada penurunan emosi negatif, seperti depresi dan kecemasan yang ditimbulkan dari suatu aksi kriminal. Sehingga melalui intervensi ini pun akan menekan angka bunuh diri dan perilaku menyakiti diri sendiri di dalam penjara (Cringhton & Towl, 2015).
B. Pedoman Penerapan RJ
1. RJ pada perkara tindak pidana ringan
Contoh Kasus : Demi Beli Susu Buat 3 Anak, Janda Muda Ajak Pacarnya Mencuri HP Tetangga (Jakarta Barat, Rabu 29/3/2023) Penarapan RJ: 1. Kerugian tidak sampai Rp. 2.500.000, yang diatur dalam pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan pasal 482 KUHP 2. Dalam menerima pelimpahan perkara pencurian, penipuan, penggelapan, penadahan dari penyidik yang sudah lengkap termasuk menghadirkan pelaku, korban, keluarga pelaku, keluarga korban dan pihak-pihak terkait pada saat hari sidang, selanjutnya ketua menetapkan hakim tunggal dengan memperhatikan nilai barang atau uang yang menjadi obyek perkara sebagaimana ketentuan di atas. 3. Penyelesaian perkara tindak pidana ringan melalui keadilan restoratif (restorative justice) dapat dilakukan dengan ketentuan telah dimulai dilaksanakan perdamaian antara pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan tokoh masyarakat terkait yang berperkara dengan atau tanpa ganti kerugian. 2. RJ pada perkara anak Contoh kasus: Kejagung Hentikan Kasus Anak Curi Sapi Ibunya Secara “Restorative Justice” (13/06/2022) Penerapan RJ: 1. Sistem peradilan pidana anak wajib mengutamakan pendekatan keadilan restoratif (restorative justice). 2. Setelah pembacaan dakwaan, hakim proaktif mendorong kepada anak/orangtua/penasehat hukum dan korban serta pihak-pihak terkait (Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan selanjutnya disebut PK Bapas, Pekerja Sosial (Peksos), Perwakilan Masyarakat) untuk mengupayakan perdamaian. 3. Dalam hal proses perdamaian tercapai, para pihak membuat kesepakatan perdamaian, selanjutnya ditandatangani anak dan/atau keluarganya, korban dan pihak-pihak terkait (PK Bapas, Peksos, Perwakilan Masyarakat) dan kesepakatan perdamaian dimasukkan kedalam pertimbangan putusan hakim demi kepentingan terbaik bagi anak.