Proposal Skirpsi
Oleh :
M.Ridho Aufa
1710112160
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
dua kedudukan yakni sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh
karena itu, kedudukan manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas
fenomena sosial yang menimbulkan keadaan yang tidak aman dan tidak
yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan kadang kadang karena
tidak memerlukan desakan dari dalam orang lain. Kebutuhan yang mendesak
pemikiran yang matang dan dapat merugikan lingkungan atau manusia yang
lain.1
1
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 3.
3
yang tertib dan teratur. Kondisi sosial yang tertib dan teratur hanya dapat
tersebut.
Teori hukum pidana yang berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana
adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat, tujuan
pidana ialah tata tertib masyarakat dan untuk menegakkan tata tertib itu
kejahatan, dengan tujuan agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara. Ditinjau
(noodzakelijk) diadakan.2
sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana. Namun perlu juga diingat bahwa
pada pelaku tindak pidana dan sebagai upaya pengayoman bagi korban dan
2
Adami Chazawi, 2005, Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.161-
162
4
Sebagai salah satu dari pelaksanaan hukum yaitu hakim diberi
suatu perkara pidana. Oleh karena itu hakim dalam mengenai suatu perkara
harus dapat berbuat adil sebagai seorang hakim dalam memberikan putusan
kemungkinan dipengaruhi oleh hal yang ada pada dirinya dan sekitarnya
karena pengaruh dari faktor agama, kebudayaan, pendidikan, nilai, norma, dan
Mengacu pada tata cara dan proses persidangan yang ada, sebelum
berupa hal yang telah diatur dalam KUHP maupun berdasarkan hal-hal lain
kemanusiaan atau hal lain yang karena sifatnya dapat meringankan atau
Hal inilah yang disebut dengan disparitas pemidanaan atau lebih dikenal
3
Oemar Seno Aji, 1997, Hukum hakim Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 12
dengan pembedaan pemberian sanksi kepada dua kasus yang relatif sama
bertindak tidak adil, sebaliknya sanksi berbeda yang dijatuhkan Hakim pada
dua kasus pidana yang sama dapat dinilai sebagai suatu tindakan yang
mengacu pada sebuah keadilan sosial misalnya karena pelaku yang telah
apabila putusan itu tidak cermat, keliru, atau salah, jika hakim salah
mejatuhkan putusan, maka bisa terjadi pihak yang sebenarnya tidak bersalah
justru dihukum, yang berhak justru kehilangan hak, yang seharunya dibebani
kewajiban lepas dari beban kewajiban. Kasus sengkon, karta dan beberapa
kasus yang serupa yang terjadi kemudian adalah contoh dari putusan semacam
itu.4
semata. Hal tersebut sejalan dengan Pasal 197 huruf f Undang-undang Nomor
terdakwa.
4
Amzulian Rifai, Wajah Hakim Dalam Putusan, (Yogyakarta : PUSHAM UII), Hal 9
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud ingin
terhadap pelaku tindak pidana yang berusia lanjut dengan orang dewasa
lainnya?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
E. Tinjuan Kepustakaan
yang juga disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi siapa
nama Negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban hukum umum bagi
suatu peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh Negara. Sementara itu,
5
Sudarto, 1995, Hukum Pidana I A.Semarang: Penerbit FH UNDIP. Hal 18
undang pidana telah dikaitkan dengan pelanggaran terhadap suatu norma,
yang dengan suatu putusan hakim telah dijatuhkan bagi seseorang yang
bersalah.6
Sanksi pidana berlaku bagi siapa saja termasuk orang yang berusia
6
. P.A.F Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hal. 69
7
Ibid. Hal 71
kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran
tentang kesejahteraan lanjut usia, Lanjut usia adalah seseorang yang telah
Pada tahun 2020 ini diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan berlipat
ganda menjadi 28,9 juta atau naik menjadi 11,11 persen, meningkat dua kali lipat
semata. Hal tersebut sejalan dengan Pasal 197 huruf f Undang-undang Nomor
Sebagai salah satu dari pelaksana hukum yaitu hakim diberi wewenang oleh
pidana. Oleh karena itu hakim dalam menangani suatu perkara harus dapat
dipengaruhi oleh hal yag ada pada dirinya dan sekitarnya karena pengaruh dari
8
Ratna Suhartini, 2015, Lanjut Usia Tinjauan Lanjut Usia, dalam http://www.damandiri.or. Id/file/Ratna
Suhartni unnair bab 2, pdf diakses tanggal 22 Maret 2020
9
www.hukumonline/com/berita/baca/uu-kesejahteraan-lansia. akses pada tanggal 3 Mei 2020
1010
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm.161-162.
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Padang
2. Jenis Penelitian
berusia lanjut.
3. Lokasi Penelitian
11
Soejono Soekanto, 1996, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hal.2
12
Ibid, hal.10
memungkinkan untuk dilakukan penelitian.
4. Sumber Data
dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yakni sebagai berikut:
a. Data Sekunder
dibedakan menjadi:
terdiri dari:
Pemasyarakatan
Kehakiman
Pengamat
permasalahan penelitian.
b. Data Primer
atau sumber utama yang berupa fakta atau keterangan yang diperoleh
a. Study Kepustakaan
ini atau berbagai bahan hukum yang sesuai dengan kajian tersebut di
atas.
b. Study Lapangan
1) Wawancara
2) Observasi
diperoleh dan diolah sebagai satu yang utuh. Pendekatan kualitatif ini
13
Ibid. hal 67
merupakan tata cara penelitian yang menghasilakan data diskriptif yaitu
penulisan skripsi ini, maka secara garis besar dapat digambarkan sistematika
mengenai isi skripsi yang terdiri dari Latar Belaknag, Pembatasan Masalah,
BAB II adalah Tinjauan pukajian pustaka, dalam bab ini penulis akan
14
Lexy J Moleong, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Tarsito, hal.32
2
umum tentang usia lanjut, Tinjauan umum tentang hakim, serta Tinjauan
BAB III adalah hasil Penelitian dan Pembahasan dimana penulis akan
saja yang digunakan hakim dalam memutus tindak pidana yang dilakukan oleh
terhadap pelaku tindak pidana yang berusia lanjut dengan orang dewasa
lainnya; (3) Proses penyelesaian hukum dalam tindak pidana terhadap pelaku