Membuatnya
Desain kemasan produk tampak seperti konsep yang sederhana, tetapi jelas
melibatkan lebih dari sekadar “wadah yang cantik”.
Desain produk kemasan adalah hubungan bentuk, struktur, bahan, warna, citra,
tipografi, dan informasi peraturan dengan elemen desain tambahan untuk membuat
produk agar cocok untuk dipasarkan.
Desain kemasan merupakan usaha kreatif dalam memproses suatu benda yang
nantinya berfungsi sebagai pembungkus atau wadah dari suatu produk. Proses
pembuatan desain mengacu pada rancangan untuk produk itu sendiri. Misalnya, bahan
dasar kemasan, warna, jenis font, sampai elemen grafisnya.
2. Fungsi Desain Kemasan
Secara umum, fungsi dari desain packaging produk adalah sebagai berikut:
Media komunikasi tentang produk ke konsumen. Rincian tentang produk
biasanya tampil pada informasi produk sehingga konsumen lebih mudah membaca
sekaligus memahaminya. Citra produk juga dapat terlukis lewat visual yang ada pada
kemasan.
Penentu identitas produk. Dalam hal ini, desain secara tidak langsung
mempengaruhi branding produk. Dalam sekali lihat, konsumen dapat mengetahui
identitas produk tanpa harus membaca semua info pada kemasan.
Mewakili estetika produk. Kadang ada produk yang sebenarnya secara kualitas
biasa-biasa saja, tetapi mudah menjadi hits karena pengemasan yang menarik.
Desain menjadi kunci penting dalam faktor estetika untuk menjaring lebih banyak
konsumen.
Brand image jangka panjang. Untuk memenangi persaingan bisnis yang ketat,
desain pada pengemasan produk haruslah kuat. Tujuannya adalah menjaga brand
image untuk waktu lebih lama. Tentu saja produsen perlu melakukan review desain
berkala, terutama jika ingin rebranding.
Bentuk desain dan warna yang jelas jauh lebih menguntungkan produsen daripada desain
yang terlalu kompleks. Prioritaskan kesederhaan dalam desain, misalnya dari segi warna,
elemen, bahkan bentuk huruf. Pasalnya, produsen cuma punya waktu empat hingga lima
detik untuk menarik hati konsumen.
2. Kejujuran
Junjung tinggi kejujuran untuk konsumen. Maksudnya, gunakan visual gambar produk yang
sebenarnya, bukan yang memanfaatkan editing berlebihan sehingga produk tampak lebih
bagus.
Ingat, konsumen dapat sangat kecewa ketika visual produk pada kemasan ternyata tidak
sesuai atau bahkan jauh dari realita yang mereka terima. Melakukan ketidakjujuran pada
desain pengemasan dapat berujung pada menurunnya citra produk dan hilangnya
kepercayaan konsumen.
3. Autentik/Tidak Menjiplak
Akibat makin ketatnya persaingan dalam produk, tidak sedikit produsen memilih membuat
desain kemasan yang mirip dengan kompetitor. Tujuannya bisa jadi untuk mengecoh
konsumen saat hendak membeli. Strategi ini memang cukup efektif, apalagi jika kemiripan
nyaris sulit dibedakan dalam beberapa detik pertama.
Sayangnya, hal ini jelas tidak sejalan dengan prinsip desain. Sebuah desain harus autentik
alias tidak menjiplak. Gunakan prinsip ATM (amati, tiru, modifikasi) dalam merancang
sebuah desaih pengemasan. Berikan pembeda dan keunikan pada kemasan, bukan meniru
kemasan produk lain.
4. Unik dan Menarik
Dalam rancangan desain pengemasan, bahan packaging juga tidak boleh produsen
abaikan. Jauh sebelum membuat desain semenarik mungkin, produsen harus memilih
bahan pengemas yang menjamin keamanan konsumen. Artinya, bahan tersebut mesti
sudah masuk kategori food grade.
6. Kepraktisan
Anda juga dapat menjelajahi berbagai opsi pengemasan produk yang menawarkan
fungsionalitas dan kepraktisan tambahan kepada konsumen. Kemasannya bisa menjadi
sama berharganya dengan produk di dalamnya.
Misalnya, kemasan bertanggung jawab untuk melindungi produk. Anda dapat memastikan
produk dalam kondisi baik sebelum pelanggan membuka paket.
c. Kemasan Tersier
Kemasan tersier adalah kemasan paling luar dari produk, juga disebut kemasan curah
atau transit.
Tujuan utamanya adalah hanya untuk melindungi dan mengantarkan barang dari titik A
ke titik B.
Misalnya, kotak karton polos namun kokoh atau palet kayu yang berisi dua puluh 12
kotak bungkus (kemasan sekunder).
Pelanggan jarang melihat kemasan tersier dan karena itu kemasan ini jarang
menyertakan merek atau desain apa pun.
Tahapan Proses Desain Kemasan Produk
Tahap 1: Persiapan
Seperti halnya setiap proyek yang perlu dipikirkan matang-matang, desain kemasan produk
juga harus dimulai dengan tahap persiapan.
Untuk memudahkan pekerjaan, Anda bisa memecah pekerjaan menjadi beberapa langkah
yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola:
1. Mendapatkan Semua Info dan Elemen yang Diperlukan dari Kemasan Produk
Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengumpulkan semua informasi
yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kemasan produk.
Terutama persyaratan teknis seperti ukuran, dimensi, detail manufaktur, dan sebagainya.
Sebagai perancang desain, Anda harus diberikan informasi ini oleh klien sebelumnya,
karena ini mempengaruhi proses desain.
2. Bertemu dengan Desainer dan Bekerja Sama dalam Brief
3. Mengenal Nilai Merek, Kehadiran Visual serta Buku Merek atau Panduan Gaya
4. Mengembangkan Konsep
Tahap 4: Pracetak
Dengan karya seni yang berhasil disetujui, Anda sekarang siap untuk tahap selanjutnya dari
proses desain kemasan ke tahap pracetak.
Selama pracetak, model 2D desain Anda dicetak pada kemasan sebenarnya, membuat
prototipe, model 3D akhir, dan Anda dapat melihat apakah ada perubahan desain lebih
lanjut yang harus dilakukan.
Tahap ini merupakan gabungan dari tahap sebelumnya dan selanjutnya karena mencakup
pencetakan kemasan dan persetujuan karya seni tetapi dalam skala yang lebih kecil.
Untuk menghemat waktu, Anda dan klien memutuskan untuk melewati tahap pracetak dan
mengirim desain untuk produksi massa dan ternyata ada kesalahan ukuran font huruf. Dan
sekarang, Anda memiliki ratusan kotak yang rusak.
Itulah mengapa tahap pracetak sangat berharga, karena ini adalah cara bagi Anda untuk
memastikan bahwa semuanya persis seperti yang Anda inginkan sebelum desain masuk ke
produksi paket massal.
Jadi, apa saja yang perlu diperhatikan selama prepress?
Reproduksi Warna dan Profil Pers ( ICC )
Keselarasan Dielines
Ukuran, Pola, dan elemen lain yang mungkin memengaruhi tampilan kemasan akhir.
d. Riset
Desain kemasan dimulai dengan mengumpulkan informasi tentang produk seperti fitur,
manfaat, dan detail pembuatannya untuk membuat desain yang efektif. Ini juga
termasuk meneliti audiens target, preferensi mereka sehingga ini dan elemen penting
lainnya dapat tercermin dalam desain itu sendiri.