Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu (Literature review)


No Judul Penulis Tahun Hasil Penelitian
Pembaharuan yang akan
1. Implementasi Kamilatun dan 2022
Penerapan Nomor Nisa Fadilah dibawa dalam penelitian
02 Tahun 2012 selanjutnya adalah mengenai
Tentang
Penyesuaian isu hukum terkait penanganan
Batasan Tindak perkara tindak pidana
Pidana Ringan
Dan Jumlah pencurian dengan kategori
Denda Dalam ringan, yang mana terjadi
Kuhp Terhadap
Pelaku Pencurian permasalahan terkait tidak
Ringan (Studi sinkron batasan nilai kerugian
Kasus Perkara
Nomor dari tindak pidana pencurian.
2/Pid.C/2020/Pn Dalam PERMA No.02/2012
Kbu)
dan Perjagung No 15/2020,
batasan dari nilai kerugian
dari sebuah tindak pidana
adalah Rp. 2.500.000,00
sedangkan dalam PERPOL
No.8/2021 tidak disebutkan
mengenai batasan daripada
nilai kerugian tindak pidana.
Hal ini menunjukan masih
adanya kekosongan hukum,
kekaburan norma dan
implementasi hukum yang
kurang baik. Menjawab hal
tersebut, penelitian
selanjutnya akan membahas

Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


16
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
mengenai tiga isu hukum di
atas. Dengan memperbaharui
terkait optimalisasi
penegakan hukum
Pembaharuan pada penelitian
2 Akibat Hukum Hasiholan 2021
Berlakunya Naibaho, selanjutnya adalah membahas
Perma Nomor 02 Isnaini dan isu hukum terkait kekaburan
Tahun 2012 Marlini.
tentang Batasan norma hukum, kekosongan
Tindak Pidana hukum dan implementasi
Pencurian Ringan
dan Jumlah penegakan hukum khususnya
Denda Dalam penanganan tindak pidana
KUHP
pencurian ringan.
Berdasarkan hasil identifikasi
terhadap undang-undang atau
peraturan yang terkait dengan
penanganan tindak pidana
pencurian ringan, ditemukan
permasalahan terkait
ketidakpastian nominal
kerugian yang dimaksud
dalam PERPOL No.8/2021
yang mana hal ini berbeda
dengan Perjagung
No.15/2020 dan PERMA
No.02/2012 dimana dalam
Perjagung No.15/2020 dan
Perma No.02/2012
disebutkan nominal pasti dari
kerugian tindak pidana yang
ditimbulkan yaitu
Rp.2.500.000,00. Kemudian
pembaharuan pada

Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


17
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
selanjutnya adalah terkait
optimalisasi penegakan
hukum terhadap tindak
pidana pencurian ringan,
khususnya harmonisasi
pertaturan perundang-
undangan yang mengatur
penegakan hukum tersebut.
Perkembangan Pembaharuan selanjutnya
3 Tindak Pencurian Rian Prayudi 2019
Saputra yang akan dilakukan adalah
Indonesia
terkait upaya penangan
perkara tindak pidana
pencurian ringan, yang mana
dalam upaya implementasi
penegakan hukum terhadap
tindak pidana pencurian
ringan memiliki permasalah
seperti kekaburan norma
hukum, kekosongan hukum
dan implementasi penegakan
hukum yang kurang baik.
Penelitian yang akan
dilakukan akan
mengidentifikasi permasalah
tersebut serta memberikan
solusi terhadap permasalahan
tersebut. Kemudian
pembaharuan pada
selanjutnya adalah terkait
optimalisasi penegakan
hukum terhadap tindak
pidana pencurian ringan,

Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


18
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
khususnya harmonisasi
pertaturan perundang-
undangan yang mengatur
penegakan hukum tersebut

B. Tinjauan Teori
1. Teori Penegakan Hukum
Hukum memiliki keterkaitan esensial dengan dinamika sosial
masyarakatnya dan keduanya merupakan elemen yang saling terkait
secara intrinsik. Secara konseptual, hukum tidak berdiri sendiri,
melainkan terjalin dalam kerangka kompleksitas sosial yang dikenal
sebagai struktur dan interaksi masyarakat.20 Kehadiran hukum dalam
kehidupan sosial merupakan hasil dari kebutuhan yang mendasari
masyarakat untuk mencapai kondisi kehidupan yang harmonis, terjamin
keamanannya, serta memberikan kedamaian dan ketenteraman bagi
seluruh anggota masyarakat.21
Upaya menciptakan kehidupan yang damai, aman dan tentram tersebut
dibutuhkan upaya penegakan hukum yang baik. Menurut Santoyo,
penegakan hukum ditujukan guna meningkatkan ketertiban dan kepastian
hukum dalam masyarakat. Hal ini dilakukan antara lain dengan
menertibkan fungsi, tugas dan wewenang lembaga-lembaga yang
bertugas menegakkan hukum menurut proporsi ruang lingkup masing-
masing, serta didasarkan atas sistem kerjasama yang baik dan mendukung
tujuan yang hendak dicapai.22
Dalam melakukan penegakan hukum yang baik harus memahami prinsip-
prinsip yang baik dalam penegakan hukum. Terdapat empat prinsip yang
menjadi perhatian, pertama, penegakan hukum itu berlegitimasi atau taat

20
Luthfi Ansori, 2017, Reformasi Penegakan Hukum Perspektif Hukum Progresif,
Jurnal Yuridis, Vol. 4 No.2, https://doi.org/10.35586/.v4i2.244
21
M. Yasin al Arif, 2019, Penegakan Hukum dalam Perspektif Hukum Progresif,
Jurnal Hukum, Vol. 2 No.1, 10.22437/ujh.2.1.169-192
22
Santoyo, 2008, Penegakan Hukum di Indonesia, Jurrnal Dinamika Hukum, Vol.8
No. 3. http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2008.8.3.74
Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


19
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
asas, sehingga kekurangan dan kelebihannya akan dapat terprediksikan
sebelumnya (predictable). Kedua, pelaksana penegakan hukum dapat
dimintai pertanggungjawaban oleh masyarakat (accountable). Ketiga,
prosesnya tidak dilakukan secara sembunyi-sembunyi yang dapat
mengindikasikan adanya kolusi (transparency). Keempat, prosesnya
prosesnya terbuka untuk mengakomodasi opini kritis masyarakat
(participated).23

2. Teori Positivisme Hukum

Menurut Mario Julyano, yang merujuk pada pandangan Erlyn Indarti


tentang positivisme hukum (legal positivism), dipaparkan bahwa legal
positivism tergolong dalam kerangka paradigma positivisme bersama
dengan aliran-aliran filsafat seperti legal philosophy dan natural law.
Dalam perspektif legal positivism, hukum dipandang sebagai "law as what
it is written in the books", yang merupakan aturan-aturan positif yang
berlaku secara umum dan abstrak pada suatu waktu dan tempat tertentu.
Dengan demikian, hukum dipahami sebagai ius constitutum, merujuk pada
hukum yang ada dan mengikat pada saat yang bersangkutan. 24

Saat ini, menurut kutipan dari Soetikno, pandangan positivisme hukum


menurut Herbert Lionel Adolphus Hart memiliki lima karakteristik yang
terdapat di dalamnya, yaitu:25

i. Hukum merupakan peraturan yang berasal dari manusia;

ii. Tidak ada keterkaitan yang mutlak antara hukum dan moralitas,
atau antara hukum yang berlaku (law as it is) dan hukum yang
diinginkan (law as it ought to be);

iii. Analisa mengenai pengertian hukum (legal concept)adalah


penting dan harus dibedakan dari:

23
Ibid
24
Mario Julyano dan Aditya Yuli, 2019, Pemahaman Terhadap Asas Kepastian
Hukum Melalui Konstruksi Penalaran Positivisme Hukum, Jurnal Crepido, Vol.1
No.1. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/crepido/
25
Soetiksno, 2004, Filsafat Hukum bagian 1,Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 53
Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


20
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
a) Penelitian sejarah terkait asal-usul hukum atau sumber
hukum;

b) Penyelidikan secara sosiologis mengenai hubungan


hukum dengan gejala-gejalakemasyarakatan
lainnya, penyelidikan hukum yang didasari pada kesusilaan,
dan tujuan-tujuan sosial fungsi hukum dan
sebagainya;

iv. Sistem hukum merupakan suatu sistem logika yang tertutup


(closed logical system), di mana aturan-aturan hukum yang benar
bisa diperoleh melalui alat-alat logika dari peraturan-peraturan
hukum yang telah ditetapkan sebelumnya, tanpa
mempertimbangkan tujuan-tujuan sosial, politik, standar moral,
dan sejenisnya;

v. Pertimbangan terkait moralitas tidak dapat dibuktikan dengan


menggunakan argumen dan bukti berdasarkan logika,
sebagaimana halnya dalam penyajian fakta-fakta (non-
cognitivism in ethics).

Dalam aliran positivisme, hukum dihasilkan sebagai hasil langsung


dari suatu sumber kekuasaan politik yang spesifik yang memberikan
legitimasi. Dalam konteks ini, hukum secara utama muncul sebagai
perintah-perintah yang tegas dan eksplisit yang telah dirumuskan secara
positif untuk menjamin kepastiannya, seperti yang tercermin dalam
peraturan-peraturan hukum yang berlaku di tingkat nasional dalam suatu
negara. Oleh karena itu, dapat diungkapkan bahwa prinsip-prinsip yang
mendasari aliran-aliran ini terutama bergantung pada norma positif
legislatif yang termasuk dalam ranah normatif positif.26

Berdasarkan landasan teori-teori tersebut, terdapat pemahaman


mendalam mengenai hubungan yang erat antara positivisme hukum dengan
asas kepastian hukum. Hubungan yang terjalin antara asas kepastian hukum

26
Op.Cit, Mario Julyano. hlm. 13.
Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


21
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
dengan positivisme terletak pada upaya memberikan kejelasan terhadap
hukum positif. Dalam pandangan aliran positivisme, terdapat persyaratan
akan adanya "keteraturan" (regularity) dan "kepastian" (certainty) guna
mendukung kelancaran fungsi sistem hukum.27

Adapun asas kepastian hukum menurut Peter Mahmud Marzuki


sebagaimana mengutip pendapat Kelsen, menjelaskan bahwa hukum
sebagai suatu sistem norma. Norma-norma ini merupakan pernyataan yang
menegaskan apa yang seharusnya dilakukan, dengan mencakup beberapa
peraturan mengenai tindakan yang seharusnya diambil. Norma-norma ini
adalah hasil dari pikiran dan tindakan manusia yang dilakukan secara sadar.
Undang-Undang, yang berisi peraturan-peraturan umum, berfungsi sebagai
panduan bagi individu dalam berinteraksi dalam masyarakat, baik dalam
hubungannya dengan sesama individu maupun dengan masyarakat secara
keseluruhan. Aturan-aturan ini menjadi pembatas bagi perilaku masyarakat
terhadap individu, baik untuk melarang atau mengatur tindakan mereka.
Keberadaan aturan-aturan ini, serta penerapannya, menciptakan kepastian
hukum.28

Hubungan antara positivisme hukum bahwa positivisme hukum


menciptakan suatu hukum yang konkret dan terbebas dari konsepsi abstrak
yang akan menciptakan ketidakpastian. Hal ini sejalan dengan maksud dan
tujuan dari asas kepastian hukum yang mana menjamin agar para pencari
keadilan dapat menggunakan suatu hukum yang pasti dan konkret serta
objektif, tanpa adanya keterlibatan dari spekulasi-spekulasi ataupun
pandangan yang subjektif. asas kepastian hukum dapat dikatakan
merupakan anak kandung dari penalaran positivisme terhadap hukum.
Positvisme hukum seperti yang sebelumnya telah dijelaskan berusaha
menciptakan suatu hukum yang objektif ataupun tertulis yang dibuat oleh

27
Mirza Satria Buana, 2010, Hubungan Tarik-Menarik Antara Asas Kepastian
Hukum (Legal Certainpi) Dengan Asas Keadilan (Substantial Justice) Dalam
Putusan-Putusan Mahkamah Konstltusi, Tesis Magister Ilmu Hukum Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta, hlm. 34
28
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta,
hlm.158.
Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


22
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
negara untuk menciptakan keteraturan bagi masyarakatnya. Dengan hukum
yang demikian maka akan menciptakan apa yang dikatakan sebagai asas
kepastian hukum, dimana masyarakat tempat hukum berada terjamin secara
pasti bahwa terdapat hukum yang mengaturnya tentang apa yang harus
dilakukan dan tidak harus dilakukan.29

3. Sinkronisasi Hukum

Sinkronisasi hukum merujuk pada upaya untuk menyelaraskan dan


mengoordinasikan sejumlah regulasi hukum yang berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang sudah berlaku maupun yang sedang dalam proses
pembentukan, yang mengatur aspek spesifik dari suatu domain tertentu. Ini
mencakup harmonisasi dan koordinasi berbagai peraturan perundang-
undangan untuk memastikan keselarasan dan konsistensi dalam pengaturan
suatu bidang hukum.30 Mengutip pendapat dari Inche, proses sinkronisasi
ialah menciptakan fondasi regulasi yang kokoh untuk suatu area khusus,
yang mampu memberikan kepastian hukum yang memadai untuk
menjalankan bidang tersebut dengan efisiensi dan efektivitas yang
optimal.31

Pendapat Novianto, Fokus utama dari upaya sinkronisasi adalah


menghasilkan kerangka kerja hukum yang kokoh untuk mengatur suatu
ranah khusus. Hal ini bertujuan untuk memberikan kejelasan dan kepastian
yang cukup dalam aspek hukum terkait agar pelaksanaan di bidang tersebut
dapat berjalan dengan cara yang tidak hanya efisien, tetapi juga efektif.
Proses sinkronisasi ini menjadi semacam fondasi yang kuat bagi aturan-
aturan yang berlaku, memastikan bahwa ketentuan hukum yang ada
memiliki keterpaduan dan koherensi, sehingga memberikan landasan yang

29
Op.cit, Mario Julyano. hlm. 14.
30
https://sultra.bpk.go.id/wp-content/uploads/2018/04/Sinkronisasi-Harmonisasi,
diakses pada tanggal 31 Oktober 2023.
31
Inche Sayuna, 2016, Harmonisasi dan Sinkronisasi Hukum Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Ditinjau Dari Otentisitas Akta
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, hlm. 16.
Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


23
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
stabil dan jelas bagi semua pihak yang terlibat dalam menjalankan dan
mengelola bidang tersebut.

Menurut Inche dalam penelitiannya, terdapat dua jenis sinkronisasi di


bidang hukum. Yaitu ;32

i. Sinkronisasi Vertikal

Sinkronisasi Vertikal merujuk pada penyelarasan aturan


hukum di berbagai tingkatan hierarki. Proses ini mengevaluasi
keberlangsungan peraturan di tingkat yang berbeda untuk
memastikan bahwa regulasi hukum yang ada dalam suatu domain
spesifik tidak saling berlawanan atau kontradiktif satu sama lain.
Adapun hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur
di dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ; Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.

ii. Sinkronisasi Horizontal

Sinkronisasi Horisontal adalah proses penyelarasan aturan hukum


yang berada pada tingkat hierarki yang sama. Penyesuaian ini
terfokus pada evaluasi peraturan-peraturan hukum sejajar yang
mengatur area atau bidang yang serupa atau terkait satu sama lain.
Pentingnya sinkronisasi horisontal juga tercermin dalam aspek
kronologis, di mana proses ini mempertimbangkan urutan waktu
pembentukan peraturan hukum yang bersangkutan. Sinkronisasi
horizontal merupakan usaha untuk mengungkap sejauh mana
keselarasan antara berbagai peraturan hukum sejajar yang mengatur

32
Ibid, hlm.15.

Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


24
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
domain yang serupa. Tujuan utamanya adalah untuk menilai sejauh
mana konsistensi antara regulasi-regulasi sejajar yang ada dalam
domain yang sama.

4. Harmonisasi Hukum

Menurut Ince, harmonisasi hukum mencerminkan sebuah proses yang


bertujuan untuk menyelaraskan atau menyesuaikan berbagai aturan hukum
yang sedang dalam proses penyusunan. Hal ini dilakukan agar regulasi
hukum yang dihasilkan mematuhi prinsip-prinsip hukum yang berlaku dan
memperlihatkan kualitas aturan perundang-undangan yang optimal. Proses
harmonisasi ini menitikberatkan pada penciptaan aturan hukum yang
sejalan dengan prinsip-prinsip legalitas yang terukur dan memberikan
landasan hukum yang kokoh bagi berbagai kegiatan yang diatur oleh
peraturan tersebut.33 Dalam tulisan yang dibuat oleh Oka Mahendra, makna
harmonisasi hukum dapat dilihat sebagai sebuah proses ilmiah yang
bertujuan untuk mencapai penyatuan yang tertulis, yang mengikuti nilai-
nilai filosofis, sosiologis, ekonomis, serta yuridis.34

Menurut pandangan Kusnu dalam penelitiannya, menyebutkan


bahwasanya harmonisasi hukum yang merujuk pada usaha atau proses
untuk menciptakan keselarasan, konsistensi, kompatibilitas, kesesuaian,
dan keseimbangan di antara norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan sebagai bagian dari sistem hukum dalam
satu kerangka sistem hukum nasional. Ini berarti bahwa norma-norma
hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan sebagai sub-
sistem dalam kerangka sistem hukum nasional, tidak terpengaruh oleh
perbedaan, tidak saling bertentangan, dan tidak mengalami duplikasi atau
tumpang tindih antara satu sama lain.35

33
Ibid
34
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/432_oka%20mahendra. Diakses
pada tanggal 1 Desember 2023.
35
Kusnu Goesniadhie Slamet, 2004, Harmcnisasi Hukum dalam Perspektif
Perundang-Undangan, Jurnal Hukum, Vol. 11 No. 27.
Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


25
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
Dalam mengulas mengenai ruang lingkup harmonisasi hukum, L.M.
Gandhi, yang merujuk buku "tussen eenheid en verscheidenheid: Opstellen
over harmonisatie instaaat en bestuurecht" (1988), menjelaskan bahwa
harmonisasi dalam konteks hukum melibatkan penyesuaian antara
peraturan perundang-undangan, keputusan pemerintah, keputusan hakim,
sistem hukum, dan prinsip-prinsip hukum dengan tujuan untuk
meningkatkan kesatuan hukum, kepastian hukum, keadilan, keseimbangan,
kegunaan, serta kejelasan hukum. Hal ini dilakukan tanpa menghilangkan
atau mengorbankan keberagaman hukum jika memang diperlukan.36

36
https://sultra.bpk.go.id/wp-content/uploads/2018/04/Sinkronisasi-Harmonisasi.
Diakses pada tanggal 1 Desember 2023.

Albert Gregorius, 2024

DISHARMONI PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN


26
UPN Veteran Jakarta, Fakultas Hukum, S1-Ilmu Hukum

[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]

Anda mungkin juga menyukai