Albert Gregorius - BAB II
Albert Gregorius - BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
mengenai tiga isu hukum di
atas. Dengan memperbaharui
terkait optimalisasi
penegakan hukum
Pembaharuan pada penelitian
2 Akibat Hukum Hasiholan 2021
Berlakunya Naibaho, selanjutnya adalah membahas
Perma Nomor 02 Isnaini dan isu hukum terkait kekaburan
Tahun 2012 Marlini.
tentang Batasan norma hukum, kekosongan
Tindak Pidana hukum dan implementasi
Pencurian Ringan
dan Jumlah penegakan hukum khususnya
Denda Dalam penanganan tindak pidana
KUHP
pencurian ringan.
Berdasarkan hasil identifikasi
terhadap undang-undang atau
peraturan yang terkait dengan
penanganan tindak pidana
pencurian ringan, ditemukan
permasalahan terkait
ketidakpastian nominal
kerugian yang dimaksud
dalam PERPOL No.8/2021
yang mana hal ini berbeda
dengan Perjagung
No.15/2020 dan PERMA
No.02/2012 dimana dalam
Perjagung No.15/2020 dan
Perma No.02/2012
disebutkan nominal pasti dari
kerugian tindak pidana yang
ditimbulkan yaitu
Rp.2.500.000,00. Kemudian
pembaharuan pada
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
selanjutnya adalah terkait
optimalisasi penegakan
hukum terhadap tindak
pidana pencurian ringan,
khususnya harmonisasi
pertaturan perundang-
undangan yang mengatur
penegakan hukum tersebut.
Perkembangan Pembaharuan selanjutnya
3 Tindak Pencurian Rian Prayudi 2019
Saputra yang akan dilakukan adalah
Indonesia
terkait upaya penangan
perkara tindak pidana
pencurian ringan, yang mana
dalam upaya implementasi
penegakan hukum terhadap
tindak pidana pencurian
ringan memiliki permasalah
seperti kekaburan norma
hukum, kekosongan hukum
dan implementasi penegakan
hukum yang kurang baik.
Penelitian yang akan
dilakukan akan
mengidentifikasi permasalah
tersebut serta memberikan
solusi terhadap permasalahan
tersebut. Kemudian
pembaharuan pada
selanjutnya adalah terkait
optimalisasi penegakan
hukum terhadap tindak
pidana pencurian ringan,
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
khususnya harmonisasi
pertaturan perundang-
undangan yang mengatur
penegakan hukum tersebut
B. Tinjauan Teori
1. Teori Penegakan Hukum
Hukum memiliki keterkaitan esensial dengan dinamika sosial
masyarakatnya dan keduanya merupakan elemen yang saling terkait
secara intrinsik. Secara konseptual, hukum tidak berdiri sendiri,
melainkan terjalin dalam kerangka kompleksitas sosial yang dikenal
sebagai struktur dan interaksi masyarakat.20 Kehadiran hukum dalam
kehidupan sosial merupakan hasil dari kebutuhan yang mendasari
masyarakat untuk mencapai kondisi kehidupan yang harmonis, terjamin
keamanannya, serta memberikan kedamaian dan ketenteraman bagi
seluruh anggota masyarakat.21
Upaya menciptakan kehidupan yang damai, aman dan tentram tersebut
dibutuhkan upaya penegakan hukum yang baik. Menurut Santoyo,
penegakan hukum ditujukan guna meningkatkan ketertiban dan kepastian
hukum dalam masyarakat. Hal ini dilakukan antara lain dengan
menertibkan fungsi, tugas dan wewenang lembaga-lembaga yang
bertugas menegakkan hukum menurut proporsi ruang lingkup masing-
masing, serta didasarkan atas sistem kerjasama yang baik dan mendukung
tujuan yang hendak dicapai.22
Dalam melakukan penegakan hukum yang baik harus memahami prinsip-
prinsip yang baik dalam penegakan hukum. Terdapat empat prinsip yang
menjadi perhatian, pertama, penegakan hukum itu berlegitimasi atau taat
20
Luthfi Ansori, 2017, Reformasi Penegakan Hukum Perspektif Hukum Progresif,
Jurnal Yuridis, Vol. 4 No.2, https://doi.org/10.35586/.v4i2.244
21
M. Yasin al Arif, 2019, Penegakan Hukum dalam Perspektif Hukum Progresif,
Jurnal Hukum, Vol. 2 No.1, 10.22437/ujh.2.1.169-192
22
Santoyo, 2008, Penegakan Hukum di Indonesia, Jurrnal Dinamika Hukum, Vol.8
No. 3. http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2008.8.3.74
Albert Gregorius, 2024
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
asas, sehingga kekurangan dan kelebihannya akan dapat terprediksikan
sebelumnya (predictable). Kedua, pelaksana penegakan hukum dapat
dimintai pertanggungjawaban oleh masyarakat (accountable). Ketiga,
prosesnya tidak dilakukan secara sembunyi-sembunyi yang dapat
mengindikasikan adanya kolusi (transparency). Keempat, prosesnya
prosesnya terbuka untuk mengakomodasi opini kritis masyarakat
(participated).23
ii. Tidak ada keterkaitan yang mutlak antara hukum dan moralitas,
atau antara hukum yang berlaku (law as it is) dan hukum yang
diinginkan (law as it ought to be);
23
Ibid
24
Mario Julyano dan Aditya Yuli, 2019, Pemahaman Terhadap Asas Kepastian
Hukum Melalui Konstruksi Penalaran Positivisme Hukum, Jurnal Crepido, Vol.1
No.1. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/crepido/
25
Soetiksno, 2004, Filsafat Hukum bagian 1,Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 53
Albert Gregorius, 2024
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
a) Penelitian sejarah terkait asal-usul hukum atau sumber
hukum;
26
Op.Cit, Mario Julyano. hlm. 13.
Albert Gregorius, 2024
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
dengan positivisme terletak pada upaya memberikan kejelasan terhadap
hukum positif. Dalam pandangan aliran positivisme, terdapat persyaratan
akan adanya "keteraturan" (regularity) dan "kepastian" (certainty) guna
mendukung kelancaran fungsi sistem hukum.27
27
Mirza Satria Buana, 2010, Hubungan Tarik-Menarik Antara Asas Kepastian
Hukum (Legal Certainpi) Dengan Asas Keadilan (Substantial Justice) Dalam
Putusan-Putusan Mahkamah Konstltusi, Tesis Magister Ilmu Hukum Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta, hlm. 34
28
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta,
hlm.158.
Albert Gregorius, 2024
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
negara untuk menciptakan keteraturan bagi masyarakatnya. Dengan hukum
yang demikian maka akan menciptakan apa yang dikatakan sebagai asas
kepastian hukum, dimana masyarakat tempat hukum berada terjamin secara
pasti bahwa terdapat hukum yang mengaturnya tentang apa yang harus
dilakukan dan tidak harus dilakukan.29
3. Sinkronisasi Hukum
29
Op.cit, Mario Julyano. hlm. 14.
30
https://sultra.bpk.go.id/wp-content/uploads/2018/04/Sinkronisasi-Harmonisasi,
diakses pada tanggal 31 Oktober 2023.
31
Inche Sayuna, 2016, Harmonisasi dan Sinkronisasi Hukum Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Ditinjau Dari Otentisitas Akta
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, hlm. 16.
Albert Gregorius, 2024
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
stabil dan jelas bagi semua pihak yang terlibat dalam menjalankan dan
mengelola bidang tersebut.
i. Sinkronisasi Vertikal
32
Ibid, hlm.15.
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
domain yang serupa. Tujuan utamanya adalah untuk menilai sejauh
mana konsistensi antara regulasi-regulasi sejajar yang ada dalam
domain yang sama.
4. Harmonisasi Hukum
33
Ibid
34
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/432_oka%20mahendra. Diakses
pada tanggal 1 Desember 2023.
35
Kusnu Goesniadhie Slamet, 2004, Harmcnisasi Hukum dalam Perspektif
Perundang-Undangan, Jurnal Hukum, Vol. 11 No. 27.
Albert Gregorius, 2024
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]
Dalam mengulas mengenai ruang lingkup harmonisasi hukum, L.M.
Gandhi, yang merujuk buku "tussen eenheid en verscheidenheid: Opstellen
over harmonisatie instaaat en bestuurecht" (1988), menjelaskan bahwa
harmonisasi dalam konteks hukum melibatkan penyesuaian antara
peraturan perundang-undangan, keputusan pemerintah, keputusan hakim,
sistem hukum, dan prinsip-prinsip hukum dengan tujuan untuk
meningkatkan kesatuan hukum, kepastian hukum, keadilan, keseimbangan,
kegunaan, serta kejelasan hukum. Hal ini dilakukan tanpa menghilangkan
atau mengorbankan keberagaman hukum jika memang diperlukan.36
36
https://sultra.bpk.go.id/wp-content/uploads/2018/04/Sinkronisasi-Harmonisasi.
Diakses pada tanggal 1 Desember 2023.
[www.upnvj.ac.id-www.library.upnvj.ac.id-www.repository.upnvj.ac.id]