HUKUM PIDANA
Perbarengan tidak pidana atau dikenal juga dengan istilah concursus adalah terjadinya dua
atau lebih tindak pidana oleh satu orang pelaku dimana tindak pidana yang dilakukan pertama
kali belum dijatuhi pidana, atan antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana
berikutnya belum dibatasi oleh suatu keputusan hakim. Jika dalam ajaran penyertaan
dijumpai adanya lebih dari satu orang yang tersangkut dalam melakukan perbuatan pidana,
maka dalam ajaran concursus, dijumpai persoalan adanya beberapa tindak pidana yang
dilakukan satu orang (tatermenhreit). Concursus dibagi menjadi dari Concursus Idealis,
Perbarengan peraturan (concursus idealis) yaitu suatu perbuatan yang masuk kedalam
lebih dari satu aturan pidana. misalnya terjadi pemerkosaan dijalan umum, maka
pelaku dapat diancam dengan pidana penjara 12 tahun menunt Pasal 285 KUHP. dan
pidana penjara 2 tahun 8 bulan menurut Pasal 281 KUHP dengan sistem absorbsi,
maka diambil yang terberat, yaitu 12 tahun penjara. Terwujudnya apa yang disebut
dengan perbarengan peraturan pada pidana. Pengertian dasar ini sesuai dengan apa
yang dinumskan oleh Pasal 63 ayat (1) KUHP yang menyatakan bahwa "Jika suatu
perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya
salah satu di antara aturan-aturan itu dan jika berbeda-beda, yang dikenakan yang
beberapa perbuatan yang tidak ada hubungan satu sama lain dan yang masing-masing
perbuatan mana berdiri sendiri dan masing- masing merupakan pelanggaran terhadap
belum ada yang dijatuhkan hukuman oleh pengadilan dan akan diadili sekaligus oleh
pengadilan Concursus realis diatur dalam Pasal 65 dan 66 KUHP "gabungan dari
tersendiri- sendiri dan yang masing-masing menjadi kejahatan" Pasal 65 KUHP yang
menjadi kejahatan yang diancam dengan hukuman utama yang sejenis maka
untuk perbuatan itu,akan tetapi tidak boleh lebih dari hukuman maksimum
perbuatan yang berdiri sendiri dan masing- masing merupakan tindak pidana
o Seorang pembuat
o Serentetan tindak pidana yang dilakukan olehnya,
o Tidak pidana itu perlu sejenis atau berhubungan satu sama lain: dan
Mengenai perbuatan berlanjut ini diatur dalam Pasal 64 yang rumusannya adalah
sebagai berikut:
berat
Begitu juga hanya dikenakan satu aturan pidana, jika orang dinyatakan
Pasal 364, 373, 379 dan 407 ayat 1, sebagai perbuatan berlanjut dan
berlanjut, yaitu:
Perbuatan berlanjut itu sendiri terdiri dari perbuatan pidana perbuatan pidana
yang masing-masing adalah berdiri sendin, akan tetap menguny pertalian satu sama
lain. Jadi masing-masing perbuatan padana itu mempunyai tempat, waktu dan
pidana tidak dalam satu waktu melainkan ada jeda waktu dan ada hubungannya antara
satu tindak pidana sama dengan yang lam karena Harley membutuhkan nang untuk
mendekati Layla yang materialati dan ia melalukan tidak padamu lam setelah uang
yang dicuri habis dahulu. Perbuatan Harley telah memenuhi ketentuan Pasal 6 KUHP
Sumber
Ali, Mahrus. (2011). Dasar-Dasar Hukum Pidana. Jakarta Timur: Sinar. Grafika.
Peter Mahmud Marzuki. (2021). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
2. Dasar hukum dan ancaman pidana maksimal yang terkait dengan perbuatan Harley
memirat KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) di Indonesia adalah sebagai
berikut
a. Pencurian Sepeda Motor:
Dasar hukum: Pasal 362 KUHP tentang pencurian. Ancaman pidana maksimal: 7
tahun penjara
b. Penggelapan Mobil:
Dasar hukum: Pasal 372 KUHP tentang penggelapan. Ancaman pidana maksimal: 4
tahun penjara
c. Pencurian Handphone:
Dasar hukum: Pasal 362 KUHP tentang pencurian. Ancaman pidana maksimal: 7
tahun penjara
d. Pembunuhan:
Dasar hukum: Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan. Ancaman pidana maksimal:
pidana mati atau penjara seumur hidup.
Sumber
Ni Made Wahyuni Paramitha; 1 Ketut Sukadana, Ni Made Sukaryati Karma (2021) "Pemberatan
Hakanan Terhadap Residens (Studi Kasus Putusan Perkara Nomor 50 Pul B/2018/PN Tab)" Jurnal
Analogi Hukum Vol 3 No. 1, Him 851)
Jawab:
Residivis adalah pengulangan dari suatu tindak pidana yang dilakukan oleh
pelaku yang sama dari tindak pidana sebelumnya ataupun tindak pidana lainnya yang
telah dijatuhi hukuman dan inkrah atau memiliki kekuatan hukum tetap, serta
pengulangan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu, dan memenuhi syarat tertentu
yang telah ditetapkan. Apabila seorang melakukan suatu tindak pidana dan untuk itu
dijatuhkan pidana padanya, akan tetapi dalam jangka waktu tertent
Perilaku kriminal itu diulang untuk kedua kalinya, atau bahkan dilakukan secara
berulang. Hal itu meliputi berbagai akibat, seperti penghukuman kembali, penangkapan
kembali, pemenjaraan kembali, dan lamnya. Orang yang melakukan kriminal secara
berulang itu juga disebut juga dengan residivis. Sebelum disebut sebagai residivis,
terlebih dahulu telah dinyatakan sebagai narapidana atau telah selesai menjalani hukuman
yang telah dijatuhkan kepadanya.
3.B. Apakah perbuatan Harley dapat dikategorikan sebagai Residivis menurut KUHIP
Indonesia? Jelaskanlah!
Jawab:
Berdasarkan kasus yang Anda berikan, perbuatan Harley tidak dapat langsung dikategorikan
schagai residivis berdasarkan KUHP Indonesia Residivis adalah istilah yang merujuk pada
seseorang yang melakukan tindak pidana setelah sebelumnya telah dihukum karena tindak
pidana serupa. Dalam kasus Harley, tidak ada informasi yang menyebutkan bahwa ia
sebelumnya pernah dihukum karena tindak pidana yang serupa. Namun, perbuatan Harley
dalam kasus ini melibatkan beberapa tindak pidana terpisah, seperti pencurian sepeda motor,
penggelapan mobil, pencurian handphone, dan pembunuhan terhadap Jhonson. Setiap tindak
pidana ini akan diperlakukan sebagai tindak pidana terpisah dan akan dinilai secara terpisah
pula.
Setelah Harley bebas. Pada bulan Maret tahun 2014, Harley masih menyimpan dendam
terhadap Jhonson yang pernah melaporkannya ke Polisi. Secara kebetulan, mereka bertemu di
sebuah pasar bernama Pochinki. Tanpa pikir panjang. Harley langsung mengambil sebuah
tongkat besi yang ada di jalan dan menusukkan nya ke dada Jhonson secara berulang-ulang
sampai Jhonson rewas Setelah melihat kasus ini. Harley dapat dikategorikan sebagai
Residivis karena Harley masuk dalam ketentuan Pasal 486 KUHP bahwa:
"Hukuman penjara yang ditentukan dalam pasal 127, 204 ayat pertam. 244- 248, 253-260 bis,
263, 264, 266-268, 274, 362. 363, 365 ayat pertama, kedua dan ketiga 368 ayat pertama dan
kedua, sekedar ditunjukkan disitu keayat kedua dan ketiga dari pasal 365, pasal 369, 372,
374, 375, 378, 380, 381-383, 385-388, 397, 399, 400, 402. 415, 417, 426, 432 ayat
penghabisan, 452, 466, 480 dan 481, begitu juga hukuman penjara sementara, yang akan
dijatuhkan menurut pasal 204, ayat kedua, 365, ayat keempat dan 368, ayat kedua.. sekedar
ditunjukkan disitu keayat keempat dari pasal 365, dapat ditambah dengan sepertiganya, jika
waktu melakukan kejahatan itu belum lalu 5 tahun sejak sitersalah menjalani sama sekali atau
sebagian saja, baik hukuman penjara karena salah satu kejahatan yang diterangkan pada pasal
im, maupun hukuman penjara yang dijamıhkan karena salah satu kejahatan yang
dimaksudkan dalam salah satu pasal 140-143, 145 dan 149 dari Kitab Undang-undang
Hukum Pidana Teutara, atau sejak hukuman itu dihapuskan, baginya sama sekali, ataupun
jika pada waktu melakukan kejahatan itu, hak menjalankan hukuman itu belum gugur karena
liwat waktunya."
Berdasarkan ketentuan Pasal diatas, sebelum bebas Harley melakukan tindak pidana
pencurian di Pasal 363 KUHP dan Pasal tersebut tercantum dalam ketentuan Pasal 486
KUHP. Jadi dapat disimpulkan baliwa Harley adalah Residivis pencurian yang telah
menjalani masa penjaranya dan bebas, melakukanpembunuhan terhadap Jhonson yang
merupakan orang yang melaporkannya atas motif balas dendam
Sumber Referensi:
-Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
- BMP 4203, Hukum Pidana.
- Muhammad Mustofa, 2015, Metodologi Penelitian Kriminologi. Jakarta: Prenada Media.
- R. Scenario Soerodibroto, 2006, KUHP dan KUHAP, Jakarta: Rajawali Press.
- Ni Made Waliyuni Paramitha; I Ketut Sukadana; Ni Made Sukaryati Karma (2021).
"Pemberatan Hukuman Terhadap Residivis (Studi Kasus Pumsan Perkara Nomor
50/Pid.B/2018/PN Tab)". Jurnal Analogi Hukum, Vol 3 No. 1.