Anda di halaman 1dari 19

Menurut pendapat Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Asas-asas

Hukum Pidana Indonesia menyebutkan:


Hukum merupakan rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah
laku orang-orang sebagai anggota masyarakat, sedangkan satu-satunya
tujuan dari hukum ialah mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan tata
tertib dalam masyarakat!"#
$sman %imanjuntak, dalam bukunya Teknik Pemeliharaan dan
Upaya Hukum mengatakan bah&a
Perbuatan pidana adalah suatu perbuatan phisik yang termasuk
kedalam perbuatan pidana!'#
Pendapat $sman %imanjuntak ini (enderung menggunakan istilah
Perbuatan Pidana dalam mengartikan Straff baar Feit, karena istilah
perbuatan pidana itu lebih kongkrit yang mengarah kedalam perbuatan
phisik perbuatan pidana, karena tidak semua perbuatan phisik itu
perbuatan pidana, dan begitu juga sebaliknya dengan suatu perbuatan
phisik dapat menimbulkan beberapa perbuatan pidana
)indak pidana dapat dibeda-bedakan atas dasar-dasar tertentu, yaitu:
- Menurut sistem *$HP, dibedakan antara kejahatan +misdrijven, dimuat
dalam buku II dan pelanggaran +overtredingen, dimuat dalam buku III
- Menurut (ara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana -ormil
+formeel delicten, dan tindak pidana materiil +materieel delicten,
- .erdasarkan bentuk kesalahannya, dibedakan antara tindak pidana
sengaja +doleus delicten, dan tindak pidana dengan tidak disengaja
+culpose delicten,
- .erdasarkan ma(am perbuatannya, dapat dibedakan antara tindak
pidana akti-/positi- dapat juga disebut tindak pidana komisi +delicta
commissionis, dan tindak pidana pasi-/negati-, disebut juga tindak
pidana omisi +delicta omissionis,
- .erdasarkan saat dan jangka &aktu terjadinya, maka dapat dibedakan
antara tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana terjadi dalam
&aktu lama atau berlangsung lama/berlangsung terus
- .erdasarkan sumbernya, dapat dibedakan antara tindak pidana umum
dan tindak pidana khusus
- dilihat dari sudut subyek hukumnya, dapat dibedakan antara tindak
pidanacommunia +yang dapat dilakukan oleh siapa saja,, dan tindak
pidana propria+dapat dilakukan hanya oleh orang memiliki kualitas
pribadi tertentu,
- .erdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan maka
dibedakan antara tindak pidana biasa +gewone delicten, dan tindak
pidana aduan +klacht delicten,
- .erdasarkan berat ringannya pidana yang dian(amkan, maka dapat
dibedakan antara tindak pidana bentuk pokok +eencoudige delicten,,
tindak pidana yang diperberat +gequalificeerde delicten, dan tindak
pidana yang diperingan +gequalifeceerde delicten, dan tindak pidana
yang diperingan +gepriviligieerde delicten,
- .erdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi, maka tindak pidana
tidak terbatas ma(amnya bergantung dari kepentingan hukum yang
dilindungi, seperti tindak pidana terhadap nya&a dan tubuh, terhadap
harta benda, tindak pidana pemalsuan, tindak pidana terhadap nama
baik, terhadap kesusilaan dan lain sebagainya
- 0ari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan,
dibedakan antara tindak pidana tunggal +ekelovoudige delicten, dan
tindak pidana berangkai +samengestelde delicten,
Walaupun dasar pembedaan itu terdapat titik lemah, karena tidak
menjamin bah&a seluruh kejahatan dalam buku II itu semuanya itu
bersi-at demikian, atau seluruh pelanggaran dalam buku III mengandung
si-at terlarang kerana dimuatnya dalam undang-undang 1ontohnya
sebagaimana yang dikemukakan Ha2e&inkel %uringa, Pasal 345 *$HP,
Pasal 356 *$HP atau Pasal 768 *$HP yang masuk pelanggaran pada
dasarnya sudah merupakan si-at ter(ela dan patut dipidana sebelum
dimuatnya dalam undang-undang %ebaliknya ada kejahatan misalnya
Pasal "54, Pasal 933 yang dinilai menjadi serius dan mempunyai si-at
terlarang setelah dimuat dalam undang-undang!9#
Apa pun alasan pembedaan antara kejahatan dan pelanggaran, yang
pasti jenis pelanggaran itu adalah lebih ringan daripada kejahatan, hal ini
dapat diketahui dari an(aman pidana pada pelanggaran tidak ada yang
dian(am dengan pidana penjara, tetapi berupa pidana kurungan dan
denda, sedangkan kejahatan lebih didominir dengan an(aman pidana
penjara
0engan dibedakannya tindak pidana antara kejahatan dan pelanggaran
se(ara tajam dalam *$HP, mempunyai konsekuensi berikutnya dalam
hukum pidana materiil, antara lain yaitu:
", 0alam hal per(obaan, yang dapat dipidana hanyalah terhadap
per(obaan melakukan kejahatan saja, dan tidak pada per(obaan
pelanggaran
', Mengenai pembantuan, yang dapat dipidana hanyalah pembantuan
dalam hal kejahtan, dan tidak dalam hal pelanggaran
9, A2as personaliteit hanya berlaku pada &arga negara :I yang
melakukan kejahatan +bukan pelanggaran, di&ilayah hukum :I yang
menurut hukum pidana ;egara asing tersebut adalah berupa
perbuatan yang dian(am pidana
3, 0alam hal melakukan pelanggaran, pengurus atau anggota pengurus
atau para komisaris hanya dipidana apabila pelanggaran itu terjadi
adalah atas sepengetahuan mereka, jika tidak, maka pengurus,
anggota pengurus atau komisaris itu tidak dipidana Hal ini tidak
berlaku pada kejahatan
7, 0alam ketentuan perihal syarat pengaduan bagi penuntutan pidana
terhadap tindak pidana +aduan, hanya berlaku pada jenis kejahatan
saja, dan tidak pada jenis pelanggaran
8, 0alam hal tenggang &aktu dalu&arsa hak negara untuk menuntut
pidana dan menjalankan pidana pada pelanggaran relati- lebih
pendek daripada kejahatan
<, Hapusnya hak negara untuk melakukan penuntutan pidana karena
telah dibayarnya se(ara sukarela denda maksimum sesuai yang
dian(amkan serta biaya-biaya yang telah dikeluarkan jika penuntutan
telah dimulai, hanyalah berlaku pada pelanggaran saja
4, 0alam hal menjatuhkan pidana perampasan barang tertentu dalam
pelanggaran-pelanggaran hanya dapat dilakukan jika dalam undang-
undang bagi pelanggaran tersebut ditentukan dapat dirampas
5, 0alam ketentuan mengenai penyertaan dalam hal tindak pidana yang
dilakukan dengan alat per(etakan hanya berlaku pada pelanggaran
"6, 0alam hal penadahan, benda obyek penadahan haruslah oleh dari
kejahatan saja, dan bukan dari pelanggaran
"", *etentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia hanya
diberlakukan bagi setiap pega&ai negeri yang diluar &ilayah hukum
Indonesia melakukan kejahatan jabatan, dan bukan pelanggaran
jabatan
"', 0alam hal perbarengan perbuatan sistem penjatuhan pidana
dibedakan antara perbarengan antara kejahatan dengan kejahatan
yang menggunakan sisten hisapan yang diperberat dengan
perbarengan perbuatan anatara kejahatan dengan pelanggaran atau
pelanggaran dengan pelanggaran yang menggunakan sistem
kumulasi murni
)indak pidana -ormil adalah tindak pidana yang dirumuskan
sedemikian rupa, sehingga memberikan arti bah&a inti larangan yang
dirumuskan itu adalah melakukan perbuatan tertentu Perumusan tindak
pidana -ormil tidak memperhatikan atau tidak memerlukan timbulnya
suatu akibat tertentu dari perbuatan sebagai syarat penyelesaian tindak
pidana, melainkan semata-mata pada perbuatannya Misalnya pada
pen(urian untuk selesainya pen(urian digantungkan pada selesainya
perbuatan mengambil
%ebaliknya dalam rumusan tindak pidana materiil, inti larangan
adalah pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang
menimbulkan akibat yang dilarang itulah yang dipertanggungja&abkan
dan dipidana )entang bagaimana &ujud perbuatan yang menimbulkan
akibat terlarang itu tidak penting Misalnya pada pembunuhan inti
larangan adalah pada menimbulkan kematian orang, dan bukan pada
&ujud menembak, memba(ok, atau memukul untuk selesainya tindak
pidana digantungkan pada timbulnya akibat dan bukan pada selesainya
&ujud perbuatan
.egitu juga untuk selesainya tindak pidana materiil tidak bergantung
pada sejauh mana &ujud perbuatan yang dilakukan, tetapi sepenuhnya
digantungkan pada syarat timbulnya akibat terlarang tersebut misalnya
&ujud memba(ok telah selesai dilakukan dalam hal pembunuhan, tetapi
pembunuhan itu belum terjadi jika dari perbuatan itu belum atau tidak
menimbulkan akibat hilangnya nya&a korban, yang terjadi hanyalah
per(obaan pembunuhan
irjono Prodjo !ikoro" #sas Hukum Pidana !i $ndonesia" %&afika #ditama"
'andung" ())(*" halaman +,
-(. Usman Simanjutak" Teknik Penuntutan dan Upaya Hukum" %'ina /ipta"
0akarta" +11,*" halaman 12
-3. #dami /ha4awi" Pelajaran Hukum Pidana $ 'agian $" %&aja 5rafindo
Persada" 0akarta" ())(*" halaman +()
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR
TINDAK PIDANA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari persinggungan atau interaksi
antar sesama. Karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan manusia lainnya.
udah merupakan si!at dasar manusia untuk bertidak egois. ehingga apabila si!at
tersebut terus menerus dibiarkan" maka yang ter#adi adalah ketidak beraturan yang
menyebabkan kehan$uran.
%leh karenanya manusia membutuhkan aturan&aturan yang mengatur hak dan
ke'a#iban satu antar lainnya. Demi me'u#udkan kehidupan yang aman dan se#ahterah.
esuai dengan saran tu#uan KUHP nasional
Untuk mencegah penghambatan atau penghalang-halangan datangnya masyarakat yang
dicita-citakan oleh bangsa indonesia, yaitu dengan jalan penentuan perbuatan-perbuatan
manakah yang pantang dan tidak boleh dilakukan, serta pidana apakah yang diancamkan
kepada mereka yang melanggar larangan-larangan itu..
Perbuatan pidana merupakan perbuatan yang merugikan masyarakat. ehingga sudah
selayaknya kita tidak melakukan hal tersebut.
Bila kita ingin men#auhi sesuatu" maka kita harus mengetahui dulu apakah itu.
ehingga dikemudian hari kita tidak salah dalam memilih sebuah perbuatan. (aka dirasa
penting bagi kami untuk mengankat #udul )Pengertian dan Unsur&Unsur Perbuatan
Pidana*.

B. +umusan masalah

,. Apakah itu perbuatan pidana-
.. Apakah unsur&unsur perbuatan pidanayang disepakati oleh para sar#ana-
/. Adakah unsur&unsur perbuatan pidana yang tak disepakati oleh para sar#ana-

0. 1u#uan

,. (engetahui de!inisi perbuatan pidana.
.. (emahami unsur&unsur perbuatan pidana yang disepakati oleh para sar#ana.
/. (engetahui unsur&unsur perbuatan pidana yang tak disepakati oleh para
sar#ana.

BAB II

PE(BAHAAN

A. Perbuatan Pidana
Pengertian perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum larangan yang mana disertai an$aman 2sangsi3 yang berupa pidana tertentu" bagi
barangsiapa melanggar larangan tersebut.4,5 Dapat #uga dikatakan bah'a perbuatan
pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan dian$am pidana"
asal sa#a dalam pada itu diingat bah'a larangan ditun#ukkan kepada perbuataan" 2yaitu
suatu keadaan atau ke#adiaan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang3" sedangkan
an$aman pidananya ditun#ukkan kepada orang yang menimbulkannya ke#adian
itu. Antara larangan dan an$aman pidana ada hubungan yang erat" oleh karena antara
ka#adian dan orang yang menimbulkan ke#adian itu" ada hubungan yang erat pula. Dan
#ustru untuk menyatakan hubungan yang erat itu6 maka dipakailah perkataan perbuatan"
yaitu suatu pengertian abstrak yang menun#ukkan kepada dua keadaan konkrit7 pertama"
adanya ke#adian yang tertentu dan kedua" adanya orang yang berbuat" yang menimbulkan
ke#adian itu.68span9
Ada lain istilah yang dipakai dalam hukum pidana" yaitu )tindak pidana*. Istilah
ini" karena timbulnya dari pihak kementrian kehakiman" sering dipakai dalam perundang&
undanagan. (eskipun kata )tindak* lebih pendek dari *perbuatan* tapi )tindak ) tidak
menun#ukkan pada suatu yang abstrak seperti perbuatan" tapi hanya menyatakan
perbuatan konkrit" sebagaimana halnya dengan peristi'a dengan perbedaan bah'a tindak
adalah kelakuan" tingkah laku" gerak&gerik atau sikap #asmani seseorang . %leh karena
tindak sebagai kata tidak begitu dikenal" maka dalam perundang&undangan yang
menggunakan istilah tindak pidana baik dalam pasal&pasal sendiri" maupun dalam
pen#elasannya hampir selalu dipakai pula kata perbuatan.
0ontoh7 U.U no. : tahun ,;</ tentang pemilihan umum 2pasal ,.:" ,.; dan lain&lain.4.5
(enurut Pro!. Dr. =ir#ono Prod#odikoro dalam bukunyaasas&asas hukum pidana
di indonesia memberikan de!inisi ) tindak pidana*atau dalam bahasa Belanda stra!baar
!eit" yang sebenarnya merupakan istilah resmi dalam tra!'etboek atau Kitab Undang&
Undang Hukum Pidana" yang sekarang berlaku di indonesia. Ada istilah dalam bahasa
asing" yaitu deli$t.
1indak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenai hukum
pidana. Dan" pelaku ini dapat dikatakan merupakan )sub#ek* tindak pidana.4/5
edangkan dalam buku Pela#aran Hukum Pidana karya Drs. Adami 0ha>a'i" .H
menyatakan bah'a istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam
hukum pidana Belanda yaitu )stra!baar !eit )" tetapi tidak ada pen#elasan tentang apa
yang dimaksud dengan stra!baar !eit itu. Karena itu para ahli hukum berusaha
memberikan arti dan isi dari istilah itu. ayangnya sampai kini belum ada keragaman
pendapat.4?5
Istilah&istilah yang pernah digunakan baik dalam perundang&undangan yang ada
maupun dari berbagai literatur hukum sebagai ter#emahan dari istilah stra!baar !eit
adalah7
,. 1indak pidana" berupa istilah resmi dalam perundang&undangan pidana kita dan hampir
seluruh peraturan perundang&undangan kita menggunakan istilah ini.
.. Peristi'a pidana" digunakan oleh beberapa ahli hukum misalnya" (r. +. 1resna dalam
bukunya )A>as&A>as Hukum Pidana.Dan para ahli hukum lainnya.
/. Delik" berasal dari bahasa latin )deli$tum* digunakan untuk menggambarkan apa yang
dimaksud dengan stra!baar !eit. Istilah ini dapat di#umpai di beberapa literatur" misalnya
Drs. E. Utre$t" .H.
?. Pelanggaran Pidana" di#umpai dibeberapa buku pokok&pokok hukum pidana yang ditulis
oleh (r. (.H 1irtaamid#a#a.
<. Perbuatan yang boleh dihukum" istilah ini digunakan oleh (r. Karni dalam
bukunya*+ingkasan tentang Hukum Pidana*.
@. Perbuatan yang dapat dihukum" digunakan dalam pembentukan undang&undang dalam
UUD No. ,.8Drt8,;<, tentang sen#ata api dan bahan peledak 2ba$a pasal /3.
:. Perbuatan Pidana" digunakan oleh Pro!. (r. (oel#atnomdalam beberapa tulisan beliau.
4<5

B. Unsur Unsur Perbuatan Pidana yang Disepakati %leh Para ar#ana
Pada hakikatnya" setiap perbuatan pidana harus terdiri dari unsur&unsur lahiriah
2!akta3 oleh perbuatan" mengandung kelakuan dan akibat yang ditimbulkan karenanya.
4@5 ebuah perbuatan tidak bisa begitu sa#a dikatakan perbuatan pidana. %leh karena itu"
harus diketahui apa sa#a unsur atau $iri dari perbuatan pidana itu sendiri.
Ada begitu banyak rumusan terkait unsur&unsur dari perbutan pidana. etiap
sar#ana memiliki perbedaan dan kesamaan dalam rumusannya. eperti Lamintang yang
merumuskan pokok&pokok perbuatan pidana se#umlah tiga
si!at. Wederrechtjek 2melanggar hukum3" aan schuld te wijten 2telah dilakukan dengan
senga#a ataupun tidak dengan senga#a3" dan strafbaar 2dapat dihukum3.4:5
Duet 0risthine&0ansil memberikan lima rumusan. elain harus bersi!at melanggar
hukum" perbuatan pidana haruslah merupakan Handeling 2perbuatan manusia3" trafbaar
gesteld 2dian$am dengan pidana3" toerekenings!atbaar 2dilakukan oleh seseorang yang
mampu bertanggung #a'ab3" dan adanya schuld 2ter#adi karena kesalahan3.4A5
ementara itu" trio $ha!!meister" Kei#>er" dan utoris merumuskan empat hal
pokok dalam perbuatan pidana. eperti yang terlihat dalam de!inisinya sendiri. Perbuatan
pidana adalah perbuatan manusia yang termasuk dalam ruang lingkup rumusan delik"
bersi!at mela'an hukum" dan dapat di$ela.4;5 ehingga perbuatan pidana mengandung
unsur Handeling 2perbuatan manusia3" termasuk dalam rumusan
delik" Wederrechtjek 2melanggar hukum3" dan dapat di$ela.
1idak #auh berbeda dengan berbagai rumusan diatas. (oelyatno menyebutkan
bah'a perbuatan pidana terdiri dari lima elemen. Baitu kelakuan dan akibat 2perbuatan3"
Hal ikh'al atau keadaan yang menyertai perbuatan" keadaan tambahan yang
memberatkan pidana" unsur mela'an hukum yang sub#ekti!" dan unsur mela'an hukum
yang ob#ekti!.4,C5
Dari kesemua rumusan diatas dapat kita lihat bah'a ada beberapa kriteria yang satu
atau dua bahkan semua sar#ana lenyebutkannya. Pertama" unsur melanggar hukum yang
disebutkan oleh seluruh sar#ana. Kedua" unsur )perbuatan* yang disebutkan oleh seluruh
sar#ana ke$uali Lamintang. elebihnya para sar#ana berbeda dalam penyebutannya.

,. Handeling 2perbuatan manusia3

(ekipun lamintang tidak menyebutkan perbuatan manusia sebagai salah satu
unsur perbuatan pidana. Namun" se$ara tidak langsung ia #uga mengakui perbuatan
manusia sebagai bagian dari perbuatan pidana.

"ika kita berusaha untuk menjabarkan sesuatu rumusan delik ke dalam unsur-unsurnya,
maka yang mula-mula dapat kita jumpai adalah disebutkannya suatu tindakan manusia#$$%

Handeling yang dimaksudkan tidak sa#a een doen 2melakukan sesuatu3 namun
#uga een nalatenatau niet doen 2melalaikan atau tidak berbuat3.4,.5 Duga dianggap sebagai
perbuatan manusia adalah perbuatan badan hukum.4,/5
Pen#elasan terkait melakukan sesuatu dan tidak berbuat atau tidak melakukan
sesuatu dapat di#elaskan dengan menggambarkan perbedaan antara kelakuan seorang
pen$uri dan ke'a#iban seorang ibu. eorang pen$uri dapat dipidana dikarenakan ia
berbuat sesuatu. Dalam hal ini seperti yang dirumuskan dalam pasal /@. KUHP

&arang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.#$'%

1erlihat dari pasal tersebut" seorang dapat dian$am karena pen$urian disebabkan
oleh perbuatan mengambil barang. Inilah yang disebut sebagai een doen 2melakukan
sesuatu3.
eorang ibu yang tidak memberi makan kepada anaknya yang masih bayi sehingga
anak itu meninggal dunia. Kini" ibu itu dapat dipersalahkan melakukan pembunuhan dari
pasal //A KUHP.4,<5ibu tersebut tidak dian$am karena pembunuhan yang diakibatkan
oleh ketidak berbuatannya. Inilah yang dikenal sebagai een nalaten atau niet doen.
Perlu diingat" bah'asannya ibu tersebut dapat dipidana dikarenakan ia memiliki
ke'a#iban untuk mera'at anaknya. Hal tersebut berdasar pada pasal .;A KUHPdt.
(asalah ini haruslah di #elaskan demi membatasi $akupan sub#ek perbuatan pidanan.
Kalau seorang anak mati karena tidak diberi makan" maka dapat dikatakan bah'a
semua orang yang tidak men$egah kelaparannya" merapas nya'a anak itu. Dengan
demikian lingkuangan pembuat tidak dibatasi. Bang dapat dipidana hanya tidak adanya
perbuatan yang di'a#ibkan oleh undang&undang.4,@5

.. Wederrechtjek 2melanggar hukum3

1erkait dengan si!at melanggar hukum" ada empat makna yang berbeda&
beda yang masing&masing dinamakan sama.4,:5 (aka haruslah di#elaskan ke&
empat&nya.
a. i!at mela'an hukum !ormal
Artinya bah'a semua bagian atau rumusan 2tertulis3 dalam undang&
undang telah terpenuhi. eperti dalam pasal /@. KUHP tentang pen$urian.
(aka rumusannya adalah
,3 (engambil barang orang lain
.3 Dengan maksud dimiliki se$ara mela'an hukum
b. i!at mela'an hukum materil
Artinya perbuatan tersebut telah merusak atau melanggar kepentingan
hukum yang dilindungi oleh rumusan delik tersebut. Kepentingan yang
hendak dilindungi pembentuk undang&undang itu dinamakan )kepentingan
hukum*.4,A5
eperti dipidananya pembunuhan itu demi melindungi kepentingan
hukum berupa nya'a manusia. Pen$urian dian$am pidana karena
melindungi kepentingan hukum yaitu kepemilikan.
$. i!at mela'an hukum umum
i!at ini sama dengan si!at mela'an hukum se$ara !ormal. Namun" ia
lebih menu#u kepada aturan tak tertulis. Dalam artian ia bertentangan
dengan hukum yang berlaku umum pada masyarakat yaitu keadilan.
d. i!at mela'an hukum khusus
Dalam undang&undang dapat ditemukan pernyataan&pernyataan tertulis
terkait mela'an hukum. eperti pada rumusan delik pen$urian )...dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum... (eskipun pada rumusan
perbuatan pidana lainnya tidak ditemukan adanya pernytaan tersebut.
Di$ontohkan dengan pasal //A KUHP

&arang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

eperti yang terlihat dari rumusan pen$urian" si!at perbuatan
pengambilan sa#a tidaklah $ukup untuk menyi!ati sebuah pen$urian. Ia baru
disebut men$uri bila memiliki maksud untuk memiliki se$ara mela'an
hukum. ehingga" bila seorang mahasis'a mengambil buku mahal dari
kamar temannya. 1idaklah berarti bah'a dia berbuat mela'an hukum. Ini
tergantung dari apakah ia telah mendapat i>in dari si pemilik atau tidak.

elain itu" si!at mela'an hukum dilihat dari sumber perla'anannya terbagi
men#adi dua. Pertama" unsur mela'an hukum yang ob#ekti! yaitu menun#uk
kepada keadaan lahir atau ob#ekti! yang menyertai perbuatan.4,;5 Hal ini
digambarkan pada pasal ,@? ayat , KUHP

($) &arang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan
tertutup yang dipakai orang lain dengan me- lawan hukum atau berada di situ
dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak atau suruhannya tidak
pergi dengan segera, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Hal yang men#adi tuntutan atau larangan disitu ialah keadaan ekstern dari
si pelaku. Baitu tidak di>inkan atau dalam istilah di atas )dan atas permintaan
yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan segera. (aka ia melanggar
atau mela'an hukum yang ob#ekti!.
Kedua" unsur mela'an hukum yang sub#ekti! yaitu yang kesalahan atau
peanggarannya terletak dihati terdak'a sendiri. eperti rumusan pen$urian
yang men$antumkan maksud pengambilan untuk memiliki barang se$ara
mela'an hukum.
elain kedua rumusan yang disepakati oleh banyak sar#ana diatas. (asih ada
begitu banyak rumusan lain yang mun$ul dari setiap sar#ana. pada pembahasan
selan#utnya kami akan men$oba men#abarkan beberapa unsur&unsur atau rumusan&
rumusan tersebut.

0. Unsur Unsur Perbuatan Pidana yang 1idak Disepakati %leh Para ar#ana

,. chuld 2kesalahan3
1idak mengetahui atau tidak memahami akan adanya perundang&undangan
bukanlah alasan untuk menge$ualikan penuntutan atau bahkan bukan pula
alasan untuk memperingan hukuman.4.C5 Asas )setiap orang dianggap tahu isi
undang&undang* menekankan pentingnya mengetahui hukum. ehingga
seseorang tidak dengan mudah mengelak dari pelanggaran hukum dengan
alasan tidak paham hukum.
Dengan berdasarkan asas tersebut" maka seorang dunilai berbuat kesalahan
ketika melanggar hukum. edangkan se$ara mendasar dalam kesalahan ada
dua pembagian" yaitu Pertama" op*et 2kesenga#aan3 dan kedua" +ulpa 2kurang
berhati&hati atau kelalaian3.4.,5
0ansil&$hristine membagi kesalahan kedalam empat kategori.
Pertama",oluis2kesenga#aan3 yang sama artinya dengan op*et.
Kedua" +ulpa 2alpa" lalai3. Ketiga"dolus generalis 2kesenga#aan tak tentu3.
Keempat" Aberratio I$tus 2salah kena3. Berikut akan kami paparkan satu
persatu se$ara singkat.

a. Dolus
eperti dikemukakan diatas" dolus memiliki arti yang sama
dengan op*etyaitu kesenga#aan. Perlu diketahui bah'a kitab undang&undang
hukum pidana tidak merumuskan apa yang dimaksud dengan kesenga#aan.
4..5
Dalam hal ini pasangan $ansil merumuskan bah'a kesenga#aan
merupakan suatu niat atau iEtikad di'arnai si!at mela'an hukum"
kemudian dimani!estasikan dalam sikap tindak.4./5
Biasanya dia#arkan bah'a kesenga#aan itu tiga ma$am. Pertama"
kesenga#aan yang bersi!at suatu tu#uan untuk men$apai sesuatu. Kedua"
kesenga#aan yang bukan mengandung suatu tu#uan" melainkan keinsya!an
suatu akibat pasti akan ter#adi. Ketiga" kesenga#aan disertai dengan
keinsya!an akan adanya kemungkinan.4.?5

b. 0ulpa
+ulpa atau ketidak senga#aan ialah berarti kesalahan pada umumnya.
4.<5(aka seorang hakim tidak bisa mengukur ketidak senga#aan atau
kelalaian berdasar pada dirinya sendiri" melainkan melihat bagaimana hal
umumnya pada masyarakat.
Ketidak senga#aan dibedakan antara ketidak senga#aan yang disadari
dan yang tidak disadari. Kealpaan yang disadari bermakna menimbulkan
delik tau perbuatan pidana se$ara sadar dan telah berusaha untuk
menghalangi" akan tetapi ter#adi #uga. edangkan kealpaan yang tidak
disadari bermakna orang melakukan suatu delik tanpa membayangkan
akibat yang ter#adi atau tidak mengetahuinya.

$. Dolus generalis
Hal yang mebedakan antara dolus generalis dan dolus atau op>et
ialah dari tu#uannya. Bila dolus dan op>et memiliki satu tu#uan yang pasti"
maka dolus generalis tak memiliki tu#uan yang pasti.
Digambarkan dengan seseorang yang mera$uni pusat air minum
dengan maksud agar semua orang yang meminum air tersebut akan
terbunuh. 1idak melihat siapa yang terbunuh.

d. Aberratio I$tus
eperti makna katanya" salah kena berarti akibat tidak sesuai dengan
tu#uan. 0ontoh sederhana seseorang yang akan menembak burung meleset
dan mengenai manusia.

1erkait pen#elasan ma$am kesenga#aan ini" insya Allah akan didapati pada
makalah kelompok ke&@.

.. Hal ikh'al atau keadaan yang menyertai perbuatan
Fan hamel membagi hal ih'al ini men#adi dua.4.@5 Pertama" mengenai diri
orang yang melakukan perbuatan. Di$ontohkan dengan pasal ?,/ KUHP
mengenai ke#ahatan #abatan.

eorang komandan -ngkatan &ersenjata yang menolak atau sengaia
mengabaikan untuk menggunakan kekuntan di bawah perintahnya, ketika diminta
oleh penguasa sipil yang berwenang menurut undang-undang, diancam dengan
pidana penjara lama empat tahun.

Dalam ke#ahatan ini haruslah ada unsur #abatan" sehingga tanpa adanya unsur
ini maka tidak mungkin ter#adiGke#ahatan tersebut.
Kedua" mengenai di luar diri si pelaku. eperti pasal ,@C KUHP terkait
pengahsutan.

&arang siapa di muka umum dengan lisan atau tulisan menghasut supaya
melakukan perbuatan pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum
atau tidak menuruti baik ketentuan undang-undang maupun perintah jabatan
yang diherikan berdasar ketentuan undang-undang, diancam dengan pidana
penjara paling lama enam tahun utau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.

Ke#ahatan tersebut memiliki unsur di muka umum. (aka tanpa adanya unsur
ini ke#ahatan tersebut tak bisa dikatakan ter#adi.



PENU1UP

KEI(PULAN


Perbuatan pidana adalahperbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum
larangan yang mana disertai an$aman 2sangsi3 yang berupa pidana tertentu" bagi
barangsiapa melanggar larangan tersebut. Ada lain istilah yang dipakai dalam hukum
pidana" yaitu )tindak pidana*. Istilah ini" karena timbulnya dari pihak kementrian
kehakiman" sering dipakai dalam perundang&undanagan. Adanya perbedaan pendapat
mengenai penggunaan kata )tinad pidana* atau )perbuatan pidana*. Ada #uga istilah&
istilah yang pernah digunakan baik dalam perundang&undangan yang ada maupun dari
berbagai literatur hukum sebagai ter#emahan dari istilah stra!baar !eit adalah7 1indak
Pidana" Peristi'a Pidana" Delik" Pelanggaran Pidana" Perbuatan yang boleh dihukum"
perbuatan yang dapat dihukum" dan perbuataan pidana.
Perbuatan pidana memiliki beberapa unsur yang tanpa kehadiran unsur tersebut
maka perbuatan pidana tidaklah bisa disebut sebagai delik atau perbuatan pidana.
Pertama" perbuatan pidana merupakan perbuatan manusia. Kedua" bersi!at mela'an
hukum. Kedua unsur inilah yang disepakati oleh hampir seluruh sar#ana hukum.
elain itu ada beberapa unsur penting yang meski tidak disepakati oleh seluruh
sar#ana" namun merupakan bagian penting dari perbuatan pidana. Pertama" kesalahan
baik berupa kesenga#aan ataupun kelalaian. Kedua" hal ih'al yang terdapat dalam
rumusan KUHP yang tanpa adanya keadaan tersebut sebuah perbuatan pidana tidak
dihitung pernah ter#adi.
Da!tar Pustaka

Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana. Jakarta:
Pradnya Paramita, 2007
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Sinar Baru,
1992
Melyatn, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: !ieneka "i#ta, 200$
S"ha%%meister, &ei'(er, dan Sutris, Hukum Pidana.)gyakarta: L*B+!,),
199-
Prd'dikr,.ir'n, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia. Bandung:
!e%ika /ditama, 200$
Cha(a0i, /dami, Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta: P, 1ra%ind Persda,
2002

[1] Mel'atn, Asas-Asas Hukum Pidana, 2Jakarta: !ieneka Ci#ta, 200$3,
-4.
[2]Mel'atn, Asas-Asas Hukum Pidana, --.
[3].ir'n Prd'dikr, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia,
2Bandung: !e%ika /ditama, 200$3, -$
[4]/dami Cha(a0i, Pelajaran Hukum Pidana, 2Jakarta:P, !a'a 1ra%ind
Persada, 20023, 57
[5]/dami Cha(a0i, Pela'aran 6ukum Pidana,5$
[6]Mel'atn, Asas-Asas Hukum Pidana, ,54
[7]Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, 2Bandung: Sinar
Baru, 19923, 177
[8]Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, 2Jakarta:
Pradnya Paramita, 20073,7$
[9]S"ha%%meister, &ei'(er, dan Sutris, Hukum Pidana, 2)gyakarta:
L*B+!,), 199-3, 27
[10]Melyatn, Asas-Asas Hukum Pidana, 59
[11]Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, 1$7
[12]Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana
[13]S"ha%%meister, &ei'(er, dan Sutris, Hukum Pidana
[14]&ita8 9ndang:9ndang 6ukum Pidana
[15].ir'n Prd'dikr, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, 51
[16]S"ha%%meister, &ei'(er, dan Sutris, Hukum Pidana, 77
[17]S"ha%%meister, &ei'(er, dan Sutris, Hukum Pidana, 79
[18]S"ha%%meister, &ei'(er, dan Sutris, Hukum Pidana, 27
[19]Melyatn, Asas-Asas Hukum Pidana, 5$
[20]Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, -0
[21].ir'n Prd'dikr, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, 5-
[22],s#an lang;<*=<>Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum
Pidana,-1
[23]Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana
[24].ir'n Prd'dikr, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, 55
[25]Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, -4
[26]Melyatn, Asas-Asas Hukum Pidana, 54
Pengertian Tindak Pidana dan Unsur Menurut Para
Ahli
Pengertian tindak idana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal
dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana sering
mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan suatu
undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atauer!uatan idana atau
tindak idana. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu
pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran
dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana
mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kngkrit dalam
lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat
ilmiah dan ditentukan dengan !elas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang
dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat. (Kartnegr, "iktat Kuliah Hukum
Pidana, #akarta$ %alai &ektur 'ahasiswa, hal () )
*rtikel ini ber!udul (Pengertian Tindak Pidana dan Unsur Menurut Para Ahli)
+eperti yang diungkapkan leh serang ahli hukum pidana yaitu Prf. 'el!atn, +H,
yang berpendapat bahwa pengertian tindak pidana yang menurut istilah beliau yakni
perbuatan pidana adalah$
Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman
(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan
tersebut. (Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, akarta! "ina Aksara, #$%&, hal '()
#adi berdasarkan pendapat tersebut di atas pengertian dari tindak pidana yang
dimaksud adalah bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa merupakan
suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan
yang dilarang leh aturan hukum yang disertai dengan sanksi pidana yang mana aturan
tersebut ditu!ukan kepada perbuatan sedangkan ancamannya atau sanksi pidananya
ditu!ukan kepada rang yang melakukan atau rang yang menimbulkan ke!adian
tersebut. "alam hal ini maka terhadap setiap rang yang melanggar aturan-aturan
hukum yang berlaku, dengan demikian dapat dikatakan terhadap rang tersebut
sebagai pelaku perbuatan pidana atau pelaku tindak pidana. *kan tetapi haruslah
diingat bahwa aturan larangan dan ancaman mempunyai hubungan yang erat, leh
karenanya antara ke!adian dengan rang yang menimbulkan ke!adian !uga mempunyai
hubungan yang erat pula.
+ehubungan dengan hal pengertian tindak pidana ini Prf. ",. %ambang Pernm, +H,
berpendapat bahwa perumusan mengenai perbuatan pidana akan lebih lengkap apabila
tersusun sebagai berikut$
)"ah*a perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum
pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar
larangan tersebut. (Poernomo, "ambang. Asas-asas Hukum Pidana, akarta! +halia
,ndonesia, #$$-, hal #./)
*dapun perumusan tersebut yang mengandung kalimat -*turan hukum pidana.
dimaksudkan akan memenuhi keadaan hukum di /ndnesia yang masih mengenal
kehidupan hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis, Prf.",. %ambang
Pernm, +H, !uga berpendapat mengenai kesimpulan dari perbuatan pidana yang
dinyatakan hanya menun!ukan sifat perbuatan terlarang dengan diancam pidana. (/bid,
hal 012)
'aksud dan tu!uan diadakannya istilah tindak pidana, perbuatan pidana, maupun
peristiwa hukum dan sebagainya itu adalah untuk mengalihkan bahasa dari istilah asing
stafbaar feit namun belum !elas apakah disamping mengalihkan bahasa dari istilah
sratfbaar feit dimaksudkan untuk mengalihkan makna dan pengertiannya, !uga leh
karena sebagian besar kalangan ahli hukum belum !elas dan terperinci menerangkan
pengertian istilah, ataukah sekedar mengalihkan bahasanya, hal ini yang merupakan
pkk perbedaan pandangan, selain itu !uga ditengan-tengan masyarakat !uga dikenal
istilah ke!ahatan yang menun!ukan pengertian perbuatan melanggar mrma dengan
mendapat reaksi masyarakat melalui putusan hakim agar di!atuhi pidana. ("iktat Kuliah
*sas-asas Hukum Pidana )
0indak pidana adalah merupakan suatu dasar yang pkk dalam men!atuhi pidana pada
rang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggung !awaban
seserang atas perbuatan yang telah dilakukannya, tapi sebelum itu mengenai dilarang
dan diancamnya suatu perbuatan yaitu mengenai perbuatan pidanya sendiri, yaitu
berdasarkan a3as legalitas (Principle f legality) asas yang menentukan bahwa tidak
ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana !ika tidak ditentukan terlebih
dahulu dalam perundang-undangan, biasanya ini lebih dikenal dalam bahasa latin
sebagai 4ullum delictum nulla pena sine prae5ia lege (tidak ada delik, tidak ada
pidana tanpa peraturan lebih dahulu), ucapan ini berasal dari 5n feurbach, sar!ana
hukum pidana #erman. *sas legalitas ini dimaksud mengandung tiga pengertian yaitu$
Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu
terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang.
Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak bleh digunakan analgi.
*turan-aturan hukum pidana tidak bleh berlaku surut.
Tindak pidana merupakan bagian dasar dari pada suatu kesalahan yang dilakukan
terhadap seserang dalam melakukan suatu ke!ahatan. #adi untuk adanya kesalahan
hubungan antara keadaan dengan perbuatannya yang menimbulkan celaan harus
berupa kesenga!aan atau kelapaan. "ikatakan bahwa kesenga!aan (dlus) dan kealpaan
(culpa) adalah bentuk-bentuk kesalahan sedangkan istilah dari pengertian kesalahan
(schuld) yang dapat menyebabkan ter!adinya suatu tindak pidana adalah karena
seserang tersebut telah melakukan suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum
sehingga atas6perbuatannya tersebut maka dia harus bertanggung !awabkan segala
bentuk tindak pidana yang telah dilakukannya untuk dapat diadili dan bilamana telah
terbukti benar bahwa telah ter!adinya suatu tindak pidana yang telah dilakukan leh
seserang maka dengan begitu dapat di!atuhi hukuman pidana sesuai dengan pasal
yang mengaturnya. (Kartnegr, 7p 8it, hal 09()
Unsur"unsur Tindak Pidana
"alam kita men!abarkan sesuatu rumusan delik kedalam unsur-unsurnya, maka yang
mula-mula dapat kita !umpai adalah disebutkan sesuatu tindakan manusia, dengan
tindakan itu seserang telah melakukan sesuatu tindakan yang terlarang leh undang-
undang. +etiap tindak pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) pada umumnya dapat di!abarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari
unsur sub!ektif dan unsur b!ektif.
1nsur subjekti2 adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang
berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu
yang terkandung di dalam hatinya. +edangkan unsur b!ektif adalah unsur-unsur yang
ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana
tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus di lakukan. ("rs. P.*.:. &amintang, +H."asar-
dasar Hukum Pidana/ndnesia; %andung, PT. 8itra *ditya %akti, 0<<=, Hal n0<1)
Unsur"unsur su!#ekti$ dari suatu tindak idana itu adalah%
0. Kesenga!aan atau ketidaksenga!aan (dlus atau 8ulpa);
). 'aksud atau >rnemen pada suatu percbaan atau pgging seperti yang
dimaksud dalam Pasal 91 ayat 0 KUHP;
1. 'acam-macam maksud atau gmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam
ke!ahatan-ke!ahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain;
?. 'erencanakan terlebih dahulu atau 5rbedachte raad seperti yang terdapat di
dalam ke!ahatan pembunuhan menurut Pasal 1?2 KUHP;
9. Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana
menurut Pasal 12@ KUHP.
Unsur"unsur &!#ekti$ dari sutau tindak idana itu adalah%
0. +ifat melanggar hukum atau wederrechtelic!kheid;
). Kwalitas dari si pelaku, misalnya kedaan sebagai serang pegawai negeri di
dalam ke!ahatan !abatan menurut pasal ?09 KUHP atau keadaan sebagai pengurus
atau kmisaris dari suatu Perseran Terbatas di dalam ke!ahatan menurut Pasal 1<@
KUHP.
1. Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab dengan
sesuatu kenyataan sebagai akibat.
+erang ahli hukum yaitu simns merumuskan unsur-unsur tindak pidana sebagai
berikut $ (",. *ndi Ham3ah, *sas-*sas Hukum Pidana; #akarta, PT. ,ineka 8ipta, Tahun )22?,
Hal @@)
0. "iancam dengan pidana leh hukum
). %ertentangan dengan hukum
1. "ilakukan leh rang yang bersalah
?. 7rang itu dipandang bertanggung !awab atas perbuatannya.
http$AAwww.sar!anaku.cmA)20)A0)Apengertian-tindak-pidana-dan-unsur.html

Anda mungkin juga menyukai