Anda di halaman 1dari 31

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Kondisi Geografis


3.1.1 Keadaan Geografis
Desa Nagrak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Gunung Putri
Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 615,5 Ha, yang terbagi dalam :
a. Sebanyak 5 dusun, yaitu Dusun Cikeas, Dusun Cohak, Dusun Nagrak,
Dusun Nanggewer I dan Dusun Nanggewer II ;
b. Sebanyak 19 Rukun Warga (RW) ; dan
c. Sebanyak 54 Rukun Tetangga (RT).
Batas wilayah Desa Nagrak adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kabupaten
Bekasi
2. Sebelah Timur beratasan dengan Kecamatan Cileungsi ;
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ciangsana ;
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cikeas Udik Dan Desa
Wanaherang.

3.1.2 Fisik Alami


3.1.2.1 Ketinggian dan Kemiringan
Desa Nagrak terletak pada wilayah yang berketinggian 76-100 m di atas
permukaan air laut, dengan kemiringan tanah sekitar 0 – 3%.

3.1.2.2 Klimatologi
Pada umumnya Kecamatan Gunung Putri memiliki curah hujan berkisar
antara 2.500 – 4.000 mm/ tahun, tetapi Desa Nagrak sendiri memiliki curah hujan
berkisar 3.000 – 3.500 mm/ tahun.

III - 1
Peta orientasi

3.1

III - 2
3.1.2.3 Geologi
Wilayah Kecamatan Gunung Putri tersusun oleh endapan Kipas Aluvium,
aluvium, formasi serpong dan basal Gunung Dago. Secara terperinci klasifikasi
jenis tanah batuan di Kecamatan Gunung Puti dan kerakal dari batuan gunung api
Kuarter, diendapkan kembali sebagai kipas aloivium berumur holosen. Kipas
aluvium ini tersebar luas di bagian yang daratan meliputi semua wilayah di
Kecamatan Gunung Putri.
1. Aluvium (Qq)
Aluvium tersusun oleh lempeng, lanau, kerikil, dan kerakal. terutama
endapan sungai, yaitu anak sungai Cileungsi dan Cikeas di sekitar Desa
Nagrak yang terletak di Kecamatan Gunung Putri.
2. Kipas Alivium (Qav)
Satuan ini tersusun oleh lanau, batu pasir, krikil, dan kerakal dari batuan
gunung api kwarter, diendapkan kembali sebagai kipas aluvium berumur
holosen. Tersebar luas di seluruh wilayah Kecamatan Gunung Putri.

3.1.2.4 Jenis Tanah


Kebanyakan jenis tanah yang ada di Kecamatan Gunung Putri termasuk Desa
Nagrak ialah asso latobol merah latosol dokl kemerahan, dengan tekstur tanah
halus dan sedang.

3.1.2.5 Hidrogeologi
Berdasarkan peta hidrogeologi Indonesia lembar Jakarta skala 1:250.000
(Soekardi, 1985) dari Direktorat Tata Geologi Tata Lingkungan, keterdapatan dan
produktivitas air bawah tanah terdiri dari 4 kelompok:
1. Kelompok Aquifer dengan aliran air bawah tanah melalui tuang antar
butir, produktif, sedang luas sebarannya. Produktivitas Aquifer kecil
sampai sedang setempat tinggi tersusun oleh endapan aluvium yang terdiri
atas lanau, batu pasir, kerikil, dan kerakal dari batuan gunung api kuarter.
2. Kelompok Aquifer dengan aliran air bawah tanah melalui ruang, celahan
dan saluran produktif tinggi sampai sedang. Aliran air bawah tanah

III - 3
terbatas pada zona celahan, cekahan dan saluran pelarutan, debit sumur
dan mata air beragam dalam kisaran yang besar.
3. Kelompok Aquifer (bercelah/sarang) produktif kecil setempat berarti.
Produktivitas Aquifer kecil tersusun oleh napal dan serpih lempengan, dan
sisipan batu pasir Kuarsa formasi Jatiluhur.
Kelompok Aquifer (bercelah atau sarang) air tanah langka. Produktivitas
Akuifer kecil tersusun oleh napal dan serpih lempengan dan sisipan batu pasir
kuarsa formasi Jatiluhur. Wilayah Kecamatan Gunung Putri memiliki jenis
hidrogeologi dengan kriteria kelompok Akuifer dengan aliran air bawah tanah
melalui ruang antarbutir, produktif sedang luas sebarannya.
a. Susunan Aquifer
Lapisan pembawa air tanah (Akuifer) yang terdapat di wilayah
Kecamatan Gunung Putri terdiri atas Akuifer bebas atau Akuifer dangkal dan
Akuifer tertekan atau Akuifer dalam. Air tanah pada Akuifer tertekan atau
Akuifer dalam. Air tanah pada Akuifer dangkal pada umumnya dimanfaatkan
untuk keperluan rumah tangga, sedangkan air tanah pada Akuifer dalam
dimanfaatkan untuk keperluan industri.
1. Akuifer Dangkal
Akuifer dangkal di daerah dataran yang mengandung air bawah tanah
bebas (Akuifer 1) umumnya terdapat pada kedalaman kurang dari 40 m.
Batuan penyusun akuifer dangkal di daerah dataran umumnya berupa
endapan kipas aluvium sungai terdiri atas krikil, kerakal, pasir, lanau,
ketebalan Aquiver 40 m tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Gunung
Putri. akuifer datar di daerah dataran umumnya berair sepanjang tahun
sedangkan Aquifer dangkal di daerah perbukitan dan morfologi
bergelombang umumnya hanya mengandung air di musim hujan
sementara pada musim kemarau mengalami kekeringan.

III - 4
2. Akuifer Dalam
Akuifer dalam yang produktif terdapat di daerah dataran di seluruh
Kecamatan Gunung Putri yang terdiri dari 3 kelompok
a) Kelompok Akuifer dalam bagian atas (Akuifer 2) bersifat semi
tertekan terdapat pada kedalaman antara 40-60 m tersusun oleh
pasir, lanau dan tuf. Lapisan Akuifer ini secara umum miring ke
arah utara.
b) Kelompok Akuifer dalam bagian tengah (Akuifer 3) bersifat
tertekan terdapat pada kedalaman 60-90 m tersusun oleh pasir
lanau dan bereksi vulkanik. Sebagaimana lapisan Akuifer 2 maka
lapisan Akuifer 3 ini secara umum miring ke arah utara.
c) Kelompok Akuifer dalam bagian bawah (Akuifer 4) bersifat
tertekan terdapat pada kedalaman 90-125 m tersusun oleh pasir dan
lanau, lapisan ini miring ke arah utara. Di dasar Akuifer 4 dialasi
oleh lapisan lempeng yang tidak produktif.
b. Pola Aliran Air Bawah Tanah
Pola aliran air bawah tanah dipengaruhi oleh konfigurasi akuifer, serta
intensitas pengambilan. Aliran air bawah tanah dangkal secara umum
mengikuti kemiringan lereng topografi setempat. Berdasarkan data
kedudukan muka air bawah tanah dangkal yang diukur dari beberapa sumur
gali yang merupakan pengambilan air tanah untuk keperluan rumah tangga
maka dapat digambarkan pola aliran air bawah tanah dangkal.
Di daerah dataran di wilayah Kecamatan Gunung Putri air bawah tanah
dangkal mengalir menuju lembah Sungai Cileungsi dan Sungai Cikeas,
secara umum aliran berasal dari selatan dari garis kontur muka air bawah
tanah dangkal 90 m menuju utara pada kontur muka air di bawah tanah 25
m.
Pola aliran air bawah tanah dalam sangat terpengaruh oleh konfigurasi
Akuifer serta intensitas pengambilan air bawah tanahnya. Berdasarkan data
kedudukan muka air bawah tanah dalam yang diukur oleh beberapa sumur
bor yang merupakan pengambilan air tanah untuk keperluan Industri maka

III - 5
dapat digambarkan pola aliran air bawah tanah dalam. Di dataran yang
terletak di Wilayah Kecamatan Gunung Putri arah aliran dari selatan menuju
utara dengan elevasi garis kontur muka air bawah tanah mulai dari 90 m-20
m.
c. Kedalaman Air Bawah tanah
Berdasarkan data hasil pengukuran muka air bawah tanah maka dapat
dibuat peta kedalaman muka air bawah tanah dangkal dan peta kedalaman
muka air bawah tanah dalam.
Di bagian selatan wilayah Kecamatan Gunung Putri Desa Gunung Putri,
Desa Kranggan, Desa Tlanjung Udik, Desa Cicadas, Desa Bojong Nangka,
Desa Wanaherang, serta di bagian yang ujung utara termasuk wilayah Desa
Bojong Kulur, kedalaman muka air bawah tanah dangkal kurang dari 10 m.
Bagian tengah wilayah Kecamatan Gunung Putri meliputi Desa Cikeas
Udik, Desa Cihangsana dan Desa Nagrak, kedalaman muka air bawah tanah
dangkal lebih dari 10 m.
Di kedalaman muka air bawah tanah dalam membentuk depresi muka
air bawah tanah akibat pengambilan intesif oleh industri di sepanjang jalan
Gunung Putri - Cileungsi ke arah Jonggol Dan ke arah Bekasi, Penurunan
muka air bawah tanah mencapai kedalaman sekitar 10 m di bawah muka
tanah, sedangkan di tempat lainnya di dataran wilayah Kecamatan Gunung
Putri kedalaman muka air bawah tanah dalam kurang dari 10 m di bawah
muka tanah setempat.

3.2 Konsep Struktur Tata Ruang Kabupaten Bogor


Secara umum, struktur ruang wilayah Kabupaten Bogor menggambarkan
rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem
perwilayahan pengembangan. Rencana struktur ruang wilayah di Kabupaten
Bogor merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan
untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan
perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Bogor.

III - 6
Wilayah Kabupaten Bogor merupakan bagian dari kawasan Jabodetabek.
Sebagai salah satu wilayah yang perkembangannya relatif terlambat di antara
kota-kota di Jabodetabek, keberadaannya tidak terlepas dari perkembangan
wilayah sekitarnya (Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Cianjur, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi dan Jakarta). Kabupaten Bogor
dipandang sebagai salah satu wilayah yang kurang menarik bagi masuknya
investasi khususnya pada wilayah barat, meskipun wilayah ini memiliki potensi
sumberdaya alam yang berlimpah. Hal ini disebabkan oleh kondisi infrastruktur
wilayah dan belum adanya kebijakan insentif (fiskal maupun non fiskal) yang
menarik bagi investor serta kualitas SDM lokal yang sangat terbatas.
Secara regional pengembangan Tata Ruang Kabupaten Bogor juga harus
mempertimbangkan keberadaan rencana tata ruang di atasnya (RTRW Nasional,
Propinsi Jawa Barat dan Jadebotabek-Punjur) dan rencana tata ruang wilayah
sekitarnya yang berbatasan langsung. Selanjutnya keterkaitan Kabupaten Bogor
dengan wilayah sekitarnya dapat dilihat dari aspek fisik dasar pemanfaatan ruang
yang ada, aksesibilitas dan fungsi pengembangan. Antisipasi saling keterkaitan
dan saling pengaruh dari wilayah sekitarnya yang berbatasan langsung akan
dijadikan dasar dalam perumusan struktur tata ruang Wilayah Kabupaten Bogor.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

III - 7
Tabel 3.1
Keterkaitan Ruang dengan Wilayah Sekitar
No Keterkaitan Ruang Fisik Dasar Pemanfaatan Aksesibilitas Fungsi Pengembangan
Dengan Wilayah Ruang
Sekitar
1 Utara Bagian hilir Wilayah Permukiman perdesaan dan perkotaan Jalan Tol Jakarta – Bogor Permukiman perkotaan
Kabupaten Bogor pertanian lahan basah atau sawah irigasi teknis Jalan Arteri Industri
Tangerang Hamparan dataran Pertanian lahan kering Jalan Kolektor Perdagangan dan jasa
Batas fisik sebagain
DKI Jakarta kecil Jasa perdagangan Jalan KRL Bogor - Jakarta – Core Metropolitan
anak-anak sungai Kawasan industri Rangkasbitung - Merak Jadebotabek

2 Timur Hamparan dataran dan Permukiman perdesaan Jalan kolektor Primer I: Permukiman
Purwakarta, Cianjur perbukitan-bergunung Pertanian lahan basah atau sawah irigasi teknis koridor ruas jalan Trans Pariwisata
pada bagian selatan Pertanian lahan kering Yogi dan Jalan Raya Puncak Perdagangan dan jasa
Pariwisata
Kawasan industri

3 Selatan Kompleks Gunung Kawasan lindung Jalan arteri Pariwisata


Kabupaten Sukabumi Gede/Pangrango, Salak, Pertanian lembah sungai Jalan Raya Sukabumi Kawasan lindung
Halimun Pertanian
Sungai

4 Barat Kompleks Gn. Halimun Kawasan lindung Jalan kolektor Primer I: ruas Wilyah perbatasan dgn
Kabupaten Lebak Sungai Cidurian Hutan produksi jalan batas Kabupaten Propinsi Banten
Perkebunan/Pertanian lahan Lebak/ Jasinga – Pertanian
kering Leuwiliang – Ciampea - Perkebunan
Pertanian lahan basah (bagian Kota Bogor Hutan produksi
hilir) Permukiman perkotaan (Maja)
Sumber : RTRW Kabupaten Bogor 2007-2025

III - 8
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa rencana Wilayah Kabupaten Bogor
terutama di bagian wilayah Timur, di antaranya termasuk koridor ruas Jalan Trans
Yogi merupakan fungsi dari pengembangan perdagangan dan jasa.
Pengembangan konsepsi struktur tata ruang Kabupaten Bogor pada masa
yang akan datang didasarkan pada beberapa pertimbangan pola pemanfaatan
ruang atau penggunaan lahan eksisting yang menunjukkan pola sebaran lokasi
kegiatan utama di Kabupaten Bogor (pertanian, perkebunan, kawasan hutan,
pertambangan, permukiman, perdagangan dan jasa, pemerintahan, industri) serta
keterkaitannya satu sama lain yang membentuk tata ruang wilayah yang
cenderung pada pola konsentrik dengan pusatnya adalah kota-kota Kecamatan,
seperti halnya dengan Kecamatan Kota Gunung Putri.

3.3. Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bogor


Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bogor ditentukan dengan
mempertimbangkan karakteristik wilayah, perkembangan tata guna lahan,
kesesuaian lahan, dan penataan kawasan hutan di wilayah ini. Secara terperinci
luas dan lokasi manfaat ruang dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini :

III - 9
Tabel 3.2
Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bogor

Sumber : RTRW Kabupaten Bogor 2007-2025

Dapat dillihat pada tabel 3.2 rencana pola ruang di atas bahwa pemanfaatan
ruang di Kabupaten Bogor, terutama di Kecamatan Gunung Putri diperuntukkan
untuk lahan basah, permukiman perkotaan padat dan zona industri. Berdasarkan
Perda Kabupaten Bogor No.19 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten Bogor
Tahun 2005-2025 untuk kawasan permukiman perkotaan kepadatan tinggi (Pp 1)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diarahkan untuk permukiman atau hunian
padat, dan pengembangan bangunan vertikal (rumah susun), kegiatan
perdagangan dan jasa skala regional, serta industri non polutan yang berorientasi

III - 10
pada pasar, dengan penyebaran meliputi sebagian kecamatan dan di antaranya
adalah Kecamatan Gunung Putri.
Untuk permukiman padat yang akan direncanakan, dibutuhkan fasilitas
penunjang seperti kawasan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
bagi masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Untuk Kecamatan Gn. Putri itu
sendiri diindikasikan terdapat 3 zona kawasan perdagangan atau komersial di
antaranya dapat dilihat pada tabel 3.3 Dibawah ini :

Tabel 3.3
Zona Kawasan Perdagangan di Kecamatan Gunung Putri
No Jalan Desa
1 Mercedez Benz Cicadas
2 Trans Yogi Nagrak
3 Siliwangi Wanaherang
Sumber : Kompilasi Data Studio Perencanaan Kota,2007

Gambar 3.2
Foto : Koridor Komersial Trans Yogi

III - 11
Relatif terbatasnya kemampuan masyarakat di wilayah perdesaan dalam
memperbaiki lingkungan permukiman, menyebabkan sebagian kondisi fisik dan
lingkungan permukiman belum memenuhi persyaratan kualitas sosial dan
kesehatan. Kondisi tersebut kemudian diperburuk dengan masih belum meratanya
distribusi prasarana dasar yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman di perdesaan. Kepadatan yang tinggi pada suatu
lingkungan permukiman akan menumbuhkan lingkungan permukiman yang
kumuh dan tidak layak, timbulnya permukiman-permukiman baru yang tidak
teratur serta kurangnya dukungan prasarana dasar untuk permukiman. Akibatnya,
timbul gejala turunnya kesehatan penduduk, kerawanan sosial dan sebagainya.
Masalah-masalah yang timbul di lingkungan permukiman ini harus segera diatasi,
khususnya pada kota-kota Kecamatan, seperti: Kota Cibinong, Leuwiliang,
Cileungsi, Klapanunggal, Gunungputri, Ciomas, Ciawi, dan Bojonggede.

3.4 Kondisi Eksisting


3.4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Gunung Putri pada umumnya setiap tahun
semakin meningkat. Tahun 2002 jumlah penduduk di Kecamatan Gunung Putri
adalah 119.698 jiwa sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2007 adalah
sebesar 186.844 jiwa. Dalam waktu lima tahun di Kecamatan Gunung Putri
mengalami pertambahan penduduk sebesar 67.146 jiwa.
Sama halnya dengan kecamatan Gn. Putri, jumlah penduduk di Desa
Nagrak dari tahun ke tahun semakin meningkat dan mengalami penurunan di
tahun 2005, selanjutnya pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2007
mengalami peningkatan,yang signifikan yaitu sebesar 12.360 jiwa di tahun
2006 dan 12.453 di tahun 2007. Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus
meningkat ini disebabkan oleh tingginya tingkat migrasi penduduk dari luar
Desa Nagrak terutama setelah adanya beberapa pembangunan perumahan real
estate yang diikuti dengan berkembangnya kegiatan komersial di dalamnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.

III - 12
Tabel 3.4
Jumlah penduduk Desa Nagrak Tahun 2006-2007
Jumlah Penduduk
No Desa (Jiwa)
2002 2003 2004 2005 2006* 2007*
1 Bojong Kulur 16.493 17.988 23.651 22.953 34.636 34.839
2 Ciangsana 12.959 14.194 19.201 18.463 14.756 14.860
3 Nagrak 7.315 7.978 9.415 9.253 12.360 12.453
4 Cikeas Udik 10.254 10.358 10.388 10.725 13.151 13.286
5 Wanaherang 12.979 14.350 16.803 17.753 16.275 16.404
‘15.197’
6 Cicadas 14.143 14.669 16.526 21.581 21.882

Bojong
7 8.581 8.794 8.991 9.109 12.818 12.951
Nangka
Tlanjung
8 13.660 15.519 18.213 20.326 34.406 34.606
Udik
9 Gunung Putri 11.369 11.905 12.274 13.056 12.488 12.570
10 Karanggan 11.945 12.357 12.680 13.139 12.883 12.993
119.69 128.11 151.30 185.35 186.84
Total 146.813
8 2 3 4 4
Sumber : Tabulasi Data Studio Perkotaan Tahun 2001-2004
* Data Sementara BAPPEDA Kabupaten Bogor 2006-2007
‘ Data Hasil Pengolahan Trend

III - 13
Gambar 3.3
Jumlah Penduduk Desa Nagrak

Sumber : Tabulasi Data Studio Perkotaan Tahun 2001-2004


* Data Sementara BAPPEDA Kabupaten Bogor 2006-2007
‘ Data Hasil Pengolahan Trend

Kepadatan penduduk diperoleh dari perbandingan jumlah penduduk


dengan luas wilayah di Kecamatan Gunung Putri. Kepadatan penduduk pada
tahun 2002 paling rendah adalah sebesar 13 jiwa/ha tetapi berubah meningkat
di tahun 2006-2007. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah
ini.

III - 14
Tabel 3.5
Luas dan Kepadatan Penduduk Desa Nagrak Tahun 2002-2007
Kepadatan Penduduk
Luas
No Desa (jiwa/ha)
Ha 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 Bojong Kulur 478 35 38 49 48 72 73
2 Ciangsana 862 15 16 22 21 17 17
3 Nagrak 584 13 14 16 16 21 21
4 Cikeas Udik 652 16 16 16 16 20 20
5 Wanaherang 670 19 21 25 26 24 24
6 Cicadas 656 22 22 ‘23’ 25 33 33
7 Bojong Nangka 673 13 13 13 14 19 19
8 Tlanjung Udik 440 31 35 41 46 78 79
9 Gunung Putri 309 37 39 40 42 40 41
10 Karanggan 307 39 40 41 43 42 42
Sumber : Tabulasi Data Studio Perkotaan Tahun 2001-2004
* Data Sementara BAPPEDA Kabupaten Bogor 2006-2007
‘ Data Hasil Pengolahan Trend

Dapat dilihat pada tabel 3.5 di atas bahwa sama halnya dengan Kec. Gn.Putri,
kepadatan penduduk di Desa Nagrak juga mengalami peningkatan terutama di
tahun 2006 dan 2007 menjadi 21 jiwa/ha.

III - 15
3.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
3.4.2.1 Sebaran Tenaga Kerja
Sebagian besar penduduk di Desa Nagrak bekerja sebagai pegawai/
karyawan, yaitu sebesar 1.970 jiwa pada tahun 2006 dan 1.974 jiwa pada tahun
2007. Setelah itu, pada urutan kedua mayoritas penduduk bekerja sebagai
pedagang/wiraswasta, yaitu sebesar 1.319 jiwa pada tahun 2006 dan 1.322 jiwa
pada tahun 2007. Kemudian minoritas penduduk bekerja sebagai peternak,
yaitu hanya berjumlah 2 jiwa pada tahun 2006 dan tahun 2007. Kecamatan
Gunung Putri tidak memiliki penduduk yang bekerja sebagai pengrajin dan
pekerja tambang karena di Kecamatan ini tidak terdapat pertambangan ataupun
kerajinan khas untuk dipasarkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 3.6
di bawah ini.

III - 16
Tabel 3.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2006-2007 Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri

KELOMPOK PEKERJAAN

NO DESA PEGAWAI/ PEDAGANG/


PNS TNI/POLRI PETANI PETERNAK JASA BURUH LAINNYA
KARYAWAN WIRASWASTA

2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007
1 Bojong Kulur 371 371 38 38 2.429 2.437 1.357 1.360 29 29 0 0 309 310 767 782 102 102
2 Ciangsana 342 345 751 751 1.457 1.469 1.145 1.151 38 38 0 0 82 82 1397 1407 16 16
3 Nagrak 130 130 44 44 1.970 1.974 1.319 1.322 19 19 2 2 126 126 420 423 33 36
4 Cikeas Udik 82 82 114 114 1.319 1.323 1.583 1.584 179 179 3 3 43 43 612 612 6 6
5 Wanaherang 239 239 38 38 3.887 3.911 1.499 1.508 25 25 7 7 163 163 727 729 6 6
6 Cicadas 100 100 17 17 6.621 6.650 1.101 1.101 26 26 2 2 136 136 412 413 38 38
7 Bojong Kulur 109 109 13 13 2.137 2.140 836 837 49 49 0 0 164 164 559 561 45 45
8 Tlanjung Udik 165 166 22 22 4.193 4.208 1.314 1.323 10 10 0 0 154 154 720 720 42 42
9 Gunung Putri 166 167 14 14 3.762 3.780 1.398 1.406 3 3 5 5 117 117 511 512 17 17
10 Karanggan 193 193 34 34 2.469 2.469 733 734 12 12 3 3 89 89 554 554 11 11
30.24 12.28
Total 1.897 1.902 1.085 1.085 30.361 12.326 390 390 22 22 1.383 1.384 6.679 6.713 316 319
4 5
Sumber : Tabulasi Data Studio Perkotaan Tahun 2001-2004
*Data Sementara BAPPEDA Kabupaten Bogor 2006-2007
Data Hasil Pengolahan Trend

III - 17
3.4.3 Transportasi
3.4.3.1 Jalan
Desa Nagrak mempunyai lokasi yang cukup strategis dan cukup mudah untuk
dijangkau karena berdekatan dengan Kab. Bekasi, Depok dan Bogor, yang
wilayah tersebut merupakan Hinterland Kota Jakarta. Kegiatan industri dan
perdagangan yang merupakan sumber pendapatan daerah Kecamatan Gunung
Putri telah banyak berkembang di wilayah ini sehingga perlu adanya
pengembangan jaringan jalan, misalnya berupa akses jalan tol Jagorawi. Desa
nagrak juga merupakan wilayah yang relatif mudah untuk dicapai ke Dusun-
dusun/RT/RW. Hal ini mengingat tersedianya sarana jalan yang dapat
menghubungkan, baik antarwilayah di dalam desa maupun di luar desa. Secara
terperinci dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini :

Tabel 3.7
Status Jalan
No Jalan Panjang (Km) Lebar (M)
1 Propinsi 86 6
2 Kabupaten 7 6
3 Desa 8 4
Sumber : Data Sekunder

Jalan Trans Yogie termasuk dalam status jalan provinsi yang merupakan jalan
kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota
provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/ kota dan
jalan strategis provinsi. Lebar jalan Trans Yogi adalah 11 m termasuk ruang
manfaat jalan yang terdiri dari trotoar dan median jalan.
Jalan Kolektor Primer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kecepatan rencana minimal 40 km/jam
b. Lebar jalan minimal 7 meter
c. Kapasitas sama dengan atau lebih besar daripada volume lalu-lintas rata-
rata

III - 18
d. Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan
rencana dan kapasitas jalan
e. Tidak terputus walaupun masuk kota

3.4.3.2 Jaringan Jalan


Kondisi fisik jalan di Desa Nagrak dinilai kurang baik karena keadaan jalan di
wilayah ini masih banyak yang berlubang terutama yang akan memasuki desa-
desa di Nagrak sehingga menyulitkan pengemudi untuk berjalan. Lain halnya
dengan jalan utama seperti Trans Yogie yang dinilai sudah cukup baik, selain
berfungsi sebagai jalan provinsi atau jalan alternatif, jalan ini merupakan koridor
komersial di Desa Nagrak.
Jaringan jalan di Kecamatan Gunung Putri terbagi menjadi 3 klasifikasi jalan
yaitu, jalan arteri sekunder, jalan kolektor, dan jalan lokal.
Sebagai jalan arteri sekunder, Jalan Cicadas menghubungkan Citereup
(Bogor), Jalan Siliwangi menghubungkan Cileungsi-Jonggol, Setu, Jati Mulyo,
Bekasi Timur-Bantar Gebang, Jalan Trance Yogie menghubungkan Cibubur,
Taman Bunga-Toll Cibubur, dan Jalan Ciangsana menghubungkan Jati Asih-
Bekasi Timur. Untuk lebar jalan di Kecamatan Gunung Putri rata-rata mempunyai
lebar jalan ± 4 meter-11 meter bergantung pada fungsi jalan tersebut. Kemudian
dari perkerasan jalannya Kecamatan Gunung Putri rata-rata perkerasan jalannya
berupa perkerasan aspal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.8 di
bawah ini.

III - 19
Tabel 3.8
Klasifikasi, Lebar Dan Perkerasan Jalan Kecamatan Gunung Putri

KLASIFIKASI LEBAR PERKERASAN KONDISI


NO NAMA JALAN
JALAN JALAN JALAN JALAN
1 JL. GBHN Jalan Kolektor 4,30 M Aspal Baik
Kurang
2 JL. CIANGSANA RAYA Jalan Kolektor 5M Aspal
Baik
Kurang
3 JL. LETDA M NASIR Jalan Kolektor 4,5 M Aspal
Baik
JL.RAYA MERCEDES Jalan Arteri Kurang
4 8M Aspal
BENZ Sekunder Baik
JL. RAYA GUNUNG Jalan Arteri
5 8M Aspal Baik
PUTRI Sekunder
6 JL. KRANGGAN RAYA Jalan Kolektor 4-6 M Aspal Baik
Kurang
7 JL. WANAHERANG Jalan Kolektor 8M Aspal
Baik
8 JL. CIKUDA Jalan Kolektor 4-6 M Aspal Buruk
Jalan Kolektor
9 JL. TRANS YOGIE 11 M Aspal Baik
Primer
10 JL. CICADAS Jalan Kolektor 4-6 M Aspal Buruk
Jalan Arteri Kurang
11 JL. SILIWANGI 8M Aspal
Sekunder Baik
Sumber : Kompilasi Data Studio , 2008

Jaringan jalan di koridor komersial Trans Yogie mempunyai panjang ± 7 km,


dengan jalur sepanjang itu, penggunaan lahan di sisi kiri kanan jalan arteri
tersebut diisi oleh kegiatan perdagangan (komersial) yang melayani jenis usaha
yang bervariasi. Jalan Trans Yogie ini juga disebut sebagai Jalan Alternatif,
karena menghubungkan Kab.Bekasi, Depok dengan Kab.Bogor (kecamatan Gn.
Putri). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Jaringan Jalan

III - 20
Peta jaringan jalan
3.4

III - 21
3.4.4 Intensitas Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang di Desa Nagrak terbagi menjadi 5, yaitu untuk
perumahan, jalan, areal perdagangan dan jasa, sarana prasarana / fasilitas, ruang
terbuka hijau / open space.
Di Desa Nagrak juga terdapat lahan milik Yayasan Trisakti yang menurut
rencana akan dipergunakan pembangunan sarana pendidikan. Perumahan
merupakan penggunaan lahan terbesar di Desa Nagrak yaitu sebesar 84,03% dari
luas lahan keseluruhan. Penggunaan lahan untuk prasarana jalan adalah sebesar
4,7%, sedangkan untuk perdagangan dan jasa adalah sebesar 6,5%. Untuk
penggunaan fasilitas lahan yang digunakan seluas 3,9% dan sisanya masih berupa
lahan kosong/masih berupa area hijau yaitu sekitar 0,8%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat Tabel 3.9 di bawah ini ;

Tabel 3.9
Intensitas Pemanfaatan Ruang
No Perumanfaatan Ruang Terbangun
1 Perumahan 84
2 Prsarana Jalan 4.7
3 Perdagangan 6.5
4 Fasilitas lahan 4
5 Lahan Kosong (RTH) 0.8
Total 100
Sumber : Kompilasi Data Studio, 2008

III - 22
Gambar 3.5
Intensitas Pemanfaatan Ruang

Sumber : Kompilasi Data Studio, 2008

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Penggunaan Lahan di Desa
Nagrak.

III - 23
Peta tgl
3.6

III - 24
Kawasan perdagangan dan jasa banyak terdapat di sepanjang jalan Alternatif
Cibubur, seperti toko meubel, bengkel, bank, rumah makan, pangkas rambut, cuci
mobil, spa, kios buah, ruko, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan semakin
berkembangnya sektor perumahan real estate berskala besar di Desa Nagrak.
Berikut merupakan contoh gambar perdagangan di desa nagrak :

Gambar 3.7
Foto : Perdagangan

III - 25
Jenis bangunan yang terdapat di Desa Nagrak terutama di Koridor Komersial
Trans Yogi (Jalan Alternatif) didominasi oleh ruko-ruko yang berderet
memanjang di sisi kiri kanan sepanjang jalur tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat Tabel 3.10 di bawah ini :

Tabel 3.10
Data Ruko Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri
Nama Alamat Jenis Bangunan
Ruko Transyogi/ Nagrak Jl alternatif RT 02/02 Ruko
Terminal Elektronik/ Nagrak Jl alternatif RT 02/03 Ruko
Bazza Elektronik/ Nagrak Jl alternatif RT 01/03 Ruko
Bumi Putera/ Nagrak Jl alternatif RT 03/01 Ruko
Kospin Jasa/ Nagrak Jl alternatif RT 03/01 Ruko
Sumber : Data Perdagangan Kelurahan Nagrak, 2009

Jenis atau bidang usaha yang terdapat di Koridor Komersial Trans Yogi
(Jalan Alternatif) rata-rata adalah di Bidang usaha rumah makan,hal ini
disebabkan karena status dari jalan di Koridor Komersial Trans Yogi yang
merupakan Jalan Propinsi sehingga banyaknya kendaraan yang melintas
membutuhkan fasilitas untuk bersinggah (beristirahat) di jalur tersebut, Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.11 di bawah ini :

III - 26
Tabel 3.11

Data Rumah Makan Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri

Nama Alamat Jenis/Bidang Usaha


Rm Kami Saiyo 2 Jl alternatif RT 02/07 Rumah Makan
Rm Saiyo Jl alternatif RT 02/03 Rumah Makan
Sinelayan Resto Jl alternatif RT 02/03 Rumah Makan
Rm Sederhana Cikeas Jl alternatif RT 02/07 Rumah Makan
Rm Trio Minang Jl alternatif RT 02/02 Rumah Makan
Pizza Hut Jl alternatif RT 04/03 Rumah Makan
Sumber : Data Perdagangan Kelurahan Nagrak, 2007

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta jenis usaha.

III - 27
Peta jenis usaha

3.8

III - 28
Terdapat beberapa bentuk perusahaan yang didirikan di sepanjang jalan alternatif
ini contohnya adalah PT, CV, dan Perseorangan yang mempunyayi beberapa jenis
atau bidang usaha yang bervariasi, seperti perdagangan dan jasa, showroom dan
suku cadang sampai dengan toko material terdapat di Koridor Komersial Trans
Yogie ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 3.12 di bawah ini

Tabel 3.12
Data Perusahaan Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri

Nama Alamat Jenis/bidang usaha

Cv Ersac bersaudara Jl transyogi RT 02/2 Perdagangan umum dan jasa

PT Ikhlas Indonesia Jl alternatif cibubur cikeas Show room bengkel sepeda motor

PT Kalder Duseliam Jl alternatif cibubur RT Perdagangan dasar suku cadang

04/03 mobil

PT Windu sarana Jl alternatif RT 01/03 Jual beli Hp


development
PT Ami jaya motor tiga Jl alternatif cibubur no 17 Perdagangan Barang dan jasa

PT Jascaod wira buana Jl alternatif cibubur Material

Bingo cellular Jl transyogi Blok RT 04 18- Perdagangan Barang Dan jasa


19
Sumber : Data Perdagangan Kelurahan Nagrak 2007

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Peta Jenis Barang

III - 29
3.9 peta jenis barang

III - 30
3.10 Peta Pembagian blok komersial

III - 31

Anda mungkin juga menyukai