Anda di halaman 1dari 6

Cerita Fabel

Ayam Jago Ekor Hitam dan Elang

Di sebuah peternakan, hiduplah dua ekor ayam jago bernama Ekor Hitam dan Ekor
Merah. Kedua ayam jago ini selalu bersaing untuk menjadi pemimpin di peternakan tempat
mereka tinggal.

“Daripada kita terus-menerus bertengkar, lebih baik kita adu kekuatan. Siapa yang
menang, dialah yang akan jadi pemimpin di peternakan ini!” ujar ayam jago Ekor Hitam.
Ekor Merah setuju.

Mereka pun berkelahi untuk adu kekuatan. Suasana peternakan menjadi ramai. Ayam-
ayam yang lain membuat lingkaran, menonton adu kekuatan itu.

Ekor Hitam menyerang Ekor Merah dengan garang. Ekor Merah sampai termundur
sampai ke sudut pagar. Ekor Hitam terus menyerang dengan tajinya yang tajam. Ayam
jago Ekor Merah akhirnya berteriak menyerah dengan panik,

“Stop, stop! Kamu menang! Aku tidak mau berkelahi sampai terluka!”
Ekor Hitam sangat girang dan bangga. Ia melompat ke atas pagar dan mengumukan
kemenangannya.
“Kukuruyuuuk… Kukuruyuuuk…”

Ayam-ayam yang lain bergegas menolong ayam jantan Ekor Merah yang babak belur.
Mereka membawa Ekor Merah ke dalam kandang untuk dirawat.

“Kukuruyuuuk… Kukuruyuuuk…” seru ayam jantan Ekor Hitam lebih kuat lagi.

"Sekarang siapapun yang berani menentangku akan berakhir seperti Ekor Merah," seru
ayam jago Ekor Hitam

Penghuni peternakan pun kecewa dengan ancaman Ekor Hitam.

"Kau tidak boleh semena-mena begitu. Kau pemimpin kami, tapi bukan berarti kamu tak bisa
ditentang," ucap seekor ayam betina.

Dengan mata menajam, Ayam Ekor Hitam berjalan tegas mendekati ayam betina. Ia
siap menghabisi ayam malang itu.

Ayam Ekor Hitam menggaungkan kokokannya tanda siap menyerang.

Tapi ternyata suara kokokannya itu menarik perhatian seekor Elang Jawa besar.
Dengan kecepatan penuh, Elang Jawa itu terbang melesat, menyambar ayam jantan Ekor
Hitam dengan cakarnya yang tajam. Ekor Hitam dibawa terbang tinggi, entah akan dimangsa
dimana. Ia hilang bersama kesombongannya.
Cerita Fabel

Ayam dan Kucing Kampung

Hari ini aku janji dengan anak bungsuku, Fina untuk cerita Fabel. Bingung mau
bercerita tentang apa. Mau cerita tentang kancil dan buaya atau kancil suka mencuri timun
sudah biasa. Ehh... sedang asik mencari ide tentang cerita fabel...mendadak terdengar suara
ayam betina dan dua anaknya sedang mencari makan di depan rumah, sedangkan disebelah
rumah seekor kucing betina dengan dua anaknya hanya memandang dari kejauhan. Jadilah
cerita fabel tentang ayam dan kucing kampung dimulai.

Alkisah diceritakan di suatu kampung hiduplah satu keluarga ayam yang harmonis
terdiri dari ayam jantan, ayam betina dan dua orang anak ayam diberi nama Jako dan Sulur.
Sebenarnya Jako dan Sulur mempunyai tiga saudara kandung lagi . Namun ketiga saudara
kandungnya sudah mati. Ketiga saudara kandungnya tersebut mati tertabrak mobil saat
mereka sedang bermain di tengah jalan. Akibat kehilangan tiga anaknya sekaligus, membuat
ayam betina sangat menjaga Joko dan Sulur Pada suatu malam saat mereka hendak tidur.
Jako dan Sulur bentanya kepada Ibunya.
"Bu... kenapa aku diberi nama Jako..."?

"Kenapa tidak diberi nam Robert, Arif atau Ikhwan atau nama keren lainnya", sambil
memandang Ibunya.

"Iya kenapa juga aku tidak diberi nama Nabila, Lucia, Dewi atau nama lainnya", kata Sulur.

Dengan tersenyum Ibu menjawab.

"Sebenarnya namamu mempunyai arti masing-masing sekaligus do'a".

"Jako kepanjangannya Jago Berkokok".

"Harapan bapak dan ibu, Jako mempunyai suara yang merdu dan nyaring sehingga bisa
membangunkan orang untuk sholat subuh di waktu fajar".

"Sedangkan Sulur artinya suka bertelur".

"Harapan bapak dan ibu kalau Selur sudah dewasa dan sudah bertelur, dapat menghasilkan
telur yang banyak sehingga bisa dimanfaatkan untuk banyak orang".

Mendengar jawaban dari Ibu, membuat Jako dan Sulur semakin sayang kepada orang tuanya,
ternyata dibalik nama yang asing bagi mereka ternyata mempunyai arti dan do'a bagi mereka.

"Hari ini tidak main dengan Suci dan Bayu?", tanya Ibu.

"Tadi main sebentar bu..., karena hujan jadi kita pulang ke rumah masing-masing".

Keluarga ayam dan kucing kampung hidup rukun berdampingan. Meskipun mereka
bukan hewan sejenis, mereka sangat tenggang rasa. Suatu hari ada orang yang memberi
makan keluarga kucing, makanan padang lengkap dengan sambal ijonya. Namun yang di
makan hanya lauk dan sedikit nasi saja. Sedangkan sebagian nasinya di tinggal untuk
keluarga Ayam

Sedangkan di tempat lain satu keluarga kucing sedang rebahan di teras salah satu
rumah warga. Kelurga kucing tersebut terdiri kucing jantan, kucing betina dan kedua anaknya
yang diberi nama Suci dan Bayu. Suci kucing betina dengan warna bulu belang-belang,
hitam, putih, kuning dan abu-abu. Sedangkan Bayu adalah kucing jantan dengan warna bulu
hitam.

Saat mereka sedang dinner dan santai, Suci dan Bayu protes kenapa mereka disebut
kucing kampung.

"Bunda..., kenapa Suci dan Bayu disebut kuncing kampung...?".

"Padahal kitakan hidup di kota bukan dikampung", kata Suci.

Mendengan kata tersebut, Bayu hanya tersenyum saja, sambil mengibas-ngibaskan


buntutnya yang warna hitam.

Sambil tersenyum bunda mengelus dengan lembut kepala Suci dengan kaki depan kanan.

"Jangan kecewa atau marah dengan sebutan kucing kampung",

"kucing kampung, kucing kota atau kucing-kucing lain hanya sebutan saja"'.

"biarpun kita kuncing kampung, tapi sifat dan tingkah laku kita tidak kampungan", kata
bunda dengan menatap mata Suci dan Bayu bergantian.

"Iya bunda, terima kasih sudah mendidik Suci dan Bayu selama ini", kata Bayu.

"Ingat tidak, agar tidak disebut kucing kampungan", lanjut Bunda.

Dengan menggerak-gerakkan ekornya, Suci dan Bayu menjawab bersamaan,

"Ingalah Bunda...",

"pertama jangan pernah mencuri, meskipun makanan yang ada dimeja makan tidak di tutup",

"kedua jangan buang kotoran sembarangan, buanglah ditempat yang telah disediakan",

"yang ketiga apa bunda...?"

"Suci dan Banyu lupa".

"Jangan berhenti meong kalo belum dikasih makan", kata bunda sambil tertawa
Mendengar kalimat tersebut Suci dan Bayu tertawa...Meong...Meong...Meong.

Anda mungkin juga menyukai