Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at

ULUWWUL HIMMAH (SEMANGAT YANG TINGGI)


Dr Abu Zakariya Sutrisno
(Pengasuh PP Hubbul Khoir, Dosen UNS, Alumni S3 KSU Saudi) No: 039

KHUTBAH PERTAMA:
َّ َ ُ ‫ات َو ْال َ َن َك‬
‫ َو ِب َت رو ِف ري ِق ِه ت َت َحق ُق‬،‫ات‬ ُ ‫ َوب َف رضله َت َت زَ زَّن ُل ْال َخ ر َن‬،‫ات‬ ُ ‫الصال َح‬ َّ ‫لِل َّالذ ري بن رع َمته َتت ُّم‬ ُ َ ْ
َ ْ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫الح رمد‬
‫ات‬ُ ‫ْال َم َقاص ُد َو ْال َغ َاي‬
ِ
ُ ُ ً ّ ُ ‫َ ر َ ُ ر َ َ ّ ُ ر‬
َ َ َ
‫هللا َوأش َهد أن ُم َح ّمدا َع ربد ُه َو َر ُس رول ُه‬ ‫أشهد أن ال ِإله ِإال‬
‫ر‬ ّ ‫َ َ ر‬ َ ‫ر‬ ‫ر‬ ُ َ َ ‫ََ ر‬ َ ‫ر‬ َ َ َ ّ َ ُ َ ‫َ ُ ّ َ ّ َ َ ّر‬
‫ان ِإَل يو ِم الدين‬ ٍ ‫اللهم صل وسلم عىل محم ٍد وعىل آ ِل ِه ِوأصح ِاب ِه ومن ت ِبعهم ِب ِإحس‬
َ ‫َر‬ ُ َ َ ُ َّ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
)١۰٢ : ‫آمنوا اتقوا هللا َحق تقا ِته َوال ت ُموت َّن ِإال َوأن ُت رم ُم رس ِل ُمون ( ال عمران‬ ‫يا أيها ال ِذين‬
َ
: ‫أ َّما َب رع ُد‬
Jama’ah ibadah Jum’ah yang dirahmati oleh Allah,
Yang pertama dan paling utama mari kita selalu besyukur pada Allah. Kita bersyukur atas
seluruh nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Kemudian, sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurah pada panutan kita, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak lupa
melalui mimbar Jum’at yang mulia ini khatib mengingatkan diri khatib sendiri dan jama’ah
sekalian untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala.
‫َ َ َ َّ ُ َ َّ َ ر َ َّ َّ ر‬
‫التق َوى‬ ‫وتزودوا ف ِإن خ ْن الز ِاد‬
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Kaum muslimin rahimakumullah,


Islam mengajarkan kemuliaan dan akhlak yang mulia. Diantara akhlak mulia itu adalah
memiliki semangat yang tinggi dalam hidup atau disebut ulluwul himmah. Secara bahasa ‘uluw
artinya: tinggi adapun himmah artinya: semangat, tekad, ambisi atau motivasi. Sehingga
‘uluwwul himmah dapat dimaknai semangat, tekad, ambisi yang tinggi atau kuat. Orang yang
memiliki semangat yang tinggi dalam hidupnya dia akan terus bersemangat melakukan hal-hal
yang bermanfaat, dia selalu berusaha produktif. Orang yang memiliki semangat yang tinggi

1
mereka punya cita-cita yang besar. Mereka tidak malas atau sibuk dengan hal-hal tidak
bermanfaat.
Kalau kita menengok sejarah maka kita dapati bahwa Islam diperjuangkan dan ditegakkan
oleh manusia-manusia pilihan yang memiliki semangat atau himmah yang tinggi. Perhatikanlah
keadaan Rasulullah, para sahabat dan para aimmatul mukminin (imam-imam kaum mukminin)!
Kamu akan mendapati mereka semua adalah orang-orang yang memiliki kemauan dan semangat
yang tinggi, sabar terhadap cobaan dan teguh diatas pendirian. Mereka bukan orang yang malas
atau sibuk dengan perkara-perkara yang sia-sia. Bahkan kalau kita lihat dengan kaca mata lebih
umum, kita dapati tokoh-tokoh besar baik para pahlawan, tokoh bangsa dan lainnya mereka
adalah orang-orang yang memiliki semangat yang tinggi. Cita-cita mereka besar. Hidup mereka
digunakan dalam hal-hal besar!
Jama’ah rahimakumullah,
Sesungguhnya agama Islam tidak menghendaki pengikutnya untuk bersikap malas,
lemah, berkemauan rendah dan mudah futur (putus asa). Sebalikknya, Islam menghendaki agar
pengikutnya untuk senantiasa bersemangat dan selalu sibuk dengan kebaikan. Coba kita simak
firman Allah dalam surat al Insyirah ayat 7 dan 8, Allah berfirman:
‫ َوإ ََل َر ِّب َك َف رار َغ ر‬. ‫ب‬
‫ب‬ ‫ت َف ران َص ر‬
َ ‫َفإ َذا َف َر رغ‬
ِ ِ
“Jika kamu telah selesai (suatu urusan) maka kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan yang
lain). Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS Al Insyirah: 7-8)
‫ت َف ران َص ر‬
Firman Allah ta’ala ‫ب‬
َ ‫َ َ ََ ر‬
‫“ ف اِ ذا فرغ‬Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakan urusan yang lain”. Ada beberapa penafsiran para ulama terkait ayat ini:

- Sebagian mengatakan apabila selesai urusan dakwah maka beribadahlah pada Allah;
- Apabila selesai urusan dunia maka kerjakan urusan akhirat;
- Apabila selesai sholat maka berdo’alah.
- Apabila selesai perkara wajib kerjakan amalan sunnah
- Dan lainnya

Ini semua menunjukkan hendaknya seorang muslim berusaha produktif dan selalu sibuk dengan
kebaikan. Jangan habiskan waktu dengan bermalas-malasan dan bersantai. Namun hendaknya
kita selalu isi waktu kita dengan perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

2
Ayat ini kemudian diikuti ayat ke-8, ‫ب‬‫“ َوا ىَل َر ِّب َك َف رار َغ ر‬dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
ِ
berharap”, ini menujukkan bahwa hendaknya mengiringi usaha dengan tawakal pada Allah. Ini
penting sekali, kita harus berusaha selalu gabungkan dua hal: ikhtiyar dan tawakal. Maksimalkan
usaha dan dan tawakal kita. Kita ikhtiyar 100% dan diringi tawakal pada Allah 100%. Hal ini juga
semagaimana firman Allah ta’ala:
َّ َ َّ َ َ ‫َ َ َ َ ر‬
‫ت ف َت َوك رل َعىل الِل‬‫ف ِإذا عزم‬
“Jika kamu telah berazam kuat maka bertawallah pada Allah.” (QS Ali Imran: 159)

Jama’ah rahimakumullah,
Ada sebuah perkataan yang menarik dari Amirul Mukminin Umar bin Khatab radhiyallahu
‘anhu. Diriwayatkan bahwa ia pernah berkata,
َ َ ‫ز‬ ُ َّ َّ ُ
‫اله َمم‬ ُ
ِ ‫فإن لم أر أقعد عن المكرمات من صغر‬
‫ال تصغرن همتكم؛ ي‬
“Janganlah mengecilkan himmah(kemauan) kalian, sesungguhnya saya belum pernah melihat
sesuatu yang menghalangi dari kemulian-kemuliaan kecuali himmah yang rendah.”
Orang tidak bisa mencapai kemulian-kemuliaan atau mencapai sesuatu yang besar karena
semangatnya rendah, ambisinya kerdil. Orang kalau sudah semangatnya rendah dah pasti
usahanya juga demikian. Beda dengan orang yang punya cita-cita besar, visi hidup yang besar
pasti usahanya akan besar juga untuk mengarah kesitu.

Jama’ah rahimakumullah,
Dalam hal apa kita harus punya semangat atau ambisi besar? Pertama jelas dalam ilmu.
Ilmu adalah warisan para Nabi. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ َّ َ َ َ ُ َ ‫َّ ر َ ر‬
‫ِإن اْلن ِب َي َاء ل رم ُي َو ِّرثوا ِدين ًارا َوَل ِد رره ًما ِإن َما َو َّرثوا ال ِعل َم ف َم رن أخذ ِب ِه أخذ ِب َحظ َو ِافر‬
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah
mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian
yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

3
Banyak orang yang hidupnya dihabiskan ambisi mengejar dunia, mengejar harta. Kalau
zaman dahulu dinar dan dirham, kalau sekarang uang. Ambisi hidupnya hanya cari uang. Padahal
ada yang lebih mulia dari itu yaitu ilmu yang menjadi warisan para Nabi. Mari kita tanamkan
dalam diri kita untuk terus belajar dan mencari ilmu karena itu adalah bekal untuk hidup baik
dunia maupun akhirat. Dulu para salaf benar-benar punya semangat yang kuat dalam menuntut
ilmu, seperti kisah Jabir bin Abdillah yang jalan dari Hijaz (Mekah/Madinah) ke Syam hanya untuk
cari 1 hadits. Ada ulama yang sampai kencing darah dalam menuntut ilmu. Ada yang menjual
rumah dan semua hartanya untuk modal mencari ilmu.
Contoh sederhana adalah ilmu al Qur’an, seorang muslim harus punya semangat untuk
bisa baca al Qur’an dan memahami maknanya. Banyak orang tidak bisa baca al Qur’an dan
menyerah pasrah begitu saja. Tidak ada ambisi yang kuat untuk belajar al Qur’an. Kalau kita tidak
pernal lelah ambisi ngejar uang meskipun susah carinya tetapi kenapa tidak punya semangat
dalam belajar al Qur’an? Mungkin di awal sulit, tetapi kalau punya semangat insyaallah bisa. Yang
penting punya ambisi besar dulu untuk belajar Al Qur’an.

Jama’ah rahimakumullah,
Selain semangat yang kuat dalam mencari ilmu kita juga harus punya semangat yang kuat
dalam ibadah dan juga dalam dakwah. Semua butuh perjuangan. Butuh orang-orang yang punya
semangat yang kuat untuk istiqomah dalam beribadah dan amal sholih, apalagi dalam dakwah.
Apalagi di zaman seperti ini yang tantangannya luar bisa. Jangan sampai kita mundur dalam
memperjuangkan agama kita.
Sekian yang dapat kami sampaikan pada khutbah pertama ini semoga bermanfaat.
Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki semangat yang kuat dalam kebaikan. Amien.
ّ ‫َ ر ر‬ ْ َ َ‫ْ ُ ر ر ز‬ َُ ْ َ ُ ‫َُر ُ َر ر َ َ ََ ر َ ر‬
‫اس َتغ ِف ُر رو ُه ِإن ُه‬ ِ ‫ي وال ُم رس ِل َم‬
‫ات ف‬ ْ ‫هللا ال َع ِظ ري َم ِ ي رَل َولك رم َو ِل َسا ِئ ِر المس ِل ِم‬ ‫أقول قو ِ يَل هذا وأستغ ِفر‬
ّ ‫ُه َو ْال َغ ُف رو ُر‬
‫الر ِح ري ِم‬

KHUTBAH KEDUA:

4
َ ‫ر‬ َ َ ِّ َ ‫ر ُ ُ ُ ر َ ر ُ َ َ ر‬ ُ َ ‫َّ ْ َ ر َ َّ َ ُ َ َ ُ ُ َ َ ر‬
َ
،‫ات أعما ِلنا‬ ِ ‫لِل ن رح َمد ُه َون رست ِع رينه َون رستغ ِف ُر ره َون ُعوذ ِب‬
ِ ‫اهلل ِمن شو ِر أنف ِسنا و ِمن سيئ‬ ِ ِ ‫ِإن الحمد‬
َ ‫ُ َ َ ُ َّ َ ُ َ َ ر ُ ر ر َ َ َ َ َ ُ َ َ ر َ ُ َ ر َ َ َ َّ ُ َ ر َ ُ َ ُ َ ر‬
‫شي َك ل ُه‬ ِ ‫ وأشهد أن ال ِإله ِإال هللا وحده ال‬.‫من يه ِد ِه هللا فال م ِضل له ومن يض ِلل فال ه ِادي له‬
‫َ ر َر‬
ُ ُ ً َّ َ ُ ‫َ ر‬
‫َوأش َهد أن ُم َح َّمدا َع ربد ُه َو َر ُس رول ُه‬

Jama’ah ibadah Jum’ah yang semoga dirahmati oleh Allah,

Dengan memiliki semangat yang tinggi dalam hidup kita bisa mencapai hal-hal besar. Jangan
kecilkan semangat hidup kita. Kita harus punya semangat yang tinggi untuk mengejar akhirat baik
dengan mencari ilmu, beramal shalih, berdakwah dan lainnya. Jangan sampai kita gunakan hidup
kita hanya untuk mengejar dunia. Ambisi besarnya hanya dunia, dunia dan dunia. Saya tutup
khutbah ini dengan sebuah hadits Rasulullah yang memiliki makna yang begitu dalam. Beliau
bersabda:
َّ ‫ُّ ر‬ ْ َ َ َ َ‫ُّ ر َ َ َّ ُ َ َّ َ ُ َ َ ر َ ر َ ُ َ َ َ َ َ ر َ ُ َ ر ز‬ َ َ ‫ر‬
‫ َول رم َيأ ِت ِه ِم َن الدن َيا ِإَل َما‬،ِ ‫ي ع رين ري ِه‬ ْ ‫ وجعل فقره ب‬، ‫ فرق هللا علي ِه أمره‬، ‫َمن كان ِت الدنيا همه‬
ُّ ُ ‫َ َ َ ر‬
َ ِ ‫الد رن َيا َو‬ ْ َ ‫ُ َ َ ُ َ َ ر َ َ ر َ ُ َّ َ ُ َ َ َ ُ َ ر َ ُ َ َ َ َ َ ُ ز ر‬
‫ه‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫أ‬‫و‬ ، ِ ِ ‫ وجعل ِغناه ِ يف ق‬، ‫ جمع هللا أمره‬، ‫ ومن كان ِت اْل ِخرة ِنيـته‬، ‫ك ِتب له‬
‫ه‬ ‫ب‬ ‫ل‬
‫ر ِاغ َمة‬.َ
“Barangsiapa ambisi hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya,
menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali
menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya
adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya,
dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. ” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Dishahihkan
syaikh Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no. 950)
Dunia ini rendah, kalau kita hanya mengejar dunia maka kita merendahkan diri kita
sendiri. Atau bahkan yang lebih parah yaitu diperbudak oleh dunia. Orang yang ambisinya tinggi
dia akan ngejar akhirat. Dan janji Rasulullah dalam hadits ini bahwa orang yang mengejar akhirat
maka dunia akan mengikutinya. Sekian khutbah yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat
untuk kita, Amien. Mari kita tutup khutbah ini dengan sholawat dan doa.
َ ِّ َ ُّ َّ َ َ ِّ َّ َ َ َ ‫َّ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ُّ ر‬
‫ َيا أ ُّيها ال ِذ ري َن َء َام ُن روا َصل روا َعل ري ِه َو َسل ُم روا ت رس ِل ري ًما‬،‫ب‬
‫ِإن هللا ومال ِئكته يصلون عىل الن َِ ي‬

5
‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ َّ َ َ َ َّ ر َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ‬
‫آل ِإ رب َر ِاه ري َم‪ِ ،‬إن َك َح ِم ريد‬ ‫ِ‬ ‫ت َعىل ِإ رب َر ِاه ري َم َو َعىل‬ ‫آل محم ٍد كما صلي‬ ‫ِ‬ ‫الل ُه َّم َص ِّل َعىل ُم َح َّم ٍد َو َعىل‬
‫َّ‬ ‫ُ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ ر ر َ َ َ َ‬ ‫َ ر َ َ ر َ َ ُ َ َّ َ َ َ‬
‫آل ِإ رب َر ِاه ري َم‪ِ ،‬إن َك‬
‫آل محم ٍد كما باركت عىل ِإب َر ِاهيم وعىل ِ‬ ‫م ِجيد‪ .‬وب ِارك عىل محم ٍد وعىل ِ‬
‫د‬ ‫َح ِم ريد َمج ر‬
‫ي‬
‫ر‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ر‬ ‫َ ْ ُ ر ر زَ َ ْ ُ ر َ ْ َ ر َ ر ُ ر َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ر‬ ‫ُ‬ ‫َ َّ ُ َّ ر ِ ر ْ ُ ر ر زَ َ ْ‬
‫ات‪ِ ،‬إنك س ِميع‬ ‫ات اْلحي ِاء ِمنهم واْلمو ِ‬ ‫ات‪ ،‬والمؤ ِم ِن ْي والمؤ ِمن ِ‬ ‫اللهم اغ ِفر ِللمس ِل ِم ْي والمس ِلم ِ‬
‫َ ر ُ ر ُ ّ‬
‫ات‬‫ِ‬ ‫ب الد َع َو‬ ‫قريب مجي‬
‫ون َّن م َن ْال َخاشينَ‬ ‫َ َّ ِ َ َ َ ر َِ َ ُ َ َ َ َّ ر َ ر ر َ َ َ َ ر َ ر َ َ َ ُ َ‬
‫ّ ِ ِ‬ ‫سنا و ِإن ل ًم تغ ِف ْر َلنا وترحمناً لنك َ ِ‬ ‫ربنا ظلمنا أنف‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫الد رن َيا َح َس َنة َوفز‬ ‫َََ َ َ ز ّ‬
‫ربنا ءا ِتنا ِ يف‬
‫ِ ي اْل ِخر ِة حس َنة و ِقنا عذاب الن ِار‬
‫يَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫لِل رب العال ِم ْ ز‬‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ر‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َّ َّ ُ‬
‫آخر دعوانا أ ِن الحمد ِ ِ‬ ‫وصىل الِل عىل ن ِبي ِه محم ٍد و ِ‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai