Anda di halaman 1dari 4

Nama ; Eki Aris Cendika

Nim : 2314917
Prodi : Pendidikan Profesi Guru PPKn

Contoh kasus 1

Pak Budi merupakan guru Ekonomi. Hari ini pak Budi akan menyampaikan materi mengenai
kewirausahaan. Sekolah Pak Budi terletak di daerah dataran tinggi dan peserta didik Pak Budi
sebagian besar memiliki orang tua yang bermata pencaharian petani.

Contoh Kasus 2

Bonar adalah seorang siswa bersuku Batak yang berasal dari Sumatera. Saat memasuki SMP,
Bonar dan keluarganya pindah rumah ke daerah Cianjur. Sebagian besar siswa di sekolah ini
berasal dari suku Sunda. Bonar merasa kesulitan untuk beradaptasi karena perbedaan budaya.
Anda mendiskusikan beberapa kasus tersebut,
Mari kita terapkan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) dalam menyempurnakan
rancangan pembelajaran dan asesmen untuk kedua kasus tersebut:

Contoh Kasus 1: Pak Budi dan Materi Kewirausahaan

1. Penyesuaian Materi Pembelajaran :


- Pak Budi dapat mengaitkan konsep-konsep kewirausahaan dengan konteks kehidupan petani
di daerah dataran tinggi, seperti strategi pemasaran untuk produk pertanian lokal atau cara
memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
- Materi pembelajaran bisa disajikan dengan memperkenalkan tokoh-tokoh pengusaha lokal
yang berasal dari latar belakang petani atau berbagi cerita inspiratif tentang bagaimana petani
dapat menjadi wirausahawan sukses.

2. Metode Pengajaran Interaktif :


- Mengadakan kunjungan lapangan ke petani lokal atau usaha kecil yang dimiliki oleh
penduduk setempat untuk memberikan siswa pengalaman langsung tentang kewirausahaan di
lingkungan mereka sendiri.
- Mendorong diskusi kelompok di mana siswa dapat berbagi pengalaman dan ide tentang
bagaimana kewirausahaan dapat diterapkan dalam konteks kehidupan mereka sebagai anak
petani.

3. Pendekatan Pedagogi Berpusatkan Siswa :


- Memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan rencana bisnis yang relevan dengan
kehidupan mereka sendiri, dengan memperhatikan aspek-aspek kewirausahaan yang telah
mereka pelajari.
- Memfasilitasi diskusi reflektif di mana siswa dapat mengidentifikasi tantangan dan peluang
yang mungkin mereka hadapi dalam menjalankan usaha di daerah dataran tinggi.

4. Penilaian yang Berpusat pada Pemahaman dan Pertumbuhan :


- Menciptakan tugas-tugas penilaian yang memungkinkan siswa untuk menerapkan konsep-
konsep kewirausahaan dalam konteks kehidupan nyata mereka sebagai anak petani.
- Memberikan umpan balik yang spesifik dan membangun pertumbuhan yang
memperhitungkan tantangan dan kekuatan individu siswa dari latar belakang budaya yang
berbeda.

5. Membangun Keterhubungan dan Hubungan Positif :


- Menciptakan lingkungan kelas yang inklusif dan mendukung di mana keberagaman budaya
dihargai dan dirayakan, termasuk pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa sebagai anak
petani.
- Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan kewirausahaan, seperti
kelompok diskusi atau lokakarya, yang menghubungkan siswa dengan komunitas pengusaha
lokal.

Contoh Kasus 2: Bonar di Sekolah Baru

1. Penyesuaian Materi Pembelajaran :


- Guru dapat memperkenalkan materi pembelajaran dengan mengaitkannya dengan nilai-nilai
budaya Batak yang mungkin akrab bagi Bonar, seperti kebersamaan, gotong royong, atau
kepercayaan spiritual.
- Materi pembelajaran bisa disajikan dengan menggunakan contoh-contoh atau cerita-cerita
yang relevan dengan kehidupan masyarakat Batak.

2. Metode Pengajaran Interaktif :


- Memberikan kesempatan kepada Bonar untuk berbagi pengetahuannya tentang budaya Batak
dengan teman-teman sekelasnya melalui presentasi atau diskusi kelompok.
- Menciptakan ruang untuk Bonar dan siswa lainnya untuk saling belajar dan menghargai
keberagaman budaya di sekolah melalui kegiatan kolaboratif.

3. Pendekatan Pedagogi Berpusatkan Siswa :


- Memahami perasaan dan kebutuhan Bonar dalam proses adaptasi, dan memberikan dukungan
dan bimbingan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
- Memberikan kesempatan kepada Bonar untuk mengemukakan perspektifnya dalam kaitannya
dengan materi pembelajaran, dengan memberikan penghargaan terhadap keunikannya sebagai
siswa Batak.

4.Penilaian yang Berpusat pada Pemahaman dan Pertumbuhan :


- Menyediakan tugas-tugas penilaian yang memungkinkan Bonar untuk mengekspresikan
pemahaman dan pengalaman budayanya secara kreatif, misalnya melalui proyek seni atau
penulisan.
- Memberikan umpan balik yang sensitif dan membantu, yang memperhitungkan tantangan
yang mungkin dihadapi Bonar dalam beradaptasi dengan budaya baru.

5. Membangun Keterhubungan dan Hubungan Positif :


- Membangun jaringan dukungan sosial untuk Bonar, termasuk teman sekelas, guru
pembimbing, atau konselor sekolah, yang dapat membantunya merasa lebih terhubung dan
nyaman di lingkungan sekolah baru.
- Mengadakan acara atau kegiatan yang merayakan dan menghargai keberagaman budaya di
sekolah, yang dapat membantu Bonar merasa dihargai dan diterima oleh komunitasnya.
Dengan menerapkan pendekatan Culturally Responsive Teaching dalam kedua kasus tersebut,
guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung dan inklusif bagi siswa dari
latar belakang budaya yang beragam. Ini akan membantu meningkatkan keterlibatan siswa,
pemahaman materi, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai