Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aurelia Anjani

NIM : 215154040
Kelas : 3B AC
Matkul: Analisis Laporan Keuangan

Resume Materi Bab 8


Analisis Kebangkrutan Perusahaan menggunakan Metode Ohlson (O-Score)

Model Ohlson adalah analisis kebangkrutan yang ditemukan oleh James Ohlson pada tahun
1980 yang meragukan penemuan Altman Z-Score (1968) yang disebut metode Multiple
Discriminant Analysis. Ohlson mengembangkan model prediksi kebangkrutan dengan analisis
logistik yang terdiri dari sembilan variabel untuk memprediksi kebangkrutan. Rasio yang
digunakan adalah rasio leverage, likuiditas, dan profitabilitas. Dalam model ini terdapat
sembilan rasio keuangan dengan skala prediktor yang paling baik dengan cut-off point optimal
pada nilai 0,038. Bila nilai O-Score > 0,038 maka perusahaan diprediksi mengalami kondisi
financial distress atau perusahaan berpeluang bangkrut. Sebaliknya, jika nilai O-Score < 0,038
maka perusahaan dalam kondisi keuangan yang baik dan dinyatakan sehat.

Indikator Ohlson 1. Log (Size)


Suatu skala yang menggambarkan besar kecilnya perusahaan dengan menghitung
tingkat total aset dengan indeks harga gross national product dalam suatu negara.
Size = Log (Total Aktiva / Indeks Harga GNP)

2. Total Liabilities to Total Assets (TLTA) Merupakan rasio solvabilitas yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya baik utang jangka panjang
maupun jangka pendek dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya.
TLTA = Total Kewajiban / Total Aktiva

3. Working Capital to Total Assets (WCTA) Merupakan rasio likuiditas yang


menunjukan kemampuan atau kapabilitas perusahaan untuk membayar utang jangka
pendeknya.
WCTA = (Aktiva Lancar - Utang Lancar) / Total Aktiva

4. Current Liability to Current Assets (CLCA)


Rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancarnya
dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan
perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya. CLCA = Aktiva Lancar / Total
Aktiva

5. 1 jika Total Liabilities>Total Assets; 0 jika sebaliknya (OENEG)


Merupakan indikator dalam model Ohlson yang mengukur likuiditas perusahaan yang
dinilai dengan skala jika bernilai 1 artinya sering terjadi excess total kewajiban atas
total aktiva, maka perusahaan rawan terhadap kebangkrutan. Apabila 0 maka total aset
lebih besar dibandingkan dengan total kewajibannya (Ohlson, 1980).

6. Net Income to Total Assets (NITA)


Merupakan indikator rasio yang mengukur profitabilitas perusahaan. Indikator ini
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dari total aktiva yang
dimiliki perusahaan.
NITA = Laba Bersih / Total Aktiva

7. Cash Flow from Operations to Total Liabilities (CFOTL)


Merupakan rasio solvabilitas yang digunakan untuk mengukur dana yang digunakan
untuk kegiatan operasional yaitu dana yang tersedia dari kegiatan operasi yang dibiayai
dengan kewajiban perusahaan atau dengan utang. CFOTL = Arus Kas Operasi / Total
Kewajiban

8. 1 jika Net Income negatif; 0 jika sebaliknya (INTWO)


Merupakan indikator yang mengukur profitabilitas perusahaan. Indikator ini digunakan
untuk melihat kondisi laba dalam dua tahun terakhir. Cara menghitungnya adalah
dengan cara memberikan nilai 1 jika laba bersih perusahaan negatif dua tahun berturut-
turut dan sebaliknya (Ohlson, 1980).

9. Perubahan pada Laba Bersih (CHIN)


Merupakan indikator yang mengukur perubahan profitabilitas perusahaan pada laba
bersih tahun berjalan dan laba bersih tahun sebelumnya. CHIN = (Laba Bersih tahun
ini - Laba Bersih tahun lalu - 1) / (Laba Bersih tahun ini - Laba Bersih tahun lalu
+ 1)

Rumus Model Ohlson

O-Score = -1,32 – 0,407 X1 + 6,03 X2 + 0,0757 X4 – 2,37 X5 – 1,83 X6 + 0,285 X7 – 1,72


X8 – 0,521 X9

Keterangan:
X1 = Size
X2 = TLTA
X3 = WCTA
X4 = CLCA
X5 = OENEG
X6 = NITA
X7 = CFOTL
X8 = INTWO
X9 = CHIN

Anda mungkin juga menyukai