70773dec1b69764912afddfd437585f0 (3)
70773dec1b69764912afddfd437585f0 (3)
FEBRIANTI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar serjana pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
FEBRIANTI
A 111 19 065
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar serjana pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
This study describes the problems regarding (1)How the Nearisi Ritual of
the Kaili Tara Tribe in Bambalemo Village, Parigi Moutong District, (2)The
symbolic meaning in the equipment used in the Nearisi Ritual of the Kaili Tara
Tribe in Bambalemo Village, Parigi Moutong District. This type of research uses
descriptive qualitative. The object of research is the residents of the village of
Bambalemo. The object of research is the nearisi ritual of the Kaili Tara tribe in
Bambalemo Village, Parigi District,Parigi Moutong Regency. The research
location is in Bambalemo Village, Parigi District,Parigi Moutong Regency. Data
collection techniques using observation techniques,interview techniques, note-
taking techniques,recording techniques and documentation techniques. Data
analysis techniques were carried out by means of data reduction,data presentation,
and data verification. The results of the study can be concluded, namely (1)How is
the Nearisi Ritual of the Kaili Tara Tribe in Bambalemo Village, Parigi District,
Parigi Moutong Regency,among others,the pre-implementation stage includes:
requirements for moving house or nearisi rituals, including: (a)Determining an
auspicious day,(b)Prepare offerings to be used when moving house. The
implementation phase, namely: (a)already has a new house to be occupied. (2)
preparing things to carry when moving house has the following meanings: (a)
kora'a or al-qur'an, (b) taveve or cat, (c) manu or chicken, (d)panggou ante kaluku
shampoo or shaving the coconut and the coconut next door, (e) ose sabele kodi or
rice 1 small belek, (f)ompa ante luna or mats and pillows, (g)tau natiana or
pregnant people, (h) dula salama ante tau nombasa or standard safe and people ba
read.
Keywords: nearisi ritual, semiotic study
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, kerena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis skripsi dengan judul “Ritual nearisi
suku kaili tara di desa bambalemo kecamatan parigi kabupaten parigi moutong “
dapat terselesaikan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar serjana
Strata satu (S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.
Dalam proses penyelesaian salah satu bagian dari tugas akhir ini, sedikit tantangan
yang peneliti hadapi. Namun, berkat doa dan usaha serta dorongan dai berbagai
pihak pada akhirnya semua bisa dilewati. Sebuah penghargaan istimewa dan
terima kasih tulus penulis persembahkan kepada sosok yang begitu penulis ci ntai
dan sayangi, kepada ibu Ahran yang telah mengasuh, mendidik dan merawat
penulis dengan cinta dan kasih sayang yang tulus dan tak ada batasnya serta selalu
berdoa dan mengorbankan segalanya demi menyelesaikan studi penulis. Penulis
juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kaka-
kakaku tersayang Sri marita dan Taufik serta keluarga besar yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan semangat kepada penulis.
2. Dr. Ir. Aminuddin Kade, S.Pd., M.Si dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Tadulako.
6. Dr. Hj. Sriati Usman, M.Hum. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Dan
Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako
7. Dr. Ulinsa, M.Hum. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
8. Dr. Yunidar M.Hum Dosen Wali penulis yang telah meluangkan waktunya
dalam memberikan motivasi serta sumbangan pemikiran setiap saat dan
proses perkuliahan.
9. Dr. H. Gazali, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah sabar dan
meluangkan waktunya,mau merelakan tenaga serta pemikirannya turut
memberikan perhatian maupun saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Dr. Gusti Ketut Alit, M.Hum. selaku dosen pembahas I dan Dr. Ali Karim,
M.Hum. selaku dosen pembahas II yang meluangkan waktunya dalam
membimbing serta mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian
skripsi.
11. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
tanpa terkecuali yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan
kepada penulis selama menempuh studi di Universitas Tadulako. Terima
kasih telah menjadi dosen terbaik kami selama ini.
12. Seluruh pegawai dan staf tata usaha Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia serta lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tadulako telah memberikan pelayanan administrasi yang
dibutuhkan penulis selama penyelesaian studi.
18. Kepada semua pihak yang belum bisa penulis sebutkan satu persatu
namanya yang telah suka rela membantu penulis dan memberikan
dorongan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
19. Terima kasih kepada seluruh warga dan pemuda di desa siniu sayogindano
yang telah menerima baik penulis saat melaksankan KKN 101 dan banyak
memberikan motivasi saat melaksanakan KKN kemarin.
Penulis telah berusaha sebaik dan sebisa mungkin untuk mendapatkan hasil
yang sebaik-baiknya. Namun penulis menyadari tidak ada sesuatu yang
sempurna dalam bentuk apapun. Oleh sebab itu penulis sangat menghargai
masukan mauupun saran yang membangun. Semoga Allah SWT melipat
gandakan balasan kepada semua pihak. Penulis juga berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi orang banyak.
Palu, 2023
Penulis
Febrianti
DAFTAR ISI
Gambar 1 perlengkapan sesaji yang digunakan dalam tradisi pindah rumah ...... 25
Gambar 2 rumah baru yang siap ditempati dalam tradisi pindah rumah ............. 27
Gambar 4.2.2. 1 Kora’a atau al-qur’an ..................................................................30
Gambar 4.2.2. 2 Taveve atau kucing..................................................................... 31
Gambar 4.2.2. 3 Manu tongge atau ayam ............................................................. 32
Gambar 4.2.2. 4 Panggou ante kaluku atau cukur kelapa dan kelapa sebelah ...... 33
Gambar 4.2.2. 5 Ose sabele kodi atau beras 1 blek kecil ...................................... 34
Gambar 4.2.2. 6 Ompa ante luna atau tikar dan bantal ......................................... 35
Gambar 4.2.2. 7 Tau natiana atau orang hamil ..................................................... 36
Gambar 4.2.2. 8 Dula salama ante tau nombasa atau baki selamat dan orang ba
baca ............................................................................................. 37
BAB I
PENDAHULUAN
Budaya juga merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi kegenerasi.
Hal ini, sejalan dengan pendapat E,B.Taylor (dalam setiadi dkk 2006:28), Budaya
adalah suatu keseluruhan kompleks warisan nenek moyang yang berkembang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan yang lain,serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat yang dimiliki oleh wilayah tertentu. Artinya
kebudayaan yaitu sebuah kepercayaan atau keyakinan konsep manusia tenyang
segala sesuatu yang disekelilingnya atau kebudayaan itu ada, kerena masyarakat
yang menciptakannya. Hal ini juga didukung dengan pendapat Herkovits (dalam
Setiadi, dkk 2006:28) kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang
diciptakan oleh manusia.
2. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penelitian
kebudayaan yang berhubungan dengan upacara tradisional,
Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pembelajaran kebudayaan kaili di tingkat sekolah dasar sampai
menengah, serta dapat digunakan sebagai acuan mata kuliah di
perguruan tinggi dalam memahami tentang kebudayaan pada
umumnya.
Penelitian ini ada beberapa istilah yang digunakan. Berikut ini akan
dijelaskan istilah tersebut sebagai berikut:
Unsur bahasa yang disebut kata yang sering didengar atau dibaca biasa
disebut lambang (syimbol). Lembang dalam semiotik biasa disebut tanda (sign).
Oleh kerena itu, lambang memiliki beban yang disebut makna dan makna
merupakan objek semantik, sedangkan lambang itu sendiri disebut tanda dalam
semiotik, maka ada alasan untuk membicarakan kedudukan semantik dan
semiotik. Telah dikatakan semiotik adalah teori tentang sistem tanda. Nama lain
dari semiotik adalah semiologi dari bahasa yunani semeion yang bermakna tanda,
mirip dengan istilah semiotik (dalam Pateda, 2010:28). Semiologi dan semiotik
kedua-duanya mempelajari tentang tanda. Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan
diatas, semiotik dapat dikelompokkan dalam sembilan bagian diantaranya,
semiotik kultural yakni semiotik khusus menelaah sistem tanda yang berlaku
dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat
sebagai mahluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun-temurun
dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga
merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya
dengan masyarakat lain.(Nurul Hajas 2018:8)
Makna adalah bagian yang tidak bisa lepas dari kajian semantik. (dalam
Pateda 2010:82) mengatakan semantik ilmu yang mempelajari maakna. Dalam
kehidupan sehari-hari apabila seseorang bertutur atau berkata-kata berdasarkan
konteks, tentunya ada makna yang disampaikan. Makna sering kali disejajarkan
dengan gagasan, konsep, kenyataan, pesan, informasi, maksud, firasat, isi, dan
pikiran. Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar, makna dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat dimengerti Lyons
(dalam Aminuddin 2011:53), misalnya seseorang yang melihat simbol atau
lambang gambar anjing, atau pesan yang bertuliskan dipagar “awas ada anjing”,
seseorang tentunya akan paham maksud dari pesan yang dilihat/dibacanya.
Artinya seseorang harus berhati-hati (memberikan peringatan kepada orang lain).
Ritual sendiri sering kali dilakukan secara repetitive maupun sesekali saja
pada perayaan dikelompok tertentu. Maka ritual dapat dikatakan sebagai sebuah
kegiatan yang hanya dapat dimaknai secara serius maupun biasa saja. Secara
pelaksanaanya semua dilakukan berdasarkan rules tertentu, pada pengertian
tradisional dapat dikatakan mempunyai nilai dan sifat yang merujuk pada bentuk
yang sakral dan kaku, biasanya dilakukan masyarakat atau kelompok tradisional
memiliki ciri relasi vertikal dan ilahiah. Namun dalam pengertian modern ritul
berupa sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan orientasi horizontal
tertentu, tanpa harus terhubung dengan relasi vertikal ke-ilahiah-an itu.(Nurul
Hajas 2018:10)
Oleh kerena itu, menjadi jelas bahwa terdapat karakter dari pengalaman
para peserta dalam upacara ritual yang meliputi takut dan rertarik, negatif
dan positif sikap tabu dan sikap preservasi serta proteksi.(nurul Hajas
2018:10)
a. Macam-macam ritual
Sesuai dengan kebutuhan individu dalam memperkokoh keimanan dan
mempererat hubungan dengan yang maha kuasa dalam kehidupan
manusia, terbentuk beberapa macam ritual diantaranya:
1. Ritual suku-suku primitif
Kepercayaan suku-suku primitif terhadap ritual adalah berupa bentuk-
bentukdari sesajian sederhana buah-buahan pertama yang ditaruh
dihutan atau diladang, sampai pada upacara-upacara yang rumit
dianggap tempat-tempat suci. Suku-suku primitif ini melakukan ritual
dengan cara tari-tarian dan melakukan upacara-upacara rumit.(Nurul
Hajas 2018:13)
2. Ritual Hindu
Ada dua macam ritual orang hindu, yakni ritual keagamaan vedis dan
agamis. Ritual vedis pada pokoknya meliputi korban-korban kepada
para dewa.suatu korban berupa melakukan persembahan, seperti
mentega cair, butir-butir padi, sari buah soma dan dalam kesempatan
tertentu juga binatang, kepada suatu dewata. Biasanya sesajian ini
ditempatkan pada baki suci kemudian dilemparkan kedalam api suci
yang telah dinyatakan diatas altar pengorbanan.
Sedangkan ritual agamis memusatkan perhatian pada penyembahan
puja-pujaan, pelaksanaan puasa seta pesta-pesta yang termasuk bagian
agama hindu. Orang hindu tidak memandang pujaan sebagai
penyerapan seluruh keberadaan tuhan. Mereka memandang gambaran
itu sebagai suatu lambang untuk tuhan dan bahkan ketika menyembah
alam, mereka melihat manifestasi dari kekuatan yang lilahi
didalamnya.(Nurul Hajas 2018:13)
3. Ritual jawa
Jawa memiliki tradisi dan bermacam ritual yang beragam, ritual jawa
dirujukkan untuk keselamatan, baik diri sendiri, keluarga dan orang
lain. Dalam istilah jawa ritual disebut slametan. Slametan merupakan
suatu kegiatan mistik yang bertujuan untuk memohon keselamatan
baik didunia dan diakhirat, ritual juga sebagai wadah masyarakat, yang
mempertemukan berbagai aspek kehidupan sosial dan perseorangan
pada saat-saat tertentu. Contohnya: ritual kematian, kematian
merupakan proses menuju kehidupan selanjutnya, pada masyarakat
jawa, kematian adalah suatu hal yang sakral yang mana harus diadakan
ritual supaya macat bisa sempurna dan arwanya bisa diterima oleh
maha kuasa, dalam kebiasaan orang jawa kerabat dan orang jawa dan
keluarga mengadakan beberapa acara ritual, diantaranya: ritual
surtanah, slametan telung dino, minung dino, metang puluh dino,
nyatus dino, nyewu dino, dan terakhir slametan mendadak.(Nurul
Hajas 2018:14)
b. Tujuan ritual
Dalam antarpologi, upacara ritual dikenal dengan istilah ritus. Ritus
dilakukan untuk mendekatkan diri dengan sang pencipta, agar
mendapatkan berkah atau rizki yang banyak dari suatu pekerjaan, seperti
upacara sakral ketika akan turun kesawah, ada yang untuk menolak bahaya
yang telah atau dipikirkan akan datang, ritual untuk meminta perlindungan
juga pengampunan dari dosa ada ritual untuk mengobati penyakit (rites of
healing), ritual perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia dan ada
ritual indah rumah.
Ritual Nuarisi diawali dengan satu orang memegang taveve (kucing), satu
orang memegang panggou (cukur kelapa),satu orang memegang manu tongge
(ayam jantan), pak imam memegang Al-qur’an yang dibungkus dengan kain
putih, satu orang memegang luna (bantal), satu orang memegang ose (beras), satu
orang memegang dula (baki) yang berisi sayur, kue, pisang dan pulut yang di
simpankan satu butir telur diatasnya. Acara dilanjutkan dengan menggelilingi
rumah sebanyak lima sampai tujuh kali, sembari ada yang mencukur kelapa
kemudian cukuran dari kelapa tersebut diberikan kepada ayam yang telah dibawa
keliling rumah dan menabur beras mentah yang sudah ditaburi kunyit didalamnya,
rangkaian acara tersebut memiliki makna filosofis mendalam bagi masyarakat
kaili.
Ritual Nearisi juga terdapat pemasangan seperti kain putih, tebu, padi,
pisang dan kelapa diposisi bumbungan rumah. Pemasangan yang dilakukan
dibumbungan rumah supaya pemilik rumah mendapatkan kehidupan yang baik
dan terjamin. Pelaksanaan Ritual Nearisi juga didasarkan pada peninggalan kaili
untuk menghitung hari baik. Ritual Nearisi tidak hanya mengajarkan rasa syukur
atas nikmat berupa tempat tinggal dan keluarga, memperoleh keselamatan dan
dijauhkan dari segala mara baya dan mala petaka.
.
Allahumma inna nas-aluka salamatan fiddin wa afiyatan fil-jasadi wa ziyadatan
fil-ilmi wa barakatan firrizqi, wa taubatan qablal-maut, wa rahmatan indal-
maut, wa maghfiratan ba'dal maut. Allahumma hawwin alaina fi sakaratil maut,
wannajatan minannaari, wal afwa indah hisab.
Allahumma ya man falaqal bahra li Musa bin 'Imran, wa najjz Yunusa min bathnil
ḫut, wa sayyaral fulka li man sya-a, antal 'alimu bi 'adadi qathril biḫari, wa
dzarratir rimal. Ya Khaliqa ashnafi 'aja'ibil makhluqat. As'alukal kifayah, ya
kafiya man istakfah, ya Mujiba man da'ah, ya muqila man rajah. Antal kafi, la
kafiya illa anta. Ikfini syarra ma akhafu wa ahdzar. Wamla' manzili hadza khairan
wa barakah. Washalli 'ala nabiyyika wa rasulika sayyidina Muḫammadin wa alihi
wa shaḫbih wa sallim.
Artinya:"Ya Allah yang membelah lautan untuk Musa bin 'Imran, dan
menyelamatkan Yunus dari perut ikan besar, yang menjalankan perahu kepada
siapa pun yang dikehendaki. Engkau mengetahui jumlah tetesan air laut dan
satuan-satuan kerikil." (Dikutip dari CNN Indonesia)
Salah satunya Etnik Kaili yang ada di daerah sulawesi tengah yang hingga
saat ini masih melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam Ritual Nearisi yaitu Etnik
To Kaili Tara dimana biasanya Ritual Nearisi itu dilaksanakan saat orang kaili
pindahan rumah biasa masyarakat kaili menyebutnya dengan Ritual Nearisi dalam
bahasa umumnya disebut pindah rumah.
2.3 Kerangka Berpikir
Observasi
Wawancara
Masyarakat
Mendeskripsikan
BAB III
METODE PENELITIAN
Observasi adalah salah satu cara yang digunakan peneliti untuk terjun
langsung ke objek penelitian, sehingga data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Observasi digunakan untuk mengamati
prosesi pelaksanaan ritual pindah rumah. Dalam hal ini, peneliti terlibat langsung
dilokasi penelitian untuk mengetahui makna semiotik ritual pindah rumah pada
masyarakat suku kaili. Adapun manfaat dari observasi, yakni dengan adanya
observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan
peneliti dapat melihat atau memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
3.4.2 Wawancara
Tehnik rekam merupakan salah satu cara yang digunakan dalam sebuah
penelitian lapangan. Tehnik rekam yang digunakan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk merekam segala bentuk aktivitas yang terjadi dalam proses
ritual pindah rumah. Dengan rekaman penelitian dapat memperoleh gambaran
informasi yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian. Hasil rekaman
diperoleh merupakan dokumentasi audio visual yang dapat dilihat maupun
didengar.
3.4.4 Dokumentasi
Instrumen dari penelitian ini, yaitu peneliti itu sendiri alasanya peneliti
sebagai bagian dari perencanaan, pengumpulan data, hingga pada tahap hasil
penelitian. Sebagaimana menurut Nasution (dalam Sugiyono 2009:60)
mengemukakan bahwa alasanya peneliti menjadi instrumen penelitian kerena
segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan, itu
semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Artinya,
peneliti alat sebagai satu-satunya yang dapat mencapai penelitiannya. Selain itu,
peneliti juga mengunakan bebrapa alat lainnya selama proses wawancara
berlangsung diantara:
a) Alat tulis digunakan untuk mencatat hal-hal yang penting dalam ritual
pindah rumah
b) Alat elektronik, seperti handphone berfungsi sebagai alat perekam selama
proses wawancara, sehingga dapat mempermuda penulis mengumpulkan
data kerena tidak semua data dapat ditulis.
c) Kamera alat yang digunakan peneliti untuk memotret peneliti sedang
melakukan wawancara bersama informan.
A. Pengumpulan Data
B. Reduksi Data
Reduksi yang telah menjadi kosa kata bahasa indonesia dalam konteks ini
menunjuk pada proses memilih atau menyeleksi data. Dengan riduksi, data
yang dikumpulkan menjadi terseleksi, terfokus dan akurat sebab data yang
tidak relefan diganti dengan kata baru yang dipercaya lebih akurat
sehingga diperoleh data yang makin berkualitas.
C. Sajian Data
Sajian data dilakukan dengan cara menulis data-data yang telah ditemukan
menyusunnya sesuai dengan urutan dalam permasalahan penelitian dalam
hal ini memberikan gambaran umum dan mendeskripsikan kajian semiotik
dalam ritual pindah rumah masyarakat suku kaili. Dalam penelitian
kualitatif, Miles dan Huberman (dalam sugiyono 2009:249) menyatakan
yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian
kulitatif dengan teks yang bersifat deskriktif.
Dalam prosesi ritual nearisi atau tradisi pindah rumah pemilik rumah akan
membuat ritual nearisi dimana yang pertama dilakukan ialah mencari hari baik,
mengundang keluarga terdekat, tetangga dan mempersiapkan benda-benda apa
saja yang dibawah saat melakukan ritual nearisi.
Pada saat ritual nearisi dilakukan semua benda yang digunakan disiapkan,
yang dimana ada al-qur’an,kucing,ayam,cukuran kelapa,beras 1 blek,tikar dan
bantal,orang hamil dan baki selamat.Setelah benda sudah semua dipersiapkan
maka dimulailah keliling rumah sebanyak 3x sebelum memasuki rumah baru yang
ingin ditempati, dengan satu orang wanita hamil menunggu didepan rumah
memegang beras yang sudah diwarnai dengan warna kuning sembari memasak air
didalam rumah baru yang ingin ditempati selesai orang yang mengelilingi rumah
sebanyak 3x, sebelum masuk dalam rumah baru wanita hamil akan menaburi
beras yang sudah diwarnai warna kuning saat orang-orang mau masuk kerumah
baru tersebut.
1. Syarat-syarat untuk pindah rumah atau ritual nearisi
4.2 Pembahasan
Data 1
sebelum prosesi pindah rumah di desa bambalemo, rumah yang harus ditempati
harus disiapkan terlebih dahulu. Tradisi ini dilaksanakan pagi hari, tradisi pindah
rumah dilaksanakan dirumah masyarakat yang akan melakukan pindah rumah atau
nearisi.
Gambar 2 rumah baru yang siap ditempati dalam tradisi pindah rumah
Data 2
Hal ini diungkapkan oleh narasumber : ane masiap mo sapo navou pade eyo ni
pakatantu mo. (Ahran)
Terjemahan: kalau sudah siap rumah baru berarti hari ini dikasih pasti sudah.
Pada gambar di atas merupakan tempat tinggal atau rumah baru, dari pernyataan
di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan tradisi pindah rumah, rumah
yang akan ditempati sudah dipersiapkan terlebih dahulu dan hari yang sudah
disiapkan.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas. Jalaluddin Rakhmat (1994) mendefinisikan bahasa secara fungsional
dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki
bersama untuk menggunakan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama karena
bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara anggota-anggota
kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai
semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata
bahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun
dan dirangkaikan supaya memberi arti. Tata bahasa meliputi tiga unsur: fonologi,
sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang cara
pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau
gabungan kata-kata. (Hidayat Darsun. 2012).
Data 3
Kora’a atau al-qur’an merupakan salah satu kitab suci al-qur’an yang berisikan
banyak surah-surah didalamnya, al-qur’an memiliki sebuah makna yang
terkandung didalamnya al-qur’an ini sebagai penghilang jin/setan yang ada
dirumah baru tersebut dan al-qur’an ini juga bisa menjadi penghilang penyakit.
b.Taveve atau kucing
Data 4
Narasumber : Nakuya taveve kana rakeni nelinja kerena nu maknana taveve wetu
nabaraka, nopaka rate inosanta, no pakamura rezekinta. (Ramadia)
Taveve atau kucing merupakan salah satu hewan yang harus dibawah saat
berpindah rumah,makna yang terkandung dalam kucing ini kerena kucing ini
nabaraka (membawa berkah)kepada si pemilik rumah dan penanda dimana akan
adanya bencana alam yang akan datang.
c.Manu tongge atau ayam
Data 5
Manu tongge atau ayam jantan merupakan salah satu hewan yang dibawah saat
pindah rumah kerena hewan ini untuk mengingatkan kita bangun pagi dengan
suara berkodeknya yang dimana maknanya ayam ini selain membangunkan kita
saat pagi hari ayam ini juga diambil darahnya untuk menjalankan adat
disunat/dibe’at.
d.Panggou ante kaluku atau cukur kelapa dan kelapa sebelah
Gambar 4.2.2. 4 Panggou ante kaluku atau cukur kelapa dan kelapa sebelah
Data 6
Panggou atau cukur kelapa merupakan benda untuk mencukur kelapa dimana
benda ini harus ada dalam pindah rumah kerena sudah menjadi salah satu benda
yang harus dibawah untuk pindah rumah, maknanya yaitu untuk mecukur kelapa
untuk digunakan dalam membuat sayur
e.Ose sabele kodi atau beras 1 blek kecil
Data 7
Narasumber : nakuya ose sabele kodi kana rakeni nelinja, kerena nu maknana ane
tara naria ose napa ra poapu ante rakoni. (Samlian)
Ose sabele kodi merupakan salah satu benda yang harus dibawah saat pindah
rumah kerena ose sabele kodi ini mempunyai makna yaitu kalau tidak ada beras
dibawah saat pindah rumah apa yang harus dimasak dan dimakan saat dirumah
baru tersebut.
f.Ompa ante luna atau tikar dan bantal
Data 8
Narasumber : nakuya ompa ante luna kana rakebi nelinja,kerena nu maknana ane
taria ompa ante luna napa ra katuru. (Ahran)
Ompa ante luna merupakan salah satu benda yang harus dibawa saat pindah
rumah kerena makna yang terkandung dalam benda ini adalah kalau tidak ada
tikar dan bantal apa yang mau dipakai saat kita istirahat atau tidur dirumah baru
tersebut.
g.Tau natiana atau orang hamil
Data 9
Terjemahannya : kenapa orang hamil harus dibawah saat pindah rumah kerena
maknanya dia ba isi atau besar perutnya apa dia itu babawa rezeki kerumah baru
yang ditempati
Tau natiana merupakan salah satu dari syarat-syarat pindah rumah dimana orang
natiana ini sangat penting dalam melakukan pindah rumah dimana maknanya
orang natiana ini kalau orang kaili sini bilang ba isi atau besar perutnya dalam
artian si pemilik rumah ini akan mendapatkan rezeki dan keberkahan didalam
rumah baru tersebut
h.Dula salama ante tau nombasa atau baki selamat dan orang babaca
Gambar 4.2.2. 8 Dula salama ante tau nombasa atau baki selamat dan orang ba
baca
Data 10
Dula salama merupakan salah satu syarat dalam pindah rumah dimana selesai
keliling rumah sebanyak 3x dan sebelum masuk dalam rumah ada orang hamil
melempar beras yang sudah diwarnai kuning dan dihamburi ke orang yang
membawa benda-benda yang sudah dilampirkan diatas agar mendapatkan
keselamatan,maknanya agar rumah baru yang sudah dilakukan ritual nearisi ini
mendapatkan keselamatan dan keberkahan.
4.3 Manfaat Penelitian terhadap bahasa indonesia
Seiring dengan kemajuan zaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada
awalnya dipegang teguh, dipelihara dan dijaga keberadaanya oleh setiap suku kini
sudah hampir hilang. Pada umumnya masyarakat lebih memilih untuk
menampilkan dan menggunakan budaya modern daripada menggunakan budaya
yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerahlah
yang sesuai dengan kepribadian bangsa.
Semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referesnsi bagi peneliti
yang ini mengkaji simbol dalam kehidupan manusia, serta dapat dijadikan
sumbangan materi untuk menambah pengetahuan tentang ilmu semiotik bagi
pendidikan bahasa indonesia. Untuk mengkaji simbol-simbol dalam benda- benda
yang dibawah saat pindah rumah, hal ini disebabkan kerena manusia hidup tidak
lepas dari simbol-simbol.
Dari prinsip ini tampak jelas konsep harmoni ditekankan dalam nilai budaya
masyarakat kaili memiliki rasa sukarela memiliki arti melakukan sesuatu dengan
hendak sendiri ataupun tanpa paksaan dari orang-orang. Melalui ritual nearisi ini
tumbuh rasa sukarela untuk bersama-sama membantu dan meringankan pekerjaan
sesama warga, memiliki rasa bersosialisasi untuk proses perubahan dari individu
untuk diterima atau sasuai dengan keinginan dari pihak luar. Kesadaran diri
sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian menuntut setiap
masyarakat untuk bisa bersosialisasi pada ritual nearisi. Harmoni itu bersifat
sakral dan juga profan. Sifat sakral nampak dari upaca penjagaan hubungan baik
dengan tuhan, serta ritual nearisi menghindari berbagai gangguan mahluk jahat,
sementara sifat profan tampak dari upaya untuk menjalin hubungan baik dengan
manusia dan lingkungan hidup lainnya. Demikian pula dalam amalan ritual nearisi
ini sesungguhnya adalah salah satu wujud ungkapan rasa syukur kepada allah
SWT, kerena pemilik rumah telah diberikan rezeki hingga dapat membangun
rumahnya. Pesan moral ini sesungguhnya mengandung nilai-nilai ketuhanan
(menjaga hubungan dengan tuhan) dan nilai-nilai kemasyarakatan dan hubungan
dengan masyarakat. (nining Udayani 2019:32)
BAB V
5.1 Kesimpulan
Beberapa simbol dan makna yang dijelaskan semua berupakan syarat yang
harus dilengkapi dan harus dilakukan dengan tujuan untuk melestarikan
kebudayaaan, khususnya salah satu kebudayaan yang ada pada suku kaili tara.
Simbol-simbol tersebut bukan hanya sekedar hal yang tidak mempunyai makna
dan ritual neraisi suku kaili tara. Namun syarat atau simbol-simbol tersebut
mempunyai makna dan tujuan yang dalam yakni makna yang di dalamnya ada
nilai budaya dan nasihat tentang rasa penghormatan kita terhadap adat, kesucian
dan ketulusan hati untuk menjalankan tradisi pindah rumah suku kaili tara atau
disebut ritual nearisi.
5.2 Saran
(1) Bagi peneliti atau pakar budaya dan bahasa diharapkan dapat terus
berusaha melakukan penelitian demi pengembangan budaya dan bahasa
dari aspek parawisata.
(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan pembelajaran bahasa
dan sastra sehingga peneliti ini dijadikan bahan referensi dan bacaan baik
tingkat sekolah maupun perguruan tinggi.
(3) Kiranya dapat dijadikan bahan referensi belajar sehingga menyadarkan
dan membina masyarakat tentang pentinya pengetahuan makna simbolik
ritual nearisi.
(4) Untuk menjaga dan melestarikan budaya yang ada hendaknya semua
masyarakat baik orang tua maupun pemuda harus saling bekerja sama
dalam menjaga adat istiadat yang ada agar generasi berikut dapat
mengetahui makna yang terdapat pada saat penyelenggaraan ritual nearisi.
DAFTAR PUSTAKA
Hijas, N. (2018). Makna Simbol Ucacara Novunja Suku Kaili Di Desa Powelua
Kecamatan Banawa Tengah
Humaira. (2015). Makna simbol “Menre Bola Baru” dalam suku bugis di desa
salumbia kecamatan dondok kabupaten Toli-Toli. Skripsi tidak diterbitkan
palu : Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas
Tadulako.
Moh. Haitami Salim (2019). Konstribusi Upacara Adat Mendirikan Dan Pindah
Rumah Terhadap Nilai Pendidikan Islam
Nining Udayana (2019). Makna simbolik Pada Upacara Adat Tiga Bulanan Bayi
Dalam Agama Hindu Di Desa Martasari Kecamatan Parigi Kabupaten
Parigi Mautong Kajian Semiotik
Tagunu, Agus. (2005). Dari Desa Tentang Desa. Jakarta: Perkumpulan Bantaya
(Palu)
Victor Turner (1969). The Ritual process: Structure an Anti-Srtucture. Ithaca: Cornell,
University Press.
https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230309150726-569-922965/doa-
menempati-rumah-baru-arab-latin-dan-
artinya#:~:text=Wa%20qur%20rabbi%20anzilni%20munzalam,Membaca
%20doa%20menempati%20rumah%20baru.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Nama : Samlian
Usia : 57 Tahun
Usia : 62 Tahun
Usia : 72 Tahun
PEDOMAN WAWANCARA
I. UMUM
Nama : Febrianti
Nama Orangtua
a. Ayah : Arman
b. Ibu : Ahran
Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
SD : SDN BAMBALEMO