Anda di halaman 1dari 76

RITUAL NEARISI SUKU KAILI TARA DI DESA BAMBALEMO

KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG


(KAJIAN SEMIOTIK)

FEBRIANTI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar serjana pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
RITUAL NEARISI SUKU KAILI TARA DI DESA BAMBALEMO
KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG
(KAJIAN SEMIOTIK)

FEBRIANTI
A 111 19 065

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar serjana pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan permasalahan mengenai (1) Bagaimana


Ritual Nearisi Suku Kaili Tara Di Desa Bambalemo Kecamatan Parigi Moutong,
(2) Makna simbolis dalam perlengkapan yang digunakan dalam Ritual Nearisi
Suku Kaili Tara Di Desa Bambalemo Kecamatan Parigi Moutong. Jenis penelitian
ini mengunakan deskriptif kualitatif. Objek penelitian adalah warga Desa
Bambalemo. Objek penelitian adalah ritual nearisi suku Kaili Tara di Desa
Bambalemo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong. Lokasi penelitian
berada di desa bambalemo kecamatan parigi kabupaten parigi moutong. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, teknik
catat, teknik rekam dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan
dengan cara reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian
dapat disimpulkan yaitu (1) Bagaimana Ritual Nearisi Suku Kaili Tara di Desa
Bambalemo Kecamatan Parigi kabupaten parigi Moutong antara lain, tahap pra
pelaksanaan meliputi: syarat-syarat untuk pindah rumah atau ritual nearisi antara
lain: (a) Menentukan hari baik, (b) Menpersiapkan sesaji yang akan digunakan
saat pindah rumah. Tahap pelaksanaan yaitu : (a) sudah mempunyai rumah baru
yang akan di tempati. (2) mempersiapkan benda-benda yang akan dibawah saat
pindah rumah mempunyai makna sebagai berikut : (a)kora’a atau al-qur’an, (b)
taveve atau kucing, (c) manu tongge atau ayam, (d) panggou ante kaluku samposo
atau cukur kelapa dan kelapa sebelah, (e) ose sabele kodi atau beras 1 belek kecil,
(f) ompa ante luna atau tikar dan bantal, (g) tau natiana atau orang hamil, (h) dula
salama ante tau nombasa atau baku selamat dan orang ba baca.

Kata Kunci : ritual nearisi, kajian semiotik


ABSTRACT

This study describes the problems regarding (1)How the Nearisi Ritual of
the Kaili Tara Tribe in Bambalemo Village, Parigi Moutong District, (2)The
symbolic meaning in the equipment used in the Nearisi Ritual of the Kaili Tara
Tribe in Bambalemo Village, Parigi Moutong District. This type of research uses
descriptive qualitative. The object of research is the residents of the village of
Bambalemo. The object of research is the nearisi ritual of the Kaili Tara tribe in
Bambalemo Village, Parigi District,Parigi Moutong Regency. The research
location is in Bambalemo Village, Parigi District,Parigi Moutong Regency. Data
collection techniques using observation techniques,interview techniques, note-
taking techniques,recording techniques and documentation techniques. Data
analysis techniques were carried out by means of data reduction,data presentation,
and data verification. The results of the study can be concluded, namely (1)How is
the Nearisi Ritual of the Kaili Tara Tribe in Bambalemo Village, Parigi District,
Parigi Moutong Regency,among others,the pre-implementation stage includes:
requirements for moving house or nearisi rituals, including: (a)Determining an
auspicious day,(b)Prepare offerings to be used when moving house. The
implementation phase, namely: (a)already has a new house to be occupied. (2)
preparing things to carry when moving house has the following meanings: (a)
kora'a or al-qur'an, (b) taveve or cat, (c) manu or chicken, (d)panggou ante kaluku
shampoo or shaving the coconut and the coconut next door, (e) ose sabele kodi or
rice 1 small belek, (f)ompa ante luna or mats and pillows, (g)tau natiana or
pregnant people, (h) dula salama ante tau nombasa or standard safe and people ba
read.
Keywords: nearisi ritual, semiotic study
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, kerena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis skripsi dengan judul “Ritual nearisi
suku kaili tara di desa bambalemo kecamatan parigi kabupaten parigi moutong “
dapat terselesaikan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar serjana
Strata satu (S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

Dalam proses penyelesaian salah satu bagian dari tugas akhir ini, sedikit tantangan
yang peneliti hadapi. Namun, berkat doa dan usaha serta dorongan dai berbagai
pihak pada akhirnya semua bisa dilewati. Sebuah penghargaan istimewa dan
terima kasih tulus penulis persembahkan kepada sosok yang begitu penulis ci ntai
dan sayangi, kepada ibu Ahran yang telah mengasuh, mendidik dan merawat
penulis dengan cinta dan kasih sayang yang tulus dan tak ada batasnya serta selalu
berdoa dan mengorbankan segalanya demi menyelesaikan studi penulis. Penulis
juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kaka-
kakaku tersayang Sri marita dan Taufik serta keluarga besar yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan semangat kepada penulis.

1. Prof Dr. Ir. Amar ST,MT.,IPU.,ASEAN Eng. Selaku rektor Universitas


Tadulako yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan di Universitas Tadulako.

2. Dr. Ir. Aminuddin Kade, S.Pd., M.Si dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Tadulako.

3. Dr. H. Nurhayad, S.Pd., M.Si wakil dekan Bidang Akademik Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako.

4. Abdul kamaruddin, S.Pd., M.Ed.,Ph.D. Wakil Dekan Bidang Umum dan


Keuangan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako.
5. Dr.Iskandar, M.Hum. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako.

6. Dr. Hj. Sriati Usman, M.Hum. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Dan
Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tadulako

7. Dr. Ulinsa, M.Hum. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.

8. Dr. Yunidar M.Hum Dosen Wali penulis yang telah meluangkan waktunya
dalam memberikan motivasi serta sumbangan pemikiran setiap saat dan
proses perkuliahan.

9. Dr. H. Gazali, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah sabar dan
meluangkan waktunya,mau merelakan tenaga serta pemikirannya turut
memberikan perhatian maupun saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Dr. Gusti Ketut Alit, M.Hum. selaku dosen pembahas I dan Dr. Ali Karim,
M.Hum. selaku dosen pembahas II yang meluangkan waktunya dalam
membimbing serta mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian
skripsi.

11. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
tanpa terkecuali yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan
kepada penulis selama menempuh studi di Universitas Tadulako. Terima
kasih telah menjadi dosen terbaik kami selama ini.

12. Seluruh pegawai dan staf tata usaha Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia serta lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tadulako telah memberikan pelayanan administrasi yang
dibutuhkan penulis selama penyelesaian studi.

13. Susanto Kepala Desa Bambalemo yang telah memberikan kesempatan


kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan memberiksn masukan-
masukan kepada penulis.
14. Ojan Taliki Kekasih penulis dengan ini berterima kasih telah menjadi
sosok rumah serta menemani dan menjadi support system penulis pada
hari yang tidak muda selama proses pengerjaan skripsi. Terima kasih
selalu mendengarkan keluh kesah dalam penulis skripsi ini, selalu
memberikan dukungan, bantuan dan semangat yang tiada henti dia
berikan. Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan penulisan
skripsi penulis.

15. Sahabatku tersayang yang telah memberikan motivasi, semangat dan


saling membantu dalam penyelesaian skripsi penulis, eirene Paramansu,
S.Pd,Nur halisa,Nursafitra dan rizky S.Pd yang selalu memberikan
semangat dan dukungan yang tiada henti.

16. Teman-teman tersayangku Nurfadilla Lapandio S,Pd, Cahayatul Husna


S.Pd, Pebrianti dan Pebrianti S.Pd yang telah membantu memberikan
masukan serta motivasi kepada penulis dalam proses pengerjaan skripsi
ini.

17. Teman-teman angkatan 2019 kelas B fakultas keguruan dan ilmu


pendidikan universitas tadulako atas solidaritas maupun kebersamaannya
selama ini.

18. Kepada semua pihak yang belum bisa penulis sebutkan satu persatu
namanya yang telah suka rela membantu penulis dan memberikan
dorongan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

19. Terima kasih kepada seluruh warga dan pemuda di desa siniu sayogindano
yang telah menerima baik penulis saat melaksankan KKN 101 dan banyak
memberikan motivasi saat melaksanakan KKN kemarin.

Penulis telah berusaha sebaik dan sebisa mungkin untuk mendapatkan hasil
yang sebaik-baiknya. Namun penulis menyadari tidak ada sesuatu yang
sempurna dalam bentuk apapun. Oleh sebab itu penulis sangat menghargai
masukan mauupun saran yang membangun. Semoga Allah SWT melipat
gandakan balasan kepada semua pihak. Penulis juga berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi orang banyak.

Palu, 2023

Penulis

Febrianti
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii


ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.5 Batasan Istilah ............................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ......................... 6
2.1 Penelitian Yang Relevan ............................................................................... 6
2.2 Kajian Pustaka ............................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian Semiotik ................................................................................ 6
2.2.2 Pengertian Makna ................................................................................... 7
2.2.3 Simbol ..................................................................................................... 9
2.2.5 Ritual Nearisi ........................................................................................ 13
2.2.5 Etnis Suku Kaili .................................................................................... 15
2.2.6 Kehidupan ekbudayaan orang Kaili di desa Bambalemo Kecamatan
Parigi Kabupaten Parigi Moutong ........................................................ 16
2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 19
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 19
3.2 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 19
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 19
3.4 Tehnik Pengumpulan Data .......................................................................... 19
3.4.1 Observasi .............................................................................................. 20
3.4.2 Wawancara............................................................................................ 20
3.4.3 Teknik Rekam ....................................................................................... 21
3.4.4 Dokumentasi ......................................................................................... 21
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 21
3.6 Teknik analisis data ..................................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 24
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 24
4.1.1 Prosesi Ritual Nearisi ........................................................................... 24
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 25
4.2.1 Bagaimana Ritual Nearisi ..................................................................... 25
4.2.2 Makna simbolis dalam perlengkapan yang digunakan dalam ritual
nearisi ................................................................................................... 29
4.3 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 40
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 40
5.2 Saran ............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 perlengkapan sesaji yang digunakan dalam tradisi pindah rumah ...... 25
Gambar 2 rumah baru yang siap ditempati dalam tradisi pindah rumah ............. 27
Gambar 4.2.2. 1 Kora’a atau al-qur’an ..................................................................30
Gambar 4.2.2. 2 Taveve atau kucing..................................................................... 31
Gambar 4.2.2. 3 Manu tongge atau ayam ............................................................. 32
Gambar 4.2.2. 4 Panggou ante kaluku atau cukur kelapa dan kelapa sebelah ...... 33
Gambar 4.2.2. 5 Ose sabele kodi atau beras 1 blek kecil ...................................... 34
Gambar 4.2.2. 6 Ompa ante luna atau tikar dan bantal ......................................... 35
Gambar 4.2.2. 7 Tau natiana atau orang hamil ..................................................... 36
Gambar 4.2.2. 8 Dula salama ante tau nombasa atau baki selamat dan orang ba
baca ............................................................................................. 37
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa indonesia adalah bangsa yang memiliki karakteristik ragam


kebudayaan yang heterogen hal ini, dikerenakan bermacam-macam suku yang
berbeda. Setiap suku bangsa memiliki kebudayaan masing-masing yang
membedakan dengan budaya lain. Budaya adalah bentuk dari kata “budi dan
daya” yang berarti cinta,karsa, dan rasa. Kata”budaya” sebenarnya berasal dari
bahasa sangsekerta,budhayah,yaitu bentuk jamak kata colera.Colera berarti
mengolah dan mengerjakan,menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani)
(dalam Setiadi, Elly M, dkk2006:27)

Budaya juga merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi kegenerasi.
Hal ini, sejalan dengan pendapat E,B.Taylor (dalam setiadi dkk 2006:28), Budaya
adalah suatu keseluruhan kompleks warisan nenek moyang yang berkembang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan yang lain,serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat yang dimiliki oleh wilayah tertentu. Artinya
kebudayaan yaitu sebuah kepercayaan atau keyakinan konsep manusia tenyang
segala sesuatu yang disekelilingnya atau kebudayaan itu ada, kerena masyarakat
yang menciptakannya. Hal ini juga didukung dengan pendapat Herkovits (dalam
Setiadi, dkk 2006:28) kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang
diciptakan oleh manusia.

Victor turner (1966:3) (Nurul Hajas 2018:2) mengatakan ritual merupakan


kewajiban yang harus dilalui seseorang dengan melakukan serangkaian kegiatan,
yang menunjukkan suatu proses dengan tata karakter tentu untuk masuk kedalam
kondisi atau kehidupan yang belum pernah dialaminya, pada saat itu seseorang
atau sekelompok wajib menjalani ritual. Mereka diatur oleh aturan-aturan, tradisi,
kaidah-kaidah, dan upacara yang belaku selama peristiwa itu berlangsung.
Nearisi adalah tradisi atau ritual pindah rumah yang dilakukan oleh
masyarakat suku kaili tara yang menggelar acara selamatan rumah baru yang baru
saja selesai dibangun, ritual Nearisi dilakukan sebagai bentuk rasa syukur yang
sudah diperoleh.

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam ritual Nearisi adalah


Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-
tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan
dikehidupan ini, ditengah-tengah manusia dan bersama dengan manusia. Istilah
semiotika secara etimologis berasal dari kata yunani semeion yang berarti “tanda”.
Dan Secara terminologis,semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas obyek-obyek,peristiwa,seluruh kebudayaan sebagai
tanda (Eco,1979 dalam sobur,2001). (Nurul Hajas 2018:3)

Menurut Berger, semiotika memiliki dua tokoh,yakni Ferdinand De


Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua toko
tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu
sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang
keilmuan adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu
yang dikembangkannya semiology (semiology). (Nurul Hajas 2018:3)

Semiologi menurut Saussure seperti dikutip hidayat, didasarkan pada


anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna
atau selama berfungsi sebagai tanda,harus ada di belakangnya system perbedaan
dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda disana ada
system (Hidayat, 1998:26). (Nurul Hajas 2018:3)

Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics).


Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan
lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat benda. Dalam
pemikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada
segala macam tanda (Berge, 2000:11-22). Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah semiotika lebih popular daripada semiology.(nurul Hajas 2018:4)
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana proses Ritual Nearisi Suku Kaili Tara Di Desa Bambalemo


Kecamatan Parigi kabupaten parigi Moutong?
2. Makna simbolis dalam perlengkapan yang digunakan dalam Ritual
Nearisi Suku Kaili Tara Di Desa Bambalemo Kecamatan Parigi
kabupaten parigi Moutong?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bagaimana jalannya prosesi Ritual Nearisi Suku


Kaili Tara Di Desa Bambalemo Kecamatan Parigi kabupaten parigi
Moutong
2. Mendeskripsikan perlengkapan yang digunakan dalam Ritual Nearisi
Suku Kaili Tara Di Desa Bambalemo Kecamatan Parigi kabupaten
parigi Moutong

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh manfaat baik secara teoritis


maupun secara praktis, secara teoritis penelitian ini memberi manfaat untuk
memperdalam pemahaman tentang bagaimana makna semiotik dalam ritual
nearisi suku kaili tara di desa bambalemo. Namun secara praktis penelitian ini
dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Segi Teoritis
Hasil Penelitian diharapkan agar dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan khususnya yang berkaitan tentang kebudayaan, berguna
dalam mengkaji teori-teori budaya kaitannya dengan upacara
tradisional, dan juga untuk menambah khasanah penelitian
kebudayaan kaili yang dapat memberikan gambaran budaya kaili
hingga saat ini.

2. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penelitian
kebudayaan yang berhubungan dengan upacara tradisional,
Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pembelajaran kebudayaan kaili di tingkat sekolah dasar sampai
menengah, serta dapat digunakan sebagai acuan mata kuliah di
perguruan tinggi dalam memahami tentang kebudayaan pada
umumnya.

1.5 Batasan Istilah

Penelitian ini ada beberapa istilah yang digunakan. Berikut ini akan
dijelaskan istilah tersebut sebagai berikut:

1) Semiotik adalah bidang ilmu yang mengkaji hubungan diantara


tanda,objek dan makna.
2) Makna adalah pengertian atau konsep yang terdapat didalam suatu
bahasa
3) Ritual adalah istilah umum yang merujuk terhadap rangkaian kegiatan
berupa gerakan,nyanyian,doa dan bacaan baik dilakukan secara
mandiri maupun bersamaan yang dioleh seseorang.
4) Ritual Nearisi adalah tradisi yang secara turun-temurun yang
dipercayai dan diyakini masyarakat suku kaili.
1) Kajian Semiotik yaitu ilmu yang mempelajari tentang makna tanda
dan lambang yang digunakan dalam kehidupan manusia.
2) Ritual Nearisi dalam suku kaili tara yang dimaksud adalah
pelaksanaan dari awal sampai akhirnya proses kegiatan Pindah
Rumah. Dalam hal ini,yang dimaksud dapat berupa kata-
kata,gerakan dan doa disebut (Ritual) yang terjadi dalam prosesi
Pindah Rumah tersebut. Selain itu, yang dimaksud dalam
penelitian ini, yaitu benda-benda atau alat-alat yang digunakan
ketika berlangsungnya acara Ritual Pindah Rumah Disebut
(Semiotik).
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh penulis Dwi


Cahya Ratnaningsih (2016) penelitian ini mengenai Ritual Pindah Rumah sudah
pernah dilakukan diantaranya: Tradisi Pindah Rumah Di Desa Sucenjuru Tengah
Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang Ritual


Pindah Rumah. Perbedaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti melakukan
penelitian Ritual Neraisi Suku Kaili Tara Di Desa Bambalemo Kecamatan Parigi
Kabupaten Parigi Moutong (Kajian Semiotik). Sedangkan Penelitian dari Dwi
Cahya Ratnaningsih yaitu Tradisi Pindah Rumah Di Desa Sucen Juru Tengah
Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor).

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Pengertian Semiotik

Menurut Preminger (dalam Sobur, 2009:25) menyebutkan semiotika


merupakan ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena
sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu
mempelajari tentang sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dinyatakan oleh Ferdinad De
Saussure bahwa studi mengenai arti lingual adalah bagian dari studi umum
penggunaan sistem tanda yang disebut semiotik (dalam Subroto, 2013:3).
Semiotik mengkaji sistem penciptaan dn mengindentifikasikan tanda berserta
liku-likunya.

Unsur bahasa yang disebut kata yang sering didengar atau dibaca biasa
disebut lambang (syimbol). Lembang dalam semiotik biasa disebut tanda (sign).
Oleh kerena itu, lambang memiliki beban yang disebut makna dan makna
merupakan objek semantik, sedangkan lambang itu sendiri disebut tanda dalam
semiotik, maka ada alasan untuk membicarakan kedudukan semantik dan
semiotik. Telah dikatakan semiotik adalah teori tentang sistem tanda. Nama lain
dari semiotik adalah semiologi dari bahasa yunani semeion yang bermakna tanda,
mirip dengan istilah semiotik (dalam Pateda, 2010:28). Semiologi dan semiotik
kedua-duanya mempelajari tentang tanda. Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan
diatas, semiotik dapat dikelompokkan dalam sembilan bagian diantaranya,
semiotik kultural yakni semiotik khusus menelaah sistem tanda yang berlaku
dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat
sebagai mahluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun-temurun
dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga
merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya
dengan masyarakat lain.(Nurul Hajas 2018:8)

Demikian dengan masyarakat Kaili merupakan kukuhan budaya yang


terpisah dari kukuhan budaya yang tak terpisahkan dari kukuhan budaya indonesia
menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan budaya lain
diindonesia dan dunia. Misalnya dalam prosesi Ritual pindah rumah masyarakat
akan melakukan tradisi pindah rumah. ritual nearisi adalah salah satu tradisi yang
berupa syukuran yang dilakukan oleh tuan rumah dan masyarakat saat melakukan
pindah rumah. Ritual nearisi adalah salah satu bentuk syukuran yakni
mengelilingi rumah untuk melakukan ritual nrarisi yang dipercayai masyarakat
yang meyakini ritual nearisi tersebut guna untuk rasa syukur dan diberikan
keselamatan.(Nurul Hajas 2018:8)

2.2.2 Pengertian Makna

Makna adalah bagian yang tidak bisa lepas dari kajian semantik. (dalam
Pateda 2010:82) mengatakan semantik ilmu yang mempelajari maakna. Dalam
kehidupan sehari-hari apabila seseorang bertutur atau berkata-kata berdasarkan
konteks, tentunya ada makna yang disampaikan. Makna sering kali disejajarkan
dengan gagasan, konsep, kenyataan, pesan, informasi, maksud, firasat, isi, dan
pikiran. Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar, makna dapat
digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat dimengerti Lyons
(dalam Aminuddin 2011:53), misalnya seseorang yang melihat simbol atau
lambang gambar anjing, atau pesan yang bertuliskan dipagar “awas ada anjing”,
seseorang tentunya akan paham maksud dari pesan yang dilihat/dibacanya.
Artinya seseorang harus berhati-hati (memberikan peringatan kepada orang lain).

Menurut Pateda (2010:78), persoalan makna merupakan persoalan yang


menarik dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan hal tersebut, adapun
contoh lain misalnya, reklame yang dipasang ditepi-tepi jalan yang ada bertulisan
/lezzzat/. Pada mula penulis tidak memahami apa yang dimaksud oleh pemasang
iklan. Lama-lama penulis mengerti juga,oh yang dimaksud lezat, enak, sedap.
Ketidak mengertian itu muncul kerena penulis yang nampak seandainya ditulis
lezat tentu segara dipahami.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyson (dalam Aminuddin 2011:50)


mengemukakan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah
memahami kajian kata tersebut yang berkenan dengan hubungan-hubungan
makna yang membuat kata tersebut berbda dari kata-kata lain. Artinya dalam hal
ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri yang cenderung terdapat
dalam kamus, sebagai leksem. Makna juga dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan, perkataan peristiwa yang menerangkan sesuatu.

Dinyakan oleh Lyons dan Mastansyir, (dalam Chear, 2007:116) bahwa


makna merupakan suatu konsep, pengertian, ide atau gagasan yang terdapat dalam
sebuah satuan ujaran baik berupa sebuah kata, gabungan kata maupun yang lebih
besar lagi. Makna berupa penjelasan yang disampaikan atau diujarkan oleh
seseorang kepada orang lain baik tertulis maupun lisan. Makna adalah pengertian
atau maksud yang terdapat dalam suatu bentuk kebahasaan yang berupa kata
dalam suatu bentuk pembicara atau penulis Pujiningtyas 2012:1).
2.2.3 Simbol

Secara etimologis simbol (syimbol) berasal dari bahasa yunani “sym-


ballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (dalam Sobur, 2009:155).
Selain itu adapula yang menyebutkan “symbolos” yang artinya tanda atau ciri
yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang, Herusatoto (dalam Sobur
2009:155).

Simbol adalah segala sesuatu (benda,peristiwa,kelakuan atau tindakan


manusia,warna,bau dan rasa) yang telah diberikan nilai atau arti tertentu oleh
orang yang menggunakan objek itu sebagai simbol. Simbol merupakan tanda yang
diciptakan manusia dan merupakan hasil abstraksi dan proses berfikir dan belajar.
Dikatakan demikian kerena manusia dengan kemampuannya dapat berfikir secara
absrak. Selain itu manusia adalah makhluk yang dapat berfikir secara kompleks
dan konsepsional serta menyadari akan dimensi waktu pada masa lampau,masa
sekarang dan masa yang akan datang. Manusia erat dengan kemampuannya
menggunakan simbolyaitu untuk memberikan arti yang hampir tidak terbatas pada
berbagai gejala,peristiwa, atau objek-objek material yang ada dalam
kehidupannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang


dilihat,dialami dan dikerjakan manusia diolah menjadi simbol-simbol segala
sesuatu yang ada dalam kehidupan manusia yang disimbolkan tersebut
memberikan nilai dan arti tertentu yang menunjukan maksud serta gagasan
tertentu (bagus 2003:260-264).(N Nyoman Ardiyanti 2019:12)
2.2.4 Pengertian Ritual

Ritual adalah istilah umum yang merujuk kepada rangkaian kegiatan


berupa nyanyian, doa, dan gerakan. Baik dilakukan secara sendiri maupun
dilakukan bersama-sama, yang dipimpin oleh seseorang. Ritual dilaksanakan
dalam rangka menjalin hubungan secara transendental dengan sesuatu yang
dianggap sebagai yang maha kuasa. Biasanya ritual terangkai dalam berbagai
bentuk simbolis didalam pelaksanaannya dan juga memiliki stratifikasi sifat
kesakralan/keseriusan dalam pengertian di dalam kelompok tertentu.

Ritual sendiri sering kali dilakukan secara repetitive maupun sesekali saja
pada perayaan dikelompok tertentu. Maka ritual dapat dikatakan sebagai sebuah
kegiatan yang hanya dapat dimaknai secara serius maupun biasa saja. Secara
pelaksanaanya semua dilakukan berdasarkan rules tertentu, pada pengertian
tradisional dapat dikatakan mempunyai nilai dan sifat yang merujuk pada bentuk
yang sakral dan kaku, biasanya dilakukan masyarakat atau kelompok tradisional
memiliki ciri relasi vertikal dan ilahiah. Namun dalam pengertian modern ritul
berupa sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan orientasi horizontal
tertentu, tanpa harus terhubung dengan relasi vertikal ke-ilahiah-an itu.(Nurul
Hajas 2018:10)

Ritual merupakan teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan


menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos,juga adat sosial dan
agama, kerena ritual merupakan agama dalam tindakan. Ritual bisa pribadi atau
berkelompok, serta membentuk desposisi pribadi dari pelaku ritual sesuai dengan
adat dan budaya masing-masing. Sebagai kata sifat, Ritual adalah dari segala yang
dihubungan atau disangkutkan dengan upacara keagamaan,seperti upacara
kelahiran, kematian, pernikahan dan juga ritual sehari-hari untuk menunjukkan
diri kepada kesakralan suatu menuntut diperlakukan secara khusus.(Nurul Hajas
2018:10)

Menurut Susane Longer, yang dikutip oleh Mariasusai Dhavarnony,


mengatakan bahwa ritual adalah suatu ungkapan yang lebih bersifat logis dari
pada yang bersifat psikologis, ritual memperlihatkan tatanan atas simbul-simbul
yang diobjekkan, simbul-simbul ini memperlihatkan perilaku dan peranan serta
bentuk pribadi para pemuja dan pengikut-pengikut masing-masing.

Menurut Mercea Eliade, sebagaimana dikutip oleh Mariasusai Dhavamory,


menyatakan bahwa “ritual adalah sesuatu yang mengakibatkan suatu perubahan
ontologis pada manusia dan mentransformasikanya pada situasi keberadaan yang
baru, misalnya; penetapan-penetapan padaa lingkup yang kudus”. Dalam makna
religiusnya, ritual merupakan gambaran yang suci dari pergulatan tingkat dan
tindakan, ritual mengingatkan peristiwa-peristiwa primordial dan juga memelihara
serta menyalur pada masyarakat, para pelaku menjadi setara dengan masa lampau
yang suci dn melanggeng tradisi suci serta memperbaharui fungsi-fungsi hidup
anggota kelompok tersebut. (Nurul Hajas 2018:13)

Ritual dibedakan menjadi empat macam yaitu:

a. Tindakan magis, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan


yang berkerja kerena daya-daya mistis.
b. Tindakkan religius, kultur para leluhur juga bekerja dengan cara lain.
c. Ritual konstitutif, yang mengungkapkan atau mengubah hubungan
sosial dengan merujuk pada pengertian mistis, dengan cara ini upacara-
upacara kehidupan menjadi khas.
d. Ritual paktitif, yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan
pemurnian dan perlindungan atau dengan cara meningkatkan
kesejahteraan materi suatu kelompok.

Oleh kerena itu, menjadi jelas bahwa terdapat karakter dari pengalaman
para peserta dalam upacara ritual yang meliputi takut dan rertarik, negatif
dan positif sikap tabu dan sikap preservasi serta proteksi.(nurul Hajas
2018:10)

a. Macam-macam ritual
Sesuai dengan kebutuhan individu dalam memperkokoh keimanan dan
mempererat hubungan dengan yang maha kuasa dalam kehidupan
manusia, terbentuk beberapa macam ritual diantaranya:
1. Ritual suku-suku primitif
Kepercayaan suku-suku primitif terhadap ritual adalah berupa bentuk-
bentukdari sesajian sederhana buah-buahan pertama yang ditaruh
dihutan atau diladang, sampai pada upacara-upacara yang rumit
dianggap tempat-tempat suci. Suku-suku primitif ini melakukan ritual
dengan cara tari-tarian dan melakukan upacara-upacara rumit.(Nurul
Hajas 2018:13)
2. Ritual Hindu
Ada dua macam ritual orang hindu, yakni ritual keagamaan vedis dan
agamis. Ritual vedis pada pokoknya meliputi korban-korban kepada
para dewa.suatu korban berupa melakukan persembahan, seperti
mentega cair, butir-butir padi, sari buah soma dan dalam kesempatan
tertentu juga binatang, kepada suatu dewata. Biasanya sesajian ini
ditempatkan pada baki suci kemudian dilemparkan kedalam api suci
yang telah dinyatakan diatas altar pengorbanan.
Sedangkan ritual agamis memusatkan perhatian pada penyembahan
puja-pujaan, pelaksanaan puasa seta pesta-pesta yang termasuk bagian
agama hindu. Orang hindu tidak memandang pujaan sebagai
penyerapan seluruh keberadaan tuhan. Mereka memandang gambaran
itu sebagai suatu lambang untuk tuhan dan bahkan ketika menyembah
alam, mereka melihat manifestasi dari kekuatan yang lilahi
didalamnya.(Nurul Hajas 2018:13)
3. Ritual jawa
Jawa memiliki tradisi dan bermacam ritual yang beragam, ritual jawa
dirujukkan untuk keselamatan, baik diri sendiri, keluarga dan orang
lain. Dalam istilah jawa ritual disebut slametan. Slametan merupakan
suatu kegiatan mistik yang bertujuan untuk memohon keselamatan
baik didunia dan diakhirat, ritual juga sebagai wadah masyarakat, yang
mempertemukan berbagai aspek kehidupan sosial dan perseorangan
pada saat-saat tertentu. Contohnya: ritual kematian, kematian
merupakan proses menuju kehidupan selanjutnya, pada masyarakat
jawa, kematian adalah suatu hal yang sakral yang mana harus diadakan
ritual supaya macat bisa sempurna dan arwanya bisa diterima oleh
maha kuasa, dalam kebiasaan orang jawa kerabat dan orang jawa dan
keluarga mengadakan beberapa acara ritual, diantaranya: ritual
surtanah, slametan telung dino, minung dino, metang puluh dino,
nyatus dino, nyewu dino, dan terakhir slametan mendadak.(Nurul
Hajas 2018:14)
b. Tujuan ritual
Dalam antarpologi, upacara ritual dikenal dengan istilah ritus. Ritus
dilakukan untuk mendekatkan diri dengan sang pencipta, agar
mendapatkan berkah atau rizki yang banyak dari suatu pekerjaan, seperti
upacara sakral ketika akan turun kesawah, ada yang untuk menolak bahaya
yang telah atau dipikirkan akan datang, ritual untuk meminta perlindungan
juga pengampunan dari dosa ada ritual untuk mengobati penyakit (rites of
healing), ritual perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia dan ada
ritual indah rumah.

Ritual sebagai kontrol sosial bermaksud mengontrol perilaku kesejahteraan


individu bayangan. Hal itu semua dimaksudkan untuk mengontrol,dengan cara
konservatif, perilaku, keadaan hati, perasaan dan nilai-nilai dalam kelompok demi
komunitas secara keseluruhan.(Nurul Hajas 2018:14)

2.2.5 Ritual Nearisi

Sebagian orang dianggap sebagai momentum sakral, tak terkecuali


masyatakat kaili yang menggelar acara selamatan rumah bernama Ritual Nearisi
ketika mendiami rumah baru selesai dibangun atau dibelinya. Ritual Nearisi
merupakan sebuah upacara selamatan masyarakat kaili ketika akan menempati
rumah baru. Ritual Nearisi dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas yang sudah
diperoleh. Pemilik rumah baru atau seseorang yang pindah rumah akan
mengundang para keluarga, kerabat, dan orang-orang disekitarnya. Bahkan tamu
undangan bisa merupakan warga satu desa atau dusun. Dalam prosesi Nearisi
terdapat acara Nolabe (babaca-baca).

Ritual Nuarisi diawali dengan satu orang memegang taveve (kucing), satu
orang memegang panggou (cukur kelapa),satu orang memegang manu tongge
(ayam jantan), pak imam memegang Al-qur’an yang dibungkus dengan kain
putih, satu orang memegang luna (bantal), satu orang memegang ose (beras), satu
orang memegang dula (baki) yang berisi sayur, kue, pisang dan pulut yang di
simpankan satu butir telur diatasnya. Acara dilanjutkan dengan menggelilingi
rumah sebanyak lima sampai tujuh kali, sembari ada yang mencukur kelapa
kemudian cukuran dari kelapa tersebut diberikan kepada ayam yang telah dibawa
keliling rumah dan menabur beras mentah yang sudah ditaburi kunyit didalamnya,
rangkaian acara tersebut memiliki makna filosofis mendalam bagi masyarakat
kaili.

Ritual Nearisi juga terdapat pemasangan seperti kain putih, tebu, padi,
pisang dan kelapa diposisi bumbungan rumah. Pemasangan yang dilakukan
dibumbungan rumah supaya pemilik rumah mendapatkan kehidupan yang baik
dan terjamin. Pelaksanaan Ritual Nearisi juga didasarkan pada peninggalan kaili
untuk menghitung hari baik. Ritual Nearisi tidak hanya mengajarkan rasa syukur
atas nikmat berupa tempat tinggal dan keluarga, memperoleh keselamatan dan
dijauhkan dari segala mara baya dan mala petaka.

Doa Selamat Dan Pindah Rumah

Doa selamat “dari Nahdlatul ulama (NU)”

.
Allahumma inna nas-aluka salamatan fiddin wa afiyatan fil-jasadi wa ziyadatan
fil-ilmi wa barakatan firrizqi, wa taubatan qablal-maut, wa rahmatan indal-
maut, wa maghfiratan ba'dal maut. Allahumma hawwin alaina fi sakaratil maut,
wannajatan minannaari, wal afwa indah hisab.

Artinya: Ya Allah, kami memohon kepada Engkau akan keselamatan agama,


kesehatan badan, tambahnya pengetahuan, berkahnya rezeki, mendapatkan
tobat sebelum mati, mendapat rahmat ketika mati, mendapat ampunan sesudah
mati. Dan ringankanlah kiranya dalam sakaratul maut, dan selamatkanlah
kiranya dari siksa neraka dan dapatkan kami ampunan pada hari hisab
(perhitungan). (Dikutip dari CNN Indonesia)

Doa pindah rumah “dari Nahdlatul ulama (NU)”

Allahumma ya man falaqal bahra li Musa bin 'Imran, wa najjz Yunusa min bathnil
ḫut, wa sayyaral fulka li man sya-a, antal 'alimu bi 'adadi qathril biḫari, wa
dzarratir rimal. Ya Khaliqa ashnafi 'aja'ibil makhluqat. As'alukal kifayah, ya
kafiya man istakfah, ya Mujiba man da'ah, ya muqila man rajah. Antal kafi, la
kafiya illa anta. Ikfini syarra ma akhafu wa ahdzar. Wamla' manzili hadza khairan
wa barakah. Washalli 'ala nabiyyika wa rasulika sayyidina Muḫammadin wa alihi
wa shaḫbih wa sallim.

Artinya:"Ya Allah yang membelah lautan untuk Musa bin 'Imran, dan
menyelamatkan Yunus dari perut ikan besar, yang menjalankan perahu kepada
siapa pun yang dikehendaki. Engkau mengetahui jumlah tetesan air laut dan
satuan-satuan kerikil." (Dikutip dari CNN Indonesia)

2.2.5 Etnis Suku Kaili


Suku kaili adalah suku bangsa di indonesia yang secara turun-temurun
tersebar mendiami sebagian besar dari provinsi selawesi tengah, khususnya
wilayah parigi mautong, mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi
tengah, meliputi kabupaten tojo una-una, dan kabupaten poso. Masyarakat suku
kaili mendiami kampung dan desa teluk tomini yaitu, Tinombo, Mautong, Sausu,
Ampana, Tojo Una-Una, Sedangkan dikabupaten poso mereka mendiami daerah
Mapane, Uwekuli dan Pantai poso pesisir dan ada pula di Wilayah Kabupaten
Donggala, Kabupaten Sigi dan Kota Palu, diseluruh daerah di lembah antara
Gunung Gawalise, Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raragonau.

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan etimologi dari kata kaili,


salah satunya menyebutkan bahwa kata yang menjadi nama suku kaili berasal dari
nama pohon dan buah kaili umumnya tumbuh di hutan-hutan dikawasan daerah
ini, terutama ditepi sungai palu dan teluk palu. Pada zaman dulu, tepi pantai teluk
palu letaknya menjorok 1.k 34 km dari letak pantai sekarang, yaitu di kampung
bangga. Sebagai buktinya, di daerah bobo sampai ke bangga banyak di temukan
karangan dan rerumputan laut.(Nurul Hajas 2018:17)

2.2.6 Kehidupan ekbudayaan orang Kaili di desa Bambalemo Kecamatan


Parigi Kabupaten Parigi Moutong

Daerah sulawesi tengah adalah daerah sebagian besar penduduknya di huni


oleh Etnik Kaili yang terbagi atas beberapa sub-sub bagian Etniknya dan memilki
latar belakang kebudayaan dan kearifan lokal. Secara umum Etnik Kaili masih
mempercayai adanya kekuatan-kekuatan gaib yang berasal dari alam lain untuk
melakukan komunikasi terhadap mahluk-mahluk gaib.

Salah satunya Etnik Kaili yang ada di daerah sulawesi tengah yang hingga
saat ini masih melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam Ritual Nearisi yaitu Etnik
To Kaili Tara dimana biasanya Ritual Nearisi itu dilaksanakan saat orang kaili
pindahan rumah biasa masyarakat kaili menyebutnya dengan Ritual Nearisi dalam
bahasa umumnya disebut pindah rumah.
2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian ini menggunakan kajian semiotik, untuk menterjemahkan setiap


makna dalam Ritual Nearisi suku kaili tara di desa bambalemo. Peneliti berusaha
menemukan makna yang terkandung dalam Ritual Nearisi. Jenis penelitian ini
yaitu kualitatif artinya penutur memaparkan simbol makna ritual Nearisi dan
memahami apa makna dari setiap simbol.
Ritual nearisi suku kaili tara di desa
bambalemo kecamatan parigi moutong

Observasi

Wawancara

Masyarakat

Hasil wawancara Menganalisis

Mendeskripsikan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif artinya penelitian kualitatif


untuk mendiskripsikan apa yang diteliti berupa kata-kata atau pertanyaan-
pertanyaan. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti akan mendeskripsikan sesuai
rumusan masalah, yakni makna semiotik dalam hal ini sejalan dengan pendapat
Bogdandan Taylor (dalam Moleong 2013 :4) mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Bambalemo Kecamatan Parigi Kabupaten


Parigi Mautong. Lokasi tersebut dipilih kerena di desa bambalemo masih
melakukan Ritual Nearisi hingga sampai saat ini serta tempat tinggal peneliti
dekat dengan wilayah bambalemo. Peneliti tertarik meneliti Ritual Nearisi kerena
Ritual Nearisi masih kental dan masih kurang penelitian tentang ritual tersebut.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Lofland (dalam Meleong, 2007:157) mengemukakan bahwa sumber data


dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, selebihnya data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini jenis data berupa informasi berbentuk
lisan yang diperoleh dari tehnik rekaman.

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


sebagai berikut:
3.4.1 Observasi

Observasi adalah salah satu cara yang digunakan peneliti untuk terjun
langsung ke objek penelitian, sehingga data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Observasi digunakan untuk mengamati
prosesi pelaksanaan ritual pindah rumah. Dalam hal ini, peneliti terlibat langsung
dilokasi penelitian untuk mengetahui makna semiotik ritual pindah rumah pada
masyarakat suku kaili. Adapun manfaat dari observasi, yakni dengan adanya
observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan
peneliti dapat melihat atau memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

Menurut Nasution ( dalam sugiyono 2009:403) menyatakan bahwa


observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat berkerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang
sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil(Proton dan Electron)
maupun yang sangat jauh (benda luar angkasa) dapat diobservasikan dengan jelas.

3.4.2 Wawancara

Tehnik pengumpulan data selanjutnya adalah tehnik wawancara.


Estwerberg (dalam Sugiyono, 2009:231) mendefinisikan wawancara sebagai
berikut: wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi, ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan maka dalam suatu topik
tertentu. Sehubungan dengan definisi tersebut, dalam penelitian ini wawancara
digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai kajian semantik dan semiotik
mengenai makna simbol dalam prosesi ritual pindah rumah pada masyarakat suku
kaili. Dengan melakukan wawancara, penelitian meperoleh informasi secara
mendalam mengenai prosesi tersebut.

Wawancara dilakukan dengan mendatangi tokoh masyarakat yang telah


ditentukan dalam penelitian ini, dimana tokoh masyarakat yang dijadikan
informan yang dimaksud diantara kepala desa, tokoh adat, dan tokoh yang terlibat
langsung dalam pelaknanaan kegiatan tersebut.
3.4.3 Teknik Rekam

Tehnik rekam merupakan salah satu cara yang digunakan dalam sebuah
penelitian lapangan. Tehnik rekam yang digunakan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk merekam segala bentuk aktivitas yang terjadi dalam proses
ritual pindah rumah. Dengan rekaman penelitian dapat memperoleh gambaran
informasi yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian. Hasil rekaman
diperoleh merupakan dokumentasi audio visual yang dapat dilihat maupun
didengar.

3.4.4 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berlalu. Dokumen dapat


berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang(dalam
Sugiyono 2009:84). Adapaun pendekumentasian dilakukan, yakni dengan kamera
untuk mengambil gambar/foto merekam prosesi saat berlangsungnya ritual pindah
rumah. Dalam penelitian ini, dokumen menjadi sumber data adalah foto-foto
penelitian melakukan wawancara dengan informan yaitu tokoh adat, selama
proses penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dari penelitian ini, yaitu peneliti itu sendiri alasanya peneliti
sebagai bagian dari perencanaan, pengumpulan data, hingga pada tahap hasil
penelitian. Sebagaimana menurut Nasution (dalam Sugiyono 2009:60)
mengemukakan bahwa alasanya peneliti menjadi instrumen penelitian kerena
segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan, itu
semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Artinya,
peneliti alat sebagai satu-satunya yang dapat mencapai penelitiannya. Selain itu,
peneliti juga mengunakan bebrapa alat lainnya selama proses wawancara
berlangsung diantara:
a) Alat tulis digunakan untuk mencatat hal-hal yang penting dalam ritual
pindah rumah
b) Alat elektronik, seperti handphone berfungsi sebagai alat perekam selama
proses wawancara, sehingga dapat mempermuda penulis mengumpulkan
data kerena tidak semua data dapat ditulis.
c) Kamera alat yang digunakan peneliti untuk memotret peneliti sedang
melakukan wawancara bersama informan.

3.6 Teknik analisis data

Teknik analisis data merujuk kepada Miles dan Huberman (dalam


sugiyono 2009:248) yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai
tuntas. Aktivitas dalam analisis data terdiri dari pengumpulan data, reduksi data,
sajian data dan verifikasi atau kesimpulan.

A. Pengumpulan Data

Pengambilan data yang sebelumnya diawali dengan observasi penulis


mencurahkan serta pikiran untuk mengambil data dibutuhkan dengan
berbasis pada seperangkat konsep yang telah penulis kuasai. Kutipan atau
keakuratan perolehan data bergantung aepenuhnya pada peneliti sehingga
proses pengambilan data tidak berlangsung sekali saja jadi, malah terjadi
pengulangan untuk mencapai tingkat kualitas data yang semakin baik.

B. Reduksi Data

Reduksi yang telah menjadi kosa kata bahasa indonesia dalam konteks ini
menunjuk pada proses memilih atau menyeleksi data. Dengan riduksi, data
yang dikumpulkan menjadi terseleksi, terfokus dan akurat sebab data yang
tidak relefan diganti dengan kata baru yang dipercaya lebih akurat
sehingga diperoleh data yang makin berkualitas.
C. Sajian Data

Sajian data dilakukan dengan cara menulis data-data yang telah ditemukan
menyusunnya sesuai dengan urutan dalam permasalahan penelitian dalam
hal ini memberikan gambaran umum dan mendeskripsikan kajian semiotik
dalam ritual pindah rumah masyarakat suku kaili. Dalam penelitian
kualitatif, Miles dan Huberman (dalam sugiyono 2009:249) menyatakan
yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian
kulitatif dengan teks yang bersifat deskriktif.

D. Penarikan Kesimpulan Atau Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan


berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apa bila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten, peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data. Kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang dapat dipercaya, nyata,
dan dapat dipertangungjawabkan kebenaranya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini,diperoleh


hasil,yakni 1) Bagaimana proses ritual nearisi suku kaili tara di desa bambalemo
kecamatan parigi kabupaten parigi moutong 2) Makna simbolik dalam
perlengkapan yang digunakan dalam ritual nearisi suku kaili tara di desa
bambalemo kecamatan parigi kabupaten parigi moutong. Dalam prosesi ritual
nearisi terdapat makna simbolik disetiap perlengkapan dalam ritual tersebut.
Adapun hasil data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu hasil wawancara
langsung dari narasumber, data tertulis dan rekaman suara sebagai data
pendukung yang diperoleh dari masyarakat suku Kaili Tara yang diuraikan
sebagai berikut ini.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Prosesi Ritual Nearisi

Dalam prosesi ritual nearisi atau tradisi pindah rumah pemilik rumah akan
membuat ritual nearisi dimana yang pertama dilakukan ialah mencari hari baik,
mengundang keluarga terdekat, tetangga dan mempersiapkan benda-benda apa
saja yang dibawah saat melakukan ritual nearisi.

Pada saat ritual nearisi dilakukan semua benda yang digunakan disiapkan,
yang dimana ada al-qur’an,kucing,ayam,cukuran kelapa,beras 1 blek,tikar dan
bantal,orang hamil dan baki selamat.Setelah benda sudah semua dipersiapkan
maka dimulailah keliling rumah sebanyak 3x sebelum memasuki rumah baru yang
ingin ditempati, dengan satu orang wanita hamil menunggu didepan rumah
memegang beras yang sudah diwarnai dengan warna kuning sembari memasak air
didalam rumah baru yang ingin ditempati selesai orang yang mengelilingi rumah
sebanyak 3x, sebelum masuk dalam rumah baru wanita hamil akan menaburi
beras yang sudah diwarnai warna kuning saat orang-orang mau masuk kerumah
baru tersebut.
1. Syarat-syarat untuk pindah rumah atau ritual nearisi

Di kabupaten parigi mautong khususnya di desa bambalemo memiliki


bermacam-macam budaya, salah satunya yaitu tradisi pindah rumah atau ritual
nearisi. Sebelum melaksanakan pindah rumah menurut tradisi adat istiadat di desa
bambalemo yang sudah diyakini secara turun temurun sampai saat ini. Bahwa
tradisi pindah rumah sudah manjadi budaya yang tidak bisa ditinggalkan di desa
bambalemo. Tradisi adat istiadat pindah rumah di desa bambalemo harus
memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pindah rumah atau ritual
nearisi yaitu menentukan hari baik,supaya selamat dan diberikan kemurahan
rezeki. Pada hari yang telah dipilih yakni eo araba (hari rabu). Untuk menghindari
hari sial dan marabahaya. Sesaji yang digunakan ketika pindah rumah atau ritual
nearisi yaitu pulut yang ditaruh atasnya dengan telur, jajanan pasar dan
sebagainya sesuai dengan adat istiadat yang ada di desa bambalemo.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Bagaimana Ritual Nearisi

a. Tahap prapelaksanaan yaitu :

Gambar 1 perlengkapan sesaji yang digunakan dalam tradisi pindah rumah


Keterangan gambar

a. Ketan dan telur


b. Inti kaluku (inti kelapa)
c. Jajanan pasar

Data 1

Narasumber : Ane tarapa nelinja sapo,songu mangonjo eyo malompe,amasalama


katuvu dunia ahera. Karadua rapaka sadia nu paepulu ante tolumanu,sangenana
isi nudula. Ifena adanukaili ri desa bambalemo. (Ahran)

Terjemahan : sebelum pindah rumah,dilakukan satu mencari hari baik, agar


selamat di dunia sampai akhirat. Yang kedua menyiapkan pulut dan telur ayam,
sesaji isian dalam baki. Begitu adat kaili di desa bambalemo.

b.Tahap pelaksanaan yaitu :

1. Tradisi pindah rumah atau nearisi

a. Rumah baru yang siap ditempati

sebelum prosesi pindah rumah di desa bambalemo, rumah yang harus ditempati
harus disiapkan terlebih dahulu. Tradisi ini dilaksanakan pagi hari, tradisi pindah
rumah dilaksanakan dirumah masyarakat yang akan melakukan pindah rumah atau
nearisi.
Gambar 2 rumah baru yang siap ditempati dalam tradisi pindah rumah
Data 2

Hal ini diungkapkan oleh narasumber : ane masiap mo sapo navou pade eyo ni
pakatantu mo. (Ahran)

Terjemahan: kalau sudah siap rumah baru berarti hari ini dikasih pasti sudah.

Pada gambar di atas merupakan tempat tinggal atau rumah baru, dari pernyataan
di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan tradisi pindah rumah, rumah
yang akan ditempati sudah dipersiapkan terlebih dahulu dan hari yang sudah
disiapkan.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan pindah


rumah atau nearisi rumah yang akan ditempati harus sudah disiapkan terlebih
dahulu, menentukan hari baik yang akan digunakan saat pindah rumah.

Sebelum pelaksanaan Ritual Nearisi Suku Kaili Tara di Desa Bambalemo


Kecamatan Parigi kabupaten parigi Moutong, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa ritual nearisi ini sangat erat kaitannya dengan simbolisme.
Dalam pelaksanaanya terdapat simbol-simbol yang secara membudaya dari
generasi ke generasi selalu digunakan serta telah ditetapkan dan disepakati
bersama dalam pengunaanya. Ritual nearisi menurut suku kaili tara mempunyai
makna dan fungsi yang diwujudkan melalui sarana atau simbol-dimbol yang
digunakan dalam ritual nearisi. Simbol-simbol tersebut diantaranya:

1. Kora’a atau Al-qur’an


2. Taveve atau Kucing
3. Manu tongge atau Ayam jantan
4. Panggou ante kaluku atau Cukur kelapa dan kelapa sebelah
5. Ose sabele kodi atau beras satu tempat kecil
6. Ompa ante luna atau Tikar dan bantal
7. Tau nangida atau Orang hamil
8. Dula salama atau baki selamat
4.2.2 Makna simbolis dalam perlengkapan yang digunakan dalam ritual
nearisi

4.2.2.1 Makna Simbol Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas. Jalaluddin Rakhmat (1994) mendefinisikan bahasa secara fungsional
dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki
bersama untuk menggunakan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama karena
bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara anggota-anggota
kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai
semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata
bahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun
dan dirangkaikan supaya memberi arti. Tata bahasa meliputi tiga unsur: fonologi,
sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang cara
pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau
gabungan kata-kata. (Hidayat Darsun. 2012).

4.2.2.2 Makna Simbol NonVerbal

Pesan-pesan diekspresikan dengan sengaja atau tidak sengaja melalui


gerakan-gerakan, tindakan-tindakan, perilaku atau suara-suara atau vocal yang
berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa verbal. Komunikasi nonverbal
adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi memberikan arti pada
komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan
pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan
semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis,
komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun, dalam
kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling menjalin, saling melengkapi
dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari. (Hidayat Darsun. 2012)
a. kora’a atau Al-qur’an

Gambar 4.2.2. 1 Kora’a atau al-qur’an

Data 3

Narasumber : Nakuya kora’a kana rakeni nelinja,kerena kora’a wetu nu maknana


no paka lai seta ri sapo vou wetu, kerena kora’a muni nikeni kita kejala malompe.
(Ramadia)

Terjemahannya : kenapa al-qur’an harus dibawah pindah rumah, kerena al-qur’an


itu maknanya bakasih hilang setan/jin dirumah baru, kerena al-qur’an ini babawa
kita kejalan yang baik.

Kora’a atau al-qur’an merupakan salah satu kitab suci al-qur’an yang berisikan
banyak surah-surah didalamnya, al-qur’an memiliki sebuah makna yang
terkandung didalamnya al-qur’an ini sebagai penghilang jin/setan yang ada
dirumah baru tersebut dan al-qur’an ini juga bisa menjadi penghilang penyakit.
b.Taveve atau kucing

Gambar 4.2.2. 2 Taveve atau kucing

Data 4

Narasumber : Nakuya taveve kana rakeni nelinja kerena nu maknana taveve wetu
nabaraka, nopaka rate inosanta, no pakamura rezekinta. (Ramadia)

Terjemahannya : kenapa kucing harus dibawa ba pindah kerena maknanya kucing


itu membawa berkah,memberikan umur panjang dan dimurahkan rezekinya kita

Taveve atau kucing merupakan salah satu hewan yang harus dibawah saat
berpindah rumah,makna yang terkandung dalam kucing ini kerena kucing ini
nabaraka (membawa berkah)kepada si pemilik rumah dan penanda dimana akan
adanya bencana alam yang akan datang.
c.Manu tongge atau ayam

Gambar 4.2.2. 3 Manu tongge atau ayam

Data 5

Narasumber : Nakuya manu tongge kana rakeni nelinja,kerena nu maknana manu


tonggewetu nipora’a. (Ahran)

Terjemahanya : kenapa ayam jantan harus dibawa ba pindah rumah kerena


maknanya ayam jantan itu digunakan saat orang disunat/dibe’at darah ayam itu
yang diambil untuk menjalankan adat tersebut

Manu tongge atau ayam jantan merupakan salah satu hewan yang dibawah saat
pindah rumah kerena hewan ini untuk mengingatkan kita bangun pagi dengan
suara berkodeknya yang dimana maknanya ayam ini selain membangunkan kita
saat pagi hari ayam ini juga diambil darahnya untuk menjalankan adat
disunat/dibe’at.
d.Panggou ante kaluku atau cukur kelapa dan kelapa sebelah

Gambar 4.2.2. 4 Panggou ante kaluku atau cukur kelapa dan kelapa sebelah

Data 6

Narasumber : Nakuya panggou ante kaluku samposo ni panaka ringuju panggou


kana rakeni nolinja, kerena maknana panggou weturapanggou kaluku rateo
kamanu ante nipakoni taveve, (Samlian)

Terjemahanya : kenapa cukur kelapa dan kelapa sebeleah dilekatkan dimulut


cukur kelapa harus dibawa bapindah, kerena maknanya cukuran kelapa dan kelapa
sebelah dicukur kemudian diberikan ke ayam dan dikasih makan akan kucing

Panggou atau cukur kelapa merupakan benda untuk mencukur kelapa dimana
benda ini harus ada dalam pindah rumah kerena sudah menjadi salah satu benda
yang harus dibawah untuk pindah rumah, maknanya yaitu untuk mecukur kelapa
untuk digunakan dalam membuat sayur
e.Ose sabele kodi atau beras 1 blek kecil

Gambar 4.2.2. 5 Ose sabele kodi atau beras 1 blek kecil

Data 7

Narasumber : nakuya ose sabele kodi kana rakeni nelinja, kerena nu maknana ane
tara naria ose napa ra poapu ante rakoni. (Samlian)

Terjemahannya : kenapa beras 1 blek kecil harus dibawa ba pindah, kerena


maknanya kalau tidak ada beras dibawah saat pindah rumah apa yang dimasak
dan dimakan

Ose sabele kodi merupakan salah satu benda yang harus dibawah saat pindah
rumah kerena ose sabele kodi ini mempunyai makna yaitu kalau tidak ada beras
dibawah saat pindah rumah apa yang harus dimasak dan dimakan saat dirumah
baru tersebut.
f.Ompa ante luna atau tikar dan bantal

Gambar 4.2.2. 6 Ompa ante luna atau tikar dan bantal

Data 8

Narasumber : nakuya ompa ante luna kana rakebi nelinja,kerena nu maknana ane
taria ompa ante luna napa ra katuru. (Ahran)

Terjemahannya : kenapa tikar dan bantal harus dibawa ba pindah, kerena


maknanya kalau tidak ada tikar dan bantal apa yang mau dipakai tidur

Ompa ante luna merupakan salah satu benda yang harus dibawa saat pindah
rumah kerena makna yang terkandung dalam benda ini adalah kalau tidak ada
tikar dan bantal apa yang mau dipakai saat kita istirahat atau tidur dirumah baru
tersebut.
g.Tau natiana atau orang hamil

Gambar 4.2.2. 7 Tau natiana atau orang hamil

Data 9

Narasumber : nakuya orang natiana kana rakeni nelinja,kerena nu maknana iya


noisi atau na bosetaina, apaa iya wetu nanggeni rajeki. (Ahran)

Terjemahannya : kenapa orang hamil harus dibawah saat pindah rumah kerena
maknanya dia ba isi atau besar perutnya apa dia itu babawa rezeki kerumah baru
yang ditempati

Tau natiana merupakan salah satu dari syarat-syarat pindah rumah dimana orang
natiana ini sangat penting dalam melakukan pindah rumah dimana maknanya
orang natiana ini kalau orang kaili sini bilang ba isi atau besar perutnya dalam
artian si pemilik rumah ini akan mendapatkan rezeki dan keberkahan didalam
rumah baru tersebut
h.Dula salama ante tau nombasa atau baki selamat dan orang babaca

Gambar 4.2.2. 8 Dula salama ante tau nombasa atau baki selamat dan orang ba
baca

Data 10

Narasumber : Nakuya dula salama kana rakeni nelinja,kerena nu maknana dula


salama rabaca ri sapo navou agar nasalama nu pue njapo ante nabaraka.
(Ramadia)

Terjemahannya : kenapa baki selamat harus dibawa ba pindah rumah,kerena


maknanya baki selamat dibaca dirumah baru agar tuan rumah selamat dan
mendapatkan berkah

Dula salama merupakan salah satu syarat dalam pindah rumah dimana selesai
keliling rumah sebanyak 3x dan sebelum masuk dalam rumah ada orang hamil
melempar beras yang sudah diwarnai kuning dan dihamburi ke orang yang
membawa benda-benda yang sudah dilampirkan diatas agar mendapatkan
keselamatan,maknanya agar rumah baru yang sudah dilakukan ritual nearisi ini
mendapatkan keselamatan dan keberkahan.
4.3 Manfaat Penelitian terhadap bahasa indonesia

Seiring dengan kemajuan zaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada
awalnya dipegang teguh, dipelihara dan dijaga keberadaanya oleh setiap suku kini
sudah hampir hilang. Pada umumnya masyarakat lebih memilih untuk
menampilkan dan menggunakan budaya modern daripada menggunakan budaya
yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerahlah
yang sesuai dengan kepribadian bangsa.

Pendidik tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai budaya, dalam melestarikan


budaya bangsa sendiri, maka media penghubung yang paling efektifadalah
pendidikan. Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan sangat erat kerena
saling melengkapi dan mendukung satu sama lain, salah satunya pendidikan
bahasa indonesia. Salah satu cara untuk mengkaji setiap makna yang disampaikan
melalui pemakaian bahasa simbol adalah menggunakan pendekatan semiotik.

Semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referesnsi bagi peneliti
yang ini mengkaji simbol dalam kehidupan manusia, serta dapat dijadikan
sumbangan materi untuk menambah pengetahuan tentang ilmu semiotik bagi
pendidikan bahasa indonesia. Untuk mengkaji simbol-simbol dalam benda- benda
yang dibawah saat pindah rumah, hal ini disebabkan kerena manusia hidup tidak
lepas dari simbol-simbol.

Kaitannya judul ini dengan pendidikan dan kebudayaan meliputi beberapa


diantaranya yaitu, nilai-nilai pendidikan dalam Ritual Nearisi suku Kaili Tara Di
Desa Bambalemo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Mautong adalah tata cara
pelaksanaan amalan Ritual Nearisi ini sesungguhnya memberikan kesan yang
nyaman baik bagi penghuninya maupun bagi siapa saja yang melihat dan
mengunjunginya. Kerena itu rumah yang siap ditempati juga harus terhindar dari
roh-roh jahat, amalan ritual ini juga memberikan semangat baik kepada
pemiliknya.

Dari prinsip ini tampak jelas konsep harmoni ditekankan dalam nilai budaya
masyarakat kaili memiliki rasa sukarela memiliki arti melakukan sesuatu dengan
hendak sendiri ataupun tanpa paksaan dari orang-orang. Melalui ritual nearisi ini
tumbuh rasa sukarela untuk bersama-sama membantu dan meringankan pekerjaan
sesama warga, memiliki rasa bersosialisasi untuk proses perubahan dari individu
untuk diterima atau sasuai dengan keinginan dari pihak luar. Kesadaran diri
sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian menuntut setiap
masyarakat untuk bisa bersosialisasi pada ritual nearisi. Harmoni itu bersifat
sakral dan juga profan. Sifat sakral nampak dari upaca penjagaan hubungan baik
dengan tuhan, serta ritual nearisi menghindari berbagai gangguan mahluk jahat,
sementara sifat profan tampak dari upaya untuk menjalin hubungan baik dengan
manusia dan lingkungan hidup lainnya. Demikian pula dalam amalan ritual nearisi
ini sesungguhnya adalah salah satu wujud ungkapan rasa syukur kepada allah
SWT, kerena pemilik rumah telah diberikan rezeki hingga dapat membangun
rumahnya. Pesan moral ini sesungguhnya mengandung nilai-nilai ketuhanan
(menjaga hubungan dengan tuhan) dan nilai-nilai kemasyarakatan dan hubungan
dengan masyarakat. (nining Udayani 2019:32)
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dari bab-bab


sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai “Ritual Nearisi Suku Kaili
Tara Di Desa Bambalemo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Mautong (Kajian
Semiotik)” yakni merupakan Tradisi pindah rumah yang dilakukan suku kaili tara
yang melakukan pindah rumah. Tradisi tersebut memiliki makna yang sangat
berarti bagi yang melakukan pindah rumah, ada beberapa makna simbolik yang
terdapat didalam sarana prasarana tradisi pindah rumah tersebut, antara lain
adanya kora’a, taveve, manu, panggou ante kaluku samposo, ose sabele kodi,
ompa ante luna, tau natiana dan dula salama yang masing-masing memiliki
makna. Pada bab ini dikemukakan simpulan sebagai berikut:

1) Syarat- syarat untuk pindah rumah atau ritual nearisi


a. Pratahap pelaksanaan yaitu:
Menentukan hari baik, dimana sebelum melakukan pindah rumah
langkah pertama yang harus dilakukan si pemilik rumah yaitu
menenyakan hari baik kepada orang tua yang harus mencari hari baik,
kalau sudah didapat hari baiknya bisa sudah melakukan pindah rumah
pada pagi hari.
b. Tahap pelaksanaan yaitu:
Tradisi pindah rumah atau nearisi Sudah punya rumah baru yang akan
ditempati
2) Makna yang terkandung dalam perlengkapan yang digunakan saat tradisi
pindah rumah antara lain :
a) Kora’a atau al-qur’an
Kora’a atau al-qur’an adalah salah satu benda yang harus di bawah
pada saat pindah rumah kerena al-qur’an itu sendiri adalah pedoman
kitab suci umat muslim yang dimana mempunyai makna sebagai
penghilang jin/setan yang ada dirumah baru dan sebagai penghilang
lelah disaat kita membaca surah yang ada didalamnya dan kita akan
mendapatkan pahala.
b) Taveve atau kucing adalah salah satu hewan yang harus di bawah saat
pindah rumah kerena kucing ini memiliki sifat yang nabarakah atau
dalam artian memiliki berkah yang dimana mempunyai makna kita
akan diberikan panjang umur dan diberikan murah rezeki kepada kita.
c) Manu tongge atau ayam jantan adalah salah satu hewan yang harus di
bawah saat pindah rumah kerena ayam jantan untuk mengingatkan kita
bangun pagidengan suara berkoteknya yang dimana maknanya ayam
ini selain membangunkan kita saat pagi hari, ayam juga diambil
darahnya untuk menjalankan adat disunat/di be’at.
d) Panggou ante kaluku samposo atau cukur kelapa dan kelapa sebelah
adalah salah satu benda yang harus dibawah saat pindah rumah kerena
cukur kelapa dan kelapa sebelah ini, dicukur tersebih dahulu untuk
makananya ayam dan kucing dimana juga cukur kelapa ini sebagai
benda untuk mencukur kelapa untuk membuat sayur dimana disaat
kelapa sudah habis dicukup diramas smpai keluar santannya dan
santannya itu untuk dibuatkan sayur
e) Ose sabele kodi atau beras satu blek kecil adalah salah satu benda yang
harus dibawah saat pindah rumah kerena beras satu blek ini, untuk
dimasak dan dimakan saat tuan rumah mau memasak dirumah baru
f) Ompa ante luna atau tikar dan bantal adalah salah satu benda yang
harus dibawah saat pindah rumah kerena tikar dan bantal ini untuk
digunakan saat beristirahat
g) Tau natiana atau orang hamil adalah salah satu syarat untuk pindah
rumah dimana orang hamil ini menunggu dirumah baru dan memasak
air dirumah baru tersebut disaat orang sudah selesai keliling rumah
orang hamil ini akan menaburi beras kuning kesmua orang yang mau
masuk kerumah baru tersebut
h) Dula salama ante tau nombasa atau baki selamat dan orang ba baca
adalah salah satu syarat untuk pindah rumah dimana baki selamat ini
akan dibaca pada saat selesai melakukan keliling rumah, kenapa harus
ada baki selamat agar ritual pindah rumah ini akan mendapatkan
berkah dan keselamatan.

Beberapa simbol dan makna yang dijelaskan semua berupakan syarat yang
harus dilengkapi dan harus dilakukan dengan tujuan untuk melestarikan
kebudayaaan, khususnya salah satu kebudayaan yang ada pada suku kaili tara.
Simbol-simbol tersebut bukan hanya sekedar hal yang tidak mempunyai makna
dan ritual neraisi suku kaili tara. Namun syarat atau simbol-simbol tersebut
mempunyai makna dan tujuan yang dalam yakni makna yang di dalamnya ada
nilai budaya dan nasihat tentang rasa penghormatan kita terhadap adat, kesucian
dan ketulusan hati untuk menjalankan tradisi pindah rumah suku kaili tara atau
disebut ritual nearisi.

5.2 Saran

Di indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat dari berbagai


suku yang tanpa disadari sebenarnya itu adalah kebudayaan bagi negara indonesia
itu sendiri. Tradisi pindah rumah atau ritual nearisi merupakan salah satu adat
istiadat suku kaili tara yang perlu diketahui oleh masyarakat luas kerena dengan
memahami makna yang dari ritual nearisi. Secara langsung kita dapat
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan tersebut hingga warisan
leluhur kita tetap dilestarikan.

Penulis pada kesempatan yang baik ini menyampaikan beberapa saran


melalui tulisan ini. Adapun saran-saran diuraikan sebagai berikut.

(1) Bagi peneliti atau pakar budaya dan bahasa diharapkan dapat terus
berusaha melakukan penelitian demi pengembangan budaya dan bahasa
dari aspek parawisata.
(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan pembelajaran bahasa
dan sastra sehingga peneliti ini dijadikan bahan referensi dan bacaan baik
tingkat sekolah maupun perguruan tinggi.
(3) Kiranya dapat dijadikan bahan referensi belajar sehingga menyadarkan
dan membina masyarakat tentang pentinya pengetahuan makna simbolik
ritual nearisi.
(4) Untuk menjaga dan melestarikan budaya yang ada hendaknya semua
masyarakat baik orang tua maupun pemuda harus saling bekerja sama
dalam menjaga adat istiadat yang ada agar generasi berikut dapat
mengetahui makna yang terdapat pada saat penyelenggaraan ritual nearisi.
DAFTAR PUSTAKA

Berger, A. A. (2010). Pengantar Semiotika. Yogyakarta: Tiara wacana.

Eliade, M. (1949). Patterns in Comparative Religion, terj. Rosemary Sheed. New


York: Meridian Books, [1949] 1963.

Hijas, N. (2018). Makna Simbol Ucacara Novunja Suku Kaili Di Desa Powelua
Kecamatan Banawa Tengah

Humaira. (2015). Makna simbol “Menre Bola Baru” dalam suku bugis di desa
salumbia kecamatan dondok kabupaten Toli-Toli. Skripsi tidak diterbitkan
palu : Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas
Tadulako.

Moh. Haitami Salim (2019). Konstribusi Upacara Adat Mendirikan Dan Pindah
Rumah Terhadap Nilai Pendidikan Islam

Nining Udayana (2019). Makna simbolik Pada Upacara Adat Tiga Bulanan Bayi
Dalam Agama Hindu Di Desa Martasari Kecamatan Parigi Kabupaten
Parigi Mautong Kajian Semiotik

Ni Nyoman Ardiyanti (2019). Makna Simbolik Daksina Pengadeg Dalam


Upacara Ngaben Massal (Kajian Semiotik)

Pateda, Mansoer. (2010). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Ratnaningsih, D. C. (2016). Tradisi Pindah Rumah Di Desa Sucen Juru Tengah


Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor).

Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yokyakarta: GrahaMulia.


Setiadi, Elly M, dkk. (2016). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Prenamedia
Group.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif,


kualitatif dan R & D).

Sugiyono.(2016b). Metode penelitian (pendekatan kuanlitatif, kualitatif dan


R&D). Bandung: PT Alfabeta

Sutrisno, Edy. (2013). Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R & D). PT Alfabeta: Bandung.

Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Taylor., B. dan. (1975). Bogdan dan Taylor. 1975. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remadja Karya.

Tagunu, Agus. (2005). Dari Desa Tentang Desa. Jakarta: Perkumpulan Bantaya
(Palu)

Victor Turner (1969). The Ritual process: Structure an Anti-Srtucture. Ithaca: Cornell,
University Press.

https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230309150726-569-922965/doa-
menempati-rumah-baru-arab-latin-dan-
artinya#:~:text=Wa%20qur%20rabbi%20anzilni%20munzalam,Membaca
%20doa%20menempati%20rumah%20baru.
LAMPIRAN
Lampiran 1

DOKUMENTASI BENDA-BENDA YANG DIBAWAH SAAT RITUAL


NEARISI

Gambar 1 Perlengkapan sesaji yang digunakan dalam tradisi pindah rumah


Gambar 2 Rumah baru yang siap ditempati dalam tradisi pindah rumah

Gambar 4.2.2.1 Kora’a atau al-qur’an


Gambar 4.2.2.2 Taveve atau kucing

Gambar 4.2.2.3 Manu atau ayam


Gambar 4.2.2.4 Panggou ante kaluku samposo atau cukur kelapa dan kelapa
sebelah

Gambar 4.2.2.5 Ose sabele kodi atau beras 1 belek kecil


Gambar 4.2.2.6 Ompa ante luna atau tikar dan bantal

Gambar 4.2.2.7 Tau natiana atau orang hamil


Gambar 4.2.2.8 Dula salama ante tau nombasa atau baki selamat dan orang ba
baca
LAMPIRAN 2

DOKUMENTASI PADA SAAT MELAKUKAN WAWANCARA DENGAN


WARGA DESA BAMBALEMO

Nama : Samlian

Usia : 57 Tahun

Alamat : Desa bambalemo


Nama : Ahran

Usia : 62 Tahun

Alamat : Desa Bambalemo


Nama : Ramadia

Usia : 72 Tahun

Alamat : Desa Bambalemo


LAMPIRAN 3

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apa saja benda-benda yang dibawah saat pindah rumah ?


2. Bagaimana prosesi dalam ritual nearisi ?
3. Berapa lama dilaksanakan ritual nearisi ?
4. Apa makna yang terkandung dari setiap benda-benda yang dibawa keliling
saat pindah rumah ?
5. Apa saja yang disiapkan saat pindah rumah ?
CURRICULUM VITAE

I. UMUM

Nama : Febrianti

Tempat dan Tanggal Lahir : Bambalemo, 02 Februari 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Orangtua

a. Ayah : Arman
b. Ibu : Ahran

Agama : Islam

Alamat : Desa Bambalemo Kecamatan Parigi

II. PENDIDIKAN

SD : SDN BAMBALEMO

SMP : SMP NEGERI 2 PARIGI

SMK : SMK NEGERI 1 PARIGI

PERGURUAN TINGGI : UNIVERSITAS TADULAKO

Anda mungkin juga menyukai