Anda di halaman 1dari 9

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

OPERASIONAL AMBULANCE
Dibuat oleh, Disetujui oleh, No. Dokumen :

Tanggal Efektif : 14 November 2023

Revisi : 00
Ananto Firmansyah M. Aditya Zulkarnain
Halaman : 1 dari
HSE Dept Kepala Teknik Tambang

1. TUJUAN
1.1. Tujuan Umum
1.1.1. Sebagai pedoman bagi management PT. Pada Idi site Luwe Hulu pada khususnya dan
seluruh karyawan PT. Pada Idi pada umumnya terutama dalam memberikan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta penunjang kelancaran operasional program
HSE Dept , klinik PT. Pada Idi.
1.2. Tujuan Khusus
1.2.1. Sebagai acuan petugas medis dalam melaksanankan tugasnya.
1.2.2. Meningkatkan pelayanan keselamatan dan kesehatan karyawan.
1.2.3. Sebagai sarana operasional kegiatan program Occupational health.
1.2.4. Mempermudah dan mempercepat pelayanan transportasi.
1.2.5. Memenuhi standarisasi kesiap siagaan medis yang harus memiliki operasional pelayanan
kesehatan.guna memberikan layanan emergency bagi pasien gawat darurat.
1.2.6. Mempermudah dan mempercepat pelayanan transportasi pasien karyawan PT. Pada Idi ke
pusat pelayanan kesehatan.
1.2.7. Penanganan pertama ditempat kejadian secara cepat, tepat dan cermat.
1.2.8. Stabilisasi penderita/pasien selama dalam perjalanan menuju ke pusat pelayanan kesehatan.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini memuat pedoman secara rinci tentang persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan pelaporan
administrasi yang meliputi:
2.1. Prosedur pemeliharaan atau perawatan kendaraan Ambulance serta peralatan medis.
2.2. Prosedur penggunaan operasional serta pelayanan kendaraan Ambulance.
3. REFERENSI
3.1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3.2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3.3. PP No. 32 Tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan
3.4. Perpres No.12 Tahun 2013 pasal 20 tentang Jaminan Kesehatan
3.5. Permenkes No. 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
3.6. Permenkes No. 9 Tahun 2014 tentang Klinik
3.7. Permenkes No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
3.8. Permenkes No. 71 Tahun 2013 pasal 29 tentang Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional
3.9. Kepmenkes No. 882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medis
3.10. Kepmekes No. 0152/YanMed/RSKS/1987, tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan Medis
4. DEFINISI
4.1. Ambulance adalah kendaraan yang di lengkapi peralatan medis untuk mengangkut orang sakit
dan korban kecelakaan.
4.1.1. Ambulance Klinik adalah kendaraan yang dilengkapi peralatan medis yang digunakan
untuk penunjang pelayanan dan operasional program klinik.
4.1.2. Ambulance Transport adalah kendaraan yang tidak dilengkapi peralatan medis atau
batuan hidup dasar (Basic Life Support) crew Ambulance juga sedikit memiliki
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

OPERASIONAL AMBULANCE
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
14 November 2023 00 2 dari 10

kualifikasi, fungsi utama Ambulance ini hanya digunakan untuk pengantaran pasien dari
satu tempat ketempat yang lain untuk mendapatkan pengobatan/penanganan lanjutan di
Rumah Sakit terdekat.
4.1.3. Ambulance Advance atau Medical Emergency adalah kendaraan yang dilengkapi
dengan peralatan medis khusus dari mulai Air Way Set, Breathing Set, Circulation Set,
Extrication Set, Ventilator, Infus Pump, Syring Pump, AED dan Pasien Monitor.
4.2. Sirine adalah suatu alat yang berfungsi untuk memperingatkan masyarakat akan bahaya suatu
bencana alam dan digunakan untuk kendaraan layanan darurat
4.2.1. Makna Suara Sirine Ambulance.
4.2.1.1. Bunyi sirine menyerupai bunyi palang kereta api. Suara ini menandakan Ambulance
sedang menjemput pasien maupun korban kecelakaan.
4.2.1.2. Bunyi sirine dengan tempo yang lebih cepat. Suara ini menandakan Ambulance
tengah membawa pasien namun kondisinya tidak darurat.
4.2.1.3. Bunyi sirine yang menandakan Ambulance membawa pasien kritis atau gawat
darurat. Suaranya mirip dengan kedua, namun irama yang lebih cepat dan lebih
nyaring
4.2.1.4. Bunyi sirine yang menandakan Ambulance sedang membawa jenazah. Suaranya
memiliki irama panjang dan tidak berulang.
4.2.2. Jenis Suara Sirine Ambulance.
4.2.2.1. Wail digunakan ketika Ambulance berjalan di jalur yang lurus.
4.2.2.2. Yelp digunakan ketika Ambulance berada di persimpangan.
4.2.2.3. Hi-lo digunakan sebagai kombinasi untuk mendapatkan perhatian yang lebih efektif.
4.2.2.4. Horn digunakan seperti klakson untuk memberikan peringatan lebih jika suara-
suara lainnya tidak mendapat perhatian pengguna jalan lain.
4.3. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik.
4.4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4.5. Pasien Rujukan atau Evakuasi adalah pasien Karyawan PT. Pada Idi maupun Kontraktor yang
atas pertimbangan tim medis memerlukan pelayanan di Klinik atau Rumah Sakit baik untuk
diagnostik penunjang atau terapi.
4.6. Program Operasional Occupational Health adalah suatu program yang memuat seputar
masalah Promotive, Preventive, Curative dan Rehabilitative kesehatan yang dilakukan oleh tim
medis PT. Pada Idi baik Indoor maupun Outdoor yang memerlukan operasional penunjang
seperti kendaraan atau lainya agar tercapai target yang diharapkan.
4.7. Surat Ijin Mengemudi Perusahaan (SIMPER) adalah suatu tanda bukti yang sah yang
dikeluarkan oleh PT. Pada Idi dalam hal diizinkannya seseorang mengoperasikan kendaraan/unit
yang berlaku sesuai dengan SIM yang dikeluarkan kepolisisan dan atau sesuai dengan jenis
kendaraan/unit yang dioperasikan.
4.8. Driver/Pengemudi adalah karyawan yang di beri wewenang/ijin untuk mengoperasikan
Ambulance.
4.9. P2H adalah Pelaksanaan dan Perawatan Harian yang harus dilakukan oleh setiap
driver/pengemudi sebelum mengoperasikan Ambulance.
4.10. APAR adalah singkatan dari Alat Pemadam Api Ringan.
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

OPERASIONAL AMBULANCE
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
14 November 2023 00 3 dari 10

4.11. Safety Belt adalah sabuk keselamatan yang terdapat pada setiap kendaraan yang berfungsi
menahan badan pengemudi/penumpang supaya tidak terlempar dari posisi duduk, saat terjadi
benturan mendadak.
5. TANGGUNG JAWAB
5.1. Kepala Teknik Tambang
5.1.1. Memastikan prosedur ini dilaksanakan dan dipelihara dengan baik secara terus menerus
sesuai kepentingan perusahaan.
5.2. Occupational Health Division
5.2.1. Kegiatan operasional dengan menggunakan Ambulance harus sesuai dengan persetujuan
Pimpinan HSE Dept.
5.2.2. Pemeliharaan Ambulance merupakan tanggung jawab driver/PIC Ambulance.
5.2.3. Peralatan penunjang medis dan obat-obatan merupakan tanggung jawab Tim Occupational
Health Division.
5.2.4. Dalam menuju ke TKP driver Ambulance harus disertai dengan Paramedic, sedangkan
Paramedic tidak harus dengan driver Ambulance.
5.2.5. Unit Ambulance hanya dapat di operasionalkan oleh driver/PIC Ambulance dan Paramedic
yang bertugas dalam rangka kegiatan operasional program Occupational Health/kasus
Emergency.
5.2.6. Setiap personil yang mengoperasikan Ambulance wajib memahami, menaati dan
menerapkan prosedur ini dalam setiap pekerjaan/aktifitas pengoperasian.
5.2.7. Setiap personil yang mengoperasikan Ambulance tidak diperbolehkan mengoperasikan
kendaraan selain unit dari Perusahaan IUP (Owner), kecuali atas izin dari Kepala Teknik
Tambang
6. PROSEDUR
6.1. Pedoman Kerja Petugas Ambulance
6.1.1. Driver/PIC Ambulance wajib hadir 15 menit sebelum jam pergantian.
6.1.2. Driver/PIC Ambulance wajib mengontrol keadaan Ambulance secara rutin seperti oli, air
accu, radiator dan O2 (oksigen) yang ada di mobil serta mengadakan perawatan mesin dan
kelengkapan lainnya.
6.1.3. Tim health/Paramedic wajib mengontrol peralatan penunjang medis dan obat-obatan yang
tertuang dalam Formulir GPS-FR-OH-005
6.1.4. Driver/PIC Ambulance/Paramedic wajib mencuci dan membersihkan mobil Ambulance
apabila di pandang perlu.
6.1.5. Driver/PIC Ambulance/Paramedic wajib lapor ke OHS & Training Departement Head
apabila menggunakan unit Ambulance diluar jam operasional.
6.2. Ketentuan Kelayakan Operasi Unit
Ambulance bisa dioperasikan jika kondisinya layak operasi. Beberapa bagian yang perlu dipastikan
layak adalah sebagai berikut:
6.2.1. Sabuk Keselamatan (Safetyt Belt) harus berfungsi dengan baik. Safety Belt harus bisa
terpasang sempurna pada tempatnya, mampu menahan badan pengemudi di bagian
pinggang, perut. Saat dilakukan uji hentak, safety belt harus mampu menahan hentakan
yang dilakukan secara tiba tiba.
6.2.2. Lampu lampu harus berfungsi dengan baik: Lampu depan utama, lampu sein/hazard, lampu
mundur, lampu rem dan lampu rotari.
6.2.3. Sirine berfungsi dengan baik sesuai fungsi dan jenis suaranya
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

OPERASIONAL AMBULANCE
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
14 November 2023 00 4 dari 10

6.2.4. Kondisi ban/tyre tidak botak/kembangan masih layak. Tekanan angin harus memenuhi
standard operasi sesuai buku manual/petunjuk kendaraan.
6.2.5. Frame harus layak operasi. Frame harus berfungsi dengan baik dan tidak ada kelonggaran.
6.2.6. Fungsi pengereman baik itu rem exhaust maupun parking brake harus aktif.
6.2.7. Tiang dan karet pembersih kaca (wiper) harus berfungsi dengan baik.
6.2.8. Kaca depan, kaca samping kabin dan kaca spion harus dalam kondisi baik.
6.2.9. Rubber Spring harus berfungsi dengan baik, tidak boleh terlepas dari sasis dan frame.
6.3. Pelaksanaan Perawatan Harian (P2H)
6.3.1. Driver yang sudah memiliki SIMPER mengoperasikan unit harus melakukan P2H terlebih
dahulu sebelum mengoperasikan unit, dengan menggunakan form P2H
6.3.2. Waspada, fokus dan konsentrasi saat melihat dibagian bawah, pakai helm dan sarung
tangan.
6.3.3. Perhatikan tempat berjalan dan pijakan kaki waktu berkeliling dan naik / turun, berdirilah
di tempat yang stabil, usahakan berpegangan.
6.3.4. Saat membuka / menutup cabin perhatikan jari, tangan dan keseimbangan.
6.3.5. Saat memeriksa mesin, perhatikan posisi jari dan tangan, hati-hati di bagian sempit dan
yang bisa berputar, jangan sampai terjepit.
6.3.6. Hati-hati pada bagian mesin yang panas (turbo, saluran buang), saat memeriksa radiator,
periksa ketinggian air pada reservoirnya. Jika tidak dilengkapi reservoir, periksa radiator
jika mesin sudah dingin, gunakan majun tebal dan atur posisi tubuh.
6.3.7. Saat memeriksa elektrolit baterai, lakukan dengan hati-hati, gunakan senter, jangan
memakai api terbuka (korek api, pemantik rokok dsb).
6.3.8. Jika dari hasil P2H tersebut ditemukan ada kondisi yang tidak standar dan berpotensi risiko
kecelakaan, maka unit tersebut jangan dioperasikan segera laporkan kepada pengawas
untuk disampaikan ke Departemen Plant untuk diperbaiki.
6.3.9. Driver terlebih dahulu mencatat HM pada ambulance dan di record
6.3.10. Hasil form P2H ditandatangani oleh pengemudi dan pengawas.
6.3.11. Pengawas bertanggung jawab memastikan bahwa P2H sudah dilakukan sesuai dengan
kondisi unit bukan sekedar diisi.
6.3.12. Kondisi unit siap untuk dioperasikan setelah semua proses P2H sudah dilakukan.
6.3.13. Untuk menghindarkan cedera fatal atau menabrak, maka patuhi aturan klakson (juga
berlaku selama operasi) berlaku sebagai berikut:
6.3.13.1. Satu kali sebelum starter mesin (tunggu 5 detik setelah dibunyikan)
6.3.13.2. Dua kali sebelum bergerak maju (tunggu 5 detik setelah dibunyikan)
6.3.13.3. Tiga kali sebelum bergerak mundur (tunggu 5 detik setelah dibunyikan)
6.4. Bergerak Keluar Area Parkir.
6.4.1. Pastikan sabuk pengaman terpasang terlebih dahulu, bunyikan klakson 2x, arahkan
transmisi ke speed 1, pastikan area sekeliling Ambulance sudah aman sebelum berserak
maju. Driver sudah berbelok arah jika seluruh bagian vessel Ambulance sudah melewati
unit lain yang ada di sebelah kiri dan kanan.
6.4.2. Pastikan tidak ada manusia dan barang yang menghalangi.
6.5. Pemakaian Ambulance
6.5.1. Sebagai Sarana Emergency dan evakuasi
6.5.1.1. PIC Ambulance/Paramedic yang bertugas menerima panggilan darurat/kasus
yang memerlukan pertolongan Ambulance.
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

OPERASIONAL AMBULANCE
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
14 November 2023 00 5 dari 10

6.5.1.2. Identitas pelapor dicatat dalam Formulir GPS-FR-OH-001 dan di


dokumetasikan untuk laporan operasional.
6.5.1.3. PIC Ambulan/Paramedic yang bertugas menghubungi driver Ambulance, apabila
driver tidak di tempat, Paramedic yang bertugas yang mengemudikan Ambulance.
6.5.1.4. Kecepatan kendaraan maksimum 40 km/jam, atau sesuai dengan peraturan yang
berlaku, Sebisa mungkin mentaati peraturan lalu lintas yang ada. (kecuali dalam
keadaan emergency yang mengancam jiwa yang memerlukan penanganan dan
tidakan segera).
6.5.1.5. Sewaktu menuju ke TKP boleh menggunakan lampu sirine sesuai fungsi dan
jenisnya serta menghidupkan rotator.
6.5.1.6. Apabila lokasi evakuasi/pengantaran pasien berada di area mess karyawan, maka
wajib melakukan permintaan izin masuk kepada Head of Site.
6.5.1.7. Paramedis yang bertugas membuat/mengisi laporan keadaan pederita/pasien
selama transportasi yang disebut adalah lembar catatan penderita/pasien yang
tertuang dalam Formulir GPS-FR-OH-002
6.5.2. Sebagai Sarana Rujukan.
6.5.2.1. Paramedis yang bertugas menyatakan pasien perlu rujukan.
6.5.2.2. Paramedis yang bertugas membuat lembar resume rujukan dengan menggunakan
Formulir GPS-FR-OH-003 yang di setujui oleh Head of Site.
6.5.2.3. Paramedis yang bertugas mengonfirmasi serta memberikan informasi keadaan
umum pasien ke faskes yang dituju sebagai rujukan.
6.5.2.4. Paramedis yang bertugas mendampingi dan mengantarkan pasien faskes yang
dituju sebagai rujukan, setelah selesai pengantaran dan kembali ke klinik,
paramedis yang bertugas menuliskan laporan kegiatan dan didokumentasikan
sebagai laporan operasional.
6.5.3. Sebagai Sarana Operasional Program Occupational Health.
6.5.3.1. Mencakup semua kegiatan program health yang memerlukan sarana operasional
alat transportasi sebagai pendukung.
6.6. Parkir Unit
6.6.1. Pengemudi wajib memarkir kendaraan/unit di tempat parkir yang telah disediakan.
6.6.2. Pengemudi dilarang parkir kendaraan/unit hingga menghalangi kendaraan lain atau di jalur
keluar masuk.
6.6.3. Kendaraan/unit wajib di parkir maju pada saat keluar.
6.6.4. Jarak parkir antara Kendaraan/unit minimal stengah 1 x lebar unit.
6.6.5. Rem parkir kendaraan di aktifkan, mesin di matikan dan persnelen di masukan dalam gigi
rendah (low gear).
6.7. Meninggalkan Kendaraan/Unit
6.7.1. Pengemudi sebelum meninggalkan kendaraan atau unit, harus meyakinkan bahwa
kendaraan/unit harus sudah dimatikan, transmisi netral dan parking brake aktif sehingga
tidak dapat bergerak secara sengaja.
6.8. Penggunaan Alat Pelindung Diri
6.8.1. Wajib menggunakan sepatu safety saat berada dalam kabin.
6.8.2. Saat keluar kabin, wajib menggunakan sepatu safety, helmet dan baju seragam yang
dilengkapi reflector. Jika tidak ada baju seragam, gunakan rompi dengan reflector.
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

OPERASIONAL AMBULANCE
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
14 November 2023 00 6 dari 10

6.9. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran


Pencegahan dan pengendalian unit pada saat kebakaran:
6.9.1. Pastikan kondisi unit dalam keadaan bersih jauh dari kotoran yang dapat menimbulkan api
seperti: Daun kering, kertas berkas, minyak atau oli yang tumpah di sekitar mesin,
bersihkan kotoran-kotoran tersebut dan mintalah bantuan mekanik untuk melakukan
penyemprotan pada unit tersebut.
6.9.2. Jangan merokok pada saat melakukan pengisian bahan bakar pada unit, matikan rokok anda
pada saat pengisian bahan bakar, matikan engine dan pasang parking brake ketika tidak
bermuatan.
6.9.3. Jangan menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di dalam unit, simpan dan jauhkan
dari unit anda.
6.9.4. Pada saat terjadi kebakaran segera matikan mesin, periksa sumber api dan jangan panik.
6.9.5. Pastikan APAR dalam unit anda dalam keadaan baik dan dapat digunakan, Apabila jarum
penunjuk tekanan berada pada garis recharge (diisi) segera minta Apar pengganti pada
petugas keselamat dilapangan.
6.9.6. Pastikan APAR pada tempatnya, jangan di pindah-pindah. Letakan alat pemadam
kebakaran pada tempat yang terlihat serta mudah dicapai pada saat diperlukan, agar tidak
terhambat dalam penggunaannya. Bukalah tutup APAR pada saat hendak melakukan
pemadaman, buka pin pengunci tekan dan arahkan pada sumber titik api.
6.9.7. Mintalah bantuan secepatnya dan laporkan segera kejadian tersebut kepada pengawas dan
petugas keselamatan untuk bisa di ambil tindakan selanjutnya sesuai dengan prosedur
emergency.
6.10. Komunikasi Saat Ada Kondisi Emergency/Darurat
Jika mengalami atau melihat kondisi atau keadaan darurat/emergency:
6.10.1. Hubungi nomor HP emergency PT. GPS yaitu di 0811-4340-3501. Jika jaringan telpon
kurang baik/tidak berfungsi, bisa hubungi chanel radio RSAFE untuk melaporkan kondisi
darurat.
6.10.2. Saat terhubung dengan petugas emergency, anda perlu menyebutkan nama, lokasi kerja,
jenis kejadian/kondisi darurat yang terjadi/dilihat, ada atau tidak ada korban.
6.10.3. Tetap upayakan tenang saat melaporkan keadaan darurat/emergency.
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

OPERASIONAL AMBULANCE
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
14 November 2023 00 7 dari 10

7. DIAGRAM ALIR

MULAI

Ambulance standby di klinik


Standby Emergency Case
Operasional Occupational Health

PIC Perawatan Ambulance

PIC Obat dan Alkes Ambulace

KAS

PIC Ambulance/Paramedic

Lokasi Pasien

Evakuasi Pasien ke Ambulance

Pasien di Evakuasi ke klinik

Evakuasi Non Evakuasi

Membawa pasien ke Faskes Follow up dan Stabilisasi di klinik


Terdekat

Rumah Sakit

KEMBALI KE KLINIK
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

OPERASIONAL AMBULANCE
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
14 November 2023 00 8 dari 10
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

OPERASIONAL AMBULANCE
No. Dokumen Tanggal Efektif Revisi Halaman
14 November 2023 00 9 dari 10

Anda mungkin juga menyukai