Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PERWAKILAN BPKP PROVINSI

SULAWESI SELATAN
Disusun untuk memenuhi tugas Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan

Disusun oleh :
RIMA MELATI ANGGRAENI
NIM. 216020101111007

Kelas DA

MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah upaya membangun sistem
manajemen pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel dan berorentasi pada hasil,
yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan publik. Hal ini sejalan
dengan pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menyatakan bahwa asas-
asas umum penyelenggaraan negara meliputi kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan
negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas dan profesionalitas serta
akuntabilitas. Selain itu, penyusunan Indikator Kinerja Utama merupakan upaya untuk
menunjukan arah dan dimensi kebijakan sistem akuntabilitas di lingkungan Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Selatan khususnya dalam penyelenggaraan pemerintah di bidang pengawasan.
Untuk dapat mengukur tingkat keberhasilan Instansi Pemerintah dalam merealisasikan
semua Visi dan Misi yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dapat kita lihat dengan Indikator Kinerja. Dengan Indikator Kinerja kita dapat
mengetahui sejauh mana anggaran yang telah direalisasikan dalam DPA telah mencapai sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan, dan sudah barang tentu memberikan sesuatu yang bermanfaat
bagi masyarakat yang kita sebut outcome.
Berdasarkan hal tersebut, lingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan sebagai
Instansi Pembina Aparat Pengawasan Intern Pemerintah juga menetapkan suatu Indikator
Kinerja Utama yang mengacu pada fungsi dari Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan
sebagai Instansi yang memiliki tugas dalam bidang pengawasan.
Oleh karena itu, diharapkan Indikator Kinerja Utama dapat memberikan informasi kinerja
yang penting dan diperlukan dalam penyelenggaraan manajemen kinerja secara baik disamping
juga sebagai dokumen tolak ukur kinerja utama serta menunjukan target yang harus dicapai
berdasarkan menunjukan target yang harus dicapai berdasarkan tolak ukur yang ditetapkan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang
diajukan adalah :

1. Bagaimana implementasi Indikator Kinerja Utama (IKU) di Perwakilan BPKP Provinsi


Sulawesi Selatan?
2. Siapa yang bertanggung jawab atas pencapaian setiap indicator pada Indikator Kinerja
Utama (IKU) Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan?
3. Langkah apa yang telah dilakukan untuk mencapai Indikator Kinerja Utama (IKU) di
Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menganalisis implementasi Indikator Kinerja Utama (IKU) di Perwakilan BPKP Provinsi


Sulawesi Selatan
2. Menganalisis pihak yang bertanggung jawab untuk setiap indicator pada IKU Perwakilan
BPKP Provinsi Sulawesi Selatan
3. Menganalisis langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mencapai Indikator Kinerja
Utama (IKU) di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Indikator Kinerja Utama
Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta untuk lebih meningkatkan
akuntabilitas kinerja, instansi pemerintah perlu menetapkan indikator kinerja utama, berdasarkan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2007
disebut bahwa yang dimaksud dengan Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators)
adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi.
Indikator Kinerja Utama ini terkandung dalam tujuan dan sasaran strategis instansi
pemerintah. Selain itu Indikator Kinerja Utama dari juga merupakan hal utama yang akan
diwujudkan oleh instansi yang bersangkutan, atau untuk mewujudkan untuk apa instansi
pemerintah tersebut dibentuk, yang menjadi core area/business area dan tertuang dalam tugas
dan fungsi serta kewenangan utama instansi pemerintah.

Indikator kinerja utama digunakan instansi pemerintah untuk :


a. Perencanaan Jangka Menengah
b. Perencanaan Tahunan
c. Penyusunan dokumen penetapan kinerja
d. Pelaporan akuntabilitas kinerja
e. Evaluasi kinerja instansi pemerintah
f. Pemantauan dan penegendalian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan.

B. Visi, Misi dan Tujuan


1. Visi
Visi adalah gambaran yang ingin dicapai secara optimal dalam penyelenggaraan Tugas Pokok
dan Fungsi-nya. Untuk melaksanakan amanah tersebut dan dengan mempertimbangkan capaian
kegiatan pengawasan periode sebelumnya, potensi dan permasalahan, serta aspirasi masyarakat,
maka untuk periode 2020-2024 BPKP mengusung visi berupa:
“Menjadi Auditor Internal Pemerintah Berkelas Dunia dan Trusted Advisor Pemerintah untuk
Meningkatkan Good Governance Sektor Publik dalam rangka Mewujudkan Visi Misi Presiden
dan Wakil Presiden Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-Royong”.
2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, BPKP melaksanakan Misi Presiden dan Wakil Presiden untuk
menegakkan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya, mengelola
pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya, dan mensinergikan pemerintah daerah dalam
kerangka negara kesatuan, dengan:
o Misi I: Melaksanakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
dan Pembangunan Nasional; dan
o Misi II: Membangun Sumber Daya Pengawasan yang Berkualitas.
3. Tujuan
Tujuan merupakan pengejawantahan visi dan misi yang telah ditetapkan serta berorientasi pada
operasionalisasi visi dan misi. Tujuan merupakan penjabaran atau impelementasi dari pernyataan
misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun.
Untuk menyelenggarakan dua misi tersebut, maka ditetapkan tujuan untuk masing-masing misi
tersebut, yaitu kondisi yang ingin dicapai oleh BPKP pada tahun 2024 yaitu:
o Tujuan Strategis I: Terwujudnya Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan Nasional;
o Tujuan Strategis II: Terwujudnya Tata Kelola Pengawasan yang Unggul, Akuntabel dan
Sehat.

BAB III
PEMBAHASAN

Sasaran program yang termuat dalam Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan
periode 2020-2024 sebanyak 6 (enam) program dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebanyak
15 (lima belas) yaitu sebagai berikut : Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan memberikan
dukungan atas pencapaian Program 01 dan 06 melalui dukungan pencapaian 6 (enam) sasaran
kegiatan dengan Indikator Kinerja Utama/Kegiatan sebagai berikut:

Tabel 1 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Utama (IKU)

Sasaran Kegiatan/
Sifat Target
No Indikator Kinerja Utama Satuan
Target 2020 2021 2022 2023 2024
I Meningkatnya Pengawasan
Pembangunan atas
Akuntabilitas Keuangan
Negara/ Daerah
1.1 Nilai optimalisasi penerimaan Rp Tidak 158 530 758 758 758
negara/daerah yang (Juta) Kumulatif
terealisasi
1.2 Potensi Penerimaan Rp Tidak 316 884 1.263 1.263 1.263
Negara/Daerah yang (Juta) Kumulatif
Dioptimalisasi
1.3 Nilai Efisiensi Pengeluaran Negara Rp Tidak 1.123 186.779 154.487 136.270 112.930
dan Daerah (Juta) Kumulatif
1.4 Nilai penyelamatan Rp Tidak 27.124 40.679 49.715 56.500 51.982
keuangan Negara (Juta) Kumulatif
1.5 Nilai Penyelamatan Rp Tidak - 118 120 122 125
Pengelolaan Dana Transfer (Juta) Kumulatif
1.6 Nilai Penyelamatan Rp Tidak - 59 60 61 62
Pembiayaan Daerah (Juta) Kumulatif
II. Meningkatnya Pengawasan
Pembangunan atas
Pembangunan Nasional
2.1 Jumlah PP yang tercapai sesuai Program Tidak 1 5 1 1 1
target Prioritas Kumulatif
2.2 Jumlah KP yang diawasi Kegiatan Tidak 9 7 7 7 7
Prioritas Kumulatif
2.3 Jumlah KP yang tercapai sesuai Kegiatan Tidak 13 13 13 13 14
target Prioritas Kumulatif
2.4 Jumlah PPS yang tercapai sesuai Program Tidak 4 3 3 3 3
target Kumulatif
2.5 Jumlah PSN yang tercapai sesuai Program Tidak - 1 1 1 1
target Kumulatif
2.6 Jumlah Program Lintas Sektoral Program Tidak - 1 1 1 1
Pembangunan Daerah yang Kumulatif
Tercapai Sesuai Target
2.7 Persentase Desa yang Diaudit Persen Tidak - 16,67% 25% 29,17% 33%
Kinerja dengan Hasil Baik Kumulatif
2.8 Persentase hambatan pelaksanaan Persen Tidak 75% 80% 85% 85% 85%
pembangunan yang diselesaikan Kumulatif
III. Meningkatnya Pengawasan
Pembangunan atas Badan
Usaha
3.1 Jumlah BUMN dengan pengelolaan BUMN Kumulatif - - - - 1
korporasinya baik
3.2 Jumlah BUMD dengan BUMD Kumulatif - - - 2 3
pengelolaan korporasinya baik
3.3 Jumlah BUMD dengan kinerja BUMD Tidak 9 10 10 11 11
sehat Kumulatif
3.4 Jumlah BLUD dengan kinerja BLUD Tidak - 4 4 4 4
sehat Kumulatif
3.5 Jumlah BUMDes yang mampu BUMDes Kumulatif - 45 55 69 77
menyusun laporan
IV Meningkatnya Pengawasan
Pembangunan atas Efektivitas
Pengendalian Korupsi

4.1 Persentase hasil pengawasan Persen Tidak 100% 100% 100% 100% 100%
represif yang dimanfaatkan/ Kumulatif
ditindaklanjuti
4.2 Persentase hasil Pengawasan Persen Kumulatif 70% 75% 80% 85% 90%
preventif dan edukatif yang
dimanfaatkan/ ditindaklanjuti
4.3 Jumlah Pemda dengan Pemda Tidak - - 2 3 4
efektivitas pengendalian korupsi Kumulatif
Baik
4.4 Jumlah badan usaha dengan BUMD Tidak - - 2 1 2
efektivitas pengendalian korupsi Kumulatif
baik

V Meningkatnya Pengawasan
Pembangunan atas
Kualitas Pengendalian Intern
K/L/P/BU
5.1 Jumlah APIP K/L/Pemda dengan APIP Kumulatif 12 14 17 19 21
Kapabilitas APIP
≥ Level 3
5.2 Jumlah K/L/Pemda K/L/ Kumulatif 16 18 19 20 21
dengan Maturitas SPIP ≥ Level 3 Pemda
5.3 Jumlah Pemda Provinsi dengan K/L/ Kumulatif - - - 1 1
MRI ≥ Level 3 Pemda
5.4 Jumlah Pemda Kab/Kota dengan Pemkab Kumulatif 1 2 3 4 9
MRI ≥ Level 3 /Kota
5.5 Persentase jumlah pemda yang Persen Kumulatif 0,00% 0,18% 0,37% 1,48% 2,40%
akuntabel dalam pengelolaan
keuangan dan kinerja daerah
5.6 Tersedianya Rekomendasi Reko- Kumulatif 1 1 1 1 1
Strategis (Policy Brief) kepada mendasi
Provinsi/Kabupaten/Kota
5.7 Persentase Jumlah desa yang Persen Kumulatif 35% 40,01% 45,02% 50,02% 54,98%
Menyusun laporan
Pertanggungjawaban
Keuangan Desa
5.8 Jumlah desa yang menerapkan Desa Kumulatif - 45 111 246 506
pengelolaan aset desa secara
memadai
5.9 Jumlah APIP yang APIP Kumulatif 1 5 8 10 12
Mengimplementasikan
Siswaskeudes
5.10 Jumlah BUMN dengan MRI ≥ Level BUMN Kumulatif - - 1 2 4
3

5.11 Jumlah BUMD dengan MRI ≥ Level BUMD Kumulatif - - - 2 2


3

5.12 Jumlah BLUD dengan MRI ≥ Level BLUD Kumulatif - 3 6 8 11


3

5.13 Jumlah BUMD dengan BUMD Kumulatif - - - 2 3


Kapabilitas Satuan
Pengawasan Intern ≥ Level 3
VI Meningkatnya Tata
Kelola Unit Kerja

6.1 Nilai Skor Zona Integritas Unit Skor Tidak 75 76 77 78 79


Kerja Skala Kumulatif

100

6.2 Persentase Pegawai yang Persen Tidak 100% 100% 100% 100% 100%

mengikuti peningkatan Kompetensi Kumulatif

6.3 Persentase administrasi SDM Persen Tidak 100% 100% 100% 100% 100%

yang diselesaikan tepat waktu Kumulatif

6.4 Persentase Penyusunan RKA Tepat Persen Tidak 100% 100% 100% 100% 100%

Waktu Unit Kerja Kumulatif

6.5 Skor IKPA Unit Kerja (khusus Skor Tidak 86 87 88 89 90


Unit Kerja Mandiri) Skala Kumulatif

100

6.6 Persentase SPM yang terbit tepat Persen Tidak 90 91 92 93 95

waktu Kumulatif

6.7 Persentase Penyusunan Laporan Persen Tidak 1 1 1 1 1

Keuangan sesuai SAP (khusus Kumulatif


Unit Kerja Mandiri)

6.8 Nilai Pengelolaan BMN Predikat Tidak Baik Baik Baik Baik Baik
Unit Kerja (khusus Unit Kerja Pengelo- Kumulatif

Mandiri) laan

6.9 Nilai SAKIP Unit Kerja Skor Tidak 80 81 82 83 84


Skala Kumulatif

100

6.10 Maturitas SPIP Unit Kerja Persen Tidak Level 3 Level 3 Level 3 Level 3 Level 3
Kumulatif

6.11 Indeks MR Unit Kerja Level Tidak - Level 3 Level 3 Level 3 Level 3

1-5 Kumulatif

6.12 Indeks Kualitas Layanan Indeks Tidak 70 76 80 81 82


Ketatausahaan Unit Kerja Skala Kumulatif

100

6.13 Indeks Kepuasan Layanan Indeks Tidak 70 73 76 80 81


Unit Kerja (khusus Unit Skala Kumulatif

Kerja Perwakilan) 100

3.1. Analisis Indikator Kinerja Utama


a. IKU 1-1: Nilai Optimalisasi Penerimaan Negara/Daerah yang Terealisasi
IKU “Nilai optimalisasi penerimaan negara/daerah yang terealisasi” dihitung berdasarkan
hasil kegiatan pengawasan yang telah dilaksanakan BPKP, meliputi evaluasi optimalisasi
pendapatan asli daerah dan bimbingan teknis optimalisasi PAD, penerimaan pajak daerah,
retribusi daerah, pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan lain lain PAD yang sah.
Nilai optimalisasi penerimaan negara/daerah yang terealisasi diukur dengan menghitung
jumlah kurang bayar atas penerimaan negara/daerah yang sudah disetor/ditetapkan.
 Pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian indikator ini adalah Deputi Bidang
Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Deputi
Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
 Upaya-upaya penting yang telah dilakukan dalam tahun 2021 untuk mendukung
pencapaian kinerja tersebut, antara lain:
1) Evaluasi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2020 dan Triwulan I Tahun
2021.
Evaluasi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah dilakukan pada Kota Makassar dan
Kabupaten Maros. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendorong peningkatan kinerja
PAD dan mendorong potensi serta penerimaan pajak dan retribusi daerah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2) Bimbingan Teknis Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah
Kabupaten Bone
Tujuan pengawasan ini adalah untuk mendorong peningkatan kinerja Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan potensi penerimaan pajak/retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Dari kedua kegiatan yang dilakukan tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan
telah mengeluarkan rekomendasi sebagai berikut:
1) Melakukan identifikasi risiko, penilaian dan mitigasi risiko atas kegiatan-kegiatan yang
mendukung pencapaian optimalisasi PAD;
2) Melakukan perbaikan tata kelola pajak dan retribusi daerah;
3) Mengoptimalkan tata kelola penetapan dan pemungutan pajak dan retribusi.

b. IKU 1-2: Nilai Potensi Penerimaan Negara/Daerah yang Dioptimalisasi


IKK “Nilai Potensi Penerimaan Negara/Daerah yang dioptimalisasi” adalah potensi
penerimaan negara/daerah yang diidentifikasi dapat menambah target penerimaan
negara/daerah yang ditetapkan K/L/D berdasarkan kegiatan pengawasan BPKP. Potensi
Penerimaan daerah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku meliputi pajak daerah,
retribusi daerah, pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan lain lain PAD yang sah.

 Pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian indikator ini adalah Deputi Bidang
Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Deputi
Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
 Upaya-upaya penting yang telah dilakukan dalam tahun 2020 untuk mendukung
pencapaian kinerja tersebut, antara lain:
1) Evaluasi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2020 dan Triwulan I Tahun
2021
Evaluasi Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah dilakukan pada Kota Makassar dan
Kabupaten Maros. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendorong peningkatan kinerja
PAD dan mendorong potensi serta penerimaan pajak dan retribusi daerah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2) Bimbingan Teknis Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah
Kabupaten Bone
Tujuan pengawasan ini adalah untuk mendorong peningkatan kinerja Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan potensi penerimaan pajak/retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Rincian penerimaan daerah yang dioptimalisasi dari 3
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

Dari kedua kegiatan yang dilakukan tersebut. Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi
Selatan telah mengeluarkan rekomendasi sebagai berikut:
a) Melakukan identifikasi risiko, penilaian dan mitigasi risiko atas kegiatan-kegiatan
yang mendukung pencapaian optimalisasi PAD;
b) Melakukan perbaikan tata kelola pajak dan retribusi daerah;
c) Mengoptimalkan tata kelola penetapan dan pemungutan pajak dan retribusi.

c. IKU 1-3: Nilai Efisiensi Pengeluaran Negara dan Daerah


IKK “Nilai efisiensi pengeluaran negara dan daerah” adalah nilai yang menunjukkan
besarnya pengurangan / pengalihan nilai pengeluaran yang direncanakan (belum
direalisasi) yang tidak tepat berdasarkan kegiatan pengawasan BPKP. Nilai efisiensi
pengeluaran negara dan daerah diukur dengan menghitung:
1. Nilai anggaran/rencana belanja yang berpotensi menjadi lebih efektif dan efisien
dikarenakan:
a) dialihkan ke proyek/kegiatan/program yang lebih berdampak atau lebih hemat;
b) rincian atau metodologi kegiatan diperbaiki sehingga lebih berdampak atau lebih
hemat;
c) ukuran/indikator keberhasilan diperbaiki sehingga lebih terukur dan berorientasi hasil.
2. Nilai rupiah yang dapat dihemat melalui hasil pengawasan BPKP yang bersifat non-
investigatif seperti audit claim/verifikasi tagihan, koreksi cost-recovery, audit
penyesuaian harga, audit cost-saving, dsb.

 Pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian indikator ini adalah Deputi Bidang
Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah, Deputi Bidang Investigasi,
Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Hukum,
Keamanan, Pembangunan Manusia, dan Kebudayaan
 Aktivitas-aktivitas pengawasan penting yang dilakukan untuk mendukung pencapaian
target “Nilai efisiensi pengeluaran negara dan daerah” antara lain:
1) Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran APBD pada Pemerintah Daerah di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2021
Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan melakukan pengawasan terhadap
Perencanaan dan Penganggaran APBD di Provinsi Sulawesi Selatan dalam bentuk
evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai sekaligus memberikan saran perbaikan
atas keselarasan perencanaan program, kegiatan, dan anggaran termasuk tingkat
efektivitas serta efisiensinya.
2) Melakukan asistensi penghitungan kembali nilai kontrak Consultant
Management4health GmbH-RRP International Hospitas Planners Pte LTD-Project
Hospital Hasanuddin University Makassar pada Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
tahun anggaran 2021
3) Reviu atas dokumen perencanaan pengadaan renovasi rumah dinas Balai Harta
Peninggalan dan Kurator di Makassar TA 2021
4) Reviu dokumen perencanaan pembangunan menara pusat kuliner dan cinderamata
pembangunan revitalisasi kawasan Islamic Centre dan pembangunan kawasan arena
Road Race Kota Palopo Tahun 2021.
5) Reviu Pekerjaan Infrastruktur pada Dinas PUPR Provinsi Sulawesi Selatan yang
dibiayai Pinjaman PEN Daerah Tahun Anggaran 2020
6) Reviu Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Daerah yang bersumber dari Pinjaman
Tahun Anggaran 2020 dan 2021 pada Kabupaten Sinjai
7) Reviu kegiatan SPAM dilakukan pada 8 (delapan) Instalasi Kota Kecamatan/IKK
di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Jeneponto, Barru, Soppeng, Bone, Tana
Toraja (2 IKK), Enrekang dan Luwu Utara (pasca bencana). Evaluasi ini bertujuan
untuk memberikan keyakinan terbatas atas kewajaran nilai kontrak Pembangunan
SPAM.

d. IKU 1-4: Nilai Penyelamatan Keuangan Negara dan Daerah


IKK “Nilai penyelamatan keuangan Negara dan Daerah” adalah nilai yang menunjukkan
besarnya jumlah temuan pengembalian ke kas negara atas belanja yang sudah
direalisasikan dan/atau pemulihan hak negara atas aset negara. Nilai penyelamatan
keuangan Negara dan Daerah diukur dengan menghitung nilai belanja yang dikembalikan
ke kas negara termasuk denda yang dikenakan dari hasil pengawasan BPKP dan nilai aset
yang dipulihkan.
 Pihak yang bertanggung jawab atas pencapaian indikator ini adalah Deputi Bidang
Investigasi.
 Aktivitas-aktivitas pengawasan penting yang mendukung pencapaian target “Nilai
penyelamatan keuangan negara dan daerah” antara lain:

1. Audit atas Laporan Keuangan


Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan melakukan Pengawasan atas Proyek
yang dibiayai oleh Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri dalam bentuk Audit
Dukungan Laporan Keuangan. Audit ini bertujuan untuk melakukan penilaian
terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan proyek, efektivitas sistem
pengendalian intern proyek, dan serta ketaatan terhadap ketentuan proyek yang
dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Program/Project Implementation Unit.
2. Audit Lainnya (Kinerja dan Operasional)
Pengawasan dalam bentuk Audit Lainnya berupa Audit Kinerja atas Program
Pengembangan Infrastruktur dan Pemulihan Ekonomi Nasional/PEN dalam
rangka Penanganan Dampak Covid-19.Audit ini bertujuan untuk melakukan
menilai keberhasilan pelaksanaan atau penyelenggaraan Program PISEW dan
PEN Pariwisata dalam rangka penanganan Covid-19.
3. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara di Wilayah Sulawesi Selatan
Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan melakukan pengawasan berupa
Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara yang dilakukan untuk memenuhi
permintaan Penyidik / Aparat Penegak Hukum di Provinsi Sulawesi Selatan.
Audit ini bertujuan untuk menyatakan pendapat mengenai nilai kerugian
keuangan negara yang diakibatkan oleh penyimpangan dari hasil penyidikan dan
digunakan untuk mendukung tindakan litigasi.
4. Reviu Program
Pengawasan lainnya yang dilakukan berupa :
a. Reviu pelaksanaan Program Dana Cadangan Pemerintah yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan terbatas terhadap kesesuaian jumlah yang diusulkan atas
Penggunaan Dana CBP untuk Pelaksanaan KPSH BM oleh Perum Bulog kepada
Pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian
Perdagangan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
b. Reviu Pelaksanaan Hibah Air Minum Perdesaan yang bertujuan untuk menilai
akurasi dan kehandalan informasi yang disajikan dalam laporan verifikasi
pelaksanaan Hibah Air Minum Perdesaan sebagai rekomendasi pencairan dan
hibah dari Pemerintah Pusat (Kementerian Keuangan) kepada Pemerintah Daerah.
5. Reviu atas Pertanggungjawaban Keuangan Penyelenggaraan Pemilu
Pengawasan yang dilakukan atas Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana
Hibah Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota atau Bupati dan Wakil Bupati
pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan dalam bentuk reviu.
Reviu ini bertujuan untuk kinan terbatas bahwa terhadap prosedur pengelolaan
dan pertanggungjawaban dana hibah yang dilakukan oleh fungsi kesekretariatan
KPU satuan kerja KPU Kabupaten/Kota telah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, pengelolaan dan pertanggungjawaban dana hibah Pemilihan
Walikota
6. Reviu dokumen pengadaan Barang dan Jasa
Reviu dokumen pengadaan barang dan jasa dilakukan atas Pengadaan Barang dan
Jasa pada Politeknik Negeri Ujung Pandang Tahun Anggaran 2020. Penugasan ini
bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa pengadaan barang/jasa
pada Politeknik Negeri Ujung Pandang Tahun Anggaran 2020 telah dilaksanakan
secara memadai, efektif dan efisien serta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
e. IKK 2-1 : Jumlah PSN yang Tercapai Sesuai Target
f.

Anda mungkin juga menyukai