2013
BAB I
PENDAHULUAN
Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang
memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintahan daerah maupun yg ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
Renja SKPD merupakan sebuah dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan
untuk mengarahkan program dan kegiatan pelayanan SKPD khususnya, dan
pembangunan daerah pada umumnya. Renja SKPD memiliki fungsi yang sangat
fundamental dalam sistem perencanaan daerah, karena Renja SKPD merupakan produk
perencanaan pada unit organisasi pemerintah terendah dan terkecil. Renja SKPD
berhubungan langsung dengan pelayanan pada masyarakat yang merupakan tujuan
utama penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kualitas penyusunan Renja SKPD
sangatlah menentukan pada kualitas pelayanan ada publik. Proses penyusunan Renja
SKPD dimulai dengan persiapan penyusunan Renja SKPD dengan mengumpulkan
pengolahan data dan informasi. Menganalis gambaran pelayanan SKPD untuk
menentukan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD sehingga
perumusan tujuan dan sasaran yang dihasilkan berdasarkan review hasil evaluasi renja
SKPD tahun lalu berdasarkan Renstra SKPD yang didasarkan pada penalaahan
rancangan awal RKPD. Selanjutnya menjadi perumusan kegiatan prioritas yang juga
didasarkan kepada penelaahan usulan kegiatan masyarakat.
a. Berpedoman pada Renstra SKPD dan mengacu pada rancangan awal RKPD;
b. Rumusan program/kegiatan di dalam renja SKPD didasarkan atas pertimbangan
urutan urusan pelayanan wajib/pilihan pemerintahan daerah yang memerlukan
prioritas penanganan dan mempertimbangkan pagu indikatif masing-masing SKPD;
c. Penyusunan Renja SKPD bukan kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
angkaian kegiatan yang simultan dengan penyusunan RKPD, serta merupakan
bagian dari rangkaian kegiatan penyusunan APBD;
d. Rumusan program/kegiatan di dalam renja SKPD didasarkan atas pertimbangan
urutan urusan pelayanan wajib/pilihan pemerintahan daerah yang memerlukan
prioritas penanganan dan mempertimbangkan pagu indikatif masing-masing SKPD;
e. Program dan kegiatan yang direncanakan memuat tolok ukur dan target capaian
kinerja, keluaran, biaya satuan per keluaran, total kebutuhan dana, baik untuk tahun
n dan tahun n+1.
Keterkaitan Renja SKPD dengan dokumen RKPD dan Renstra SKPD merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena didalam Renja SKPD merupakan
penjabaran dan adanya hubungan keselarasan dengan dokumen daerah yang ada di
atasnya seperti RPJMD, Renstra SKPD dan RKPD. Renja SKPD merupakan masukan
utama bagi penyusunan RKP, Renstra SKPD, dan RPJMD, bagi RKA SKPD, KUA, PPAS,
dan RAPBD.
Dasar Hukum penyusunan Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan
Tahun 2013 adalah :
1. Undang-undang No.26 Tahun 2002 tentang pemekaran 14 Kabupaten di Provinsi
Papua
2. Undang-undang No 21 tahun 2004 tentang otonomi khusus Provinsi Papua
3. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1 tentang : hak untuk hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat
dan hak mendpatkan pelayanan kesehatan.
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
8. Peraturan Pemerintah republic Indonesai Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tatacara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah
9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009
10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 310);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 517);
13. Kepmenkes RI No. 004/Menkes/VIII/2003 tentang Indonesia Sehat 2010 & Pedoman
Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kab/Kota Sehat
14. Kepmenkes RI Nomor : 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
15. Kepmenkes RI No. HK.03.01/160/1/2010 tentang Renstra Kementrian Kesehatan
tahun 2010-2014
16. Peraturan Gubernur ………………………………………………………………………(cari ya…..)
17. Peraturan Bupati Sorong Selatan Nomor 4 Tahun 2006 tentang RPJMD Kabupaten
Sorong Selatan Tahun 2006-2011
a. Maksud
Maksud disusunnya Renja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2015
adalah untuk melaksanakan dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah
periode 1 (satu) tahun kerja serta menggambarkan capaian kinerja yang dapat
ditransformasikan ke dalam Renja SKPD dan Rencana Kerja Anggaran SKPD.
b. Tujuan
2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Program Renstra SKPD
Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan adalah penjabaran perencanaan
tahunan dan Rencana Strategis Dinas Kesehatan tersebut. Tercapai tidaknya pelaksanaan
kegiatan – kegiatan atau program yang telah disusun dapat dilihat berdasarkan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. Akuntabilitas merupakan suatu bentuk perwujudan kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Terkait dengan hal tersebut Rencana
Kerja (RENJA) Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan ini menyajikan dasar pengukuran
kinerja kegiatan dan Pengukuran Kinerja Sasaran dari hasil apa yang telah diraih atau
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan selama tahun 2013 dan perkiraan
target tahun 2014. Pengukuran kinerja kegiatan dan Pengukuran Kinerja Sasaran melalui tahapan
sebagai berikut :
A. Penetapan Indikator Kinerja
Penetapan indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator
Kinerja Kegiatan meliputi indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil
(outcomes), manfaat
(benefits) dan dampak (impacts). Indikator-indikator tersebut dapat berupa dana, sumber
daya manusia, laporan, buku dan indicator lainnya. Penetapan indikator kinerja ini diikuti
dengan penetapan besaran indikator kinerja untuk masing-masing jenis indikator yang
telah ditetapkan.
B. Capaian Analisis Kinerja
Analisis kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan dapat diukur dengan
Monitoring dan evaluasi kinerja Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator
kinerja kegiatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini
Tabel 2.1
Tabel 2.3
Rancangan Awal RKPD Hasil Analisis Kebutuhan
Tabel 2.4
No Program/Kegiatan Lokasi Indikator Kinerja Besaran/ Volume Catatan
-1 -2 -3 -4 -5 -6
kiraan pencapai
Untuk tahun berjalan yakni Anggaran tahun 2014 dengan usulan sebesar Rp. 27.347.511.001,-
terurai dalam 14 program dan 63 kegiatan, diharapkan keberhasilan kinerja mencapai 100 % atau
minimal sama dengan tahun 2011, baik realisasi keuangan maupun realisasi fisik.Berdasarkan
hasil yang diperoleh melalui penilaian kinerja terhadap program maupun kegiatan yang telah
dilaksanakan pada tahun 2011 serta perkiraan capaian program dan kegiatan tahun 2012, dalam
menjalankan kegiatannya, Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan masih menghadapi
hambatan/kendala yang meliputi :
a. Organisasi
Belum fokusnya kinerja utama yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan sehingga
kemungkinan dalam mengawal visi dan misi Dinas Kesehatan menjadi bias dan
belum sinkronnya antara perencanaan dan penganggaran.
b. Sumber Daya Kesehatan
Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan Sumber Daya Manusia (SDM)
masih kurang memadai karena banyak di puskesmas ,pustu dan poskesdes
kekurangan tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan sehingga masyarakat kurang
terlayani dengan baik.
c. Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan Untuk sarana kerja dan perlengkapan
masih belum memenuhi kebutuhan puskesmas,Pustu dan Poskesdes terutama Alat
kesehatan, kendaraan bermotor, listrik dan air bersih (sumur) untuk mendukung
kebutuhan dalam pelaksanaan tugas dilingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten
Sorong Selatan.
d. Anggaran
Terbatasnya anggaran sehingga masih banyak kegiatan yang tidak terakomodir.
e. Data Kinerja dan Koordinasi Antar Bidang, Puskesmas , pustu dan poskesdes. Belum
terbangunnya sistem pengumpulan data kinerja yang akurat dan koordinasi antar
Bidang, Puskesmas , pustu dan poskesdes yang masih mengalami hambatan sehingga
diperlukan peraturan yang tegas untuk mengatasi hal tersebut.
Dari permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan tugas tersebut, kedepan akan
dilakukan perbaikan melalui peningkatan dan pengembangan aparatur di lingkungan
Dinas Kesehatan melalui pendidikan kader, fungsional maupun teknis dan
penambahan pegawai. Membangun sistim pengumpulan data kinerja dengan baik dan
selalu melakukan koordinasi dengan seluruh SKPD dengan peraturan mengatur
mengenai koordinasi yang tegas demi terciptanya perencanaan yang akurat dan
uptodate demi terciptanya pembangunan yang berdasarkan aspirasi dari masyarakat
dan pemangku kepentingan. Berdasarkan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten
Sorong Selatan 2009 - 2013 dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan maka strategi yang diterapkan adalah : “Kemandirian Masyarakat untuk
Hidup Sehat Menuju Kabupaten Sorong Selatan Sehat”. Kebijakan yang ditempuh
untuk mencapai tujuan organisasi adalah : “Menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan, Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
Memelihara dam meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau, dan Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, Keluarga dan
masyarakat beserta lingkungan”.
2.2. ANALISIS KINERJA PELAYANAN SKPD
Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan Berdasarkan Peraturan Bupati
Sorong Selatan Nomor 54 tahun 2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan, tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong
Selatan adalah sebagai berikut :
a. KEPALA BADAN
b. SEKRETARIAT terdiri dari :
1. Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian Program
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan
c. Bidang terdiri dari :
1. BIDANG PELAYANAN KESEHATAN terdiri dari :
1.1. SEKSI PELAYANAN DASAR DAN RUMAH SAKIT
1.2. SEKSI PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA
1.3. SEKSI KEFARMASIAN
2. BIDANG KESEHATAN KELUARAGA terdiri dari :
2.1. SEKSI PROMOSI KESEHATAN
2.2. SEKSI GIZI
2.3. SEKSI KIA DAN KB
3. BIDANG PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
terdiri dari :
3.1. SEKSI PENCEGAHAN DAN PENGAMATAN PENYAKIT
3.2. SEKSI PEMBERANTASAN PENYAKIT
3.3. SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan
didukung oleh 398 (tiga ratus sembilan puluh delapan) orang Pegawai, terdiri dari 348 (tiga ratus
empat puluh delapan) orang Pegawai Negeri Sipil, 25 (dua puluh lima) Pegawai tidak tetap
(PTT), 25 (Dua puluh lima ) orang Pegawai Honorer. Jika dilihat dari tingkat pendidikan maka
Pegawai Negeri Sipil Dinas Kesehatan terdiri dari 2 (dua) orang berpendidikan Magister (S2), 36
(Tiga puluh enam) orang berpendidikan Sarjana (S1), 190 (seratus sembilan puluh)
berpendidikan Diploma (D3), 116 (seratus enam belas) orang SLTA dan 4 (empat) orang SMP.
Secara Struktural Jabatan/Eselonisasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah maka Jabatan Eselon II/b 1 (satu) orang, Eselon III/a
1 (satu) orang, Eselon III/b sebanyak 3 (tiga) orang, dan Eselon IV/a sebanyak 12 (dua belas)
orang.
Berdasarkan Peraturan Bupati Sorong Selatan Nomor 54 tahun 2011 tentang Rincian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan, tugas dan fungsi
Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan adalah sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kesehatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan.
KABUPATEN SORONG SELATAN
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR :
2.3. Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
a. Isu Internal
1). Tugas Pokok dan Fungsi
Secara umum terjadi penurunan angka kesakitan, namun penularan infeksi
penyakit menular utamanya ATM (AIDS/HIV, TBC, dan Malaria) masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang menonjol dan perlu upaya keras untuk dapat
mencapai target MDG’s. Selain itu, terdapat beberapa penyakit seperti penyakit
Filariasis, Kusta, Frambusia cenderung meningkat
kembali. Disamping itu,terjadi peningkatan penyakit tidak menular yang berkontribusi
besar terhadap kesakitan dan kematian, utamanya pada penduduk perkotaan. Target
cakupan imunisasi belum tercapai, perlu peningkatan upaya preventif dan promotif
seiring dengan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Akibat dari cakupan Universal Child Imunization (UCI) yang belum tercapai akan
berpotensi timbulnya kasus-kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) di beberapa kecamatan risiko tinggi yang selanjutnya dapat mengakibatkan
munculnya wabah. Untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I perlu
upaya imunisasi dengan cakupan yang tinggi dan merata.
b. Isu Eksternal
1). Globalisasi
Dalam konteks eksternal, perubahan dan tantangan strategis yang terjadi adalah
berlangsungnya era globalisasi, perkembangan teknologi, transportasi, dan telekomunikasi-
informasi yang mengarah pada terbentuknya dunia tanpa batas. Globalisasi yang ditandai oleh
meningkatnya persaingan bebas, mengharuskan setiap komponen bangsa meningkatkan daya
saing. Sejalan dengan itu demokratisasi, hak asasi manusia dan pelestarian lingkungan hidup
telah menjadi tuntutan dunia yang semakin mendesak. Keterikatan Indonesia dengan berbagai
komitmen internasional seperti Millennium Development Goals, Sustainable Development
Principles, World Fit for Children dan agenda agenda internasional lainnya di bidang kesehatan,
perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan dan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Pada Pertemuan UNSG tentang Inisiatif Global dalam Strategi Kesehatan Ibu dan Anak (UNSG
Initiative on Global Strategy for Women’s and Children Health /MDGS 4 dan 5), disampaikan
statement tentang inisiatif untuk mobilisasi upaya dan kerjasama internasional untuk mencapai
Target MDGs 4 dan 5 yang mencakup :
(1) menjamin pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih secara universal pada
tahun 2015 dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dari 228 pada tahun 2007
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015,
(2) pada tahun 2011 pemerintah menjamin setidaknya 1,5 juta kelahiran ibu melahirkan
dari keluarga miskin dijamin oleh pemerintah,
(3) meningkatkan anggaran kesehatan sebesar $ 556 juta pada tahun 2011 dibandingkan
tahun 2010 untuk meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dan kualitas pelayanan
kesehatan di 552 rumah sakit, 8.898 puskesmas, dan 52.000 pos kesehatan
desa/polindes. Komitmen Indonesia ini telah merupakan bagian dari The Global
Strategy for Womens and Children’s Health yang diluncurkan oleh Sekretaris Jendral
PBB Ban Ki-moon sebagai upaya khusus untuk mencapai target MDG 4 dan 5 pada
tahun 2015.
2). Peraturan Perundang-Undangan
Kebijakan di bidang kesehatan telah banyak disusun, baik pada tingkatan strategis,
manajerial maupun teknis seperti Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang merupakan penyesuaian (revisi) dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1992; Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; dan Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Berbagai kebijakan dalam
tingkatan manajerial juga tersedia, seperti Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) Tahun 2005-2025, Rencana
Strategis (Renstra) Departemen Kesehatan 2005-2009, dan telah ditetapkannya Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Kebijakan teknis sebagian besar sudah
tersedia. Namun dirasakan hubungan antar sekuen perencanaan belum berjalan baik,
antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Renstra,
Rencana Kerja Pemerintah Daerah dengan Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan dan
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Dinas Kesehatan, dan juga antara dokumen
kebijakan dengan dokumen perencanaan dan anggaran yang masih harus disinkronkan.
Pada masa yang akan datang berbagai panduan ini perlu disempurnakan seperti sistem
penganggaran yang berbasis kinerja untuk selanjutnya dilengkapi dengan panduan
tentang Kewenangan Wajib serta
implementasi SPM dalam rangka desentralisasi. Sementara itu hokum kesehatan perlu
ditata secara sistematis, serta banyak peraturan yang masih harus dilengkapi. Dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan, maka
masyarakat dan tenaga kesehatan sebagai pengguna dan pemberi pelayanan kesehatan
perlu dilindungi.
Permasalahan Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, telah ditetapkan arah RPJMN Tahap II ialah perlunya
memantapkan penataan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
meningkatkan kualitas Daya Manusia (SDM), membangun kemampuan IPTEK serta
memperkuat daya saing perekonomian. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 dalam tahapan ke–2 (2010–2014),
kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan
masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan
Sumber Daya Manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat,
dan antar daerah.
Dampak Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat peningkatan
(promotif)
dan pencegahan (preventif) masih dirasakan kurang. Meskipun sarana pelayanan
kesehatan dasar milik pemerintah seperti Puskesmas telah terdapat di semua kecamatan
dan ditunjang paling sedikit oleh tiga Puskesmas Pembantu, namun upaya kesehatan
belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Kabupaten Lamandau memang masih
menghadapi permasalahan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
Diperkirakan hanya sekitar 30% penduduk yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas
dan Puskesmas Pembantu. Selanjutnya meskipun
rumah sakit telah di bangun, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan juga
belum dapat berjalan dengan semestinya. Pengalokasian dana bersumber pemerintah
yang dikelola oleh sektor kesehatan sampai saat ini belum begitu efektif. Dana
pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya kuratif dan sementara itu besarnya
dana yang dialokasikan untuk upaya promotif dan preventif sangat terbatas.
Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil untuk mengedepankan upaya kesehatan
masyarakat dan bantuan untuk keluarga miskin. Mobilisasi sumber pembiayaan
kesehatan dari masyarakat masih terbatas serta bersifat perorangan (out of pocket).
Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan masih terbatas. Metoda
pembayaran kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai
sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara
berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan. Demikian pula penerapan teknologi
canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan hidup
akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan yang tidak dapat dihindari.
Tantangan dan Peluang
Lima pendekatan perencanaan yang dipergunakan dalam penyusunan Rencana Kerja
Dinas Kesehatan Untuk penyakit tidak menular, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007 menunjukkan peningkatan kasus dan penyebab kematian, terutama
pada kasus kardiovaskular (hipertensi), diabetes mellitus, dan obesitas. Pembangunan
kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan
perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia),
dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan:
1) Upaya kesehatan,
2) Pembiayaan kesehatan,
3) Sumber daya manusia kesehatan,
4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan,
5) Manajemen dan informasi kesehatan, dan
6) Pemberdayaan masyarakat.
Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi
penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama
lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian
masyarakat serta upaya promotif dan preventif. Pembangunan Nasional harus
berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya
terhadap kesehatan.
2.5 Penelahaan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kabupaten Lamandau akan menampung usulan program dan kegiatan
yang diusulkan para pemangku kepentingan, baik dari kelompok masyarakat terkait
langsung dengan pelayanan, LSM, asosiasi-asosiasi maupun dari Puskesmas, Pustu dan
poskesdes.
BAB III
TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
Sasaran :
Sasaran :
Tujuan 3 :
- Meningkatkan Derajat Kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani
Sasaran :
- Meningkatnya Operasional Puskesmas Rawat Jalan, Puskesmas
Rawat Inap 15 puskesmas
- Meningkatnya Operasional Puskesmas Pembantu 46 Pustu
- Terlaksananya Kontrak Tenaga Bidan 30 orang
- Terlaksananya Insentif Kader Posyandu menjadi 535 orang
- Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun di 122 kampung
- Meningkatnya pelayanan kesehatan lansia 15 distrik
- Terlaksananya pembayaran Insentif Perawat dan Bidan Puskesmas
137 orang
- Terlaksananya Insentif Dokter dan doktergigi PNS/PTT Puskesmas 20
orang
- Meningkatnya Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat menjadi 35
Kampung
- Terlaksananya Usaha Kesehatan Sekolah menjadi 7 sekolah
- Meningkatnya Keterampilan bgi kader Posyandu menjadi 150 orang
- Meningkatnya Pengembangan Sistim informasi Kesehatan menjadi
70%
- Meningkatnya Kualitas Perencanaan, Pengelolaan, Pengawasan dan
evaluasi
Tujuana 4 :
- Meningkatkan Sarana dan Prasarana Kesehatan untuk menunjang
Upaya pelayanan Kesehatan Yang berkualitas dan terjangkau
Sasaran :
- Terlaksananya akreditasi puskesmas Rawat jalan menjadi rawat inap 2
puskesmas
- Terlaksananya pembangunan fasilitas air minum teknologi tepat guna
di 3 distrik
- Terwujudnya pembangunan Puskesmas Pembantu 15 unit
- Terwujudnya Rehab Berat Pustu 9 unit
- Terpenuhinya Meubelair Puskesmas dan puskesmas pembantu
sebanyak 100 buah
- Meningkatnya prasarana Vaksin Puskesmas dan Pustu 24 unit
- Tersedianya kendaraan roda dua 23 unit
- Tersedianya Pengadaan Bahan dan alat Peraga Penyuluhan Kesehatan
14 puskesmas
- Tersedianya Obat-obatan Puskesmas dan jaringannya 100%
- Meningkatnya pengawasan obat dan makanan di 4 distrik
- Tersedianya Peralatan Medis Mikroskop 7 Buah, reagen gimsa
- Terlaksananya pemeliharaan alat kesehatan di 15 puskesmas
- Meningkatnya Pemeliharaan Operasional Kendaraan Dinas Kesehatan
menjadi 24 kali
- Tersedianya solar cell di 15 Puskesmas
- Meningkatnya pengembangan system informasi kesehatan di 15
puskesmas
PENUTUP
Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan dipergunakan sebagai dasar
dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan.
Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2015 harus
dijabarkan lebih lanjut ke dalam RAPBD 2015 dan RKA/DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong
Selatan 2015. Penjabaran dimaksud akan dikoordinasikan dengan Tim Anggaran Pemerintah
Daerah (TAPD) Kabupaten Sorong Selatan.
Renja SKPD dinas Kesehatan menjadi pedoman dan acuan bagi seluruh perangkat
Dinas Kesehatan dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk jangka waktu satu tahun ke
depan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan menjadi penanggungjawab atas
implementasi, pengendalian, dan evaluasi seluruh program dan kegiatan dinas kesehatan
kabupaten sorong selatan akan di lakukan per triwulan dan evaluasi tahunan.
Rencana kerja ini menjadi sangat penting dalam mengaplikasikan berbagai persoalan-
persoalan terkait dengan perencanaan pembangunan bidang kesehatan sebagai wujud nyata
dan tanggungjawab pemerintah dalam mengadopsi berbagai kebutuhan masyarakat yang
mengedepankan perencanaan kesehatan yang berbasis kepada masyarakat dengan keterlibatan
lebih banyak para pelaku-pelaku stakeholder dalam menciptakan pelayanan kesehatan
masyarakat sesuai dengan tuntutan paradigma baru yang pada gilirannya akan mampu
menciptakan kebijaksanaan yang dampaknya merembes kebawah, sehingga keberpihakkan
pada masyarakat kecil benar-benar dikedepankan.
Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2015 ini selayaknya
menjadi tolak ukur dalam suatu system akuntabilitas kinerja Dinas Kesehatan itu sendiri, namun
di lain sisi rencana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan sehingga kinerja Dinas Kesehatan lebih baik untuk masa yang
akan datang. Rencana Kerja ini sangat bergantung pada semangat, dedikasi, ketekunan, kerja
keras, kemampuan dan ketulusan para penyelenggara, serta sangat bergantung pula pada
petunjuk, rahmat, dan perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.