Anda di halaman 1dari 125

MODUL

WORKSHOP PENINGKATAN KUALITAS KADER


PUSKESMAS/PUSKESMAS PEMBANTU
DI DAERAH TERTINGGAL

Pusat Studi Pengembangan Sumber Daya Hayati


Universitas Gadjah Mada

Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia


Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia
2017
MODUL
WORKSHOP PENINGKATAN KUALITAS KADER
PUSKESMAS / PUSKESMAS PEMBANTU
DI DAERAH TERTINGGAL

ISBN : -

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian


atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun
tanpa seijin penulis, editor dan penerbit.

Desain halaman sampul : dr. Aditya Doni Pradana

Dicetak oleh :
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada

iii
KATA PENGANTAR

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk


memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan
investasi dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia untuk
menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Pembangunan kesehatan
khususnya di daerah tertinggal dihadapkan pada beberapa
permasalahan penting, diantaranya adalah minimnya tenaga medis,
sulitnya akses ke fasilitas kesehatan yang tersedia, dll.
Kader merupakan ujung tombak kesehatan masyarakat.
Kader ada dari, oleh dan untuk masyarakat. Kader merupakan mitra
yang paling dekat dan dipercaya masyarakat sebelum tenaga medis
sehingga keberadaan kader berperan penting dalam
menyukseskan pembangunan kesehatan di daerah tertinggal.
Penyusunan modul ini bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas kader kesehatan di puskesmas/puskesmas pembantu
dalam aktivitas pembangunan kesehatan di daerah tertinggal.
Sesuai dengan komitmen Menteri Desa dalam melaksanakan
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat (GERMAS) melalui edukasi
hidup sehat, peningkatan aktivitas fisik, perilaku sehat, perbaikan
gizi, pencegahan penyakit, peningkatan kualitas lingkungan.
Selaras dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun
2016 tentang Program Indonesia Sehat dengan pendekatan
keluarga (PIS-PK), dimana tenaga kesehatan dibantu kader wajib
turun kunjungan rumah-rumah untuk melihat masalah tiap keluarga.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan berkontribusi di dalam penyusunan buku ini.
Saran serta kritik yang membangun tentunya sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.

Tim Penyusun
SAMBUTAN

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh


Dengan rahmat dan izin Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
penyusunan buku modul ini akhirnya dapat diselesaikan. Kepada
Tim Penyusun dan para kontributor yang telah bekerja keras dalam
penyusunan ini, kami ucapkan terima kasih.
Modul ini bersifat khusus untuk peningkatan kapasitas
kader kesehatan di puskesmas/puskesmas pembantu dalam
aktivitas pembangunan kesehatan di daerah tertinggal. Sesuai
dengan komitmen Menteri Desa dalam melaksanakan Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Bersih dan Sehat (GERMAS) melalui edukasi hidup sehat,
peningkatan aktivitas fisik, perilaku sehat, perbaikan gizi,
pencegahan penyakit, peningkatan kualitas lingkungan. Selaras
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016
tentang Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga
(PIS-PK), dimana tenaga kesehatan dibantu kader wajib turun
kunjungan rumah-rumah untuk melihat masalah kesehatan tiap
keluarga.
Sebagai pilar pertama di masyarakat, kader kesehatan
perlu mendapat dukungan pengetahuan dasar bidang kesehatan,
keterampilan dalam upaya promotif preventif di desa. Sesuai
dengan target Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi (KemendesaPDTT) dalam RPJMN tahun 2019
yaitu meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) di daerah
tertinggal sebesar 69,59% pada tahun 2019. Target ini mendukung
pencapaian kualitas sumber daya manusia di daerah tertinggal
termasuk kualitas kader kesehatan. Oleh karena itu, Subdirektorat
Kesehatan, Direktorat PSDM PDT menyusun buku modul kader
kesehatan untuk mendukung kegiatan “Workshop Peningkatan
Kualitas Kader Puskesmas/Puskesmas Pembantu Kerjasama
Perguruan Tinggi”.

v
Modul ini diharapkan sebagai acuan bagi kader kesehatan
daerah tertinggal dalam upaya menanggulangi masalah-masalah
kesehatan, khususnya kematian ibu dan bayi melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di daerah tertinggal.
Modul ini juga dapat menjadi petunjuk kader dalam pemberdayaan
masyarakat di tingkat desa untuk mewujudkan keberhasilan
pembangunan kesehatan di daerah tertinggal periode 2015 – 2019.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Jakarta, 1 Agustus 2017

Direktur
Pengembangan Sumber Daya Manusia

Drs. Priyono, M.Sc


SAMBUTAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Salah satu masalah masyarakat di daerah tertinggal adalah
kesehatan, yang merupakan faktor penyebab kematian yang
penting. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia harus dilakukan, diantaranya dengan memperbaiki kualitas
hidup.
Modul ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan Workshop
Peningkatan Kualitas Kader Puskesmas/ Puskesmas Pembantu di
Daerah Tertinggal.
Akhirul kalam, semoga modul ini dapat dimanfaatkan sebagai
rujukan oleh para kader peserta workshop dengan baik.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 1 Agustus 2017

vii
TIM PENYUSUN

Penasehat : Drs. Priyono,M.Sc


Suyatno, M.Si
Penanggung Jawab : Dr.Ir. Nugroho Susetya Putra,M.Si
Koordinator : Dr.dr. Rustamaji, M.Kes
Anggota :
1. Prof. Dr. Dra. Sri Suryawati, Apt.
2. Dr. Sulanto Saleh Danu, Sp.FK
3. Dr.dr.Wahyudi Istiono,M.Kes
4. dr. Gisca Ajeng Widya Ninggar
5. Aprilia Maay,S.Si,Apt.MPH
6. Surotul Ilmiyah, SKM
DAFTAR ISI

Halaman Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Kata Pengantar ......................................................................... iv
Sambutan ................................................................................. vi
Tim Penyusun ........................................................................... x
Daftar Isi ................................................................................... xi
Daftar Lampiran ........................................................................ xiii
Daftar Singkatan ....................................................................... xiv
Berangkat dari Desa untuk Membangun Indonesia ................. 1
Penggerakkan dan Pemberdayaan Masyarakat ....................... 3
Peran Puskesmas Pembantu (Pustu) dalam
Pembangunan Kesehatan Masyarakat ...................................... 5
Peran dan Fungsi Kader dalam Pembangunan Kesehatan ...... 7
Langkah – Langkah Penggerakan dan
Pemberdayaan Masyarakat....................................................... 9
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ................................. 12
Pengamatan Kesehatan Berbasis Masyarakat
(Surveilans Epidemiologi) .......................................................... 17
Keluarga Sehat ......................................................................... 20
Pendekatan Penentuan Penyakit Berdasarkan
Gejala dan Upaya Pencegahannya ........................................... 23
Sakit Cacingan .......................................................................... 29
Diare .......................................................................................... 34
Demam Berdarah Dengue ........................................................ 38
Malaria ...................................................................................... 41
Sakit Kaki Gajah (Filariasis) ...................................................... 43
Penyakit Kulit ............................................................................ 45
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) .................................. 49
Tuberkulosis .............................................................................. 51
Campak ..................................................................................... 54
Sakit Maag ................................................................................. 56
Sakit Kepala............................................................................... 58

ix
Nyeri Punggung Bawah (Boyokan) ........................................... 61
Asma ......................................................................................... 63
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) ........................................... 65
Diabetes Melitus (DM) ............................................................... 68
Asam Urat ................................................................................. 73
Dislipidemia .............................................................................. 76
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) ......................................................................... 79
Konsep Posbindu PTM ............................................................ 80
Pelaksanaan Posbindu PTM ..................................................... 83
Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular (PTM)........................... 86
Cara Pengukuran Faktor Resiko PTM Menggunakan Alat ........ 87
Pencatatan dan Pelaporan ........................................................ 97
Tindak Lanjut Hasil Posbindu .................................................... 99
Rujukan Posbindu PTM ............................................................. 101
Daftar Pustaka ........................................................................... 103
Lampiran .................................................................................... 105
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Kartu Menuju Sehat FR-PTM .............. 105


Lampiran 2. Formulir Pengukuran Faktor Resiko PTM ........ 106
Lampiran 3. Lembar Pencatatan Hasil Posbindu ................. 107
Lampiran 4. Lembar Rujukan Posbindu PTM ....................... 111

xi
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


BAB : Buang Air Besar
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional
Balita : Bawah Lima Tahun
DBD : Demam Berdarah Dengue
DM : Diabetes Melitus
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
KMS : Kartu Menuju Sehat
Kadarzi : Kader Sadar Gizi
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KLB : Kejadian Luar Biasa
MMD : Musyawarah Masyarakat Desa
OTC : Over The Counter
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
PTM : Penyakit Tidak Menular
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu : Puskesmas Pembantu
SMD : Survei Mawas Diri
TBC : Tuberculosis
UKM : Unit Kesehatan Masyarakat
BERANGKAT DARI DESA
UNTUK MEMBANGUN INDONESIA

Indonesia adalah kekuatan ekonomi terbesar ke- 16 di dunia.


Bahkan pada tahun 2030, Indonesia diprediksi menjadi 7 besar
negara kekuatan ekonomi dunia. Namun, lagi – lagi masalah
pembangunan masih menjadi masalah klasik walaupun Indonesia
sudah hampir 72 tahun merdeka. Dari sekian banyak penduduknya,
10,49 juta orang masih tergolong sebagai penduduk miskin; 37,2%
balita masih mengalami masalah gangguan pertumbuhan berupa
stunting; 122 kabupaten masih merupakan daerah tertinggal; dan
46% atau sebanyak 34.479 desa di Indonesia masih tergolong desa
tertinggal.
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah – daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan
merupakan bunyi poin ke-3 dari sembilan program prioritas
Nawacita. Membangun daerah pinggiran dalam hal ini bukan hanya
berbicara tentang pembangunan di bidang ekonomi, tetapi juga
pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan. Potret
ketersediaan akses dan fasilitas kesehatan di Indonesia juga masih
memprihatinkan. Berdasarkan data dari Susenas tahun 2013 dan
Podes tahun 2014, diketahui bahwa 91% desa tidak memiliki
poliklinik, 89% desa tidak memiliki apotek, 80% desa tidak memiliki
polindes, 70% desa tidak memiliki puskesmas pembantu, dan 60%
desa tidak memiliki pos kesehatan desa atau poskesdes. Ditambah
lagi dengan jauh nya jarak yang harus ditempuh oleh masyarakat di
daerah tertinggal untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Berdasarkan data dari Podes tahun 2014, diketahui bahwa untuk
mencapai Puskesmas di daerah tertinggal masyarakat harus
menempuh jarak sekitar 30 km, atau sama dengan 3 kali lipat
jauhnya dibanding jarak yang harus ditempuh masyarakat di daerah
maju. Bahkan, untuk mencapai Puskesmas Pembantu pun, rata –
rata jarak terdekat yang harus ditempuh oleh masyarakat di daerah
tertinggal adalah 21,9 km. Hal tersebut tentu memberikan dampak
terhadap derajat kesehatan masyarakat di daerah tertinggal.
Untuk itu, peranan kader sebagai perpanjangan tangan
dokter atau tenaga medis sangat diperlukan. Kader merupakan
orang terdekat dan orang yang dipercaya oleh masyarakat sekitar,
sehingga justru kader lah yang akan berperan sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan di daerah tertinggal. Sehingga
pelatihan berkala untuk membentuk kader yang handal menjadi
jawaban dalam rangka upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat di daerah tertinggal.
PENGGERAKKAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

A. Pengertian Penggerakkan dan Pemberdayaan


Masyarakat
Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan
suatu proses pengorganisasian masyarakat yang dimulai dari
mengidentifikasi masalah yang dihadapi masyarakat, kemudian
menyusun urutan prioritas masalah. Setelah prioritas masalah
diperoleh, kemudian diupayakan mencari solusi untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada baik dengan mencari
sumber daya yang ada di masyarakat itu sendiri maupun diluar
lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Sumber daya tersebut
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang ada
melalui tindakan – tindakan yang diperlukan dengan cara kerja
sama dengan anggota masyarakat lain.
Jadi pada dasarnya penggerakkan dan pemberdayaan
masyarakat adalah suatu proses kegiatan masyarakat yang bersifat
setempat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui pemberian pengalaman belajar dan secara
bertahap dikembangkan pendekatan yang bersifat partisipatif dalam
bentuk pendelegasian wewenang dan pemberian peran yang
semakin besar kepada masyarakat.

B. Tujuan Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat


1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dan keluarga
dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan
andil dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

2. Tujuan Khusus
 Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang
kesehatan.

3
 Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
 Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
oleh masyarakat.
 Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di
lapangan.
PERAN PUSKESMAS PEMBANTU (PUSTU) DALAM
PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT

Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang sering disebut


Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
diharapkan bisa menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
maupun perseorangan yang meliputi upaya promotif, preventif, dan
kuratif yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya. Puskesmas memiliki cakupan
wilayah kerja tertentu, biasanya dalam satu kecamatan memiliki
satu Puskesmas atau lebih tergantung pada pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibiltas.
Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan
kesehatan, Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan
Puskesmas seperti Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan
bidan desa.
Puskesmas pembantu merupakan jaringan pelayanan
Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan secara
permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas Pembantu merupakan bagian yang terintegrasi dengan
Puskesmas dan harus dibina secara berkala oleh Puskesmas.
Tujuan Puskesmas Pembantu adalah untuk meningkatkan
jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas Pembantu didirikan dengan
perbandingan 1 (satu) Puskesmas Pembantu untuk melayani 2
(dua) atau 3 (tiga) desa atau kelurahan.
Berikut adalah peran – peran dari Puskesmas Pembantu
dalam membangun kesehatan masyarakat:
 Meningkatkan akses dan jangkauan pelayanan dasar di wilayah
kerja Puskesmas.
 Mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan terutama unit
kesehatan masyarakat atau UKM.

5
 Mendukung kegiatan posyandu, imunisasi, program kesehatan
ibu dan anak (KIA), penyuluhan kesehatan, surveilans,
pemberdayaan masyarakat, dan lain- lain.
 Mendukung pelayanan rujukan
 Mendukung pelayanan promotif dan preventif.
Dalam pelaksanaanya, selain bidan atau perawat yang bertugas,
peran kader juga sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan
layanan kesehatan di Puskesmas Pembantu.
PERAN DAN FUNGSI KADER DALAM
PEMBANGUNAN KESEHATAN

A. Peran Kader Kesehatan


Kader kesehatan memiliki banyak peran penting dalam
membangun kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa
peran kader kesehatan :
1. Peran sebagai pelaku penggerak masyarakat dalam hal sebagi
berikut :
 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa
 Upaya penyehatan lingkungan
 Peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan anak balita
 Pemasyarakatan Kadarzi
 Upaya mawas diri terhadap faktor resiko penyakit tidak
menular
2. Membantu petugas kesehatan dalam penanggulangan
kedaruratan sehari – hari.
3. Membantu petugas kesehatan dalam penyiapan masyarakat
menghadapi bencana
4. Membantu petugas kesehatan dalam pengelolaan obat di
Poskesdes.

B. Fungsi Kader Kesehatan


Untuk menjalankan perannya, maka fungsi kader adalah
sebagai berikut :
1. Membantu tenaga kesehatan dalam mengelola kesehatan desa
termasuk poskesdes secara umum.
2. Membantu memantau kegiatan seperti mengisi register ibu dan
anak, mengisi kartu tumbuh kembang anak, dll.
3. Membantu mengembangkan dan mengelola UKM dan hal – hal
yang terkait lainnya, seperti :
 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Pengamanan kesehatan berbasis masyarakat

7
 Penyehatan lingkungan
 Kesehatan ibu, bayi, dan anak balita
 Keluarga Sadar Gizi
 Upaya mawas diri terhadap penyakit tidak menular
4. Membantu mengidentifikasi dan melaporkan kejadian di
masyarakat yang dapat berdampak kepada masyarakat secara
umum.
5. Membantu dalam memberikan pemecahan masalah kesehatan
yang sederhana kepada masyarakat.
LANGKAH – LANGKAH PENGGERAKAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Langkah – langkah pokok yang perlu dilakukan dalam upaya


penggerakan dan pemberdayaan masyarakat, meliputi :
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survei Mawas Diri (SMD)
3. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
4. Tindak lanjut rencana kerja hasil MMD

A. Pertemuan Tingkat Desa


Pertemuan ini bertujuan untuk menyamakan presepsi antar
tokoh masyarakat agar bersama – sama bergerak untuk mengatasi
permasalahannya sendiri secara swadaya sebatas
kemampuannya.
Pertemuan tingkat desa dipimpin oleh seorang kepala desa
dengan mengundang para tokoh masyarakat, tokoh agama dan
didampingi oleh Kepala Puskesmas sebagai fasilitator.
Agenda acara yang dibicarakan dalam pertemuan ini adalah :
 Pentingnya peran serta aktif masyarakat dalam pemecahan
masalah
 Pentingnya pemanfaatan dan pendayagunaan sarana dan
potensi yang ada
 Perlunya dibentuk kelompok penggerak pembangunan
kesehatan desa.
Diharapkan dari pertemuan ini kepala desa dapat
menindaklanjutinya dengan membagi tugas serta peran dalam
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.

B. Survei Mawas Diri


Survei mawas diri merupakan kegiatan pengenalan,
pengumpulan, dan pengkajian masalah kesehatan oleh
sekelompok masyarakat di bawah bimbingan petugas kesehatan di
desa.
9
Tujuan dari kegiatan ini adalah timbul kesadaran dari
masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan dan potensi
yang ada di wilayahnya untuk mengatasi masalah tersebut.
Survei mawas diri dilaksanakan oleh sekelompok warga
masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan desa, yang
kemudian melakukan kunjungan rumah untuk wawancara atau
diskusi dengan kepala atau anggota keluarga sekaligus melakukan
pengamatan terhadap rumah dan lingkungan sekitarnya. Hal – hal
yang perlu dicermati selama survei antara lain :
 Permasalahan kesehatan lingkungan
 Perilaku hidup bersih dan sehat
 Permasalahan kesehatan ibu dan anak
 Status gizi
 Faktor resiko penyakit
 Dan lain – lain
Selain permasalahan tersebut juga dinilai potensi atau
kemampuan desa untuk mengatasi masalah. Kemudian dirumuskan
permasalahan yang ada dan disusun sesuai dengan prioritas
masalahnya. Hasil survei tersebut kemudian dibawa pada waktu
musyawarah desa.

C. Musyawarah Masyarakat Desa


MMD adalah pertemuan perwakilan warga desa beserta tokoh
masyarakat, para petugas kesehatan, dan sektor terkait di tingkat
kecamatan (Seksi – seksi pemerintahan, BKKBN, Pertanian,dll)
untuk membahas hasil survei mawas diri dan merencanakan
penanggulangan masalahnya.
Hasil dari musyawarah masyarakat desa ini adalah berupa
rencana kerja penanggulangan masalah kesehatan dan membantu
menindaklanjuti untuk kegiatan – kegiatan selanjutnya.
D. Rencana Kegiatan dan Tindak Lanjut
Rencana kegiatan adalah hasil dari MMD yang berisi kegiatan
konkrit yang ditentukan dan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri.
Rencana kegiatan berisi langkah – langkah yang perlu dilakukan
dan berisi informasi sebagai berikut :
 Kegiatan apa yang akan dilaksanakan?
 Dimana tempatnya?
 Siapa yang akan melaksanakan kegiatan?
 Kapan dan berapa lama kegiatan ini berlangsung?
 Sumber daya yang diperlukan?
 Siapa saja yang perlu dilibatkan?
 Target yang ingin dicapai?

Tabel 1. Contoh Matriks Rencana Kegiatan


No Kegiatan Tempat Waktu PJ Sumber Target Pihak
Daya lain

11
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

A. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang
atau keluarga dapat menolong diri di bidang kesehatan dan
berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari
yang tidak sehat menjadi berperilaku sehat, serta menciptakan
lingkungan rumah tangga yang sehat.
Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang mampu
menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap
anggotanya dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang
kurang kondusif untuk hidup sehat. Penerapan PHBS merupakan
tanggung tawab setiap anggota keluarga.

B. Tujuan PHBS
Tujuan umum PHBS adalah meningkatnya rumah tangga ber
PHBS di desa kabupaten / kota seluruh Indonesia.
Tujuan khusus PHBS adalah meningkatnya pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga untuk
melaksanakan PHBS.

C. Manfaat PHBS
Manfaat penerapan perilaku hidup bersih dan sehat antara lain:
a. Bagi Rumah Tangga
1. Meningkatnya derajat kesehatan rumah tangga, dan anggota
keluarga menjadi tidak mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat karena dengan
terjaga derajat kesehatannya maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya lain
seperti biaya pendidikan, modal usaha, dll.
b. Bagi masyarakat
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –
masalah kesehatan.
3. Masyarakat mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
ada.

D. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota
keluarga yang meliputi :
1. Pasangan usia subur
2. Ibu hamil dan ibu menyusui
3. Anak dan remaja
4. Usia lanjut
5. Pengasuh anak

E. Indikator dan Definisi Operasional PHBS


Pembinaan PHBS di rumah tangga atau keluarga bertujuan
untuk mewujudkan rumah tangga ber-PHBS. Yang dimaksud
dengan rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang
memenuhi 10 (sepuluh) indikator PHBS di rumah tangga.
Namun, apabila dalam rumah tangga tidak ada ibu yang
melahirkan , tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian
rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi
hanya 7 (tujuh) indikator.
Berikut adalah indikator PHBS beserta penjelasannya, yang
harus dipenuhi dalam suatu rumah tangga :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Ibu yang akan melahirkan mendapatkan pertolongan dari tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter kandungan,
dokter umum, dan bidan).
2. Memberi bayi ASI eksklusif
Bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI saja sejak lahir hingga
usia 6 bulan.

13
3. Menimbang balita setiap bulan
Balita atau bawah lima tahun (usia 12-60 bulan) ditimbang setiap
bulan dan dicatat di Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
4. Menggunakan air bersih
Rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari – hari yang berasal dari air kemasan, air ledeng, air pompa,
sumur terlindung, mata air terlindung, penampungan air hujan dan
memenuhi syarat air bersih, yaitu tidak berasa, tidak berbau, dan
tidak berwarna. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung
harus berjarak minimal 10 (sepuluh) meter dari sumber pencemar
seperti tempat penampungan kotoran.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Anggota keluarga yang berusia diatas 5 tahun, selalu mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar,
sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak, sebelum
menyiapkan makanan, dan menggunakan air bersih mengalir dan
sabun.
6. Menggunakan jamban sehat
Anggota keluarga yang menggunakan jamban leher angsa
dengan tanki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai
pembuangan akhir dan terpelihara kebersihannya. Untuk daerah
yang sulit air dapat menggunakan jamban cemplung, atau jamban
plengsengan.

7. Memberantas jentik di rumah


Rumah tangga yang melakukan pemberantasan jentik nyamuk
di dalam dan atau diluar rumah seminggu sekali dengan 3M
(menutup, mengubur, menguras) plus/abatisasi/ikanisasi atau cara
lain yang dianjurkan.
8. Makan sayur dan buah setiap hari
Anggota keluarga yang berusia 10 tahun ke atas mengonsumsi
minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau sebaliknya setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Anggota keluarga yang berusia 10 tahun ke atas melakukan
aktivitas fisik (olahraga) minimal 30 menit setiap hari.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Anggota keluarga yang berusia 10 tahun ke atas tidak merokok
di dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya.

F. Kegiatan PHBS
Setelah menentukan tujuan, manfaat, sasaran, dan indikator,
selanjutnya ditentukan kegiatan yang akan dilakukan. Caranya
adalah dengan membuat beberapa alternatif kegiatan, kemudian
dipilih kegiatan mana yang bisa dilakukan sesuai dengan
kemampuan daerah setempat. Berikut contoh kegiatan yang bisa
dilakukan untuk melaksanakan PHBS:
1. Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga
Melakukan sosialisasi kepada kelompok yang ada di desa,
misalnya dengan Dasawisma, RT, RW, dan kelompok peduli
kesehatan.
2. Membuat alternatif kegiatan, misalnya :

Tabel 2. Alternatif Kegiatan PHBS


No Masalah PHBS Kegiatan
1 Rendahnya persalinan yang  Menemukan kehamilan
ditolong oleh tenaga sejak dini di dasawisma
kesehatan  Penyuluhan pentingnya
persalinan ditolong
tenaga medis
 Penyuluhan
pendamping dukun bayi
 Menggalakkan
stikerisasi Perencanaan
Persalinan dan
Pencegahan
Perdarahan serta
Komplikasi (P4K)

15
2 Belum semua bayi diberi  Melibatkan keluarga ibu
ASI Ekslusif menyusui misalnya
nenek sebagai orang
yang dituakan atau
didengar sebagai
tenaga penyuluh
dirumah, dengan
melatih nenek tentang
pentingnya ASI Ekslusif

3 Belum semua balita  Menggerakkan keluarga


ditimbang setiap bulan balita hadir saat hari
buka posyandu
4 Masih ada rumah tangga  Penyuluhan pentingnya
yang belum menggunakan air bersih dan syarat –
air bersih syarat air bersih
 Membentuk kelompok
pemakai air bersih
5 Masih ada rumah tangga  Penyuluhan manfaat
yang belum menggunakan jamban, syarat jamban,
jamban sehat dan cara memelihara
jamban sehat
 Arisan jamban

3. Menyusun Jadwal Kegiatan


Setelah menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan,
kemudian dilanjutkan dengan membuat jadwal kegiatan selama
jangka waktu tertentu misal 1 bulan. Jadwal kegiatan sebaiknya
disepakati bersama.

4. Penggerakkan dan Pelaksanaan


 Merupakan pelaksanaan kegiatan yang telah ditentukan
 Menggerakan anggota keluarga misalnya bapak, ibu untuk turut
menjadi kader
 Melakukan pembinaan secara rutin dan berkala, dan melibatkan
tokoh masyarakat.
PENGAMATAN KESEHATAN BERBASIS
MASYARAKAT (SURVEILANS EPIDEMIOLOGI)

A. Pengertian Surveilans Epidemiologi


Surveilans epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah –
masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko
terjadinya penyakit atau masalah – masalah kesehatan tersebut
agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data, dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.

B. Pelaksanaan Survelians di Tingkat Desa


Surveilans penyakit di tingkat desa dillaksanakan oleh kelompok
kerja surveilans tingkat desa, dengan melakukan kegiatan
pengamatan dan pemantauan situasi penyakit / kesehatan
masyarakat desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB
secara terus menerus.
Pemantauan tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga terhadap
faktor resiko munculnya suatu penyakit. Pengamatan dan
pemantauan suatu penyakit di suatu desa mungkin berbeda
jenisnya dengan desa lain. Hal ini tergantung kondisi masing –
masing desa.
Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala
sesuai kesepakatan ( per minggu/ per bulan) ke petugas kesehatan.
Informasi yang disampaikan, meliputi :
1. Nama penderita
2. Penyakit yang dialami
3. Alamat tinggal
4. Umur
5. Jenis Kelamin
6. Kondisi lingkungan tempat tinggal penderita

17
Atau memberikan laporan informasi tentang faktor- faktor resiko
suatu penyakit, seperti contoh di bawah :

Tabel 3. Matriks Jenis – Jenis Faktor Resiko Suatu Penyakit


No Surveilans Jenis Faktor Resiko
1 Diare  Masyarakat kesulitan
memperoleh air bersih.
 Masyarakat merasa
kekurangan jamban.
 Lingkungan tidak bersih.

2 Campak  Merasakan sebagian


warganya masih kekurangan
pangan
 Anak balita banyak yang
berat badannya tidak naik
 Anak balita yang yang
belum mendapat imunisasi
dan Vit A
 Terlihat beberapa anak
terserang campak

3 Deman Berdarah  Masyarakat melihat dan


dan Malaria merasakan banyak nyamuk
di wilayahnya
 Terdapat banyak genangan
air
 Banyak kaleng – kaleng
bekas yang tidak dikubur
 Banyak jentik – jentik di
tempat penampungan air
4 ISPA  Melihat beberapa tetangga
atau keluarga terserang
demam
 Masyarakat melihat dan
merasakan timbulnya kasus
batuk pilek yang menjurus
pada sesak napas terutama
pada ana – anak.

5 Polio  Masyarakat melihat adanya


anak yang berusia kurang
dari 15 tahun mendadak
lumpuh layu tanpa didahului
trauma
 Cakupan imunisasi polio
yang kurang
 Pemakaian jamban yang
belum memadai

Apabila ditemukan faktor resiko seperti diatas, maka perlu


dilakukan tindakan perbaikan oleh masyarakat dan apabila
menemukan kondisi di luar biasanya, misalnya jumlah yang sakit
mendadak meningkat maka diharapkan masyarakat melapor
kepada petugas untuk bersama – sama mengatasi masalah
tersebut.

19
KELUARGA SEHAT

Perilaku
Sehat

Lingkungan Keluarga Keturunan


Sehat Sehat

Pelayanan
Kesehatan
yang Baik
KELUARGA SEHAT

Hal yang mempengaruhi keluarga sehat secara berturut –


turut adalah :
LINGKUNGAN SEHAT
Di lingkungan rumah
tersedia
 Air bersih
 Jamban Keluarga
 Tempat Pembuangan
Sampah
 Saluran pembungan
limbah
Yang memenuhi syarat
kesehatan.
PERILAKU SEHAT
 Buanglah air besar di WC/
jamban
 Cuci tangan pakai sabun
sebelum makan dan
sesudah buang air besar
 Mandi 2 kali setiap hari

21
PELAYANAN KESEHATAN
Pelyanan kesehatan yang
baik dan pemanfaatan
sarana pelayanan kesehatan
(Contoh. Puskesmas)

KETURUNAN
ORANG TUA, KAKEK,
NENEK
BERPENYAKIT/ TIDAK
 Penyakit Asma
 Penyakit Diabetes Melitus
 Kanker
 Buta Warna

PENGARUH PALING BESAR PADA KESEHATAN


KELUARGA / MASYARAKAT ADALAH
LINGKUNGAN DAN SELANJUTNYA PERILAKU
PENDEKATAN PENENTUAN PENYAKIT
BERDASARKAN GEJALA DAN
PENCEGAHANNYA

23
PENDEKATAN PENENTUAN PENYAKIT
BERDASARKAN GEJALA DAN UPAYA
PENCEGAHANNYA

A. PENDAHULUAN
Dalam upaya untuk memahami terjadinya suatu penyakit dalam
tubuh manusia, salah satu cara yang dapat digunakan adalah
pendekatan penyakit yang didasarkan pada gejala dan tanda khas
dari masing-masing penyakit yang muncul. Selain itu, yang tidak
kalah penting lagi adalah dapat mengetahui adanya faktor resiko
dari munculnya suatu penyakit. Dengan mengetahui faktor resiko
dari masing – masing penyakit maka kader dapat mengedukasi
masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan yang tepat.
Upaya pencegahan atau upaya preventif merupakan bagian
paling hulu dari upaya pencapaian kesehatan masyarakat. Justru
upaya preventif lah yang harus ditekankan di masyarakat, karena
mereka lah pioner dan tokoh utama dalam pelaksanaan upaya
preventif. Jika upaya preventif sudah terlaksana dengan baik, maka
angka kesakitan dan angka kematian akibat suatu penyakit dapat
ditekan.
Bagi kader kesehatan, selain melakukan upaya preventif, upaya
pemantauan dan pengamatan adanya suatu penyakit/ ancaman
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) / yang umum disebut sebagai
wabah juga penting untuk dilakukan secara terus menerus. Upaya
tersebut apabila dilakukan dengan tepat dapat memberikan
informasi penting untuk penentuan penyakit bagi tiap individu.
Berikut adalah contoh matriks jenis-jenis faktor resiko dari suatu
penyakit:
Tabel 4. Matriks jenis-jenis faktor resiko dari suatu Penyakit
(sumber: Kemenkes RI, 2009)
No Nama Penyakit / Jenis Faktor Resiko
Surveilans
1 Diare  Masyarakat kesulitan
memperoleh air bersih
 Masyarakat mengeluhkan
kurangnya jamban / MCK
 Lingkungan / sanitasi tidak
bersih (pengelolaan dan
pengolahan sampah yang
tidak baik).
 Terlihat beberapa anggota
keluarga / tetangga yang
menderita gejala penyakit
serupa (BAB cair dan berulang
lebih dari 3 kali dalam 24 jam)
2 Campak  Merasakan sebagian
warganya masih kekurangan
pangan.
 Anak balita banyak yang tidak
atau susah naik berat
badannya.
 Anak balita banyak yang
belum mendapatkan imunisasi
campak (pada usia 9 bulan)
dan Vitamin A.
 Terlihat beberapa anak yang
juga terserang campak
(muncul ruam kemerahan di
seluruh tubuh dan disertai
demam).

25
 Riwayat imunisasi tidak
lengkap (tidak dilakukan
imunisasi / terlewat jadwal
imunisasi campak yang biasa
dilakukan pada bayi usia 9
bulan).
3 DBD dan Malaria  Masyarakat melihat dan
merasakan banyak nyamuk di
wilayahnya.
 Masyarakat melihat dan
merasakan banyak air yang
tergenang.
 Banyak kaleng-kaleng bekas
yang tidak dikubur.
 Banyak menemukan jentk
pada tempat-tempat
penampungan air.
4 ISPA/  Melihat beberapa tetangga
Pneumonia atau keluarga terserang
demam.
 Masyarakat melihat dan
merasakan timbulnya kasus
batuk pilek yang
mengarah/cenderung pada
sesak napas terutama pada
anak-anak.
 Terjadinya kebakaran hutan
yang mengakibatkan kabut
asap dan mengganggu
pernapasan.

Apabila ditemukan faktor resiko seperti tersebut di atas, maka


perlu dilakukan tindakan perbaikan oleh masyarakat dan apabila
ditemukan kondisi di luar batas kewajaran, misalnya ditemukan
jumlah kasus “penderita” meningkat dan jumlah banyak diharapkan
masyarakat dapat melapor kepada petugas terkait misalnya Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

B. PENDEKATAN PENYAKIT BERBASIS GEJALA


Dalam modul ini akan dibahas beberapa penyakit yang sering
dijumpai di masyarakat, yang akan dibagi ke dalam dua kategori
yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Berikut adalah
jenis – jenis penyakit yang akan dibahas lebih lanjut dengan
pendekatan penyakit berbasis gejala beserta pencegahannya yaitu:
a. Penyakit Menular
1. Tuberculosis (TBC)
2. Malaria
3. Demam Berdarah Dengue (DBD)
4. Cacingan
5. ISPA
6. Diare
7. Kaki Gajah atau Filariasis
8. Campak
9. Penyakit Kulit
b. Penyakit Tidak Menular
1. Dislipidemia
2. Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi
3. Diabetes Melitus (DM)
4. Asam Urat
5. Sakit Maag (dyspepsia)
6. Sakit Kepala
7. Asma
8. Sakit Nyeri Punggung Bawah

Bagi kader kesehatan, penting untuk dapat mengetahui


beberapa gejala yang mungkin akan dijumpai dari masing-masing

27
penyakit. Kader kesehatan dapat menindaklanjuti dengan
mengedukasi cara melakukan upaya preventif maupun memberikan
saran berupa swamedikasi dengan menggunakan obat-obatan
over-the-counter (OTC) atau obat-obatan yang dapat dibeli tanpa
menggunakan resep dokter. Obat-obatan OTC dapat digolongkan
menjadi 2 jenis yakni : obat bebas dan obat bebas terbatas.
Keduanya dapat dikenali dengan mudah berdasarkan logo
(dibawah ini) yang ada pada kemasannya. Pembahasan lengkap di
Modul Swamedikasi.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Logo obat bebas, (b) Logo Obat Bebas Terbatas
PENYAKIT MENULAR
SAKIT CACINGAN

Cacingan adalah penyakit dimana seseorang mempunyai cacing


dalam ususnya dan dapat menimbulkan gejala maupun tanpa
gejala. Cacingan dapat menurunkan daya tahan tubuh,
terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan zat besi yang
menimbulkan anemia.

Gejala
Sakit cacingan ini merupakan salah satu penyakit yang
gejalanya tidak khas. Berikut beberapa gejala yang mungkin
muncul:
 Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar
 Badan cenderung kurus dan perut buncit
 Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala
 Gatal – gatal di sekitar dubur terutama pada malam hari (cacing
kremi).
 Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing
tambang, cacing cambuk) dapat terjadi anemia.

Penyebab
Cacing penyebab penyakit pada manusia antara lain:
 Cacing gelang ( Askariasis lumbricoides)
 Cacing cambuk (Trichuris sp)
 Cacing kremi ( Enterobius vermicularis)
 Cacing tambang ( Ankilostoma, Necator)
 Cacing pita (Taenia sp)

Cacing dapat masuk ke tubuh manusia dengan berbagai cara,


baik melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi maupun
lingkungan yang tidak bersih. Penularan umumnya terjadi melalui

29
makanan dan melalui kulit. Berikut adalah gambaran siklus sakit
cacingan.

Gambar 2. Siklus cacingan

Penyebab lain yang sering dihubungkan dengan terjadinya sakit


kecacingan adalah terkait dengan kebiasaan dari penderita atau
lingkungan di sekitar penderita seperti misalnya:
a) Makan dengan tangan yang kotor
Tangan yang kotor ditambah dengan
kuku jari yang panjang merupakan
tempat berkembang biak berbagai
macam mikroorganisme, termasuk
menjadi sarang telur cacing. Telur
cacing yang ada dalam tangan yang
kotor dapat ikut tertelan dan masuk ke
dalam saluran pencernaan.

b) Tidak pakai alas kaki


Kebiasaan tidak menggunakan alas
kaki saat beraktivias di area terbuka
seperti pekarangan, kebun, sawah
dapat menyebabkan infeksi cacing
melalui permukaan telapak kaki yang
tidak terlindungi. Beberapa jenis
cacing memiliki daya tembus yang
baik terhadap permukaan kulit kaki.
Larva cacing yang telah berhasil
menembus permukaan kaki, kemudian ikut kedalam aliran darah
menuju ke organ-organ tertentu.

c) Makan makanan yang kurang masak

Lalapan / sayur yang tidak dicuci atau


dimasak dengan baik dan bersih
mungkin masih terdapat telur cacing
di dalamnya yang beresiko
menyebabkan cacingan.

31
d) Makan tidak tertutup
Makanan yang tidak tertutup dengan
baik dapat dihinggapi lalat, kaki lalat
selain terdapat bakteri dapat
mengandung telur cacing sehingga
apabila lalat tersebut hinggap di
makanan yang akan dikonsumsi akan
meningkatkan resiko untuk terjadinya
sakit cacingan.

e) Buang Air Besar sembarangan


Penderita atau orang yang telah
terinfeksi cacing dapat menularkan ke
orang lain, melalui tinja (feses) yang
dibuang sembarangan (disemak-semak,
kebun dsb). Jika kotoran tersebut secara
kebetulan mengenai orang yang sedang
berkebun, dan orang tersebut tidak
menerapkan perilaku hidup bersih sehat
dengan baik maka resiko untuk terinfeksi cacing juga semakin
tinggi.

Hal yang Dapat Dilakukan


1. Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku,
menggunakan sabun untuk mencuci tangan sebelum makan,
setelah buang air besar, dan pada saat mandi.
2. Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci
bersih bahan makanan untuk menghindari telur cacing yang
mungkin ada, serta biasakan memasak makanan dan
minuman yang akan dikonsumsi.
3. Menggunakan karbol di kamar mandi
4. Meggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung
dengan tanah saat bekerja di halaman, kebun, atau lahan
pertanian.
5. Tidak buang air besar di sembarang tempat
6. Jika muncul gejala – gejala seperti cacingan, segera datang
ke tempat layanan kesehatan.

33
PENYAKIT MENULAR
DIARE

Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan


perubahan bentuk dan keenceran dari tinja yang lembek sampai
cair dan bertambahnya frekuensi BAB menjadi lebih dari tiga kali
dalam sehari yang mungkin juga disertai dengan muntah.
Diare dapat terjadi secara akut yakni berlangsung beberapa
jam sampai beberapa hari, maupun kronik yaitu diare yang menetap
atau berulang dalam jangka waktu lama (berlangsung selama 2
minggu atau lebih).
Yang perlu diketahui dari sakit diare adalah efek samping yang
timbul apabila penderita terus-menerus BAB tidak terkontrol adalah
terjadinya dehidrasi atau hilangnya cairan tubuh secara berlebih.
Dehidrasi berat yang tidak tertangani dengan baik dapat berakibat
fatal. Sehingga pencegahan terhadap terjadinya dehidrasi pada
kasus diare mutlak diperlukan. Diare harus diwaspadai terutama
pada bayi dan anak – anak di bawah lima tahun.
Gejala – gejala :
 Frekuensi buang air besar melebihi normal (>3x/hari)
 Terjadi perubahan bentuk kotoran menjadi encer atau cair
 Sakit / kejang perut, pada beberapa kasus
 Demam dan muntah, pada beberapa kasus
 Dehidrasi ringan /sedang : anak gelisah, rewel, mata
cekung, kehausan, kulit kering
 Dehidrasi berat : Lesu, tidak sadar, malas/tidak bisa
minum, mata sangat cekung, kulit sangat kering.
Penyebab :
Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal baik infeksi
bakteri atau virus, keracunan makanan, alergi makanan, hingga
kecemasan. Selain itu, terdapat beberapa hal yang ditemukan
sebagai penyebab terjadinya diare/mencret terkait pola hidup bersih
dan sehat yang kurang diperhatikan seperti:
a) Minum air yang tidak dimasak sebelumnya
Beberapa kuman penyebab sakit
diare/mencret (seperti E.coli, V.
cholera dsb) masih terdapat pada air
yang belum dimasak. Sehingga
memastikan agar kuman tersebut mati
dengan sempurna dengan cara
memasak air hingga mendidih menjadi
salah satu upaya pencegahan.

b) Makan dengan tangan yang belum cuci tangan


Sama seperti infeksi cacingan yang
telah dijelaskan sebelumnya,
mikroorganisme atau kuman
penyebab diare/mencret dapat masuk
ke dalam tubuh melalui tangan yang
kotor dan tidak melakukan prosedur
cuci tangan yang baik.

c) BAB di sembarang tempat

Kotoran manusia yang dibuang


sembarangan dapat mencemari
lingkungan terutama apabila dibuang di
dekat dengan sumber mata air.

35
d) Makanan / jajanan kurang bersih

Makanan yang disiapkan dengan


kurang bersih dapat mengundang
kuman penyakit hingga memicu
timbulnya penyakit.

e) Menggunakan air kotor untuk keperluan untuk keperluan


sehari-hari

Menggunakan air kotor atau dari


sumber mata air yang telah tercemar
(seperti sungai) yang sering digunakan
untuk BAB, buang sampah, mencuci,
mandi dll dapat menimbulkan
terjadinya diare / mencret.

f) Ikan, jamur, singkong atau makanan yang beracun


Racun yang terdapat pada beberapa
jenis ikan, jamur atau tanaman lain
dapat membuat iritasi pada saluran
pencernaan sehingga menyebabkan
fungsi sistem pencernaan tidak berjalan
dengan sebagaimana mestinya yang
salah satunya ditandai dengan
diare/mencret dan/atau disertai dengan
muntah. Biasanya penyebab jenis ini
juga dapat disertai dengan penurunan kesadaran akibat dari racun
yang juga bersirkulasi mengikuti aliran darah hingga ke otak.
g) Makanan dan minuman yang basi atau menggunakan zat
pewarna berlebihan

h) Makanan tidak ditutup dan dihinggapi lalat

Hal Yang Dapat Dilakukan


 Minum banyak cairan (seperti air putih, sari buah, sup).
Hindari alkohol, kopi, atau teh. Teruskan pemberian air susu
ibu (ASI) pada bayi.
 Minum cairan rehidrasi oral – oralit / larutan gula garam jika
diperlukan.
 Cucilah tangan dengan baik setiap habis buang air besar dan
sebelum menyiapkan makanan, karena diare yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri/ virus dapat menular.
 Tutuplah makanan untuk mencegah kontaminasi dari lalat,
kecoa, dan tikus.
 Simpanlah secara terpisah makanan yang mentah dan yang
matang.
 Gunakan air bersih untuk memasak
 Buang air besar pada jamban
 Jaga kebersihan lingkungan
 Bila diare berlanjut lebih dari dua hari atau tampak mengalami
dehidrasi berat, kotoran berdarah, atau terus – terusan
kejang perut, diare pada bayi atau balita, sebaiknya dibawa
ke dokter atau pelayanan kesehatan.

37
PENYAKIT MENULAR
DEMAM BERDARAH DENGUE

Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang


disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah dengue biasanya banyak
terjadi pada saat musim penghujan dan seringkali menjadi wabah.
Gejala yang sering dialami oleh kebanyakan penderita adalah
demam tinggi secara mendadak 2-3 hari yang kemudian turun pada
hari ke 4-5 namun akan naik kembali pada hari berikutnya, gejala
lainnya seperti gusi berdarah, mimisan secara tiba-tiba, muncul
bintik-bintik merah di seluruh tubuh, hingga tidak sadarkan diri.
Pengenalan secara cepat oleh kader kesehatan ditambah
dengan informasi dari hasil pemantauan lingkungan sekitar
mengenai penderita dengan gejala yang sama dapat
menyelamatkan banyak orang. Berikut adalah siklus sakit demam
berdarah dengue secara sederhana :

Gambar 3.Siklus sakit DBD


Walaupun sering menjadi wabah, demam berdarah dengue
merupakan penyakit yang dapat dicegah. Upaya pencegahan bisa
dilakukan baik secara personal dengan menggunakan kelambu
maupun memakai lotion anti nyamuk saat tidur maupun gerakan
untuk membersihkan lingkungan. Gerakan sederhana namun
dilakukan secara bersama-sama seperti gerakan 3M Plus :
Menutup, Mengubur, Menguras dan menghindari gigitan nyamuk
dengan menggunakan anti nyamuk oles atau semprot pada pagi
dan sore hari dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit ini.

39
PENYAKIT MENULAR
MALARIA

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


parasit Plasmodium sp dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles.
Penyakit malaria dapat menyerang baik pria maupun wanita dan
menyerang semua golongan umur. Indonesia sendiri memiliki
banyak kabupaten yang endemis malaria.
Gejala dan Tanda Malaria
a. Gejala Malaria Ringan
 Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai
dengan sakit kepala
 Pucat
 Badan terasa lemas, mual muntah, tidak nafsu makan
b. Gejala Malaria Berat
 Kejang – kejang
 Kehilangan kesadaran
(mengigau, tingkah laku
berubah, tidur terus, diam
saja)
 Kuning pada mata
 Panas tinggi
 Nafas cepat
 Kencing berwarna teh tua
 Muntah terus menerus
 Pingsan hingga koma

Cara Penularan Malaria


Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria
(Nyamuk Anopheles). Nyamuk malaria akan menggigit pada malam
hari baik di dalam maupun diluar rumah dengan posisi menungging.
Bila nyamuk anopheles menggigit orang yang sakit malaria,
maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita dan
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk. Sesudah 7-14 hari,
41
apabila nyamuk menggigit orang yang sehat maka parasit tersebut
bisa masuk dan orang yang sehat bisa terkena malaria.

Nyamuk Anopheles Nyamuk menggigit orang


menggigit orang yang telah sehat. Orang yang tadinya
sakit malaria sehat menjadi sakit

Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Malaria


Upaya pencegahan malaria dilakukan dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap resiko malaria, yakni dengan :
 Mencegah dari gigitan nyamuk dengan menggunakan
kelambu, repelen, kawat kassa nyamuk,dll.
 Mengendalikan perkembangbiakan nyamuk, dengan
memberantas sarang nyamuk
 Menggunakan obat dengan konsultasi dengan dokter
sebelum bepergian ke daerah endemis malaria.
PENYAKIT MENULAR
SAKIT KAKI GAJAH (FILARIASIS)

Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi


cacing filaria (Wuchereria brancrofti, Brugia malayi, dan Brugia
timori) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Disebut sebagai
sakit kaki gajah karena terjadi sumbatan pada saluran kelenjar
getah bening yang menimbulkan pembengkakan.
Tanda dan Gejala Sakit Kaki Gajah
 Demam berulang yang hilang
timbul selama beberapa hari
 Pembengkakan di kelenjar getah
bening di daerah lipat paha, ketiak,dll
yang tampak kemerahan, panas,
dan sakit
 Mual, muntah, sakit kepala
 Gejala yang kronis (setelah
beberapa bulan atau tahun) timbul
pembengkakan pada tungkai,
lengan, buah zakar,payudara, dan
air kencing seperti susu, serta kulit
tampak menebal dan mengeras.
 Pembengkakan semakin lama
semakin besar sehingga sulit untuk
melakukan aktivitas sehari – hari.
Cara Penularan
Sakit kaki gajah dapat ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk
baik nyamuk Anopheles, Aedes, Culex, Mansoni, yang dapat hidup
di sawah, rawa, bak penampungan air, maupun lingkungan yang
kotor. Nyamuk menggigit orang yang sakit sehingga larva cacing
filaria ikut terhisap dalam tubuh nyamuk.
Kemudian larva tersebut akan berkembang biak di dalam
tubuh nyamuk. Ketika nyamuk tersebut menggigit orang yang sehat,
maka orang yang sehat bisa tertular sakit kaki gajah.
43
Gambar 4. Siklus sakit kaki gajah

Cara Pencegahan
 Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan
kelambu saat tidur, repelen, atau kawat kasa nyamuk.
 Menjaga kebersihan lingkungan dengan membudayakan
3M plus untuk memberantas sarang nyamuk
 Membiasakan pola hidup sehat
 Segera memeriksakan ke dokter jika terdapat gejala yang
dicurigai sebagai sakit kaki gajah, untuk menghindari dari
kecacatan yang lebih lanjut.
PENYAKIT MENULAR
PENYAKIT KULIT

Penyakit kulit merupakan penyakit yang sering dirasakan,


namun sering diabaikan pula oleh masyarakat. Penyakit kulit bisa
disebabkan oleh beberapa agen baik jamur, bakteri, maupun parasit
dan sering dikaitkan dengan pola dan kebiasaan hidup yang kurang
baik, seperti :

Berikut akan dibahas beberapa penyakit kulit yang seringkali


menjangkit masyarakat.

A. Penyakit Kulit Akibat Jamur


Panu dan kadas atau kurap bukan merupakan penyakit yang
asing di telinga masyarakat. Panu dan kadas atau kurap
45
merupakan beberapa contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur,
yang banyak diderita oleh masyarakat di daerah tropis.
Jamur dapat menyerang seluruh bagian kulit baik kulit muka,
badan, daerah lipatan, lengan, maupun tungkai. Jamur kulit
kebanyakan tidak membahayakan jiwa, akan tetapi sangat
menganggu penampilan dan kenyamanan.
Penyakit kulit akibat jamur biasanya berupa bercak kulit yang
gatal. Akan tetapi tidak semua bercak kulit disebabkan oleh jamur.
Berikut adalah tanda dan gejala yang BUKAN termasuk jamur kulit.

BUKAN termasuk jamur kulit jika:


 Gatal setelah makan makanan tertentu
 Bercak putih / merah yang disertai
dengan mati rasa
 Bercak putih di kulit tanpa rasa gatal

Gejala dan Tanda Panu


 Bercak putih pada kulit, berbatas tegas
 Bersisik halus, rata (tidak timbul)
 Gatal terutama bila berkeringat
 Terutama di kulit lengan, muka, dan bagian yang tertutup
pakaian

Gejala dan Tanda Kadas/Kurap


 Bercak berbentuk lingkaran, berbatas tegas, berwarna
merah atau kecoklatan
 Tepi dari bercak tampak lebih merah daripada bagian
tengah karena pertumbuhan yang lebih aktif di bagian tepi
 Tampak adanya bintik – bintik kecil (mruntus – mruntus)
 Bagian tengah tertutup sisik yang agak kasar
 Keluhan pertama biasanya adalah gatal terutama bila
berkeringat
 Pada kepala : lesi atau keluhan kulit berupa bercak – bercak
kebotakan kadang tampak radang kadang tidak
 Pada kuku : Penebalan kuku / jaringan di bawah kuku, lama
– lama kuku akan rusak dan lepas.

Cara Penularan Jamur


Jamur kulit dapat ditularkan melalui pakaian dan handuk yang
digunakan bersama – sama.

Pencegahan
 Mandi teratur dua kali sehari
 Menjaga lipatan kulit agar tetap kering
 Jangan menggaruk karena jika kulit lecet akan
memudahkan terjadinya infeksi oleh kuman
 Menggunakan pakaian dalam dan pakaian luar yang bersih.

Kapan harus ke dokter?


Jika ditemukan hal – hal berikut :
 Dalam 2 minggu pengobatan sendiri tidak membaik
 Peyakit meluas
 Muncul tanda – tanda kerusakan kulit berupa kemerahan
yang disertai dengan melepuhnya kulit.

B. Penyakit Kulit Akibat Parasit


Kudis merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan
oleh parasit Sarcoptes scabei. Meskipun tidak berbahaya, tapi
keluhan gatal yang dirasakan biasanya sangat mengganggu. Kudis
lebih umum terjadi pada lingkungan yang sangat padat dan sanitasi
yang jelek, biasanya kudis menjangkit masyarakat secara
bergerombol, misalnya satu keluarga. Kudis dapat menular ke
orang lain melalui sentuhan dengan penderita atau baju atau
peralatan tempat tidur penderita ( sprei, selimut, sarung bantal,dll).

47
Gejala dan Tanda Kudis
 Terdapat bintil kecil berwarna merah pada kulit, biasanya
pada tangan, lipatan siku, sekitar alat kelamin, dan lipatan
tubuh lainnya.
 Tampak garis berwarna putih atau merah di kulit yang
merupakan liang yang dibuat oleh tungau untuk menaruh
telurnya dibawah kulit.
 Rasa gatal yang hebat terutama di malam hari
 Bisa muncul luka atau koreng apabila digaruk

Hal Yang Dapat Dilakukan


 Periksa ke dokter jika curiga terkena kudis
 Merendam pakaian, handuk,dan peralatan tidur yang sudah
dipakai ke dalam air panas agar tungau mati
 Mengajak seluruh anggota keluarga atau teman sekamar
untuk bersama – sama diobati.
PENYAKIT MENULAR
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

ISPA merupakan infeksi pada saluran pernapasan mulai dari


hidung hingga paru – paru yang bersifat akut (bisa berlangsung
hingga 14 hari). Umumnya disebabkan oleh virus maupun bakteri
dengan faktor resiko berupa :
 Tertular penderita ISPA
 Daya tahan tubuh yang kurang
 Imunisasi yang belum lengkap
 Kurangnya sirkulasi udara di rumah
 Gizi kurang

Rumah gelap tanpa Kamar Padat Penghuni


ventilasi

Tanda dan Gejala ISPA


 Demam
 Batuk
 Sakit Kepala
 Flu, bersin – bersin
 Sakit tenggorokan
 Badan terasa lemas
 Terkadang bisa timbul sesak
napas
49
Kapan Harus Segera Konsultasi ke Dokter?
 Jika demam tidak kunjung sembuh dan sertai dengan sesak
napas dan napas cepat
 Sesak napas dan napas cepat pada balita
 Tampak tarikan pada dinding dada
 Tampak bibir dan kulit membiru
 Tampak penurunan kesadaran
 Keluhan dirasakan semakin memberat
 ISPA pada anak dengan gizi buruk

Hal Yang Dapat Dilakukan


 Menjauhkan dari orang yang sedang sakit ISPA
 Menyarankan penderita untuk menggunakan masker
 Istirahat yang cukup
 Makan makanan bergizi dan memberikan cairan yang
cukup
 Menjaga kebersihan diri dengan cuci tangan
 Memberikan imunisasi yang lengkap pada anak
PENYAKIT MENULAR
TUBERKULOSIS

Tuberkulosis atau sering disebut TBC merupakan penyakit


menular yang disebabkan oleh kelompok kuman (TBC)
Mycobacterium, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini
menyerang tubuh manusia, terutama pada paru-paru, walaupun
bisa juga menyerang organ di luar paru - paru. TBC seringkali
dikenal pula dengan sebutan flek.

Cara Penularan
Kuman TB ditularkan melalui
udara (percikan dahak/droplet)
pada saat penderita TB batuk,
bersin atau berbicara. Kuman
TBC yang keluar akan terhirup
orang lain melalui saluran
pernafasan. Jika daya tahan
tubuh lemah, orang tersebut akan tertular dan sakit TBC. Jika daya
tahan tubuh baik, orang tersebut tidak akan langsung sakit TBC.

Tanda dan Gejala


 Batuk berdahak selama lebih dari 2
minggu
 Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan, seperti dahak
bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan
menurun, berkeringat di malam hari tanpa aktivitas fisik, badan
lemas, demam meriang lebih dari satu bulan.

51
Pencegahan
 Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
 Membuka jendela agar rumah mendapatkan cukup sinar
matahari dan udara segar.
 Menjemur alas tidur agar tidak lembab.
 Mendapatkan suntikan vaksin BCG bagi anak usia di bawah
lima tahun untuk menghindari TBC berat (meningitis atau
milier).
 Olahraga teratur.
 Tidak merokok dan hindari asap rokok.
 Menutup mulut saat bersin atau batuk menggunakan masker
atau sapu tangan, serta tidak meludah atau membuang dahak
di sembarang tempat.
Hal Yang Harus Diperhatikan
 Apabila sudah muncul gejala yang disebutkan di atas atau
pasien pernah kontak/tinggal bersama penderita TBC,
maka perlu untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
 Penderita TBC akan menjalani pengobatan selama 6-8
bulan yang akan terbagi menjadi 2 tahap. Tahap awal, obat
akan diminum setiap hari selama 2-3 bulan. Tahap lanjutan,
obat akan diminum 3 kali seminggu selama 4-5 bulan.
Pengobatan ini wajib diselesaikan sesuai anjuran dokter
walaupun gejala sudah tidak ada.
 Perlu diketahui bahwa pemeriksaan dan pengobatan TB
sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah sehingga jangan
ragu untuk memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat.
 TBC merupakan penyakit yang bisa disembuhkan,
sehingga jika ada penderita TBC jangan mengucilkan
mereka, justru mereka harus didampingi dengan baik
karena masa pengobatan yang cukup lama.

53
PENYAKIT MENULAR
CAMPAK

Campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


virus campak. Campak lebih sering menyerang anak – anak.
Campak seringkali disebut juga dengan morbili.
Cara Penularan
Campak merupakan penyakit
yang sangat infeksius, yang
dapat menular sejak awal belum
muncul ruam hingga 4 (empat)
hari setelah muncul ruam.
Campak ditularkan melalui
udara. Anak yang sakit ketika
bersin atau batuk akan mengeluarkan percikan cairan atau droplet
yang mengandung virus campak, yang apabila terhirup oleh anak
yang sehat, maka virus campak akan bisa masuk dan anak yang
sehat tertular campak.
Tanda dan Gejala Campak
Perjalanan penyakit campak dibagi
menjadi beberapa stadium.
a. Stadium awal atau prodormal
 Munculnya demam tinggi yang terus
menerus
 Demam disertai dengan gejala
batuk, pilek, nyeri menelan, mata
merah, dan terkadang diikuti dengan
diare
b. Stadium Timbulnya Ruam
Pada hari ke 4-5 demam, demam
akan meningkat lebih dari semula yang
diikuti dengan timbul ruam – ruam merah pada kulit. Ruam
merah yang muncul cenderung halus dan kecil – kecil. Ruam
awalnya muncul di muka kemudian menyebar ke area lain.
Kadang disertai dengan rasa gatal.
c. Stadium Penyembuhan
Ditandai dengan gejala – gejala yang berangsur membaik.
Ruam tampak menghitam dan kulit cenderung bersisik dan akan
mengelupas. Hal tersebut merupakan tanda penyembuhan.

Upaya Pencegahan
 Jauhkan anak dari penderita campak
 Berikan imunisasi campak secara lengkap sesuai jadwal.
Campak merupakan salah satu imunisasi yang ditanggung
oleh pemerintah.

Hal Yang Dapat Dilakukan


 Jika anak menderita campak ringan, maka bisa dirawat
dirumah. Berikan asupan makanan bergizi dan cairan yang
cukup agar tidak terjadi dehidrasi.
 Bila perlu berikan vitamin A sesuai anjuran dokter
 Usahakan anak untuk tidak bermain diluar terlebih dahulu
agar tidak menularkan ke sekitarnya.
 Anggota keluarga bisa disarankan untuk menggunakan
masker dan menjaga daya tahan tubuh.

Kapan Harus Diwaspadai dan Dibawa ke Dokter?


 Campak yang terjadi pada anak dengan gizi buruk
 Campak yang terjadi pada bayi
 Campak yang disertai dengan dehidrasi atau sulitnya
asupan oral
 Campak yang disertai dengan kejang atau penurunan
kesadaran

55
PENYAKIT TIDAK MENULAR
SAKIT MAAG

Sakit maag adalah peristiwa iritasi lambung yang diakibatkan


oleh produksi asam lambung yang berlebihan. Gejala yang
dirasakan biasanya adalah nyeri atau pedih di ulu hati, sering
bersendawa, mual dan muntah. Sakit maag dapat dipicu karena
perut yang dibiarkan kosong terlalu lama (terlambat makan) atau
karena efek samping beberapa obat tertentu yang memang bersifat
mengiritasi lambung.

Penyakit maag dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut)


maupun kumat – kumatan dan menahun (kronis). Penyakit maag
akut umumnya lebih mudah ditangani daripada maag kronis. Pada
maag akut biasanya belum ada gejala kerusakan yang jelas pada
dinding lambung, mungkin hanya disebabkan oleh berlebihnya
produksi asam lambung sesaat atau akibat makanan yang
merangsang terlalu banyak. Sedangkan pada maag kronis
penderita sudah mengalami radang pada dinding lambung, luka
hingga perdarahan.
Gejala dan Tanda Maag
 Nyeri, rasa panas, melilit pada ulu hati
 Mual, muntah, kembung
 Hilang nafsu makan
 Badan lemah

Gejala nyeri ulu hati yang BUKAN termasuk sakit maag


 Nyeri ulu hati disertai diare
 Nyeri ulu hati disertai sesak napas, demam, keringat dingin
 Nyeri ulu hati disertai muntah darah

Penyebab
1. Infeksi bakteri Campylobacter pylori
2. Peningkatan produksi asam lambung, dapat terjadi karena :
 Makanan atau minuman yang merangsang lambung, yaitu
makanan yang pedas atau asam, kopi, alkohol.
 Faktor stress baik stress fisik (setelah pembedahan, penyakit
berat, luka bakar) maupun stress mental.
 Obat – obatan tertentu yang digunakan dalam jangka waktu
lama seperti aspirin, dll.
 Jadwal makan yang tidak teratur

Hal Yang Dapat Dilakukan


 Membiasakan hidup sehat dan makan secara teratur
 Atur jadwal makan dengan pola porsi kecil dan frekuensi
yang lebih sering
 Makan makanan lunak atau yang mudah dicerna
 Hindari makanan yang merangsang asam lambung seperti
kopi, alkohol, makanan pedas, asam, minuman bersoda.

57
PENYAKIT TIDAK MENULAR
SAKIT KEPALA

Sakit kepala merupakan gejala yang sering dikeluhkan oleh


masyarakat. Sakit kepala merupakan gejala yang tidak spesifik,
penyebabnya pun beragam. Definisi sakit kepala harus bisa
dibedakan dengan pusing kepala. Sakit kepala didefinisikan
sebagai perasaan atau sensasi nyeri yang terasa di kepala,
sementara pusing kepala adalah sensasi lingkungan atau kepala
seolah berputar-putar. Hal tersebut tentu sangat berbeda dan
pengobatannya akan sangat berbeda.

Secara umum sakit kepala dibedakan menjadi 2 yaitu sakit


kepala primer dan sakit kepala sekunder. Sakit kepala yang harus
diwaspadai adalah jenis sakit kepala sekunder, yang menandakan
bahwa ada penyakit lain yang menyebabkan timbulnya sakit kepala.

Sakit Kepala Primer


Sakit kepala primer merupakan sakit kepala yang bukan
disebabkan oleh penyakit lain. Sakit kepala primer meliputi :
a. Sakit kepala tipe tegang (tension type headache)
Merupakan sakit kepala dengan sensasi kedua sisi kepala,
pundak, hingga kadang leher terasa seperti ditekan atau diikat.
Umumnya disebabkan oleh ketegangan otot kepala, leher, dan
pundak atau akibat stress dan kelelahan. Pengobatan yang dapat
disarankan oleh kader berupa anti nyeri.
b. Sakit kepala tipe berdenyut (migrain)
Merupakan sakit kepala yang dirasakan di salah satu sisi kepala,
terasa berdenyut, dan bertambah berat dengan aktivitas fisik.
Kadang disertai dengan keluhan mual, muntah, tidak tahan cahaya
atau suara bising. Penanganan awal yang bisa disarankan dengan
memberikan anti nyeri dan beristirahat di tempat yang tenang dan
gelap.
c. Sakit kepala tipe kluster (cluster type headache)
Merupakan sakit kepala yang hebat, yang dirasakan di salah
satu sisi di sekitar area mata, dan disertai dengan mata merah,
nyerocos, hidung meler, berkeringat,dll.

Sakit Kepala Sekunder


Sakit kepala sekunder merupakan sakit kepala yang disebabkan
oleh adanya penyakit lain yang harus dilacak untuk menegakkan
diagnosis.
Apa saja tanda sakit kepala yang harus diwaspadai?
 Nyeri kepala pertama kali yang dirasakan pada usia >50 th
 Nyeri kepala yang progresif ( semakin lama semakin
memberat)
 Nyeri kepala yang tiba – tiba memberat, tidak seperti
biasanya
 Nyeri kepala yang disertai dengan kelemahan anggota
gerak, gangguan kesadaran, gangguan bicara, gangguan
penglihatan.
 Sakit kepala yang disertai dengan gejala sistemik seperti
demam, penurunan berat badan,dll.

59
Hal Yang Dapat Dilakukan
 Beristirahat di tempat yang cukup tenang dan agak gelap
 Mengonsumsi obat anti nyeri
 Jika ditemukan tanda – tanda yang patut diwaspadai,
segera berkunjung ke tempat layanan kesehatan.
 Mencoba mengenali faktor pencetus sakit kepala dan
menghindarinya. Faktor pencetus sakit kepala bisa
beragam antara lain stress, perubahan pola tidur, makanan,
cahaya yang terlalu terang, tempat yang bising,dll.
PENYAKIT TIDAK MENULAR
NYERI PUNGGUNG BAWAH (BOYOKAN)

Nyeri punggung bawah atau sering disebut juga boyokan


merupakan keluhan yang sering ditemui di masyarakat. Nyeri
punggung bawah merupakan rasa nyeri yang terjadi di daerah
pinggang ke bawah dan dapat menjalar ke kaki.
Penyebab
Sekitar 85% nyeri punggung bawah tergolong non spesifik
yang penyebabnya tidak diketahui. Sebagian besar disebabkan
karena gangguan tulang dan otot. Akan tetapi bisa juga disebabkan
oleh penyakit serius seperti kanker,
infeksi, dll. Berikut adalah beberapa
kebiasaan yang bisa mencetuskan nyeri
punggung bawah:
 Sikap tubuh yang salah / kebiasaan
duduk yang salah
 Duduk atau berdiri terlalu lama
 Mengangkat benda berat dengan
posisi yang salah
 Cedera pada tulang punggung
 Kegemukan

Gejala – gejala nyeri punggung bawah


Berikut adalah gejala – gejala yang mungkin muncul, antara lain :
 Nyeri otot, nyeri seperti tertusuk atau terasa tajam
 Nyeri terkadang menjalar dari bagian punggung bawah ke
kaki
 Ruang gerak terbatas
 Kesulitan untuk berdiri tegak

61
Apa saja tanda dan gejala yang harus diwaspadai pada nyeri
punggung bawah?
 Pada usia > 50 tahun
 Memiliki riwayat kanker
 Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
 Menggunakan terapi imunosupresan (penekan imun dalam
jangka panjang)
 Riwayat trauma yang bermakna, seperti jatuh dari tempat
tinggi.
 Nyeri punggung bawah yang disertai dengan demam tinggi
 Penggunaan obat – obatan steroid jangka panjang
 Terdapat kelemahan anggota gerak bawah
 Gangguan dalam menahan kencing atau sensasi BAB

Hal Yang Dapat Dilakukan


 Beristirahat sejenak
 Menjaga berat badan yang ideal. Berat badan yang berlebih
dapat memberikan beban yang lebih pada tulang belakang.
 Membiasakan diri untuk duduk dan beraktivitas dengan
posisi yang benar
 Mengangkat benda berat dengan posisi yang benar,
dengan lebih bertumpu pada kaki, bukan pada punggung.

Gambar 5. Posisi melakukan kegiatan yang benar


PENYAKIT TIDAK MENULAR
ASMA

Asma adalah suatu keadaan dimana terjadi kesulitan dalam


bernapas, disertai dengan napas berbunyi seperti peluit (ngik- ngik
/ mengi), serta dapat disertai dengan rasa sakit di dada. Penyakit ini
bersifat kumat – kumatan dan dapat berlangsung lama.
Penyebab

Asma disebabkan oleh peningkatan


kepekaan saluran napas terhadap
kondisi lingkungan. Asma berkaitan
erat dengan riwayat asma atau alergi di
keluarga. Saat mengalami serangan,
saluran napas menyempit sehingga
menimbulkan kesulitan saat bernapas
dan bunyi ngik ngik.

Tanda dan Gejala Asma


 Sesak napas disertai mengi
 Rasa sakit dan tertekan di dada
 Kadang disertai batuk

Faktor Pencetus
Asma bisa timbul karena adanya faktor pencetus, bisa berupa
suatu benda, keadaan, atau kondisi perasaan. Berikut faktor – faktor
pencetus asma :
 Ketegangan emosi
 Kelelahan
 Udara dingin
 Penyakit saluran pernapasan seperti batuk pilek
 Zat – zat yang merangsang pernapasan misalnya bau-
bauan, debu, serbuk sari.

63
 Berada di suasana yang tidak menyenangkan

Upaya Pencegahan
Pencegahan asma yang paling baik adalah dengan mengenali
dan menghindari faktor pencetus asma. Setiap penderita memiliki
faktor pencetusnya masing – masing.

Hal Yang Dapat Dilakukan Jika Terjadi Serangan Asma


 Tenangkan penderita, bawa ke ruangan dengan udara
segar
 Longgarkan pakaian
 Tidurkan dengan posisi setengah duduk
 Jika sedang dalam pengobatan, segera minumkan obat dan
bawa ke dokter.

Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?


 Sesak napas pertama kali
 Sesak napas yang disertai dengan rasa sakit yang menjalar
ke bahu dan jari – jari tangan kiri
 Sesak napas yang didahului dengan demam, batuk lama,
batuk berdarah
 Sesak napas yang memberat pada penyakit paru kronis,
misal TBC.
PENYAKIT TIDAK MENULAR
TEKANAN DARAH TINGGI (HIPERTENSI)

Hipertensi atau disebut juga


tekanan darah tinggi adalah suatu
penyakit dimana nilai tekanan
darah batas atas (sistolik) lebih
dari 140 mmHg dan/atau nilai
tekanan darah batas bawah
(diastolik) lebih dari 90 mmHg
dalam dua kali waktu pengukuran
yang berbeda.

Klasifikasi Tekanan Darah


Klasifikasi Tekanan darah Tekanan darah
tekanan darah sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Tekanan darah < 90 < 60
rendah
Normal 90-119 60-79
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100

Faktor Penyebab
1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan
 Usia tua
 Jenis Kelamin
 Keturunan
2. Faktor yang dapat dikendalikan
 Pola makan yang tidak teratur
 Kegemukan / obesitas
 Stres fisik maupun pikiran
 Merokok maupun menghirup asap rokok
 Konsumsi alkohol

65
 Konsumsi kopi
 Konsumsi garam yang tinggi > 30 gram/hari
 Kurangnya aktivitas fisik
Gejala
 Sakit kepala, sakit kuduk
 Sulit tidur
 Kelelahan
 Mual muntah
 Gelisah
 Pandangan kabur

Bahaya Hipertensi
Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah serta dapat
menimbulkan plak sehingga dapat menyumbat aliran darah yang
menuju organ-organ penting di dalam tubuh. Hal tersebut dapat
menyebabkan beberapa komplikasi, seperti penyakit jantung,
stroke, gagal ginjal, maupun kebutaan.

Hal Yang Dapat Dilakukan


 Menjaga berat badan normal (IMT 18,5-24,9 kg/m2) *cara
mengukur IMT lihat di bawah.
 Diet tinggi serat (sayur dan buah) dan rendah lemak (terutama
lemak jenuh dan lemak total).
 Konsumsi garam < 1 sendok teh perhari; kurangi soda kue dan
micin.
 Aktivitas fisik harian (misal: jalan cepat minimal 30 menit
perhari).
 Lebih baik tidak mengonsumsi alkohol sama sekali.

Cara menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh)


Indeks massa tubuh (IMT) dihitung dengan mengukur tinggi
badan (TB) dalam meter (m) dan berat badan (BB) dalam kilogram
(kg). Berikut rumus penghitungan IMT.
Kategori Indeks Massa Tubuh menurut WHO.

67
PENYAKIT TIDAK MENULAR
DIABETES MELITUS (DM)

Diabetes melitus (DM) atau yang sering dikenal dengan


penyakit gula atau kencing manis adalah suatu keadaan dimana
tubuh tidak mampu mengolah gula sehingga terjadi peningkatan
kadar gula di dalam darah.
Pada dasarnya tubuh
memiliki organ yang disebut
pankreas. Secara normal,
pankreas di dalam tubuh dapat
mengeluarkan suatu hormon
yang disebut insulin. Hormon
insulin ini berfungsi untuk
mengubah gula di dalam darah menjadi energi yang digunakan
untuk beraktivitas.
Pada penderita diabetes mellitus, organ pankreas mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat menghasilkan insulin secara
sempurna atau insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.

Penyebab
 Kegemukan (obesitas)
 Stres
 Tekanan darah tinggi
 Merokok
 Kurang olahraga
 Pola makan yang tidak sehat

Gejala Diabetes Melitus


 Banyak makan (cepat lapar)
 Banyak minum (cepat haus)
 Banyak kencing
 Pandangan kabur
 Kesemutan
 Cepat lelah dan mengantuk
 Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
 Timbul luka yang lama sembuh
 Gatal-gatal, terutama pada kelamin bagian luar
 Gairah seks menurun

Bahaya Diabetes Melitus


Apabila tidak ditangani dengan baik, penyakit diabetes mellitus
dapat menyebabkan efek sebagai berikut.
 Serangan jantung
 Hipertensi
 Stroke
 Gagal ginjal
 Gangguan saraf
 Kebutaan
 Pembusukan kaki (Ulkus
diabetikum)
 Mudah infeksi

Lima Langkah Pengendalian DM


 Mencari informasi tentang Diabetes Melitus.
 Mengatur pola makan (lihat penjelasan selanjutnya).
 Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari.
 Minum obat sesuai anjuran dokter.
 Melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin setidaknya 1
bulan sekali.

69
Kadar Gula Darah Normal
Tabel 5. Kadar Gula Darah
Gula Darah Normal Pre Diabetes Diabetes
Mellitus
Puasa < 100 100-125 > 126
2 jam setelah < 140 140-199 > 200
makan
*Gula darah puasa diukur setelah melakukan puasa selama minimal 8 jam.

Pencegahan DM
 Menjaga berat badan supaya tetap ideal (IMT 18,5-24,5 kg/m2)
 Mengatur pola makan
 Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari
 Berhenti merokok dan tidak minum alkohol
 Hindari stres
 Mengawasi tekanan darah

Pengaturan Makan Bagi Penderita DM


1. Dianjurkan
o Sumber protein hewani: Ayam tanpa kulit, ikan, telur rendah
kolesterol atau putih telur, daging tidak berlemak.
o Sumber protein nabati: Tempe, tahu, kacang hijau, kacang
merah, kacang tanah, kacang kedelai.
oSayuran: Sayur tinggi serat: kangkung, daun kacang,
oyong, ketimun, tomat, labu air, kembang kol, lobak, sawi,
selada, seledri, terong.
o Buah: Jeruk, apel, pepaya, jambu air, salak, belimbing
(sesuai kebutuhan).
2. Dibatasi
o Sumber karbohidrat: Semua sumber karbohidrat dibatasi:
nasi, bubur, roti, mie, kentang, singkong, ubi, sagu,
gandum, pasta, jagung, talas, havermout, sereal, ketan,
makaroni.
o Sumber protein hewani: Hewani tinggi lemak jenuh (kornet,
sosis, sarden, otak, jeroan, kuning telur).
o Sayuran: Bayam, buncis, daun melinjo, labu siam, daun
singkong, daun ketela, jagung muda, kapri, kacang
panjang, pare, wortel, daun katuk.
o Buah: Nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat,
sawo, semangka, nangka masak.
3. Dihindari
o Sumber karbohidrat: Gula pasir, gula merah, gula batu,
madu, Makanan/ minuman yang manis: cake, kue-kue
manis, dodol, tarcis, sirup, selai manis, coklat, permen,
tape, mayonais.
o Sumber protein hewani: Keju, abon, dendeng, susu full
cream.
o Sayur tinggi serat: kangkung, daun kacang, oyong, ketimun,
tomat, labu air, kembang kol, lobak, sawi, selada, seledri,
terong.
o Buah-buahan yang manis dan diawetkan: durian, nangka,
alpukat, kurma, manisan buah.
o Minuman yang mengandung alkohol, susu kental manis,
soft drink, es krim, yoghurt, susu.

Jadwal makan yang dianjurkan


 Pagi : 06.00-08.00
 Siang : 12.00-13.00
 Malam : 18.00-19.00
71
Jumlah porsi makan yang dianjurkan
 Karbohidrat : 60%
 Protein : 15%
 Lemak : 25%
*Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan.

Hal Yang Dapat Dilakukan


 Jika sudah terdiagnosis DM, maka ubah pola hidup menjadi
lebih baik. Atur pola makan dan kontrol sesuai anjuran.
 Jika sudah mulai sering mati rasa maka gunakan sandal jika
hendak bepergian kemana – mana.
PENYAKIT TIDAK MENULAR
ASAM URAT

Artritis Gout atau biasa disebut


dengan penyakit asam urat adalah
suatu penyakit peradangan pada sendi
yang disebabkan oleh penumpukan
kristal asam urat. Penumpukan ini
disebabkan akibat oleh tingginya kadar
asam urat di dalam tubuh. Kadar normal
asam urat pada laki-laki sebesar 4-7
mg/dL dan pada perempuan sebesar 3-
6 mg/dL. Jika kadar asam urat lebih
tinggi dari angka tersebut maka akan
terjadi pengendapan kristal asam urat di
jaringan sendi dan menimbulkan
peradangan.

Asam urat ditegakkan berdasarkan hasil


laboratorium, bukan hanya berdasar gejala.
 Pada laki – laki : > 7 mg/dL
 Pada perempuan : > 6 mg/dL

Penyebab
Penyakit asam urat disebabkan oleh tingginya kadar purin di
dalam tubuh. Purin adalah hasil metabolisme protein yang dapat
membentuk kristal asam urat dan dapat menumpuk pada sendi-
sendi tangan serta ginjal/saluran kencing.
Tingginya kadar purin di dalam tubuh dapat disebabkan karena
terlalu banyak makan makanan yang mengandung purin atau
pembuangan purin lewat kencing maupun tinja sedikit karena
gangguan di sistem pencernaan maupun perkemihan.

73
Gejala
Gejala penyakit asam urat ditandai dengan nyeri sendi
(terutama pada pagi atau malam hari) yang berulang, kadang
disertai pembengkakan sendi.

Ingat!
Tidak semua pegal – pegal di tangan atau kaki
adalah asam urat. Cek lab untuk membuktikannya.

Pencegahan
Cara pencegahan penyakit Tid asam urat adalah dengan
melakukan pola hidup sehat serta membatasi makanan yang
mengandung tinggi purin. Olahraga secara teratur juga dapat
mencegah kaku sendi. Minum air putih sebanyak 2-3 liter/hari dapat
mencegah terjadinya pengendapan asam urat dalam ginjal (batu
ginjal) dan membantu mengeluarkan kelebihan asam urat dari
dalam tubuh.
Pengaturan Makan Bagi Penderita Asam Urat
1. Dianjurkan
o Sumber karbohidrat: Nasi, bubur, bihun, roti, gandum,
makaroni, pasta, jagung, kentang, ubi, talas, singkong,
havermout.
oSumber protein hewani: Telur, susu skim/susu rendah
lemak.
o Sayuran: Wortel, labu siam, kacang panjang, terong, pare,
oyong, ketimun, labu air, selada air, tomat, selada, lobak
o Buah: Semua macam buah-buahan.
o Minuman: Semua macam minuman yang idak beralkohol.
o Lain-lain: Semua macam bumbu secukupnya
2. Dibatasi
o Sumber protein hewani: Daging, ayam, ikan tongkol,
tenggiri, bawal, bandeng, kerang, udang dibatasi
maksimum 50 gram/hari.
o Sumber protein nabati: Tempe, tahu maksimum 50
gram/hari dan kacang-kacangan (kacang hijau, kacang
tanah, kedelai) paling banyak 25 gram/hari.
o Sayuran: Bayam, buncis, daun/biji, melinjo, kapri, kacang
polong, kembang kol, asparagus, kangkung dan jamur
maksimum 100 gram/hari.
o Minuman: Teh kental atau kopi.
o Lain-lain: Makanan yang berlemak dan penggunaan santan
kental, makanan yang digoreng.
3. Dihindari
o Hindari makanan yang mengandung purin tinggi (kadar
purin antara 150-800 mg/gram bahan makanan), seperti
hati, ginjal, jantung, limpa, otak, ham, sosis, babat, usus,
paru, sarden, kaldu daging, bebek, burung, angsa, remis
dan ragi.
o Minuman: Minuman yang mengandung soda dan alkohol:
soft drink, arak, ciu, bir.

75
PENYAKIT TIDAK MENULAR
DISLIPIDEMIA

Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lemak dalam darah


yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, kadar trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.
Dislipidemia merupakan faktor resiko terjadinya Penyakit Jantung
Koroner (PJK), Stroke dan Penyakit Pembuluh Darah Tepi.

Nilai normal kadar kolesterol


Pemeriksaan Nilai Normal
Kolesterol Total <200 mg/dL
Trigliserida <150 mg/dL
Kolesterol LDL <100 mg/dL
Kolesterol HDL Pria >40 mg/dL, Wanita >50mg/dl

Faktor Resiko
 Faktor keturunan, riwayat
keluarga dengan dislipidemia.
 Riwayat keluarga dengan
penyakit jantung koroner dini.
 Komplikasi penyakit lain,
seperti diabetes, hipertensi,
penyakit ginjal, gangguan
tiroid, dan penyakit hati.
 Berat badan berlebih atau
obesitas.
 Usia, laki-laki >40 tahun,
perempuan >50 tahun.
 Ukuran lingkar pinggang, laki-
laki >90 cm, perempuan >80 cm.
 Perokok aktif.
 Penggunaan obat-obatan tertentu.
Gejala
Dislipidemia tidak menimbulkan gejala hingga kondisi tersebut
memunculkan komplikasi sehingga penderita biasanya tidak sadar
dengan penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, sangat
disarankan untuk kontrol rutin ke dokter apabila memiliki faktor
resiko yang telah disebutkan di atas tanpa mengalami gejala
apapun.

Pengelolaan Dislipidemia
 Aktivitas fisik minimal 30 menit per hari sebanyak 4-6 kali
dalam seminggu. Kegiatan yang disarankan meliputi jalan
cepat, bersepeda, ataupun berenang.
 Pengelolaan makanan (lihat penjelasan di bawah).
 Berhenti merokok.
 Menjaga berat badan normal (IMT 18,5-24,9 kg/m2)
(penjelasan lihat di materi hipertensi).
 Menjaga tekanan darah tetap normal.
 Lakukan kontrol rutin ke dokter.

Pengaturan Pola Makan Bagi Penderita Dislipidemia


1. Dianjurkan
o Karbohidrat: beras merah, roti gandum, havermout,
makaroni, jagung, kentang, ubi dan talas, sereal.
o Protein hewani: Ayam tanpa kulit, ikan segar, susu tanpa
lemak.
o Protein nabati: tempe, tahu, oncom dan kacang-kacangan
(kacang hijau, kacang tanah, kedelai).
o Semua jenis sayuran.
o Semua jenis buah kecuali durian.
o Lemak:
 Yang mengandung lemak tak jenuh dalam jumlah
sesuai kebutuhan : minyak yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan; minyak kacang tanah, minyak kelapa,
minyak jagung, minyak kedelai, minyak wijen, minyak
biji bunga matahari, minyak zaitun.
77
 Makanan yang tidak berlemak dan menggunakan
santan encer.
 Makanan yang ditumis lebih dianjurkan dari pada
digoreng.
2. Dibatasi/dihindari
o Karbohidrat: kue-kue, cake, biskuit, pastries, gula.
o Protein hewani: Daging udang, bebek, kuning telur, otak,
limpa, ginjal, hati, ham, sosis, babat, usus, cumi, sarden.
o Buah: durian
o Lemak: Margarine yang mengandung lemak jenuh : minyak
yang berasal dari hewan : lemak sapi, babi, kambing, susu
penuh (full cream), cream, keju, mentega.
o Lain-lain: Minuman yang mengandung alkohol: arak, bir dan
soft drink.

3. Cara mengatur diet


o Gunakan minyak kedelai, minyak kacang tanah atau minyak
jagung, minyak zaitun, minyak bekatul dalam jumlah sesuai
anjuran hanya untuk menumis.
o Penggunaan daging tidak berlemak paling banyak 50 gram
tiap kali makan. Makanlah ikan sebagai pengganti daging.
o Batasi penggunaan kuning telur maksimum 2 butir per
minggu.
o Makan banyak sayur dan buah-buahan segar.
o Sebagian dari sayur sebaiknya dimakan mentah atau
sebagai lalapan (cuci bersih).
o Memasak dengan merebus, mengukus, mengungkep,
menumis, memanggang atau membakar.
POS PEMBINAAN TERPADU
PENYAKIT TIDAK MENULAR
(POSBINDU PTM)

79
KONSEP POSBINDU PTM

A. Pengertian
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko PTM
Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.
Faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat,
kurang aktivitas fisik, obesitas (kegemukan), stres, tekanan darah
tinggi (hipertensi), kadar gula darah tinggi (hiperglikemi), kadar
kolesterol tinggi (hiperkolesterol) serta menindak lanjuti secara
dini faktor resiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan
dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

B. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan
dan penemuan dini faktor resiko PTM.

C. Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko
dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

D. Wadah Kegiatan
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan
upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di
tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan,
tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu
b erkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di masjid, gereja,
klub olahraga, pertemuan organisasi politik maupun
kemasyarakatan.
E. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan
yang telah ada, atau orang-orang yang bersedia
menyelenggarakan Posbindu yang dilatih secara khusus.

F. Bentuk Kegiatan
Kegiatan dalam Posbindu PTM, meliputi :
1. Kegiatan penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat penyakit tidak menular pada
keluarga dan diri peserta, aktivitas fisik, merokok, kurang makan
sayur dan buah, potensi terjadinya cedera, serta informasi lain
yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan. Aktivitas
ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan
sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa
tubuh (IMT), lingkar perut, tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan sebulan sekali.
3. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat minimal
tiga tahun sekali, dan bagi yang telah memiliki faktor resiko atau
penyandang diabetes melitus minimal 1 tahun sekali. Untuk
pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
orang yang telah dilatih.
4. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi
individu sehat disarankan minimal 5 tahun sekali dan bagi yang
telah memiliki faktor resiko disarankan 6 bulan sekali, dan bagi
penderita kolesterol tinggi atau dislipidemi minimal 3 bulan
sekali.
5. Kegiatan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap
pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena
pemantauan faktor resiko kurang bermanfaat bila masyarakat
tidak tahu cara mengendalikannya.
6. Kegiatan aktivitas fisik atau olahraga bersama, sebaiknya rutin
diselenggarakan setiap minggu.

81
7. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di
wilayahnya bagi orang – orang yang memerlukan pemeriksaan
lanjutan.

G. Pengelompokkan Tipe Posbindu


Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan
tindak lanjut yang dapat dilakukan Posbindu PTM, maka dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Posbindu PTM Dasar, meliputi pelayanan deteksi dini faktor
resiko sederhana, yang dilakukan dengan wawancara untuk
mengetahui faktor resiko individu maupun keluarga,
pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar perut, indeks
massa tubuh, hingga penyuluhan pemeriksaan payudara
sendiri.
b. Posbindu PTM Utama, meliputi pelayanan Posbindu PTM
Dasar ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol,
trigliserida, pemeriksaan klinis payudara, yang dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan terlatih. Untuk penyelenggaraan
Posbindu PTM Utama dapat dipadukan dengan Pos
Kesehatan Desa, dll.
PELAKSANAAN POSBINDU PTM

Pelaksanaan Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan


layanan yang disebut sistem 5 meja. Namun, dalam situasi kondisi
tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan
bersama.
Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak
lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor resiko penyakit
tidak menular, termasuk rujukan ke Puskesmas.
Dalam pelaksanaannya pada setiap langkah secara
sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kegiatan sebelum pemeriksaan (senam bersama, bersepeda,
ceramah agama, demo makanan sehat,dll).
2. Sambil menunggu giliran pemeriksaan, kader melakukan
penyuluhan kelompok serta memberikan lembar wawancara
untuk diisi.
Pemeriksaan satu per satu

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Meja 5

3. Meja 1 merupakan meja registrasi pemberian nomor urut serta


pencatatan ulang hasil pemeriksaan sebelumnya ke Buku
Catatan Kader.
4. Meja 2 merupakan meja wawancara yang dilakukan oleh
kader.
5. Meja 3 merupakan meja pengukuran, yang meliputi
pengukuran tinggi badan, berat badan, IMT, lingkar perut.
6. Meja 4 merupakan meja pemeriksaan tekanan darah, gula
darah, kolesterol, dll.
7. Meja 5 merupakan meja identifikasi faktor resiko,
konseling/edukasi, serta tindak lanjut lainnya.

83
Dalam pelaksanaan Posbindu PTM, idealnya terdapat
pembagian kader untuk memudahkan. Namun, walaupun begitu
sebaiknya setiap kader memahami semua peranan tersebut.
Berikut adalah pembagian kader beserta tugasnya :

Tabel 6. Pembagian Peran dan Tugas Kader


No Peran Kriteria dan Tugas
1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan
penanggungjawab kegiatan serta
bertugas untuk berkoordinasi dengan
Puskesmas dan para pembina.

2 Kader Anggota perkumpulan yang aktif,


Penggerak berpengaruh, dan komunikatif. Bertugas
untuk menggerakkan masyarakat
sekaligus melakukan wawancara dalam
penggalian informasi.

3 Kader Anggota perkumpulan yang aktif dan


pemantau komunikatif yang bertugas melakukan
pengukuran faktor resiko PTM.

4 Kader Konselor/ Anggota perkumpulan yang aktif,


Edukator komunikatif, dan telah menjadi panutan
dalam penerapan gaya hidup sehat,
yang bertugas melakukan konseling,
edukasi, motivasi, serta menindaklanjuti
rujukan dari Puskesmas.

5 Kader pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan


komunikatif, yang bertugas untuk
melakukan pencatatan hasil kegiatan
Posbindu PTM dan melaporkan kepada
koordinator Posbindu PTM.

Berikut adalah contoh rincian tugas yang dilakukan kader


untuk mempersiapkan pelaksanaan Posbindu PTM:
1. Tahap Persiapan (H-1 Kegiatan)
a. Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal
kegiatan.
b. Menyiapkan tempat dan peralatan yang dibutuhkan
c. Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai waktu
pelaksanaan.

2. Tahap Pelaksanaan (Hari H)


a. Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi
sesuai kesepakatan bersama.
b. Melakukan kegiatan bersama seperti senam, demo masak,
ceramah, penyuluhan, konseling, sarasehan, atau peningkatan
keterampilan bagi para anggotanya termasuk rujukan ke
Puskesmas.

3. Tahap Evaluasi (H+1)


a. Menilai kehadiran (para anggotanya dan undangan lain)
b. Mengisi catatan pelaksanaan kegiatan
c. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi
d. Mencatat hasil penyelesaian masalah
e. Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan rumah bila
diperlukan
f. Melakukan konsultasi teknis dengan pembina Posbindu PTM

85
FAKTOR RESIKO
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

Faktor resiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial


berbahaya dan dapat memicu terjadinya penyakit tidak menular
pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor resiko PTM dibagi
menjadi faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko yang
dapat diubah.
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah, meliputi :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Riwayat keluarga

b. Faktor resiko yang dapat diubah, antara lain :


1. Kegemukan
2. Tekanan Darah Tinggi
3. Merokok
4. Kadar gula darah tinggi (hiperglikemia)
5. Kurang aktivitas fisik
6. Kadar kolesterol darah tinggi /hiperkolesterolemia
7. Kurang konsumsi sayur dan buah
8. Stress
CARA PENGUKURAN FAKTOR RESIKO PTM
MENGGUNAKAN ALAT

A. Pengukuran Kegemukan / Obesitas


Untuk menetukan kegemukan diperlukan data berat badan
(BB), tinggi badan (TB), dan lingkar perut.
a. Pengukuran Berat Badan
Berikut ini adalah langkah – langkah dalam menggunakan
timbangan.
1. Ambil timbangan
2. Letakkan timbangan di lantai yang datar dan keras
3. Peserta yang akan ditimbang diminta untuk melepas alas
kaki dan jaket, serta mengeluarkan isi kantong yang berat
seperti kunci.
4. Pastikan timbangan pada nilai pengukuran pada angka nol
(0).
5. Peserta diminta naik ke atas alat timbang dengan posisi
kaki tepat di tengah alat timbang, tetapi tidak menutupi
jendela baca pengukuran.
6. Perhatikan posisi kaki peserta tepat di tengah timbangan,
minta peserta untuk tenang dan kepala memandang lurus
ke depan.
7. Jarum di kaca jendela baca akan bergerak, tunggu sampai
diam.
8. Catat angka yang ditunjuk oleh jarum yang berhenti.
9. Minta peserta turun dari alat timbang.

b. Pengukuran Tinggi Badan


Alat untuk mengukur tinggi badan bisa microtoise. Berikut
adalah prosedur pengukuran tinggi badan.

87
1. Minta peserta melepaskan alas kaki, dan
penutup kepala seperti topi
2. Peserta diminta berdiri tegak, persis di
bawah alat ukur.
3. Posisi kepala dan bahu bagian belakang,
lengan, pantat, dan tumit menempel pada
dinding tempat alat ukur dipasang.
4. Pandangan lurus ke depan, dan tangan
dalam posisi tergantung bebas.
5. Gerakkan alat ukur sampai menyentuh
bagian atas kepala. Pastikan alat ukur
berasa tepat di bagian tengah kepala.
Dalam keadaan ini, bagian alat ukur harus
tetap menempel pada dinding.
6. Baca angka yang tertera pada jendela
baca (ke arah angka yang lebih besar /bawah). Saat
melakukan pembacaan, pastikan mata sejajar dengan
jendela baca
7. Bila pengukur lebih rendah dari peserta, maka pengukur
harus berdiri di atas bangku agar hasil pengukuran benar.
8. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
di belakang koma. Misal 157,3 cm.

c. Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT = BB (kg)

TB2 (m2)

Contoh : BB = 50 kg
TB = 160 cm = 1,60 m
IMT = 50 / (1,60)2 =50/2,56 =19,53 kg/m 2

Berikut adalah tabel rujukan nilai IMT dan resiko


penyakitnya :
Tabel 7. Nilai IMT dan Faktor Resiko Penyakit
No Nilai IMT Klasifikasi Resiko Penyakit
1 =< 18,5 BB kurang Rendah

2 18,5 – 22,9 BB normal Rata – rata

3 23,0 – 24,9 Gemuk dengan Meningkat


resiko
4 25,0 – 29,9 Obesitas Tk.I Sedang

5 >30 Obesitas Tk.II Perlu diwaspadai

d. Pengukuran Lingkar Perut


Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya obesitas abdominal/ sentral. Yang dimaksud dengan
obesitas abdominal adalah kegemukan yang terpusat di bagian
perut. Jenis kegemukan ini berpengaruh terhadap penyakit jantung
dan penyakit tidak menular lainnya.
1. Alat yang dibutuhkan
 Ruangan yang tertutup dari pandangan umum. Jika tidak
ada, gunakan tirai penutup.
 Pita pengukur
 Spidol atau pulpen

2. Cara pengukuran lingkar perut


Berikut adalah hal – hal yang harus diperhatikan dalam
pengukuran lingkar perut.
 Pengukuran lingkar perut yang benar dilakukan dengan
menempelkan pita pengukur di atas kulit langsung.
Pengukuran diatas pakaian TIDAK DIBENARKAN.

89
 Apabila responden tidak bersedia membuka atau
menyingkap pakaian, maka pengukuran dengan
menggunakan pakaian yang sangat tipis (kain nilon, silk,dll)
diperbolehkan dan diberi catatan pada kuesioner.
 Apabila responden tetap menolak untuk diukur, maka
pengukuran lingkar perut tidak boleh dipaksakan, dan beri
catatan pada kuesioner.

Berikut adalah cara pengukuran lingkar perut:


 Jelaskan pada responden tujuan pengukuran lingkar perut
dan tindakan apa saja yang akan dilakukan selama
pengukuran.
 Untuk pengukuran ini, responden diminta dengan cara yang
santun untuk membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkannya.
 Raba tulang rusuk terakhir untuk menetapkan titik
pengukuran. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk bagian
paling bawah.
 Tetapkan titik lengkung tulang pangkal paha / panggul.
 Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk paling
bawah dengan titik ujung lengkung tulang pangkal paha /
panggul. Beri tanda dengan alat tulis.
 Minta responden untuk berdiri tegak dan bernapas secara
normal.
 Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai / diambil dari titik
tengah kemudian secara sejajar horisontal melingkari
pinggang dan perut kembali menuju titik tengah di awal di
pengukuran.
 Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke
bawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit
lalu berakhir pada titik tengah tersebut.
 Pita pengukuran tidak boleh melipat. Catat hasilnya.
Tabel 8. Lingkar Perut dan Resiko Sakit
No Lingkar Perut Jenis Resiko Penyakit
Kelamin
1 ≥ 90 cm Laki – laki Meningkat
2 ≥102 cm Laki – laki Sangat meningkat
3 ≥ 80 cm Perempuan Meningkat
4 ≥ 88 cm Perempuan Sangat meningkat

B. Pengukuran Tekanan Darah


Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan menggunakan
tensimeter digital maupun tensimeter air raksa atau jarum.
Cara pengukuran tekanan darah dengan tensimeter digital
1). Alat dan Bahan:
 Tensimeter digital
 Manset besar/ dewasa
 Batu baterai AA
2). Cara Pengukuran
a. Prosedur sebelum pengukuran
Pemasangan baterai
1. Balikkan alat, hingga bagian bawah menghadap ke atas
2. Buka tutup baterai sesuai tanda panah
3. Masukkan 4 buah baterai AA sesuai dengan arah yang benar.

Penggantian baterai
1. Matikan alat sebelum mengganti baterai
2. Keluarkan baterai jika alat tidak akan
digunakan selama lebih dari 3 bulan.
3. Jika baterai dikeluarkan > 30 detik, maka
tanggal/waktu perlu disetting kembali.
4. Buang baterai yang sudah tidak terpakai
pada tempat yang sesuai.
5. Jika tanda baterai bersilang muncul, segera ganti baterai dengan
yang baru.
6. Walaupun tanda baterai bergaris muncul, sesaat masih dapat
untuk mengukur sebentar, akan tetapi baterai harus diganti.

91
Prosedur penggunaan manset

Gambar 6. Pemasangan manset

1. Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat


2. Perhatikan arah masuknya perekat manset
3. Pakai manset, perhatikan arah selang

Gambar 7. Posisi manset yang benar

4. Perhatikan jarak manset dengan garis siku lengan ± 1- 2,5cm.


5. Pastikan selang sejajar dengan jari tengah dan posisi lengan
terbuka ke atas.
6. Jika manset sudah terpasang dengan benar, rekatkan manset.
7. Lakukan prosedur pengukuran
8. Catat hasil angka sistolik, diastolik, dan denyut nadi.

Sistolik

Diatolik

Denyut Nadi
Prosedur pengukuran
1. Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat
2. Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden
sebaiknya menghindari kegiatan aktivitas fisik seperti olahraga,
merokok, makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan
juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum
pengukuran.
3. Hindari pengukuran dalam keadaan stress. Pengukuran
sebaiknya dilakukan dalam kondisi yang tenang dan posisi
duduk.
4. Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang,
tapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai.
5. Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehingga
manset yang sudah terpasang akan sejajar dengan jantung
responden.
6. Singsingkan lengan baju pada lengan kanan, dan minta
responden untuk duduk tanpa banyak gerak, dan tidak
berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden
menggunakan baju lengan panjang, singsingkan lengan baju
ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga
tidak menghambat aliran darah.
7. Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak
tangan terbuka ke atas.
8. Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali
dan hasil pengukuran akan muncul. Alat akan menyimpan hasil
pengukuran secara otomatis.
9. Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat.Jika anda lupa
untuk mematikan alat, maka alat akan mati dengan sendirinya
dalam 5 menit.

Cara pengukuran menggunakan tensimeter raksa / jarum


Alat / Bahan:
1. Sphygmomanometer / tensimeter raksa atau jarum
2. Stetoskop

93
Cara Pengukuran
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien yang benar
4. Singkap lengan baju, pasang manset pada lengan kanan/
kiri atas, sekitar 1-2,5 cm di atas fossa cubiti ( lipatan siku
lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu
longgar.
5. Jika menggunakan tensimeter raksa, buka pengunci tabung
raksa terlebih dahulu, yang ditandai dengan naiknya air
raksa.
6. Raba denyut nadi pada siku bagian dalam dengan jari
tangan kita.
7. Pompa manset sampai denyut nadi tidak teraba.
8. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih
tinggi dari titik radialias yang tidak teraba.
9. Letakkan diafragma stetoskop di atas tempat kita meraba
denyut
10. Buka sekrup pompa secara perlahan untuk mengempeskan
balon manset. Saat pertama kali denyut nadi terdengar nilai
ini menunjukan tekanan darah sistolik, sedangkan denyut
nadi yang terakhir terdengar menunjukan tekanan darah
diastolik.
11. Cuci tangan dan catat hasilnya.

Gambar 8. Hal – hal yang tidak diperbolehkan dilakukan selama


pengukuran
Catatan :
 Jika hasil pengukuran hasilnya ekstrim, pengukuran
sebaiknya dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran
sebaiknya antara 2 menit dengan melepas manset pada
tangan.
 Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih >
10 mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat
selama 10 menit dengan melepas manset pada lengan.
 Apabila responden tidak bisa duduk, maka dilakukan
dengan kondisi berbaring, dan beri catatan di lembar
pengukuran.

Tabel 9. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC VII


No Tekanan Darah Klasifikasi
1 ≤120 / ≤80 Normal
2 120-139 / 80-90 Pre hipertensi
3 140-160 / 90-99 Hipertensi derajat 1
4 ≥160 / ≥100 Hipertensi derajat 2

C. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, Kolesterol Total,


dan Trigliserida
Cara menggunakan peralatan :
 Cek kondisi alat dan bahan strip. Sesuaikan kode yang
tertera dalam wadah penyimpanan strip dengan kode yang
muncul di layar alat.
 Masukkan tes strip sesuai dengan yang akan dicek
(glukosa, kolesterol, atau asam urat).
 Bersihkan ujung jari (jari manis / tengah/ telunjuk) dengan
kapas alkohol. Tunggu hingga kering.
 Tusukkan lancet atau jarum pada ujung jari secara tegak
lurus, cepat, dan tidak terlalu dalam.
 Tekan ujung jari ke arah luar, sentuhkan darah yang akan
menetes ke strip yang digunakan.

95
 Baca dan catat hasilnya.

Gambar 9. Contoh prosedur pengukuran gula darah,


kolesterol

Catatan :
 Prosedur penggunaan alat mungkin berbeda sesuai
dengan merk dan jenis alat. Harap baca buku petunjuk alat.
 Seluruh bahan yang telah digunakan harap dibuang ke
tempat sampah yang disediakan khusus.
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan oleh


kader. Petugas Puskesmas mengambil data hasil kegiatan
Posbindu PTM yang digunakan untuk pembinaan, dan melaporkan
ke instansi terkait secara berjenjang. Berikut adalah alur pencatatan
dan pelaporan di Posbindu PTM.

Hasil pengukuran
atau pemeriksaan Buku catatan hasil
dicatat di Buku kegiatan dikumpulkan
Pencatatan Hasil Petugas Puskesmas
Kegiatan

Melaporkan hasil Dilakukan rekapitulasi


rekapitulasi kegiatan oleh petugas
ke Dinkes Kab/Kota puskesmas

Dinkes Kab/Kota Evaluasi kegiatan


menganalisis dan oleh petugas
memberikan feedback puskesmas

Tindak lanjut hasil


evaluasi kegiatan

Gambar 10. Alur Pencatatan dan Pelaporan Manual di Posbindu


PTM
97
Sedangkan untuk pencatatan manual dapat digunakan :
1. Kartu Menuju Sehat (KMS) FR-PTM
Hasil dari setiap pengukuran di setiap kunjungan dicatat di KMS
FR-PTM. Format kartu FR-PTM mencakup nomor identitas, data
demografi, waktu kunjungan, jenis faktor resiko, dan tindak lanjut.
Pada KMS FR-PTM ditambahkan keterangan golongan darah dan
status penyandang PTM yang berguna sebagai informasi medis jika
pemegang kartu mengalami kondisi darurat di perjalanan.
Kartu ini dibawa oleh masing – masing peserta, dan harus
selalu dibawa ketika berkunjung ke Posbindu PTM. Tujuannya agar
setiap individu dapat melakukan mawas diri dan tindak lanjut.

2. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM


Buku pencatatan diperlukan untuk mencatat identitias dan
keterangan lain yang mencakup no KTP, nama, umur, jenis kelamin.
Buku ini merupakan data pribadi peserta. Melalui buku ini dapat
diketahui karakteristik peserta secara umum.
Hasil pengukuran / pemeriksaan faktor resiko yang masuk
dalam kategori buruk diberi tanda warna yang mencolok. Melalui
buku ini, kondisi kesehatan seluruh peserta dapat terpantau secara
langsung.
TINDAK LANJUT HASIL POSBINDU

Tujuan dari penyelenggaraan Posbindu PTM, yaitu agar faktor


resiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan lebih dini. Faktor resiko
yang telah terpantau secara rutin dapat selalu terjaga pada kondisi
normal atau tidak masuk kategori buruk. Namun,jika sudah dalam
kategori buruk harus diusahakan kembali ke kondisi normal. Tidak
semua cara pengendalian faktor resiko PTM harus dilakukan
dengan obat – obatan. Berikut adalah kategori pengendalian faktor
resiko PTM.

Gambar 11. Kategori Pengendalian Faktor Resiko PTM

Pada tahap awal, kondisi faktor resiko PTM dapat dicegah dan
dikendalikan melalui diet yang sehat, aktivitas fisik yang cukup, dan
gaya hidup yang sehat seperti berhenti merokok, pengelolaan stres,
dll. Melalui konseling dan atau edukasi dengan kader konselor,
pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mencegah dan
mengendalikan faktor resiko dapat ditingkatkan. Dengan proses
pembelajaran secara bertahap maka peserta yang memiliki faktor
resiko akan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat secara
mandiri. Berikut adalah jangka waktu pemantauan faktor resiko
PTM :

99
Tabel 10. Jangka waktu pemantauan faktor resiko PTM

Faktor Orang Sehat Orang Penderita


Resiko Beresiko PTM
Gula darah 3 tahun 1 tahun sekali 1 bulan
puasa sekali sekali
Gula darah 2 3 tahunsekali 1 tahun sekali 1 bulan
jam PP sekali
Gula darah 3 tahun 1 tahun sekali 1 bulan
sewaktu sekali sekali
Kolesterol 5 tahun 6 bulan sekali 3 bulan
total sekali sekali
Trigliserida 5 tahun 6 bulan sekali 3 bulan
sekali sekali
Tekanan 1 bulan 1 bulan sekali 1 bulan
Darah sekali sekali
IMT 1 bulan 1 bulan sekali 1 bulan
sekali sekali
Lingkar Perut 1 bulan 1 bulan sekali 1 bulan
sekali sekali
Keterangan :
 Pada kunjungan pertama semua faktor resiko diperiksa
 Pada kunjungan berikutnya, bagi peserta yang tidak beresiko
dan yang beresiko PTM dilakukan pemantauan pada faktor
resiko perilaku, BB, lingkar perut, IMT, dan tekanan darah setiap
bulan.
 Untuk peserta yang beresiko dislipidemia, pemeriksaan
kolesterol total dan trigliserida diperiksa setiap 6 bulan sekali.
 Untuk peserta yang beresiko kegemukan, dan memiliki riwayat
keluarga diabetes, kadar gula diperiksa setiap tahun.
 Untuk penyandang PTM, semua faktor resiko dipantau setiap
bulan, serta pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida
diperiksa setiap 3 bulan.
RUJUKAN POSBINDU PTM

Apabila pada kunjungan berikutnya, kondisi faktor resiko


tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk) atau sesuai
dengan kriteria rujukan, maka untuk mendapatkan penanganan
yang lebih baik harus dirujuk ke Puskesmas atau Klinik Swasta
sesuai kebutuhan dan keinginan yang bersangkutan.
Berikut adalah alur rujukan di Posbindu PTM :

Gambar 12. Alur Tindak Lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini di
Posbindu PTM

Keterangan alur :
Dari penilaian terhadap hasil pengukuran faktor resiko PTM
yang didapatkan, selanjutnya ditentukan tindakan apa yang
dibutuhkan dalam penanganan faktor resiko PTM tersebut. Untuk
dapat merujuk ke Puskesmas / Klinik Swasta lain, perlu ditentukan
sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

101
1. Bila terdapat satu atau lebih faktor resiko yang ditangani
masuk dalam kriteria buruk sesuai dengan gambar 4
tentang kategori faktor resiko.
2. Bila penanganan faktor resiko kriteria sedang (hasil
pengukuran gambar 4) tidak berhasil pada kunjungan 3
bulan berikutnya.
3. Bila dari hasil pemeriksaan diperlukan konfirmasi lanjutan
dari tenaga kesehatan.
4. Pada penyandang faktor resiko yang memerlukan obat –
obatan atau yang dalam pengobatan memerlukan
konsultasi dengan dokter.
5. Kondisi – kondisi gawat yang memerlukan penanganan
cepat dari tenaga kesehatan, seperti serangan jantung dan
stroke, serta terjadi penurunan kesadaran, serangan sesak
nafas pada penderita penyakit paru atau cedera.
Pada saat merujuk, sertakan KMS dan lembar rujukan
(lampiran) ke Puskesmas sebagai media informasi petugas dalam
menerima rujukan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2006, Buku Saku PHBS di RT, Pusat


Promosi Kesehatan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2010, Buku Paket Pelatihan Kader
Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan
Desa Siaga,Jakarta.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas
dan Obat Bebas Terbatas.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Buku Pintar Posbindu PTM
Pengukuran Faktor Risiko PTM, Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Buku Pintar Posbindu PTM
Penyelenggaraan Posbindu PTM, Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular,Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2016, Pedoman Umum Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi, Subdit Bina Gizi
Klinik. 2011. Diet Rendah Purin.
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi, Subdit Bina Gizi
Klinik. 2011. Diet Rendah Lemak Rendah dan Kolesterol
Rendah.

103
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi, Subdit Bina Gizi
Klinik. 2011. Diet Diabetes Melitus.
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Pengendalian Penyakit
Menular Langsung, Subdit Tuberkulosis. 2017. TB
Indonesia - Penanggulangan Tuberkulosis Terpadu.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Panduan Praktik Klinis Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2013.
Konsensus Nasional IV Diagnostik dan Penatalaksanaan
Nyeri Kepala. Airlangga University Press.
Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Perkeni. 2015. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Kartu Menuju Sehat FR-PTM

105
Lampiran 2. Formulir Pengukuran Faktor Resiko PTM
Lampiran 3. Lembar Pencatatan Hasil Posbindu

107
109
Lampiran 4. Lembar Rujukan Posbindu PTM

LEMBAR RUJUKAN
NO.....
POSBINDU PTM :
RT:...... RW:....
KELURAHAN :...... KECAMATAN :.....
KABUPATEN/ KOTA : ..... PROVINSI :

Yth.
Petugas Pengelola Program PTM
Puskesmas.....

Bersama ini kami sampaikan :


NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
ALAMAT :
Dengan,
MASALAH KESEHATAN :
PENANGANAN YANG SUDAH DILAKUKAN :

Mohon untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.


Demikian disampaikan dan sekiranya hasil tindak lanjut dapat
disampaikan kepada kami untuk penatalaksanaan berikutnya.
Terima kasih
.................., / / 20
Yang merujuk,
Petugas Pelaksanaan Posbindu PTM...

(Nama dan TTD)

111

Anda mungkin juga menyukai