ISBN : -
Dicetak oleh :
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada
iii
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
SAMBUTAN
v
Modul ini diharapkan sebagai acuan bagi kader kesehatan
daerah tertinggal dalam upaya menanggulangi masalah-masalah
kesehatan, khususnya kematian ibu dan bayi melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di daerah tertinggal.
Modul ini juga dapat menjadi petunjuk kader dalam pemberdayaan
masyarakat di tingkat desa untuk mewujudkan keberhasilan
pembangunan kesehatan di daerah tertinggal periode 2015 – 2019.
Direktur
Pengembangan Sumber Daya Manusia
vii
TIM PENYUSUN
Halaman Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Kata Pengantar ......................................................................... iv
Sambutan ................................................................................. vi
Tim Penyusun ........................................................................... x
Daftar Isi ................................................................................... xi
Daftar Lampiran ........................................................................ xiii
Daftar Singkatan ....................................................................... xiv
Berangkat dari Desa untuk Membangun Indonesia ................. 1
Penggerakkan dan Pemberdayaan Masyarakat ....................... 3
Peran Puskesmas Pembantu (Pustu) dalam
Pembangunan Kesehatan Masyarakat ...................................... 5
Peran dan Fungsi Kader dalam Pembangunan Kesehatan ...... 7
Langkah – Langkah Penggerakan dan
Pemberdayaan Masyarakat....................................................... 9
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ................................. 12
Pengamatan Kesehatan Berbasis Masyarakat
(Surveilans Epidemiologi) .......................................................... 17
Keluarga Sehat ......................................................................... 20
Pendekatan Penentuan Penyakit Berdasarkan
Gejala dan Upaya Pencegahannya ........................................... 23
Sakit Cacingan .......................................................................... 29
Diare .......................................................................................... 34
Demam Berdarah Dengue ........................................................ 38
Malaria ...................................................................................... 41
Sakit Kaki Gajah (Filariasis) ...................................................... 43
Penyakit Kulit ............................................................................ 45
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) .................................. 49
Tuberkulosis .............................................................................. 51
Campak ..................................................................................... 54
Sakit Maag ................................................................................. 56
Sakit Kepala............................................................................... 58
ix
Nyeri Punggung Bawah (Boyokan) ........................................... 61
Asma ......................................................................................... 63
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) ........................................... 65
Diabetes Melitus (DM) ............................................................... 68
Asam Urat ................................................................................. 73
Dislipidemia .............................................................................. 76
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) ......................................................................... 79
Konsep Posbindu PTM ............................................................ 80
Pelaksanaan Posbindu PTM ..................................................... 83
Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular (PTM)........................... 86
Cara Pengukuran Faktor Resiko PTM Menggunakan Alat ........ 87
Pencatatan dan Pelaporan ........................................................ 97
Tindak Lanjut Hasil Posbindu .................................................... 99
Rujukan Posbindu PTM ............................................................. 101
Daftar Pustaka ........................................................................... 103
Lampiran .................................................................................... 105
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR SINGKATAN
2. Tujuan Khusus
Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang
kesehatan.
3
Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
oleh masyarakat.
Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di
lapangan.
PERAN PUSKESMAS PEMBANTU (PUSTU) DALAM
PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT
5
Mendukung kegiatan posyandu, imunisasi, program kesehatan
ibu dan anak (KIA), penyuluhan kesehatan, surveilans,
pemberdayaan masyarakat, dan lain- lain.
Mendukung pelayanan rujukan
Mendukung pelayanan promotif dan preventif.
Dalam pelaksanaanya, selain bidan atau perawat yang bertugas,
peran kader juga sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan
layanan kesehatan di Puskesmas Pembantu.
PERAN DAN FUNGSI KADER DALAM
PEMBANGUNAN KESEHATAN
7
Penyehatan lingkungan
Kesehatan ibu, bayi, dan anak balita
Keluarga Sadar Gizi
Upaya mawas diri terhadap penyakit tidak menular
4. Membantu mengidentifikasi dan melaporkan kejadian di
masyarakat yang dapat berdampak kepada masyarakat secara
umum.
5. Membantu dalam memberikan pemecahan masalah kesehatan
yang sederhana kepada masyarakat.
LANGKAH – LANGKAH PENGGERAKAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
11
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
B. Tujuan PHBS
Tujuan umum PHBS adalah meningkatnya rumah tangga ber
PHBS di desa kabupaten / kota seluruh Indonesia.
Tujuan khusus PHBS adalah meningkatnya pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga untuk
melaksanakan PHBS.
C. Manfaat PHBS
Manfaat penerapan perilaku hidup bersih dan sehat antara lain:
a. Bagi Rumah Tangga
1. Meningkatnya derajat kesehatan rumah tangga, dan anggota
keluarga menjadi tidak mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat karena dengan
terjaga derajat kesehatannya maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya lain
seperti biaya pendidikan, modal usaha, dll.
b. Bagi masyarakat
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –
masalah kesehatan.
3. Masyarakat mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
ada.
D. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota
keluarga yang meliputi :
1. Pasangan usia subur
2. Ibu hamil dan ibu menyusui
3. Anak dan remaja
4. Usia lanjut
5. Pengasuh anak
13
3. Menimbang balita setiap bulan
Balita atau bawah lima tahun (usia 12-60 bulan) ditimbang setiap
bulan dan dicatat di Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
4. Menggunakan air bersih
Rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari – hari yang berasal dari air kemasan, air ledeng, air pompa,
sumur terlindung, mata air terlindung, penampungan air hujan dan
memenuhi syarat air bersih, yaitu tidak berasa, tidak berbau, dan
tidak berwarna. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung
harus berjarak minimal 10 (sepuluh) meter dari sumber pencemar
seperti tempat penampungan kotoran.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Anggota keluarga yang berusia diatas 5 tahun, selalu mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar,
sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak, sebelum
menyiapkan makanan, dan menggunakan air bersih mengalir dan
sabun.
6. Menggunakan jamban sehat
Anggota keluarga yang menggunakan jamban leher angsa
dengan tanki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai
pembuangan akhir dan terpelihara kebersihannya. Untuk daerah
yang sulit air dapat menggunakan jamban cemplung, atau jamban
plengsengan.
F. Kegiatan PHBS
Setelah menentukan tujuan, manfaat, sasaran, dan indikator,
selanjutnya ditentukan kegiatan yang akan dilakukan. Caranya
adalah dengan membuat beberapa alternatif kegiatan, kemudian
dipilih kegiatan mana yang bisa dilakukan sesuai dengan
kemampuan daerah setempat. Berikut contoh kegiatan yang bisa
dilakukan untuk melaksanakan PHBS:
1. Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga
Melakukan sosialisasi kepada kelompok yang ada di desa,
misalnya dengan Dasawisma, RT, RW, dan kelompok peduli
kesehatan.
2. Membuat alternatif kegiatan, misalnya :
15
2 Belum semua bayi diberi Melibatkan keluarga ibu
ASI Ekslusif menyusui misalnya
nenek sebagai orang
yang dituakan atau
didengar sebagai
tenaga penyuluh
dirumah, dengan
melatih nenek tentang
pentingnya ASI Ekslusif
17
Atau memberikan laporan informasi tentang faktor- faktor resiko
suatu penyakit, seperti contoh di bawah :
19
KELUARGA SEHAT
Perilaku
Sehat
Pelayanan
Kesehatan
yang Baik
KELUARGA SEHAT
21
PELAYANAN KESEHATAN
Pelyanan kesehatan yang
baik dan pemanfaatan
sarana pelayanan kesehatan
(Contoh. Puskesmas)
KETURUNAN
ORANG TUA, KAKEK,
NENEK
BERPENYAKIT/ TIDAK
Penyakit Asma
Penyakit Diabetes Melitus
Kanker
Buta Warna
23
PENDEKATAN PENENTUAN PENYAKIT
BERDASARKAN GEJALA DAN UPAYA
PENCEGAHANNYA
A. PENDAHULUAN
Dalam upaya untuk memahami terjadinya suatu penyakit dalam
tubuh manusia, salah satu cara yang dapat digunakan adalah
pendekatan penyakit yang didasarkan pada gejala dan tanda khas
dari masing-masing penyakit yang muncul. Selain itu, yang tidak
kalah penting lagi adalah dapat mengetahui adanya faktor resiko
dari munculnya suatu penyakit. Dengan mengetahui faktor resiko
dari masing – masing penyakit maka kader dapat mengedukasi
masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan yang tepat.
Upaya pencegahan atau upaya preventif merupakan bagian
paling hulu dari upaya pencapaian kesehatan masyarakat. Justru
upaya preventif lah yang harus ditekankan di masyarakat, karena
mereka lah pioner dan tokoh utama dalam pelaksanaan upaya
preventif. Jika upaya preventif sudah terlaksana dengan baik, maka
angka kesakitan dan angka kematian akibat suatu penyakit dapat
ditekan.
Bagi kader kesehatan, selain melakukan upaya preventif, upaya
pemantauan dan pengamatan adanya suatu penyakit/ ancaman
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) / yang umum disebut sebagai
wabah juga penting untuk dilakukan secara terus menerus. Upaya
tersebut apabila dilakukan dengan tepat dapat memberikan
informasi penting untuk penentuan penyakit bagi tiap individu.
Berikut adalah contoh matriks jenis-jenis faktor resiko dari suatu
penyakit:
Tabel 4. Matriks jenis-jenis faktor resiko dari suatu Penyakit
(sumber: Kemenkes RI, 2009)
No Nama Penyakit / Jenis Faktor Resiko
Surveilans
1 Diare Masyarakat kesulitan
memperoleh air bersih
Masyarakat mengeluhkan
kurangnya jamban / MCK
Lingkungan / sanitasi tidak
bersih (pengelolaan dan
pengolahan sampah yang
tidak baik).
Terlihat beberapa anggota
keluarga / tetangga yang
menderita gejala penyakit
serupa (BAB cair dan berulang
lebih dari 3 kali dalam 24 jam)
2 Campak Merasakan sebagian
warganya masih kekurangan
pangan.
Anak balita banyak yang tidak
atau susah naik berat
badannya.
Anak balita banyak yang
belum mendapatkan imunisasi
campak (pada usia 9 bulan)
dan Vitamin A.
Terlihat beberapa anak yang
juga terserang campak
(muncul ruam kemerahan di
seluruh tubuh dan disertai
demam).
25
Riwayat imunisasi tidak
lengkap (tidak dilakukan
imunisasi / terlewat jadwal
imunisasi campak yang biasa
dilakukan pada bayi usia 9
bulan).
3 DBD dan Malaria Masyarakat melihat dan
merasakan banyak nyamuk di
wilayahnya.
Masyarakat melihat dan
merasakan banyak air yang
tergenang.
Banyak kaleng-kaleng bekas
yang tidak dikubur.
Banyak menemukan jentk
pada tempat-tempat
penampungan air.
4 ISPA/ Melihat beberapa tetangga
Pneumonia atau keluarga terserang
demam.
Masyarakat melihat dan
merasakan timbulnya kasus
batuk pilek yang
mengarah/cenderung pada
sesak napas terutama pada
anak-anak.
Terjadinya kebakaran hutan
yang mengakibatkan kabut
asap dan mengganggu
pernapasan.
27
penyakit. Kader kesehatan dapat menindaklanjuti dengan
mengedukasi cara melakukan upaya preventif maupun memberikan
saran berupa swamedikasi dengan menggunakan obat-obatan
over-the-counter (OTC) atau obat-obatan yang dapat dibeli tanpa
menggunakan resep dokter. Obat-obatan OTC dapat digolongkan
menjadi 2 jenis yakni : obat bebas dan obat bebas terbatas.
Keduanya dapat dikenali dengan mudah berdasarkan logo
(dibawah ini) yang ada pada kemasannya. Pembahasan lengkap di
Modul Swamedikasi.
(a) (b)
Gambar 1. (a) Logo obat bebas, (b) Logo Obat Bebas Terbatas
PENYAKIT MENULAR
SAKIT CACINGAN
Gejala
Sakit cacingan ini merupakan salah satu penyakit yang
gejalanya tidak khas. Berikut beberapa gejala yang mungkin
muncul:
Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar
Badan cenderung kurus dan perut buncit
Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala
Gatal – gatal di sekitar dubur terutama pada malam hari (cacing
kremi).
Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing
tambang, cacing cambuk) dapat terjadi anemia.
Penyebab
Cacing penyebab penyakit pada manusia antara lain:
Cacing gelang ( Askariasis lumbricoides)
Cacing cambuk (Trichuris sp)
Cacing kremi ( Enterobius vermicularis)
Cacing tambang ( Ankilostoma, Necator)
Cacing pita (Taenia sp)
29
makanan dan melalui kulit. Berikut adalah gambaran siklus sakit
cacingan.
31
d) Makan tidak tertutup
Makanan yang tidak tertutup dengan
baik dapat dihinggapi lalat, kaki lalat
selain terdapat bakteri dapat
mengandung telur cacing sehingga
apabila lalat tersebut hinggap di
makanan yang akan dikonsumsi akan
meningkatkan resiko untuk terjadinya
sakit cacingan.
33
PENYAKIT MENULAR
DIARE
35
d) Makanan / jajanan kurang bersih
37
PENYAKIT MENULAR
DEMAM BERDARAH DENGUE
39
PENYAKIT MENULAR
MALARIA
Cara Pencegahan
Menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan
kelambu saat tidur, repelen, atau kawat kasa nyamuk.
Menjaga kebersihan lingkungan dengan membudayakan
3M plus untuk memberantas sarang nyamuk
Membiasakan pola hidup sehat
Segera memeriksakan ke dokter jika terdapat gejala yang
dicurigai sebagai sakit kaki gajah, untuk menghindari dari
kecacatan yang lebih lanjut.
PENYAKIT MENULAR
PENYAKIT KULIT
Pencegahan
Mandi teratur dua kali sehari
Menjaga lipatan kulit agar tetap kering
Jangan menggaruk karena jika kulit lecet akan
memudahkan terjadinya infeksi oleh kuman
Menggunakan pakaian dalam dan pakaian luar yang bersih.
47
Gejala dan Tanda Kudis
Terdapat bintil kecil berwarna merah pada kulit, biasanya
pada tangan, lipatan siku, sekitar alat kelamin, dan lipatan
tubuh lainnya.
Tampak garis berwarna putih atau merah di kulit yang
merupakan liang yang dibuat oleh tungau untuk menaruh
telurnya dibawah kulit.
Rasa gatal yang hebat terutama di malam hari
Bisa muncul luka atau koreng apabila digaruk
Cara Penularan
Kuman TB ditularkan melalui
udara (percikan dahak/droplet)
pada saat penderita TB batuk,
bersin atau berbicara. Kuman
TBC yang keluar akan terhirup
orang lain melalui saluran
pernafasan. Jika daya tahan
tubuh lemah, orang tersebut akan tertular dan sakit TBC. Jika daya
tahan tubuh baik, orang tersebut tidak akan langsung sakit TBC.
51
Pencegahan
Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
Membuka jendela agar rumah mendapatkan cukup sinar
matahari dan udara segar.
Menjemur alas tidur agar tidak lembab.
Mendapatkan suntikan vaksin BCG bagi anak usia di bawah
lima tahun untuk menghindari TBC berat (meningitis atau
milier).
Olahraga teratur.
Tidak merokok dan hindari asap rokok.
Menutup mulut saat bersin atau batuk menggunakan masker
atau sapu tangan, serta tidak meludah atau membuang dahak
di sembarang tempat.
Hal Yang Harus Diperhatikan
Apabila sudah muncul gejala yang disebutkan di atas atau
pasien pernah kontak/tinggal bersama penderita TBC,
maka perlu untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
Penderita TBC akan menjalani pengobatan selama 6-8
bulan yang akan terbagi menjadi 2 tahap. Tahap awal, obat
akan diminum setiap hari selama 2-3 bulan. Tahap lanjutan,
obat akan diminum 3 kali seminggu selama 4-5 bulan.
Pengobatan ini wajib diselesaikan sesuai anjuran dokter
walaupun gejala sudah tidak ada.
Perlu diketahui bahwa pemeriksaan dan pengobatan TB
sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah sehingga jangan
ragu untuk memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat.
TBC merupakan penyakit yang bisa disembuhkan,
sehingga jika ada penderita TBC jangan mengucilkan
mereka, justru mereka harus didampingi dengan baik
karena masa pengobatan yang cukup lama.
53
PENYAKIT MENULAR
CAMPAK
Upaya Pencegahan
Jauhkan anak dari penderita campak
Berikan imunisasi campak secara lengkap sesuai jadwal.
Campak merupakan salah satu imunisasi yang ditanggung
oleh pemerintah.
55
PENYAKIT TIDAK MENULAR
SAKIT MAAG
Penyebab
1. Infeksi bakteri Campylobacter pylori
2. Peningkatan produksi asam lambung, dapat terjadi karena :
Makanan atau minuman yang merangsang lambung, yaitu
makanan yang pedas atau asam, kopi, alkohol.
Faktor stress baik stress fisik (setelah pembedahan, penyakit
berat, luka bakar) maupun stress mental.
Obat – obatan tertentu yang digunakan dalam jangka waktu
lama seperti aspirin, dll.
Jadwal makan yang tidak teratur
57
PENYAKIT TIDAK MENULAR
SAKIT KEPALA
59
Hal Yang Dapat Dilakukan
Beristirahat di tempat yang cukup tenang dan agak gelap
Mengonsumsi obat anti nyeri
Jika ditemukan tanda – tanda yang patut diwaspadai,
segera berkunjung ke tempat layanan kesehatan.
Mencoba mengenali faktor pencetus sakit kepala dan
menghindarinya. Faktor pencetus sakit kepala bisa
beragam antara lain stress, perubahan pola tidur, makanan,
cahaya yang terlalu terang, tempat yang bising,dll.
PENYAKIT TIDAK MENULAR
NYERI PUNGGUNG BAWAH (BOYOKAN)
61
Apa saja tanda dan gejala yang harus diwaspadai pada nyeri
punggung bawah?
Pada usia > 50 tahun
Memiliki riwayat kanker
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
Menggunakan terapi imunosupresan (penekan imun dalam
jangka panjang)
Riwayat trauma yang bermakna, seperti jatuh dari tempat
tinggi.
Nyeri punggung bawah yang disertai dengan demam tinggi
Penggunaan obat – obatan steroid jangka panjang
Terdapat kelemahan anggota gerak bawah
Gangguan dalam menahan kencing atau sensasi BAB
Faktor Pencetus
Asma bisa timbul karena adanya faktor pencetus, bisa berupa
suatu benda, keadaan, atau kondisi perasaan. Berikut faktor – faktor
pencetus asma :
Ketegangan emosi
Kelelahan
Udara dingin
Penyakit saluran pernapasan seperti batuk pilek
Zat – zat yang merangsang pernapasan misalnya bau-
bauan, debu, serbuk sari.
63
Berada di suasana yang tidak menyenangkan
Upaya Pencegahan
Pencegahan asma yang paling baik adalah dengan mengenali
dan menghindari faktor pencetus asma. Setiap penderita memiliki
faktor pencetusnya masing – masing.
Faktor Penyebab
1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan
Usia tua
Jenis Kelamin
Keturunan
2. Faktor yang dapat dikendalikan
Pola makan yang tidak teratur
Kegemukan / obesitas
Stres fisik maupun pikiran
Merokok maupun menghirup asap rokok
Konsumsi alkohol
65
Konsumsi kopi
Konsumsi garam yang tinggi > 30 gram/hari
Kurangnya aktivitas fisik
Gejala
Sakit kepala, sakit kuduk
Sulit tidur
Kelelahan
Mual muntah
Gelisah
Pandangan kabur
Bahaya Hipertensi
Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah serta dapat
menimbulkan plak sehingga dapat menyumbat aliran darah yang
menuju organ-organ penting di dalam tubuh. Hal tersebut dapat
menyebabkan beberapa komplikasi, seperti penyakit jantung,
stroke, gagal ginjal, maupun kebutaan.
67
PENYAKIT TIDAK MENULAR
DIABETES MELITUS (DM)
Penyebab
Kegemukan (obesitas)
Stres
Tekanan darah tinggi
Merokok
Kurang olahraga
Pola makan yang tidak sehat
69
Kadar Gula Darah Normal
Tabel 5. Kadar Gula Darah
Gula Darah Normal Pre Diabetes Diabetes
Mellitus
Puasa < 100 100-125 > 126
2 jam setelah < 140 140-199 > 200
makan
*Gula darah puasa diukur setelah melakukan puasa selama minimal 8 jam.
Pencegahan DM
Menjaga berat badan supaya tetap ideal (IMT 18,5-24,5 kg/m2)
Mengatur pola makan
Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari
Berhenti merokok dan tidak minum alkohol
Hindari stres
Mengawasi tekanan darah
Penyebab
Penyakit asam urat disebabkan oleh tingginya kadar purin di
dalam tubuh. Purin adalah hasil metabolisme protein yang dapat
membentuk kristal asam urat dan dapat menumpuk pada sendi-
sendi tangan serta ginjal/saluran kencing.
Tingginya kadar purin di dalam tubuh dapat disebabkan karena
terlalu banyak makan makanan yang mengandung purin atau
pembuangan purin lewat kencing maupun tinja sedikit karena
gangguan di sistem pencernaan maupun perkemihan.
73
Gejala
Gejala penyakit asam urat ditandai dengan nyeri sendi
(terutama pada pagi atau malam hari) yang berulang, kadang
disertai pembengkakan sendi.
Ingat!
Tidak semua pegal – pegal di tangan atau kaki
adalah asam urat. Cek lab untuk membuktikannya.
Pencegahan
Cara pencegahan penyakit Tid asam urat adalah dengan
melakukan pola hidup sehat serta membatasi makanan yang
mengandung tinggi purin. Olahraga secara teratur juga dapat
mencegah kaku sendi. Minum air putih sebanyak 2-3 liter/hari dapat
mencegah terjadinya pengendapan asam urat dalam ginjal (batu
ginjal) dan membantu mengeluarkan kelebihan asam urat dari
dalam tubuh.
Pengaturan Makan Bagi Penderita Asam Urat
1. Dianjurkan
o Sumber karbohidrat: Nasi, bubur, bihun, roti, gandum,
makaroni, pasta, jagung, kentang, ubi, talas, singkong,
havermout.
oSumber protein hewani: Telur, susu skim/susu rendah
lemak.
o Sayuran: Wortel, labu siam, kacang panjang, terong, pare,
oyong, ketimun, labu air, selada air, tomat, selada, lobak
o Buah: Semua macam buah-buahan.
o Minuman: Semua macam minuman yang idak beralkohol.
o Lain-lain: Semua macam bumbu secukupnya
2. Dibatasi
o Sumber protein hewani: Daging, ayam, ikan tongkol,
tenggiri, bawal, bandeng, kerang, udang dibatasi
maksimum 50 gram/hari.
o Sumber protein nabati: Tempe, tahu maksimum 50
gram/hari dan kacang-kacangan (kacang hijau, kacang
tanah, kedelai) paling banyak 25 gram/hari.
o Sayuran: Bayam, buncis, daun/biji, melinjo, kapri, kacang
polong, kembang kol, asparagus, kangkung dan jamur
maksimum 100 gram/hari.
o Minuman: Teh kental atau kopi.
o Lain-lain: Makanan yang berlemak dan penggunaan santan
kental, makanan yang digoreng.
3. Dihindari
o Hindari makanan yang mengandung purin tinggi (kadar
purin antara 150-800 mg/gram bahan makanan), seperti
hati, ginjal, jantung, limpa, otak, ham, sosis, babat, usus,
paru, sarden, kaldu daging, bebek, burung, angsa, remis
dan ragi.
o Minuman: Minuman yang mengandung soda dan alkohol:
soft drink, arak, ciu, bir.
75
PENYAKIT TIDAK MENULAR
DISLIPIDEMIA
Faktor Resiko
Faktor keturunan, riwayat
keluarga dengan dislipidemia.
Riwayat keluarga dengan
penyakit jantung koroner dini.
Komplikasi penyakit lain,
seperti diabetes, hipertensi,
penyakit ginjal, gangguan
tiroid, dan penyakit hati.
Berat badan berlebih atau
obesitas.
Usia, laki-laki >40 tahun,
perempuan >50 tahun.
Ukuran lingkar pinggang, laki-
laki >90 cm, perempuan >80 cm.
Perokok aktif.
Penggunaan obat-obatan tertentu.
Gejala
Dislipidemia tidak menimbulkan gejala hingga kondisi tersebut
memunculkan komplikasi sehingga penderita biasanya tidak sadar
dengan penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, sangat
disarankan untuk kontrol rutin ke dokter apabila memiliki faktor
resiko yang telah disebutkan di atas tanpa mengalami gejala
apapun.
Pengelolaan Dislipidemia
Aktivitas fisik minimal 30 menit per hari sebanyak 4-6 kali
dalam seminggu. Kegiatan yang disarankan meliputi jalan
cepat, bersepeda, ataupun berenang.
Pengelolaan makanan (lihat penjelasan di bawah).
Berhenti merokok.
Menjaga berat badan normal (IMT 18,5-24,9 kg/m2)
(penjelasan lihat di materi hipertensi).
Menjaga tekanan darah tetap normal.
Lakukan kontrol rutin ke dokter.
79
KONSEP POSBINDU PTM
A. Pengertian
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko PTM
Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.
Faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat,
kurang aktivitas fisik, obesitas (kegemukan), stres, tekanan darah
tinggi (hipertensi), kadar gula darah tinggi (hiperglikemi), kadar
kolesterol tinggi (hiperkolesterol) serta menindak lanjuti secara
dini faktor resiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan
dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
B. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan
dan penemuan dini faktor resiko PTM.
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko
dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.
D. Wadah Kegiatan
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan
upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di
tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan,
tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu
b erkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di masjid, gereja,
klub olahraga, pertemuan organisasi politik maupun
kemasyarakatan.
E. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan
yang telah ada, atau orang-orang yang bersedia
menyelenggarakan Posbindu yang dilatih secara khusus.
F. Bentuk Kegiatan
Kegiatan dalam Posbindu PTM, meliputi :
1. Kegiatan penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat penyakit tidak menular pada
keluarga dan diri peserta, aktivitas fisik, merokok, kurang makan
sayur dan buah, potensi terjadinya cedera, serta informasi lain
yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan. Aktivitas
ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan
sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa
tubuh (IMT), lingkar perut, tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan sebulan sekali.
3. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat minimal
tiga tahun sekali, dan bagi yang telah memiliki faktor resiko atau
penyandang diabetes melitus minimal 1 tahun sekali. Untuk
pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
orang yang telah dilatih.
4. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi
individu sehat disarankan minimal 5 tahun sekali dan bagi yang
telah memiliki faktor resiko disarankan 6 bulan sekali, dan bagi
penderita kolesterol tinggi atau dislipidemi minimal 3 bulan
sekali.
5. Kegiatan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap
pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena
pemantauan faktor resiko kurang bermanfaat bila masyarakat
tidak tahu cara mengendalikannya.
6. Kegiatan aktivitas fisik atau olahraga bersama, sebaiknya rutin
diselenggarakan setiap minggu.
81
7. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di
wilayahnya bagi orang – orang yang memerlukan pemeriksaan
lanjutan.
83
Dalam pelaksanaan Posbindu PTM, idealnya terdapat
pembagian kader untuk memudahkan. Namun, walaupun begitu
sebaiknya setiap kader memahami semua peranan tersebut.
Berikut adalah pembagian kader beserta tugasnya :
85
FAKTOR RESIKO
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
87
1. Minta peserta melepaskan alas kaki, dan
penutup kepala seperti topi
2. Peserta diminta berdiri tegak, persis di
bawah alat ukur.
3. Posisi kepala dan bahu bagian belakang,
lengan, pantat, dan tumit menempel pada
dinding tempat alat ukur dipasang.
4. Pandangan lurus ke depan, dan tangan
dalam posisi tergantung bebas.
5. Gerakkan alat ukur sampai menyentuh
bagian atas kepala. Pastikan alat ukur
berasa tepat di bagian tengah kepala.
Dalam keadaan ini, bagian alat ukur harus
tetap menempel pada dinding.
6. Baca angka yang tertera pada jendela
baca (ke arah angka yang lebih besar /bawah). Saat
melakukan pembacaan, pastikan mata sejajar dengan
jendela baca
7. Bila pengukur lebih rendah dari peserta, maka pengukur
harus berdiri di atas bangku agar hasil pengukuran benar.
8. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
di belakang koma. Misal 157,3 cm.
IMT = BB (kg)
TB2 (m2)
Contoh : BB = 50 kg
TB = 160 cm = 1,60 m
IMT = 50 / (1,60)2 =50/2,56 =19,53 kg/m 2
89
Apabila responden tidak bersedia membuka atau
menyingkap pakaian, maka pengukuran dengan
menggunakan pakaian yang sangat tipis (kain nilon, silk,dll)
diperbolehkan dan diberi catatan pada kuesioner.
Apabila responden tetap menolak untuk diukur, maka
pengukuran lingkar perut tidak boleh dipaksakan, dan beri
catatan pada kuesioner.
Penggantian baterai
1. Matikan alat sebelum mengganti baterai
2. Keluarkan baterai jika alat tidak akan
digunakan selama lebih dari 3 bulan.
3. Jika baterai dikeluarkan > 30 detik, maka
tanggal/waktu perlu disetting kembali.
4. Buang baterai yang sudah tidak terpakai
pada tempat yang sesuai.
5. Jika tanda baterai bersilang muncul, segera ganti baterai dengan
yang baru.
6. Walaupun tanda baterai bergaris muncul, sesaat masih dapat
untuk mengukur sebentar, akan tetapi baterai harus diganti.
91
Prosedur penggunaan manset
Sistolik
Diatolik
Denyut Nadi
Prosedur pengukuran
1. Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat
2. Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden
sebaiknya menghindari kegiatan aktivitas fisik seperti olahraga,
merokok, makan, minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan
juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum
pengukuran.
3. Hindari pengukuran dalam keadaan stress. Pengukuran
sebaiknya dilakukan dalam kondisi yang tenang dan posisi
duduk.
4. Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang,
tapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai.
5. Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehingga
manset yang sudah terpasang akan sejajar dengan jantung
responden.
6. Singsingkan lengan baju pada lengan kanan, dan minta
responden untuk duduk tanpa banyak gerak, dan tidak
berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden
menggunakan baju lengan panjang, singsingkan lengan baju
ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga
tidak menghambat aliran darah.
7. Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak
tangan terbuka ke atas.
8. Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali
dan hasil pengukuran akan muncul. Alat akan menyimpan hasil
pengukuran secara otomatis.
9. Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat.Jika anda lupa
untuk mematikan alat, maka alat akan mati dengan sendirinya
dalam 5 menit.
93
Cara Pengukuran
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien yang benar
4. Singkap lengan baju, pasang manset pada lengan kanan/
kiri atas, sekitar 1-2,5 cm di atas fossa cubiti ( lipatan siku
lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu
longgar.
5. Jika menggunakan tensimeter raksa, buka pengunci tabung
raksa terlebih dahulu, yang ditandai dengan naiknya air
raksa.
6. Raba denyut nadi pada siku bagian dalam dengan jari
tangan kita.
7. Pompa manset sampai denyut nadi tidak teraba.
8. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih
tinggi dari titik radialias yang tidak teraba.
9. Letakkan diafragma stetoskop di atas tempat kita meraba
denyut
10. Buka sekrup pompa secara perlahan untuk mengempeskan
balon manset. Saat pertama kali denyut nadi terdengar nilai
ini menunjukan tekanan darah sistolik, sedangkan denyut
nadi yang terakhir terdengar menunjukan tekanan darah
diastolik.
11. Cuci tangan dan catat hasilnya.
95
Baca dan catat hasilnya.
Catatan :
Prosedur penggunaan alat mungkin berbeda sesuai
dengan merk dan jenis alat. Harap baca buku petunjuk alat.
Seluruh bahan yang telah digunakan harap dibuang ke
tempat sampah yang disediakan khusus.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Hasil pengukuran
atau pemeriksaan Buku catatan hasil
dicatat di Buku kegiatan dikumpulkan
Pencatatan Hasil Petugas Puskesmas
Kegiatan
Pada tahap awal, kondisi faktor resiko PTM dapat dicegah dan
dikendalikan melalui diet yang sehat, aktivitas fisik yang cukup, dan
gaya hidup yang sehat seperti berhenti merokok, pengelolaan stres,
dll. Melalui konseling dan atau edukasi dengan kader konselor,
pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mencegah dan
mengendalikan faktor resiko dapat ditingkatkan. Dengan proses
pembelajaran secara bertahap maka peserta yang memiliki faktor
resiko akan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat secara
mandiri. Berikut adalah jangka waktu pemantauan faktor resiko
PTM :
99
Tabel 10. Jangka waktu pemantauan faktor resiko PTM
Gambar 12. Alur Tindak Lanjut dan Rujukan Hasil Deteksi Dini di
Posbindu PTM
Keterangan alur :
Dari penilaian terhadap hasil pengukuran faktor resiko PTM
yang didapatkan, selanjutnya ditentukan tindakan apa yang
dibutuhkan dalam penanganan faktor resiko PTM tersebut. Untuk
dapat merujuk ke Puskesmas / Klinik Swasta lain, perlu ditentukan
sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
101
1. Bila terdapat satu atau lebih faktor resiko yang ditangani
masuk dalam kriteria buruk sesuai dengan gambar 4
tentang kategori faktor resiko.
2. Bila penanganan faktor resiko kriteria sedang (hasil
pengukuran gambar 4) tidak berhasil pada kunjungan 3
bulan berikutnya.
3. Bila dari hasil pemeriksaan diperlukan konfirmasi lanjutan
dari tenaga kesehatan.
4. Pada penyandang faktor resiko yang memerlukan obat –
obatan atau yang dalam pengobatan memerlukan
konsultasi dengan dokter.
5. Kondisi – kondisi gawat yang memerlukan penanganan
cepat dari tenaga kesehatan, seperti serangan jantung dan
stroke, serta terjadi penurunan kesadaran, serangan sesak
nafas pada penderita penyakit paru atau cedera.
Pada saat merujuk, sertakan KMS dan lembar rujukan
(lampiran) ke Puskesmas sebagai media informasi petugas dalam
menerima rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
103
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi, Subdit Bina Gizi
Klinik. 2011. Diet Diabetes Melitus.
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Pengendalian Penyakit
Menular Langsung, Subdit Tuberkulosis. 2017. TB
Indonesia - Penanggulangan Tuberkulosis Terpadu.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Panduan Praktik Klinis Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2013.
Konsensus Nasional IV Diagnostik dan Penatalaksanaan
Nyeri Kepala. Airlangga University Press.
Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Perkeni. 2015. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia.
LAMPIRAN
105
Lampiran 2. Formulir Pengukuran Faktor Resiko PTM
Lampiran 3. Lembar Pencatatan Hasil Posbindu
107
109
Lampiran 4. Lembar Rujukan Posbindu PTM
LEMBAR RUJUKAN
NO.....
POSBINDU PTM :
RT:...... RW:....
KELURAHAN :...... KECAMATAN :.....
KABUPATEN/ KOTA : ..... PROVINSI :
Yth.
Petugas Pengelola Program PTM
Puskesmas.....
111