Anda di halaman 1dari 2

Nama : Malik Fajar

Npm : 5122600031

Kelas : 3A

Mata kuliah : Hukum Adat

TRADISI PERNIKAHAN DINI DILIHAT DARI PERSPEKTIF HAM DAN UU


PERKAWINAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan adat istiadat karena terdiri dari ribuan
suku. Suku suku tersebut yang melahirkan berbagai adat istiadat maupun tradisi yang ada
didaerahnya. Tradisi dalam suatu daerah itu jika sudah menjadi kebiasaan dan dilakukan
turun temurunlah yang akhirnya menjadi sebuah hukum adat dalam daerah tersebut.

Tradisi yang dijalankan turun temurun dan menjadi kebiasaan sampai saat ini yng
masih berlangsung dan dapat dilegalkan salah satunya adalah pernikahan dini. Budaya atau
tradisi ini terdapat dibeberapa daerah diantaranya: Madura, nusa tenggara, dan beberapa
daerah di kalimantan.

Praktek pernikahan dini masih eksis karena pengaruh dari budaya lokal. Sekalipun
pemerintah telah melarang pernikahan dini melalui berbagai instrumen hukum, seperti
Undang Undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Undang undang perkawinan sudah mencegah agar pernikahan dini semakin berkurang
dengan memberi batasan usia bagi seseorang yang boleh menikah, yaitu baik laki laki dan
perempuan harus sudah berumur 19 tahun. Namun, pada prakteknya dilapangan banyak
terjadi dispensasi yang dikeluarkan oleh pengadilan jika salah satu ataupun keduanya masih
dibawah umur.

Artinya hal tersebut menandakan masih banyaknya pernikahan dini yang dipaksakan,
baik karena pergaulan remaja yang akhirnya menjerumus terhadap hal yang tidak di inginkan,
seperti hamil terlebih dahulu. Faktor ekonomi pun salah satu menjadi faktor paling dominan
dalam berbagai pernikahan dini. Tidak banyak orang tua yang akhirnya menjodohkan
anaknya lantaran keluarganya terlilit utang yang cukup besar sehingga tidak bisa melunasi
hutangnya, dan agar lunasnya hutang itu, satu satunya jalan yang harus ditempuh ialah
dengan menikahkan/menjodohkan dengan keluarga yang memberi utang.
Dari segi hak asasi manusia, jelas hal itu sangat bertentangan dengan nilai nilai hak
asasi manusia terutama bagi perempuan. Posisi perempuan dalam pernikahan dini biasanya
sebagai orang yang dipilih, ditunjuk dan dan dinikahi tanpa memiliki hak untuk menolak atau
mempertimbangkannya. Hak anak perempuan sudah sejak lahir sudah diarahkan oleh para
orangtua bahkan dalam pendidikan dunia pun seorang anak perempuan dianggap tidak
penting, sehingga para perempuan merasa tidak memiliki kebebasan apapun dalam
menentukan hidupnya sendiri.

Dalam undang undang perkawinan juga walaupun sudah diatur secara jelas batas
umur seseorang yang boleh menikah akan tetapi hal itu tidak bisa mengurangi pernikahan
dini. Artinya undang undang perkawinan belum berfungsi secara optimal bagi pencegahan
pernikahan dini di Indonesia.

Dibutuhkan instrumen hukum yang lebih kuat agar pernikahan dini di Indonesia bisa
dikurangi bahkan kita berharap bisa dicegah sebisa mungkin agar tidak terjadi, karena hal itu
banyak mengahasilkan kemudharatan daripada kemaslahatan. Baik dari sisi Hak asasi
manusia, kesehatan anak, tumbuh kembang anak dan nilai nilai agama.

Anda mungkin juga menyukai