Anda di halaman 1dari 3

1.

Artikel 1 “USING PROBLEM-BASED LEARNING TO IMPROVE


STUDENTS’ CRITICAL THINKING SKILLS TO DEAL HOAX
INFORMATION IN CHEMISTRY”
Tujuannya yaitu untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran berbasis
masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menghadapi informasi hoax dalam kimia.

2. Pada artikel 2 ini Langkah-langkah dari analisis data yaitu Penelitian ini
merupakan quasi eksperimen dan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas
Negeri di Provinsi Lampung, Indonesia, dengan menggunakan desain
nonequivalent control-group design (Creswell dan Creswell, 2017). Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas XI yang berjumlah 200 siswa. Dengan
menggunakan purposive sampling diperoleh 60 siswa, dan masing-masing
menyatakan setuju untuk mengikuti penelitian ini. Selanjutnya siswa
dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Purposive sampling
dilakukan dengan pertimbangan untuk mendapatkan sampel dengan karakteristik
yang sama atau relatif mirip berdasarkan informasi prioritas suatu populasi
(Fraenkel, Wallen, dan Hyun, 2011). Sebelum intervensi, baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol diberikan pretes CTS Norris-Ennis dalam bentuk
pertanyaan terbuka (Lampiran 1). Selanjutnya tahap intervensi dengan penerapan
PBL pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Pembelajaran dimulai dengan mengarahkan siswa pada masalah informasi hoax.
Pada fase siswa terorganisir, siswa diminta mengumpulkan informasi terkait
masalah. Selanjutnya mahasiswa membuat desain investigasi dan
mengaplikasikannya untuk memastikan ada tidaknya informasi hoax tersebut.
Data yang diperoleh kemudian disajikan. Pada tahap terakhir, siswa akan ditanya
dan dijawab tentang hasil kerja antar kelompok untuk mengemukakan berbagai
pendapat atau gagasan. Proses pembelajaran dipandu oleh lembar kerja siswa
agar sesuai dengan sintaks PBL.
3. A. Pada Tahap pengujian hipotesis digunakan Pengujian statistik dengan SPSS
versi 23.0 dilakukan terhadap hasil pretest melalui uji normalitas (One Sample
KolmogorovSmi nov's Test), homogenitas varians (Levene's Test), dan
independent sample t test. Peningkatan skor tiap kelas (n-gain) juga diuji secara
statistik melalui normalitas dan One Way ANOVA. N gain dikategorikan sebagai
tinggi, sedang, atau rendah
B. Kemudian dilakukan homogenitas varian untuk menguji sebaran data dari dua
varian atau lebih berasal dari populasi homogen atau tidak, dengan
membandingkan dua atau lebih variannya. Selanjutnya dilakukan uji yang
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua
kelompok sample yang tidak berhubungan. Bila ada perbedaan rata-rat
manakah yang lebih tinggi
C. Lalu langkah untuk menguji apakah ada perbedaan hasil pretest dari kelas
eksperimen dengan kelas control, peneliti menggunakan independent sampel t
test. Dari Skor rata-rata CTS siswa pretest dan pasca-tes disajikan dalam Gambar 1
diatas menginformasikan hasil analisis statistik skor pretest di mana nilai signifikansi
(sig. > 0,05) menunjukkan bahwa skor rata-rata pretest berasal dari populasi yang
biasanya didistribusikan dan memiliki varians homogen. Berdasarkan nilai
signifikansi (sig. > 0,05) pada hasil uji-t sampel independen memperoleh informasi
bahwa tidak ada perbedaan antara skor rata-rata pretest di dua kelas.
D. Lalu langkah untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata n-gain dari kelas
eksperimen dengan kelas control, peneliti menggunakan uji normalitas dan
ONE WAY ANOVA. Berdasarkan Tabel 2, hasil tes normalitas untuk n-gain
menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh (sig.) lebih besar dari 0,05. Ini
menunjukkan bahwa n-gain rata-rata CTS berasal dari populasi yang biasanya
didistribusikan. Hasil tes One Way ANOVA menunjukkan nilai signifikansi yang
diperoleh adalah kurang dari 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada
perbedaan antara n-gain rata-rata CTS antara kelas eksperimental dan kontrol.
Berdasarkan nilai signifikansi (sig. <0,05) pada hasil uji-t sampel independen
memperoleh informasi bahwa rata-rata n-gain dari kelas eksperimental lebih tinggi
dari kelas kontrol.
4. kesesuaian antara tujuan penelitian dengan analisis data dan pengujian hipotesis
pada artikel 1 telah sesuai dari tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti dapat
ditinjau dari kesimpulan yang diperoleh peneliti yaitu Dengan menggunakan PBL
untuk menangani informasi hoax yang beredar, siswa mencari informasi dari
sumber yang dapat dipercaya dan kredibel, melakukan investigasi, dan
menggunakan pengetahuannya untuk dianalisis dan dipastikan apakah informasi
tersebut dapat dipercaya atau tidak. Selain itu, nilai n-gain kelas eksperimen
masuk dalam kategori tinggi, sedangkan nilai n-gain kelas kontrol masuk dalam
kategori sedang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PBL yang diterapkan
dalam penelitian ini telah memudahkan dan efektif dalam meningkatkan CTS
siswa.

Anda mungkin juga menyukai