Anda di halaman 1dari 3

Nama : Juandinho Dwantara Yosua Mondong

NPM : 2206036221
Fakultas : Ilmu Administrasi
Kelas : Fiskal - A
Mata Kuliah : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Nama Dosen : Dr. Inayati, M.Si

PERBEDAAN Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2009 (PDRD) DENGAN Undang-


Undang Nomor 1 Tahun 2022 (HKPD)
Dalam negara demokrasi, desentralisasi sudah merupakan suatu kelengkapan yang
harus ada agar selain dapat memberikan pelayanan publik yang lebih baik, pengambilan
keputusan yang dilakukan juga dapat lebih demokratis. Di Indonesia sendiri, desentralisasi
dilakukan dalam berbagai bidang dimana salah satunya dalam bidang perpajakan. Disamping
menerapkan pajak terpusat, Indonesia sebagai negara demokrasi juga menerapkan pajak daerah
dalam mewujudkan desentralisasi pajak. Pajak daerah sendiri merupakan pajak yang dipungut
oleh pemerintah daerah, baik oleh pemerintah provinsi ataupun pemerintah kab./kota. Dalam
mengatur pajak daerah ini, diterbikanlah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (selanjutnya disebut UU PDRD).
Desentralisasi ini dapat dikatakan berhasil ketika dari kurun waktu tahun 2016 sampai
2019, rasio Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) mengalami pengingkatan dari 1,35% menjadi 1,42%. Namun pada
tahun 2020 sampai 2022 Indonesia mengalami pandemi COVID-19 yang membuat kualitas
ekonomi menurun yang kemudian berakibat pada menurunnya pula tax ratio menjadi 1,2%.
Agar dapat memulihkan kekuatan ekonomi bangsa pada berbagai daerah pasca COVID-19,
maka pada tahun 2022 diterbitkanlah peraturan terbaru mengenai pajak daerah yakni Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (selanjutnya disebut UU HKPD).
Meskipun UU PDRD dan UU HKPD memiliki tujuan yang sama, yakni desentralisasi
pajak, kedua Undang-Undang tersebut diterbitkan pada waktu dan keadaan yang berbeda.
Untuk itu, beberapa aturan pada UU PDRD diubah dalam UU HKPD. Hal ini bertujuan agar
selain memudahkan pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19, terdapat juga kepastian
hukum yang lebih ditingkatkan dan juga desentralisasi yang lebih ditekankan. Dalam
mewujudkan pemulihan pasca pandemi COVID-19, perubahan yang ada pada UU HKPD
mencakup berbagai hal dalam peraturan terkait pajak daerah diantaranya:
➢ Penambahan pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah provinsi dan kab./kota.
Seperti penambahan Pajak Alat Berat (PAB) yang dapat dipungut pemerintah provinsi
atau Pajak atas Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) yang dapat dipungut oleh pemerintah
kab./kota.
➢ Pengurangan jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah kab./kota.
Contoh, tidak tercantumnya Pajak Hiburan dan Pajak Hotel pada UU HKPD.
➢ Penerapan pemungutan opsen yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah daerah
provinsi maupun kab./kota, seperti opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
(MBLB) yang dapat dipungut oleh pemerintah provinsi.
➢ Perubahan tarif pajak yang salah satunya adalah tarif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
dari paling tinggi sebesar 2% (Pasal 6 Ayat (1) UU PDRD) menjadi 1,2% (Pasal 10
Ayat (1) UU HKPD).
Nama Pajak UU PDRD UU HKPD
(UU No. 28 Tahun 2009) (UU No. 1 Tahun 2022)
Pajak Kendaraan Bermotor ✓ ✓
(PKB)
Bea Balik Nama Kendaraan ✓ ✓
Bermotor (BBNKB)
Pajak Alat Berat (PAB) ✓
Pajak Bahan Bakar ✓ ✓
Kendaraan Bermotor
(PBBKB)
Pajak Air Permukaan ✓ ✓
(PAP)
Pajak Rokok ✓ ✓
Opsen Pajak Mineral ✓
Bukan Logam dan Batuan
(MBLB)
Pajak Bumi dan Bangunan ✓ ✓
Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2)
Bea Perolehan Hak atas ✓ ✓
Tanah dan Bangunan
(BPHTB)
Pajak atas Barang dan Jasa ✓
Tertentu (PBJT)
Pajak Reklame ✓ ✓
Pajak Air Tanah ✓ ✓
Pajak Mineral Bukan ✓ ✓
Logam dan Batuan
(MBLB)
Pajak Sarang Burung Walet ✓ ✓
Opsen Pajak kendaraan ✓
Bermotor (PKB)
Opsen Bea Balik Nama ✓
Kendaraan Bermotor
(BBNKB)
Pajak Hotel ✓
Pajak Restoran ✓
Pajak Hiburan ✓
Pajak Penerangan Jalan ✓
Tabel perbedaan pajak yang berlaku dalam UU PDRD dan UU HKPD
(Pasal 2 Ayat (1) & (2) UU PDRD dan Pasal 4 Ayat (1) & (2) UU HKPD)

Dari berbagai perbedaan yang ada antara peraturan pada UU PDRD dengan UU HKPD,
dapat dikatakan bahwasannya perubahan peraturan yang terjadi tentu ditujukan agar
desentralisasi pajak menjadi sebuah restrukturisasi pajak daerah yang dapat mengurangi
ketergantungan daerah pada pemerintah pusat dalam hal keuangan. Selain itu, terbitnya HKPD
diharapkan dapat meningkatkan kemandirian serta daya saing ekonomi di daerah, dimana
nantinya akan berkontribusi memulihkan keadaan ekonomi masing-masing daerah pasca
pandemi COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai