Anda di halaman 1dari 21

A.

FAKTA HUKUM;
- Bahwa, Penggugat adalah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur, Tbk., Tergugat adalah PT. Pan Pacific Insurance, Tergugat II
adalah PT. Waskita Karya (Persero) Tbk Divisi II, dan Turut
Tergugat adalah PT. Dutacipta Pakarperkasa;
- Bahwa, antara Penggugat dan Tergugat telah sepakat mengadakan
Perjanjian Kerjasama tentang Kontra Bank Garansi sebagaimana
tertuang dalam Surat Perjanjian Kerjasama Nomor: 099/PKS/PPI-
BPDJATIM/III/2016 054/ 60/ III/ 2016/ DIR/ KMK tertanggal 21
Maret 2016 yang selanjutnya disebut “PERJANJIAN KERJASAMA;
- Bahwa, kedudukan hukum Para Pihak dalam Perjanjian Kerjasama a
quo adalah sebagai berikut:
o Tergugat selaku Penjamin yang salah satu kegiatannya melakukan
pemberian jaminan atas Bank Garansi dengan mengeluarkan
Kontra Bank Garansi yang diterima Terjamin dari Penerima
Jaminan (Penggugat);
o Penggugat selaku Penerima Jaminan yang salah satu kegiatannya
memberikan fasilitas Bank Garansi kepada Terjamin dan berhak
menerima klaim dari Penjamin (Tergugat) apabila Terjamin tidak
dapat memenuhi kewajiban perikatannya yang telah disepakati
antara Terjamin dengan Obligee dan Bank Garansi tersebut di
klaim oleh Obligee;
o Terjamin adalah pihak yang menerima pekerjaan dari Obligee;
- Bahwa, obyek Perjanjian Kerjasama ini adalah Kontra Bank
Garansi sebagaimana Pasal 2 Ayat (1) Perjanjian Kerjasama
yang mengatur bahwa: “Obyek Kontra Bank Garansi
berdasarkan Perjanjian Kerjasama ini adalah Penjaminan atas
penerbitan Bank Garansi yang diterbitkan oleh Penerima
Jaminan’’, atau dengan kata lain maksud dan tujuan Perjanjian
1
Kerjasama a quo adalah untuk penjaminan atau peng-cover-an
oleh Tergugat terhadap Bank Garansi yang diterbitkan oleh
Penggugat;
- Bahwa, Tergugat menyampaikan Surat Permohonan Penerbitan
Bank Garansi Jaminan Uang Muka kepada Penggugat
sebagaimana suratnya No. 131/PPI-BJTM/SP3/X/2018
tertanggal 05 Oktober 2018, yang pada pokoknya menyatakan
bahwa rekanan Tergugat yaitu PT. Dutacipta
Pakarperkasa/Turut Tergugat I mengajukan Permohonan
Penerbitan Bank Garansi Jaminan Uang Muka sebesar Rp.
137.522.350.040,- (seratus tiga puluh tujuh milyar lima ratus dua
puluh dua juta tiga ratus lima puluh ribu empat puluh rupiah)
yang ditujukan kepada PT. Waskita Karya (Persero) Tbk/Turut
Tergugat II dengan komitmen atas penerbitan tersebut, resiko
akan ditanggung sepenuhnya 100% (seratus persen) oleh
Tergugat;
- Bahwa, pada tanggal 29 Oktober 2018 Penggugat menerbitkan
Bank Garansi Jaminan Uang Muka No. 12323102 6367 dengan
nilai sebesar Rp. 137.522.350.040,- (seratus tiga puluh tujuh
milyar lima ratus dua puluh dua juta tiga ratus lima puluh ribu
empat puluh rupiah);
- Bahwa, sehubungan dengan diterbitkannya Bank Garansi oleh
Penggugat, selanjutnya Tergugat menerbitkan Sertifikat Kontra
Bank Garansi Jaminan Uang Muka No. 01111318110001
tertanggal 1 November 2018 sebagai bentuk implementasi
prestasi Perjanjian Kerjasama antara Penggugat dengan
Tergugat;
- Bahwa, terhadap penerbitan Bank Garansi Jaminan Uang Muka
yang masa berlakunya akan berakhir tersebut, selanjutnya

2
Turut Tergugat I mengajukan Surat Permohonan Perpanjangan
Bank Garansi Jaminan Uang Muka senilai Rp. 123.309.535.544,-
(seratus dua puluh tiga milyar tiga ratus sembilan juta lima
ratus tiga puluh lima ribu lima ratus empat puluh empat rupiah)
dengan jangka waktu sejak tanggal 01 April 2019 sampai dengan
29 Juni 2019 sebagaimana surat Ref. No. DCP.161/03.18/FA
tertanggal 19 Maret 2018;
- Bahwa, Tergugat menyampaikan Surat Permohonan Penerbitan
Bank Garansi Jaminan Uang Muka kepada Penggugat
sebagaimana Surat No. 035/PPI-BJTM/SP3/IV/2019 tertanggal
01 April 2019 (Bank Garansi II), yang pada pokoknya
menyatakan: “Resiko sepenuhnya 100% ditanggung oleh PT.
PAN PACIFIC INSURANCE (TERGUGAT) sebesar nilai
jaminan” dan sebagai satu kesatuan dengan Bank Garansi
Jaminan Uang Muka No. 12323128 3448 tertanggal 2 April 2019
Tergugat menerbitkan Sertifikat Kontra Bank Garansi Jaminan
Uang Muka No. 01111319060001 tertanggal 12 April 2019;

- Bahwa, atas terbitnya Sertifikat Kontra Bank Garansi Jaminan Uang


Muka No. 01111319060001 tertanggal 12 April 2019, Penggugat
telah melaksanakan kewajibannya kepada Tergugat dengan
melakukan pembayaran Imbal Jasa Penjaminan (IJP) sebagaimana
Nota Debet tertanggal 2 April 2019 sebesar Rp. 1.146.840.680,- (satu
milyar seratus empat puluh enam juta delapan ratus empat puluh ribu
enam ratus delapan puluh rupiah);
- Bahwa, Penggugat menerima surat dari Turut Tergugat II dengan
surat No. 235.1/WK/EPC/2019, tertanggal 27 Mei 2019, perihal:
Instruksi Pencairan Bank Garansi Jaminan Uang Muka No.
12323102 6367 tanggal 29 Oktober 2018 yang diterbitkan PT. Bank

3
Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk Cabang Jakarta pada Proyek
Transmisi 500 kV Sumatera dengan nilai Klaim sebesar Rp.
107.754.590.243,- (seratus tujuh milyar tujuh ratus lima puluh empat
juta lima ratus sembilan puluh ribu dua ratus empat puluh tiga
rupiah) dengan alasan Turut Tergugat I telah dianggap gagal dan
dinyatakan cidera janji (wanprestasi) dalam pemenuhan fabrikasi
serta pengiriman material tower transmisi 500 kv sesuai dengan
disyaratkan dalam SPPM Pasal 2 ayat 1 antara Turut Tergugat I
dengan Turut Tergugat II;
- Bahwa, dengan diajukannya permohonan pencairan Bank Garansi
(Jaminan Uang Muka), maka secara mutatis mutandis Penggugat
telah mengajukan Klaim pencairan terhadap Sertifikat Kontra Bank
Garansi Jaminan Uang Muka No. 01111319060001 tertanggal 12
April 2019 kepada Tergugat sebagaimana Surat No.
058/185/JKT/KGD/KRD/Srt tertanggal 29 Mei 2019;
- Bahwa, karena tidak adanya tanggapan atas surat Penggugat No.
058/185/JKT/KGD/KRD/Srt tertanggal 29 Mei 2019, Penggugat
mengajukan kembali surat Permohonan Pencairan Kontra Bank
Garansi sebagaimana Surat No. 058/220/KGD/KRD/Srt tertanggal
15 Juli 2019 atas Sertifikat Kontra Bank Garansi Jaminan Uang
Muka No. 01111319060001 tertanggal 12 April 2019 kepada
Tergugat dengan nilai klaim sebesar Rp. 107.754.590.243,- (seratus
tujuh milyar tujuh ratus lima puluh empat juta lima ratus sembilan
puluh ribu dua ratus empat puluh tiga rupiah) sebagaimana nilai
klaim yang disampaikan oleh Turut Tergugat II kepada Penggugat,
namun sampai dengan 7 (tujuh) hari Tergugat tidak memberikan
keputusan apapun atas surat permohonan klaim Penggugat tersebut,
sehingga secara hukum klaim yang diajukan oleh Penggugat
dinyatakan telah disetujui oleh Tergugat dan Tergugat harus segera

4
menerbitkan Surat Persetujuan Klaim kepada Penggugat
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 13 Ayat (1) dan Ayat (3)
Perjanjian Kerjasama, khususnya tentang Keputusan Klaim yang
berbunyi: “Penjamin memberikan keputusan atas klaim yang
diajukan oleh Penerima Jaminan dalam waktu paling lambat 7
(tujuh) hari terhitung sejak berkas pengajuan klaim diterima secara
lengkap dan benar oleh Penjamin”;
- Bahwa, dengan tidak dicairkan klaim Kontra Bank Garansi oleh
Tergugat, Penggugat telah mendapatkan beberapa kali somasi
dari Turut Tergugat II dan atas somasi tersebut kemudian
diteruskan oleh Penggugat dengan memberikan somasi kepada
Tergugat untuk segera mencairkan klaim Kontra Bank Garansi
yang diajukan oleh Penggugat sebagaimana dalam surat No.
058/230/JKT/KGD/KRD/Srt tertanggal 25 Juli 2019 dan Surat
No. 058/250/JKT/KGD/KRD/Srt tertanggal 13 Agustus 2019;
- Bahwa, berdasarkan Surat No. 035/PPI-DIR/VIII/2019
tertanggal 28 Agustus 2019 Tergugat menyampaikan kepada
Penggugat yang pada pokoknya menyatakan Tergugat tidak
dapat memproses lebih lanjut Klaim Kontra Bank Garansi yang
diajukan oleh Penggugat;
- Bahwa, atas perbuatan ingkar janji (wanprestasi) Tergugat a quo,
menyebabkan Penggugat tidak dapat mencairkan klaim Bank Garansi
Turut Tergugat II, karenanya Penggugat mengajukan gugatan ingkar
janji (wanprestasi) Tergugat kepada Pengadilan Negeri Surabaya.

B. AMAR PUTUSAN DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM


a. Tingkat Pertama Putusan Nomor 1048/PDT.G/2019/PN SBY;

MENGADILI

5
DALAM PROVISI
Menguatkan Putusan Provisi tanggal 28 Juli 2020 Perkara Nomor:
1048/Pdt.G/2019/PN.Sby.
DALAM EKSEPSI
Menolak eksepsi Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II
seluruhnya.
DALAM POKOK PERKARA
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2. Menyatakan sah secara hukum Perjanjian Kerjasama tentang
Kontra Bank Garansi sebagaimana tertuang dalam Perjanjian
Kerjasama No 099/PKS/PPI-BPDJATIM/III/2016, tertanggal 21
Maret 2016 054/60/III/ 2016/DIR/KMK;
3. Menyatakan sah secara hukum Sertifikat Kontra Bank Garansi
Jaminan Uang muka No. 01111319060001 tertanggal 12 April
2019 dengan nilai penjaminan sebesar Rp. 123.309.535.544,-
(seratus dua puluh tiga milyar tiga ratus sembilan juta lima ratus
tiga puluh lima ribu lima ratus empat puluh empat rupiah);
4. Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar janji
(wanprestasi) terhadap Perjanjian Kerjasama No. 099/PKS/PPI-
BPDJATIM/III/2016,054/60/III/2016/DIR/KMK tertanggal 21
Maret 2016;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar secara tunai dan sekaligus
kepada Penggugat klaim Kontra Bank Garansi dengan nilai klaim
sebesar Rp. 107.754.590.243,- (seratus tujuh milyar tujuh ratus
lima puluh empat juta lima ratus sembilan puluh ribu dua ratus
empat puluh tiga rupiah);
6. Menghukum Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk tunduk
dan patuh pada putusan dalam perkara ini;
7. Menolak gugatan selain dan selebihnya;

6
8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini yang ditetapkan sebesar Rp.2.346.400,- (dua juta tiga
ratus empat puluh enam ribu empat ratus rupiah) ;

b. Tingkat Banding Putusan Nomor 167/PDT/2021/PT SBY;

MENGADILI
1. Menerima permohonan banding dari Pembanding I (semula
Tergugat dan Pembanding II – semula Turut Tergugat II tersebut);
2. Memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
1048/Pdt.G/2019/PN Sby., tanggal 26 Oktober 2020, yang
dimohon banding tersebut sekedar mengenai kedudukan
Pembanding II semula Turut Tergugat II dikeluarkan sebagai
pihak dalam perkara a quo, yang amar selengkapnya sebagai
berikut:
DALAM PROVISI
- Menguatkan Putusan Provisi tanggal 28 Juli 2020 Perkara Nomor:
1048/Pdt.G/2019/PN.Sby.
DALAM EKSEPSI
- Menolak eksepsi Pembanding semula Tergugat, Turut Terbanding
I semula Turut Tergugat I seluruhnya.
DALAM POKOK PERKARA
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Terbanding semula
Penggugat untuk sebagian.
2. Menyatakan sah secara hukum Surat Perjanjian Kerjasama
tentang Kontra Bank Garansi sebagaimana tertuang dalam Surat
Perjanjian Kerjasama Nomor:099/PKS/PPI-BPDJATIM/III/2016,
tertanggal 21 Maret 2016 054/60/III/2016/ DIR / KMK.

7
3. Menyatakan sah secara hukum Sertifikat Kontra Bank Garansi
Jaminan Uang muka No. 01111319060001 tertanggal 12 April
2019 dengan nilai penjaminan sebesar Rp. 123.309.535.544,-
(seratus dua puluh tiga milyar tiga ratus sembilan juta lima ratus
tiga puluh lima ribu lima ratus empat puluh empat rupiah);
4. Menyatakan Pembanding I semula Tergugat telah melakukan
perbuatan ingkar janji (wanprestasi) terhadap Surat Perjanjian
Kerjasama Nomor : 099/PKS/PPI-BPDJATIM/III/2016, 054 /60 /
III / 2016 / DIR / KMK tertanggal 21 Maret 2016;
5. Menghukum Pembanding I semula Tergugat untuk membayar
secara tunai dan sekaligus kepada Penggugat klaim Kontra Bank
Garansi dengan nilai klaim sebesar Rp. 107.754.590.243,- (seratus
tujuh milyar tujuh ratus lima puluh empat juta lima ratus sembilan
puluh ribu dua ratus empat puluh tiga rupiah).
6. Menghukum Turut Tergugat I untuk tunduk dan patuh pada
putusan dalam perkara ini.
7. Menolak gugatan selain dan selebihnya.
8. Menghukum Pembanding I semula Tergugat untuk membayar
biaya perkara dalam ke dua tingkat peradilan, yang untuk tingkat
pertama ditetapkan sebesar Rp.2.346.400,- (dua juta tiga ratus
empat puluh enam ribu empat ratus rupiah) dan untuk tingkat
banding sejumlah Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah);

Majelis Hakim tingkat banding yang pada pokoknya tidak


membatalkan putusan pada tingkat pertama, melainkan hanya
memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
1048/Pdt.G/2019/PN Sby tanggal 26 Oktober 2020 yang dimohon
banding tersebut sekedar mengenai kedudukan Pembanding II

8
semula Turut Tergugat II dikeluarkan sebagai pihak dalam
perkara a quo, dengan pertimbangan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa Berdasarkan penjelasan dan dokumen-dokumen


yang telah disebutkan di atas, Majelis Hakim Tingkat Banding
berpendapat, bahwa dalam perkara a quo tidak terdapat suatu
hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara Pembanding II semula
Turut Tergugat II dengan permasalahan yang sedang terjadi antara
Penggugat dan Tergugat yang dapat dijadikan dasar/alas hak bagi
Penggugat untuk mengikut sertakan Turut Tergugat II, karena yang
memiliki hubungan hukum terhadap permasalahan Penggugat adalah
pihak lain dalam gugatan a quo bukan dengan Pembanding II ( Turut
Tergugat II);

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) dan Pasal 1340
KUHPerdata sebagaimana dikutip di atas, terbukti secara sah dan
meyakinkan bahwa setiap perjanjian hanya berlaku bagi mereka
yang membuatnya. Artinya bahwa Perjanjian Kerjasama Kontra
Bank Garansi yang dibuat oleh Penggugat dengan Tergugat hanya
mengikat bagi Penggugat dan Tergugat, sehingga adalah keliru
apabila Pembanding II semula Turut Tergugat II juga diikut sertakan
sebagai pihak dalam Gugatan a quo;

Menimbang, bahwa penarikan Pembanding II semula Turut


Tergugat II kedalam gugatan a quo jelas bertentangan dengan
prinsip hukum yang menyatakan bahwa suatu tuntutan hak harus
diajukan dengan suatu kepentingan hukum yang cukup dan hanya
ditujukan terhadap pihak-pihak yang memiliki hubungan hukum
(point d’action point d’interest). Hal ini sesuai dengan pendapat

9
hukum yang dinyatakan oleh Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.
dalam bukunya Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi ke-4,
Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1993, Halaman 39 yang menerangkan:
“Bahwa suatu tuntutan hak harus mempunyai kepentingan hukum
yang cukup, merupakan syarat utama untuk dapat diterimanya
tuntutan hak itu oleh pengadilan guna diperiksa: poin d’interest,
point d’action.”;
Menimbang, bahwa hal tersebut selaras pula dengan Yurisprudensi
Mahkamah Agung Republik Indonesia Reg. No. 4K/Rup/1958
tertanggal 13 Desember 1958: ‘’Untuk dapat menuntut seseorang di
depan Pengadilan adalah syarat mutlak bahwa harus ada
perselisihan hukum antara kedua belah pihak yang berperkara, dan
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
294K/Sip/1971 tanggal 7 Juli 1971, menyatakan bahwa: “suatu
surat gugatan harus diajukan oleh orang yang mempunyai
hubungan hukum.’’;

Menimbang, bahwa dengan Gugatan a quo Penggugat yang menarik


dan mengikut sertakan Pembanding II semula Turut Tergugat II dan
dengan dalil Penggugat yang menyatakan bahwa Penggugat mohon
kepada Ketua Pengadilan Negeri Surabaya untuk memberikan
putusan dalam provisi menangguhkan pembayaran atas klaim yang
diajukan oleh Pembanding II semula Turut Tergugat II kepada
Penggugat sampai dengan dibayarkannya klaim Kontra Bank
Garansi jaminan Uang Muka oleh Tergugat kepada Penggugat
adalah mengada-ngada dan keliru serta tidak sesuai dengan Putusan
Mahkamah Agung No. 601K/Sip/1975 yang menyatakan bahwa
gugatan tidak dapat diterima karena Penggugat keliru dalam
menentukan para tergugatnya;

10
Menimbang, bahwa Berdasarkan pertimbangan pertimbangan
tersebut di atas serta diperkuat dengan doktrin ahli hukum dan
Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. sebagaimana telah dijelaskan
di atas, terbukti bahwa Gugatan yang diajukan oleh Penggugat
adalah salah pihak (Error in Persona) yang mengakibatkan Gugatan
a quo mengandung cacat formil mengenai pihaknya (Error in
Persona), maka adalah patut demi hukum Majelis Hakim Tingkat
Banding menyatakan bahwa Gugatan terhadap Pembanding II
semula tergugat II dalam perkara a quo tidak dapat diterima (niet
ontvankelijk verklaard), sehingga oleh karena itu harus dikeluarkan
sebagai pihak dalam perkara ini.

Bahwa, Penulis sepakat dengan Pertimbangan Majelis Hakim


tingkat banding yang tidak membatalkan putusan pada tingkat
pertama, melainkan hanya memperbaiki Putusan Pengadilan
Negeri Surabaya Nomor 1048/Pdt.G/2019/PN Sby tanggal 26
Oktober 2020 sekedar mengenai kedudukan Pembanding II
semula Turut Tergugat II untuk dikeluarkan sebagai pihak
dalam perkara a quo.

c. Tingkat Kasasi Putusan Nomor 4390 K/PDT/2022.

MENGADILI
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT PAN
PACIFIC INSURANCE tersebut;
2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah);

11
Majelis Hakim tingkat tingkat kasasi pada pokoknya m enolak
permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi dengan pertimbangan
sebagai berikut:

Bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan, setelah


meneliti memori kasasi yang diterima tanggal 19 Juli 2021 dan
kontra memori kasasi serta tambahan kontra memori kasasi yang
masing-masing diterima tanggal 12 Agustus 2021 dan 15 November
2021 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti dalam hal ini
Pengadilan Tinggi Surabaya yang memperbaiki putusan Pengadilan
Negeri Surabaya tidak salah menerapkan hukum, pertimbangan
Judex Facti telah tepat dan benar;

Bahwa antara para pihak Penggugat, Tergugat, Turut Tergugat I, dan


Turut Tergugat II terikat perjanjian Bank Garansi, dalam pengerjaan
design dan pengadaan material tower 500 kV Sumatera Paket 2
Penarap-Perawang;

Bahwa Turut Tergugat I telah wanprestasi, dimana Turut


Tergugat II telah memberikan peringatan berulang kali kepada
Turut Tergugat I untuk melaksanakan kewajibannya
melakukan proyek pengerjaan pengadaan material tower
transmisi untuk proyek transmisi 500 kV Sumatera Paket 2
Penarap-Perawang tersebut, tetapi Turut Tergugat I tetap tidak
melaksanakan kewajibannya tersebut sesuai kontrak, maka
Penggugat menerima permohonan pencairan Bank Garansi dari
Turut Tergugat II sejumlah Rp107.754.590.243,00 (seratus tujuh
miliar tujuh ratus lima puluh empat juta lima ratus sembilan

12
puluh ribu dua ratus empat puluh tiga rupiah), dan selanjutnya
Penggugat mengajukan klaim pencairan Sertifikat Kontra Bank
Garansi Jaminan Uang Muka kepada Tergugat, tetapi sampai
dua kali Penggugat mengirimkan kepada Tergugat hingga 7
(tujuh) hari Tergugat tidak memberikan keputusan, maka tepat
Tergugat dinyatakan telah wanprestasi terhadap Surat
Perjanjian Kerjasama, sehingga Tergugat dihukum untuk
membayar klaim Kontra Bank Garansi sejumlah
Rp107.754.590.243,00 (seratus tujuh miliar tujuh ratus lima puluh
empat juta lima ratus sembilan puluh ribu dua ratus empat puluh tiga
rupiah);

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, putusan


Judex Facti/Pengadilan Tinggi Surabaya yang memperbaiki
putusan Pengadilan Negeri Surabaya dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka
permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi PT
PAN Pacific Insurance tersebut harus ditolak;

C. ANALISA HUKUM;
- Unsur Bank Garansi Dan Kontra Bank Garansi;
Pada dasarnya bank garansi merupakan jaminan formal yang dapat
memberikan kepastian hukum kepada pihak pemilik proyek dalam
menyelesaikan sesuatu bilamana terjadi cidera janji atau wanprestasi
dari pihak kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu,
bank garansi dapat diartikan sebagai suatu jaminan pelaksanaan yang
merupakan salah satu bentuk jasa oleh bank dalam memberikan
jaminan kepada penerima jaminan jika pihak yang dijamin
wanprestasi berupa fasilitas guna menunjang usaha nasabah yang

13
akan melakukan transaksi dan tidak membutuhkan uang kontan atau
fasilitas kredit dari bank. Sifat dari bank garansi adalah accessoir,
artinya bank garansi merupakan perjanjian tambahan, maksudnya
bank garansi sendiri tergantung adanya perjanjian pokok,
misalnya perjanjian pemborongan. Adapun wanprestasi yang
dilakukan oleh debitor terjamin maka bank sebagai penanggung atau
penjamin menggantikan kedudukan debitor atau terjamin, oleh
karena itu bank membayar sejumlah ganti rugi kepada kreditor atau
penerima jaminan sesuai dengan counter garansi yang telah
disepakati. Bank garansi merupakan perjanjian penanggungan yang
diatur dalam Pasal 1820 KUH Perdata. Istilah garansi sendiri berasal
dari bahasa Inggris guarantee atau guaranty yang berarti menjamin
atau jaminan. Dalam bahasa Belanda disebut dengan bortgtog. Dan
istilah inilah yang paling sering kita dengar selain bank garansi
sendiri Di satu sisi, pemberian garansi dapat dilihat sebagai suatu
jaminan atas hutang atau pekerjaan yang harus dilakukan oleh
sesuatu pihak. Akan tetapi di sisi lain, pemberian garansi tersebut
kebanyakan sebenarnya juga merupakan salah satu model
pembayaran, yaitu memberikan pembayaran jika ada hutang yang
tidak terbayar atau ada pekerjaan yang tidak terlaksana. Selanjutnya,
terhadap adanya bank garansi juga dikenal istilah Kontra Bank
Garansi (KBG) atau Kontra Garansi Bank adalah jaminan kepada
bank penerbit Bank Garansi bahwa perusahaan asuransi
akan membayar ganti rugi atas klaim pencairan Bank Garansi yang
diajukan oleh Obligee. Bank Garansi adalah jaminan yang diberikan
oleh bank, maksudnya bank menyatakan suatu pengakuan tertulis
yang isinya menyetujui mengikat diri kepada penerima jaminan
dalam jangka waktu dan syarat-syarat tertentu, apabila di kemudian
hari ternyata si terjamin tidak memenuhi kewajibannya kepada si

14
penerima jaminan. Salah satu produk penjaminan yang ada di
perbankan adalah Bank Garansi (bank guarantee). Sedangkan
perusahaan asuransi juga menerbitkan produk penjaminan dengan
nama Surety Bond. Namun dibandingkan dengan Surety Bond,
terdapat beberapa persyaratan Bank Garansi yang tidak dapat
dipenuhi oleh Principal, salah satu diantaranya adalah persyaratan
agunan fisik yang besarnya minimal senilai Garansi Bank tersebut,
yang mana terhadap mekanisme penjaminan tersebut dapat
diaplikasikan oleh perusahaan asuransi sebagai Surety Company
kepada Bank melalui skema Kontra Bank Garansi. Dalam istilah
yang lebih sederhana, Surety Company menjadi penjamin
(guarantor) atas bank garansi yang diterbitkan oleh Bank. Dengan
demikian mekanisme ini merupakan penggabungan antara Surety
Bond dan Bank Garansi, dimana Principal harus berhubungan
dengan 2 (dua) pihak yaitu Surety Company dan Bank, sedangkan
Obligee hanya berhubungan dengan pihak Bank saja. Disisi lain,
Surety Company dan Bank telah mengikat suatu perjanjian
mekanisme Kontra Bank Garansi yang dituangkan dalam Perjanjian
Kerjasama Kontra Bank Garansi dengan beberapa bank. Adapun
pengertian Bank Garansi adalah pemberian janji secara tertulis
dari Bank kepada Obligee untuk jangka waktu tertentu, jumlah
tertentu dan keperluan tertentu bahwa Bank akan membayar
kewajiban Principal apabila yang bersangkutan wanprestasi
sebagaimana yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No.23/7/UKU tanggal 18 Maret 1991 jo SK Direksi BI
No.23/88/KEP/DIR tanggal 18 Maret 1991 tentang Pemberian
Garansi oleh Bank termasuk penggantian atau perubahannya.

15
Sedangkan, syarat-syarat untuk memperoleh kontra bank garansi,
diantaranya:
a. Syarat-Syarat Yang Diperlukan
Perusahaan yang dapat dijamin adalah:
a. Perusahaan yang berbadan hukum Indonesia;
b. Memiliki track record operasional yang baik.
Obyek penjaminan adalah:
a. Objek penjaminan adalah Bank Garansi yang digunakan untuk
keperluan Jaminan Penawaran, Jaminan Pelaksanaan, Jaminan
Uang Muka, Jaminan Pemeliharaan;
b. Bank Garansi yang dipergunakan untuk menjamin proyek-
proyek yang dibiayai dengan dana APBN, APBD, dan
BUMN/BUMD yang tunduk pada Keputusan Presiden
(Keppres) No. 80 Tahun 2003 dan berikut ketentuan dan atau
perubahannya.
Agunan/Collateral: Prosentase tertentu dari nilai Bank Garansi
yang diperuntukkan sebagai agunan untuk penerbitan Bank
Garansi (jika diperlukan).

Unsur Ingkar Janji (Wanprestasi)


Cidera janji atau biasa dikenal dengan istilah wanprestasi merupakan
suatu keadaan yang sering kali tidak dikehendaki adanya oleh para
pihak dalam pelaksanaan kontrak. Adapun bentuk dari wanprestasi
pada dasarnya dapat berupa ketidakjujuran oleh pihak penyedia dalam
tahap awal pembentukan kontrak dan/atau adanya keterlambatan
pelaksanaan prestasi secara tepat sebagaimana telah ditentukan, dalam
praktiknya akibat hukum lanjutan dari adanya wanprestasi sendiri
adalah pemutusan kontrak oleh pihak pengguna. Ketentuan terkait
wanprestasi secara normatif diatur dalam ketentuan Pasal 1243 BW

16
yang pada pokoknya menyatakan bahwa terhadap adanya prestasi
haruslah dipenuhi pemenuhannya oleh para pihak yang telah
bersepakat dalam pelaksanaan kontrak. Lebih rinci, merujuk pada
ketentuan Pasal 1267 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “pihak
yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih memaksa
pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, jika hal itu masih dapat
dilakukan, atau menuntut pembatalan perjanjian, dengan
penggantian biaya, rugi, dan bunga”, atau dengan kata lain
wanprestasi hanya dapat didalilkan kepada pihak yang tidak
melakukan prestasinya sesuai dengan kesepakatan atau
perjanjian. Adapun terhadap pemenuhan prestasi tersebut apabila
dalam praktiknya terdapati salah satu pihak melakukan kesalahan
sehingga berpotensi menimbulkan kerugian bagi sesama rekan
berkontraknya maka secara langsung terhadap kedudukan pihak rekan
berkontrak yang dirugikan tersebut dapat meminta pemenuhan atas
hak-haknya yang dilanggar sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati. Selain itu, terhadap kedudukan pihak yang terbukti
melakukan wanprestasi juga dapat dikenakan sanksi untuk membayar
ganti kerugian dalam bentuk yang telah ditentukan oleh Undang-
Undang. seperti halnya terkait pengembalian biaya total sesuai
dengan aktivitas dalam kontrak; pemberian ganti atas kerugian yang
dialami oleh rekan berkontrak akibat adanya wanprestasi; serta
termasuk pula terkait pembayaran bunga terhadap nilai kerugian yang
dituntut, baik itu atas dasar bunga yang telah diperjanjikan dan/atau
bunga yang terjadi demi hukum akibat adanya kelalaian yang ada
(moratorium interest) sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
1236, 1239, dan 1243 BW.

17
Adapun dari urian tersebut Penulis sejalan dengan pertimbangan
Majelis Hakim baik pada Putusan Nomor 1048/PDT.G/2019/PN
SBY (Pertama), Putusan Nomor 167/PDT/2021/PT SBY
(Banding), dan Putusan Nomor 4390 K/PDT/2022 (Kasasi) dalam
Perkara Pencairan Kontra Bank Garansi yang pada pokoknya
menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar
janji (wanprestasi) terhadap Surat Perjanjian Kerjasama Nomor
099/PKS/PPI BPDJATIM /III /2016,054 /60 /III /2016 /DIR/KMK
tertanggal 21 Maret 2016. Hal ini merujuk pula pada asas in
causa positum yang berarti hukum tercermin dari faktanya atau
hukum ada dalam kenyataannya, yang dapat disimpulkan bahwa
aspek fundamental dari hukum sendiri tidak semata-mata
didasarkan atas kaidah (norma) dalam peraturan perundang-
undangan, melainkan juga proses yang sangat dinamis, yaitu
bagaimana mewujudkan asas dan kaidah (norma) dalam
kenyataannya. In causa positum pada hakikatnya ingin
menjelaskan bagaimana hukum lahir melalui proses penafsiran,
ketika asas dan kaidah bersentuhan dengan realitas.

Lebih rinci, secara normatif pembuktian dalam perkara perdata


memiliki sifat mencari kebenaran formil, baik hak maupun peristiwa.
In Casu, Majelis Hakim pada Putusan Nomor 1048/PDT.G/2019/PN
SBY (Pertama), Putusan Nomor 167/PDT/2021/PT SBY (Banding),
dan Putusan Nomor 4390 K/PDT/2022 (Kasasi) dalam kedudukannya
telahmelakukan penilaian atas bukti-bukti yang diajukan oleh
Penggugat dan/atau Tergugat, khususnya dalam menentukan ada
tidaknya hubungan dalam gugatan wanprestasi yang harus dinilai
terlebih dahulu apakah adakah bukti perikatan tersebut benar adanya,
sehingga kemudian Majelis Hakim pada Putusan Nomor

18
1048/PDT.G/2019/PN SBY (Pertama), Putusan Nomor
167/PDT/2021/PT SBY (Banding), dan Putusan Nomor 4390
K/PDT/2022 (Kasasi) dapat mendalilkan bahwa benar adanya
perbuatan wanprestasi atas Surat Perjanjian Kerjasama Nomor
099/PKS/PPI BPDJATIM /III /2016,054 /60 /III /2016 /DIR/KMK
tertanggal 21 Maret 2016.

Selain itu, Majelis Hakim yang memeriksa perkara memiliki hak dan
wewenang untuk melakukan penelitian dan mempertimbangkan
bukti-bukti lain yang diajukan oleh Penggugat dan/atau Tergugat,
baik itu bukti tertulis, saksi, dan ahli yang diajukan oleh Para Pihak
yang berpekara. Adapun dalam Putusan Nomor
1048/PDT.G/2019/PN SBY (Pertama), Putusan Nomor
167/PDT/2021/PT SBY (Banding), dan Putusan Nomor 4390
K/PDT/2022 (Kasasi) Majelis Hakim telah mempertimbangkan dan
meneliti semua alat bukti yang ada, yang mana jelas dalam Surat
Perjanjian Kerjasama Nomor 099/PKS/PPI BPDJATIM /III
/2016,054 /60 /III /2016 /DIR/KMK tertanggal 21 Maret 2016
terdapat hubungan hukum yang lahir antara Para Pihak berdasarkan
ketentuan Pasal 1233 BW tentang sumber perikatan karena perjanjian.
Lebih rinci, merujuk pada ketentuan Pasal 1320 BW juga dapat
diketahui bahwa salah satu syarat sah berlakunya perjanjian adalah
kesepakatan diantara Para Pihak, sehingga sudah sepatutnya terhadap
hal tersebut mutlak Perjanjian Kerjasama Nomor 099/PKS/PPI
BPDJATIM /III /2016,054 /60 /III /2016 /DIR/KMK tertanggal 21
Maret 2016 merupakan bentuk kesepakatan Para Pihak.

Oleh sebab itu, sudah sepatutnya karea Tergugat telah melakukan


perbuatan ingkar janji (wanprestasi) terhadap Surat Perjanjian

19
Kerjasama Nomor 099/PKS/PPI BPDJATIM /III /2016,054 /60 /III
/2016 /DIR/KMK tertanggal 21 Maret 2016, maka Tergugat wajib
melakukan ganti kerugian, diantaranya:
a. Kerugian Materiil: Tidak dibayarkannya klaim Kontra Bank
Garansi yang diajukan oleh Penggugat kepada Tergugat dengan
nilai klaim sebesar Rp. 107.754.590.243,- (seratus tujuh milyar
tujuh ratus lima puluh empat juta lima ratus sembilan puluh ribu
dua ratus empat puluh tiga rupiah);
b. Kerugian Immateriil: Lawyer fee sebesar Rp. 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) yang dibayar oleh Penggugat kepada Lawyer
selama dalam proses perkara ini dan succsess fee lawyer sebesar
Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yang dibayar oleh
Penggugat kepada Lawyer setelah Tergugat membayar klaim
Kontra Bank Garansi kepada Penggugat.

Adapun pendapat Penulis untuk sejalan dengan pertimbangan Majelis


Hakim baik pada Putusan Nomor 1048/PDT.G/2019/PN SBY
(Pertama), Putusan Nomor 167/PDT/2021/PT SBY (Banding), dan
Putusan Nomor 4390 K/PDT/2022 (Kasasi) dalam Perkara Pencairan
Kontra Bank Garansi yang pada pokoknya menyatakan bahwa
Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar janji (wanprestasi)
terhadap Surat Perjanjian Kerjasama Nomor 099/PKS/PPI
BPDJATIM /III /2016,054 /60 /III /2016 /DIR/KMK tertanggal 21
Maret 2016 juga didasarkan atas beberapa faktor, diantaranya:
- Bahwa, berdasarkan bukti-bukti yang ada Tergugat baru
menyampaikan balasan terkait kelengkapan dokumen atas proses
permohonan pencairan Kontra Bank Garansi (Bukti LP-15);

20
- Bahwa, berdasarkan Bukti-16 untuk memenuhi permintaan dan
memproses pencairan Kontra Bank Garansi, namun tetap tidak
dilaksanakan;
- Bahwa, berdasarkan Bukti LP-17 Tergugat telah menerima surat
terkait adanya investigasi pencairan Kontra Bank Garansi;
- Bahwa, atas dasar tersebut sudah sepatutnya tidak ada alasan
Tergugat untuk menunda pencairan Kontra Bank Garansi
karena dokumen sudah lengkap;
- Bahwa, terkait pengakuan Tergugat yang berdailih bahwa syarat
klaim pencairan adalah tidak sesuai, selain itu dalam pencairan juga
ditegaskan mengenai keputusan atas pembayaran klaim oleh
Penjamin akan bersifat tanpa syarat (unconditional);
- Bahwa, berdasarkan Bukti LP-20 Tergugat menyampaikan tidak
dapat memproses lebih lanjut klaim Kontra Bank Garansi dengan
alasan tidak sesuai prosedur;
- Bahwa terhadap tidak diberikannya jawaban atas tidak
diberikannya klaim oleh Tergugat tersebut telah melewati waktu
yang ditentukan;
- Bahwa, selain gugatan perdata terdapat pula proses penyelesaian
masalah terkait pencairan Kontra Bank Garansi ini melalui mediasi
yang difasilitasi oleh KEMENKOPOLKUHAM.

21

Anda mungkin juga menyukai