Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KASUS

PUTUSAN NOMOR PERKARA 3/Pdt.Sus-PHI/2019/PN Bgl. TERKAIT PEMUTUSAN


HUBUNGAN KERJA YANG DI PHK
Dosen Pengampu : Nuru Fajri Elfikri, SH.,MH
Kelas D Semester 4
Oleh : Muhammad Indra Muliansyah

A. DUDUK PERKARA

Adapun dalam analisis kasus disini, Menimbang, bahwa penggugat dalam gugatannya
tertanggal 08 Maret 2019 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri/PHI/Tipikor Bengkulu dengan Register Nomor
3/Pdt.Sus-PHI/2019/PN Bgl.
Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak
menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan perkerja
dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan lembaga industrial.
Bahwa Penggugat pada tanggal 31 Agustus 2018 bertemu kepada atasannya bapak
Mansur Widjaja dan beliau mengatakan bahwa Penggugat bersedia memberikan ganti
rugi sebesar 2 kali gaji asalkan Penggugat bersedia menandatangani surat resign dan pada
saat itu Penggugat menannyakan apakah dengan ditandatanganinya surat resign
Penggugat akan mendapatkan surat pengalaman kerja dan beliau menanyakan dulu hal ini
ke kantor pusat dan hasil koordinasi dengan kantor pusat bahwa penggugat akan
mendapatkan surat pengalaman kerja dengan klausa tidak menggugat dikemudian hari;
Bahwa Penggugat pada tanggal 24 Agustus 2018 menerima upah yang ditransfer
kerekening tidak seperti biasanya,dan hanya mendapatkan gaji sebesar Rp.8.181.419,
(delapan juta seratus delapan puluh satu ribu empat ratus sembilan belas rupiah) dan
tunjangan tetap berupa uang makan sebesar Rp.252.903 (dua ratus lima puluh dua ribu
Sembilan ratus tiga rupiah).

Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan


Pasal 152 :
1. Pengusaha,pekerja/buruh,serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah , dengan
segala upaya mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
2. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat
dihindari,maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh
pengusaha dan serikat pekerja/buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh
yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.
3. Dalam hal perundingan sebagai mana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak
menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja
dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.

B. GUGATAN

Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas, penggugat mohon agar


majelis hakim pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Kelas 1
A Bengkulu yang memeriksa dan Mengadili perkara ini untuk memutuskan
sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;


2. Menyatakan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh Tergugat
terhadap Penggugat tidak sah dan betenntangan dengan Undang-undang
Nomor: 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;
3. Menghukum Tergugat untuk membayar kepada penggugat uang pesangon
dengan rincian sebagai berikut :
- Uang Pesangon 2 x (9 x Rp.9.338.000,-) = Rp.168.084.000,-
- Uang PMK 4 x Rp.9.338.000,- = Rp.37.352.000,-
- Uang Pergantian Hak 15 % = Rp.30.815.400,-
Rp.236.251.400,-
4. Menghukum Tergugat membayar upah selama proses Penyelesaian Hubungan
Industrial ini sampai dengan memiliki kekutan hukum yang tetap yaitu sebesar 12
bulan x Rp.9.338.000,- (sembilan juta tiga ratus tiga puluh delapan ribu rupiah) =
Rp.112.056.000,- (seratus dua belas juta lima puluh enam ribu rupiah) ;
23. Menghukum Terggugat untuk membayar uang Paksa sebesar Rp 300.000 (tiga ratus
ribu) setiap hari lalai melaksanakan Putusan perkara ini yang telah berkekuatan hukum
tetap.
24. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini;

C. BUKTI

 BUKTI SURAT PENGGUGAT :


1. Bukti P-1 : Photo Copy (sesuai dengan aslinya) Surat Keputusan Direksi PT Bank
Mega Tbk No.KEP.2174/D DIRBM-HCMD/08 tanggal 13 Oktober 2008 Tentang
Pengangkatan Pegawai Tetap Sdr. DORA INDRIANA;
2. Bukti P-2 : Photo Copy (copy dari fotocopy) Surat Keputusan Direksi PT Bank Mega
Tbk No Kep.700/DIRBM-P/18 Tentang Peninjauan gaji Berkala Pegawai Tahun
2018;
3. Bukti P-3 : Photo Copy (sesuai dengan aslinya) Pay Slip Periode Mei 2018;
4. Bukti P-4 : Photo Copy (copy dari fotocopy) Pay Slip Periode juni 2018;
5. Bukti P-5 : Photo Copy (copy dari scan) Pay Slip Periode juli 2018;
6. Bukti P-6 : Photo Copy (copy dari scan) Pay Slip Periode Agustus 2018;
7. Bukti P-7 : Photo Copy (sesuai dengan aslinya) Surat Keputusan Direksi PT. Bank
Mega Tbk. No. Kep.020/DIRBM-P/18 Tentang Pemutusan SDR. DORA
INDRIANA;
8. Bukti P-8 : Photo Copy (sesuai dengan aslinya) PRINT OUT Message prin out mail
tanggal 24 Agustus 2018 perihal mempertanyakan masalah kekurangan upah bulan
Agustus 2018;
9. Bukti P-9 : Photo Copy (copy dari fotocopy) PRINT OUT Message prin out Message
tanggal 27 Agustus 2018 perihal mempertanyakan kekurangan upah bulan Agustus
2018;
10. Bukti P-10 : Photo Copy (Copy dari copy) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI
No.15 Tahun 2018 tentang upah minimum. Pasal 19 huruf b cara menghitung upah
harian berdasarkan waktu kerja 5 (lima) hari dalam seminggu;

Menimbang, bahwa untuk menguatan dalil bantahannya Tergugat dipersidangan


telah mengajukan bukti surat yang telah dicocokkan dengan aslinya dan diberi
materai sebagai berikut :
 BUKTI SURAT TERGUGAT :
1. Bukti T-1 : Photocopy (copy dari fotocopy) Surat Penyataan nasabahan. Poniar Eli
tanggal 02 Juli 2018;
2. Bukti T-2 : Photocopy (copy dari fotocopy) Surat Penyataan an. Nora Kartika Sari
(anak dari nasabah Armiati & Nasrul) tanggal 02 Juli 2018;
3. Bukti T-3 : Photocopy (copy dari fotocopy) Surat Penyataan an. Herman Forwadi
tanggal 02 Juli 2018;
4. Bukti T-4 : Photocopy (copy sesuai dengan aslinya) Peraturan Perusahaan PT. Bank
Mega Tbk Periode 2017-2019;
Menimbang, bahwa baik Pengugat maupun Tergugat tidak menghadirkan
saksi – saksi dipersidangan, maka baik Penggugat maupun Tergugat akan
menanggapinya dalam kesimpulan;
Menimbang, bahwa Penggugat dan Tergugat mengajukan kesimpulan
masing-masing tanggal 15 Mei 2019 dan menyatakan cukup tidak ada lagi yang
disampaikan sehingga mohon putusan ;
Menimbang, bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam berita acara
persidangan maka secara Mutatis Mutandis turut dipertimbangkan dalam
putusan ini ;

D. PERTIMBANGAN HAKIM
Menimbang, dari pertimbangan tersebut diatas dengan menghubungkan ketentuan Pasal
12 ayat (2) huruf b PERMENAKERTRANS Nomor 17 tahun 2014 tentang pengangkatan
dan pemberhentian Mediator Hubungan Industrial serta tatacara mediasi, Majelis Hakim
berpendapat kompetensi atau kewenangan untuk melakukan mediasi khususnya oleh
mediator propinsi terhadap sengketa perselisihan hubungan industrial telah diatur dengan
syarat-syarat limitatif sebagaimana yang dimaksud diatas yang bila dihubungkan dengan
risalah dan anjuran dalam gugatan a quotelah tidak dipenuhi syarat-syarat bagi mediator
propinsi untuk mengeluarkan anjuran dan risalah yang
dimaksud dalam perselisihan hubungan industrial antara penggugat dan tergugat;

E. AMAR PUTUSAN
DALAM EKSEPSI :
- Menolak Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;
DALAM POKOK PERKARA :
- Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk
Verklaard);
- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.251.000,- (dua
ratus lima puluh satu ribu rupiah);
F. ANALISIS PRIBADI
Bahwa dari uraian diatas maka menjadi terbukti dan tidak dapat dibantah lagi gugatan
Penggugat telah nyata-nyata kabur, tidak tepat, tidak berdasarkan hukum sesuai dengan
hukum acara perdata, dimana naskah gugatan a quo telah menyalahi syarat-syarat formil
sebuah gugatan. Kondisi tersebut menihilkan kepastian hokum sebagai tujuan terdekat
dalam penegakan hukum. Konklusinya gugatan dengan objek yang obscuur libellum,
demi kepastian hokum dan keadilan sudah seharusnya majelis hakim yang memeriksa
dan memutuskan perkara a quo untuk menolak gugatan penggugat atau
setidak-tidaknya menyatakan guggatan Penggugat tidak dapat diterima karena sesuai
dengan ketentuan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. No 239 K/Sip/1968 yang kaidah
hukumnya menyebutkan bahwa ”suatu gugatan yang tidak berdasarkan hukum harus
dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard)”;
Menimbang, bahwa untuk menentukan apakah gugatan aquo tersebut kabur atau tidak,
maka yang digunakan adalah dengan melandaskan kepada ketentuan pasal 1866
KUHPerdata mengenai pembuktian seluruh alat bukti yang dihadirkan oleh penggugat
yang nantinya akan dikorelasikan serta diperiksa antara posita serta petitum gugatan aquo
yang dituangkan dalam konsideran atau pertimbangan pokok perkara gugatan sehingga
dengan demikian terhadap eksepsi tersebut maka cukup berdasarkan hukum haruslah
dinyatakan ditolak.

Anda mungkin juga menyukai