Anda di halaman 1dari 14

Kepemimpinan Modern: Sebuah Transformasi di Era Digital

Karya Tulis

Diajukan untuk memenuhi kewajiban sebagai penerima beasiswa JFLS tahun 2022

Oleh

Chiqal Abdurrachman Yusuf

NIM 2200396

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat - Indonesia Telepon 022-2013163
Faksimile 022-2013651

2023
Abstrak

Di era digital saat ini, perubahan kepemimpinan sangat penting untuk memenuhi tuntutan
zaman yang semakin kompleks dan dinamis. Sebuah konsep berdasarkan realisasi diri
intelektual dapat menjadi dasar bagi para pemimpin untuk mencapai perubahan kualitatif.
Melalui kajian literatur, penulis berpendapat bahwa pemimpin yang berhasil bertransformasi di
era digital memiliki karakteristik yang kuat terkait pengelolaan intelektual, kemandirian
belajar, pemahaman teknologi dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa strategi implementasi intelektual seperti mengembangkan keterampilan
teknis dapat membantu pemimpin mengubah diri mereka sendiri. Era digital telah
mengantarkan transformasi bisnis global. Dalam beberapa dekade terakhir, perusahaan
mengalami transformasi digital di Industri 4.0 dan 5.0, yang berdampak signifikan pada
kehidupan sosial dan ekonomi. Dalam konteks ini, perubahan hingga pergantian kepemimpinan
menjadi sangat penting. Era 4.0 dan 5.0 telah menciptakan persyaratan kepemimpinan baru
yang membutuhkan kepemimpinan inovatif, kolaboratif, dan berbasis data.

Riset ilmiah tentang perubahan kepemimpinan di era digital menunjukkan bahwa


kepemimpinan transformasional, kepemimpinan berbasis nilai, dan kepemimpinan berbasis
visi terbukti berhasil di era digital. Dengan demikian, keberhasilan transformasi bisnis di era
digital bergantung pada kemampuan para eksekutif untuk beradaptasi dengan tuntutan baru dan
menerapkan strategi manajemen yang sesuai dengan karakteristik era digital. Abstrak ini berisi,
tentang pentingnya transformasi kepemimpinan di era digital yang berkualitas dan menjelaskan
tentang hasil kajian literatur mengenai karakteristik pemimpin yang berhasil bertransformasi di
era digital, serta strategi eksekusi intelektual yang dapat membantu pemimpin mewujudkan
transformasi diri mereka dengan mengambil contoh dari secuil kisah Nadiem Makarim.

Abstrak ini merekomendasikan agar para pembaca dapat memperkuat fondasi pencapaian
melalui referensi yang digunakan dalam penelitian ini dan dapat menjadi sumber yang
bermanfaat bagi pembaca yang ingin memperluas pengetahuan dan pemahaman mereka
tentang konsep realisasi intelektual dalam transformasi pemimpin di era digital.

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transformasi di era digital telah mengubah cara kita bekerja dan memimpin
organisasi. Era digital membawa perubahan dalam hal teknologi, model bisnis, persaingan
global yang semakin ketat, dan kebutuhan untuk membangun budaya kerja yang inklusif
serta beragam. Perlu penerapan secara signifikan dan berkelanjutan agar pemimpin dapat
adaptif dengan segala perubahan yang ada, termasuk transformasi digital. Aktualisasi dalam
transformasi pemimpin di era digital sangatlah penting agar pemimpin dapat memahami dan
memanfaatkan teknologi digital secara efektif dan efisien.
Dalam transformasi di era digital, diperlukan adanya aktualisasi terhadap pola
pengembangan kepemimpinan yang berkaitan dengan proses pembaruan atau peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam kepemimpinan yang mengakomodasi perubahan di era
digital. Aktualisasi membantu pemimpin untuk tetap relevan dan kompetitif di tengah
persaingan global yang semakin ketat dan perubahan teknologi yang cepat. Oleh karena itu,
melalui aktualisasi dalam transformasi pemimpin di era digital, pemimpin dapat
menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh era digital dengan
lebih efektif. Dengan demikian, pola kepemimpinan yang bertransformasi di era digital
merupakan hal yang sangat penting dan relevan untuk dibahas dan diperhatikan.
Pada industri 4.0, sebuah organisasi/perusahaan membutuhkan perubahan
kepemimpinan yang berorientasi pada inovasi dan kreativitas. Perusahaan memerlukan
pemimpin yang mampu memanfaatkan teknologi, terutama aset digital untuk mencapai
tujuan perusahaan. Pemimpin di era digital tidak hanya ditemukan pada perusahaan berbasis
teknologi, namun dapat diterapkan di berbagai jenis perusahaan. Para pemimpin perusahaan
perlu memiliki visi yang jelas terhadap pemanfaatan teknologi di perusahaannya. Hadirnya
pemimpin dapat mendorong percepatan transformasi di dalam organisasi. Seorang
pemimpin di era digital harus memiliki pendekatan yang sangat berbeda dengan pemimpin
di era sebelumnya. Dalam mengambil keputusan, seorang digital leader tidak hanya
bertumpu pada masukan dari orang-orang yang dipercaya, akan tetapi mereka juga

menggunakan data untuk menentukan keputusan terbaik. Ada beberapa pertanyaan yang
timbul dari permasalahan yang terjadi terhadap konsep transformasi kepemimpinan di era

2
digital. Model kepemimpinan seperti apa yang cocok di era digital seperti sekarang ini, serta
karakter apa yang harus dimiliki oleh pemimpin tersebut?
Ketika penggunaan teknologi informasi belum semasif seperti saat ini, sulit
mendapatkan jawaban pasti atas pertanyaan di atas. Rasio asumsi biasanya lebih tinggi dan
sulit untuk membuat keputusan yang tepat. Di era digital saat ini, pemimpin dapat lebih
mudah mengetahui kebutuhan yang diperlukan dengan melihat strategi yang cocok terhadap
peluang tersebut. Dalam hal penggunaan teknologi dan data, otak adalah pelopor digitalnya.
Apakah pemimpin di sebuah perusahaan dapat memproses data dan menggunakannya untuk
meningkatkan produktivitas atau menjadi bumerang bagi bisnis yang dijalankan. Konsep
yang digunakan pada pemimpin di era digital 4.0 merupakan gambaran umum yang terjadi
di era digital saat ini. Jika melihat perubahan zaman yang begitu cepat, ada beberapa negara
yang sedang menuju industri society 5.0 dimana ada dua hal yang harus dilakukan oleh
setiap pemimpinnya, yaitu adaptasi dan kompetensi. Selain itu, diperlukan tiga skill, yaitu
problem solving, critical thinking, dan creativity yang berbasis IT Literacy. Karena pada
dasarnya, saat ini manusia yang “unggul” di era society 5.0 ini harus memiliki empat
kompetensi, yakni Leadership, Language Skill, IT Literacy, dan Writing Skill.

3
BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif analisis dan dibatasi oleh studi
kualitatif yang merupakan cara kerja untuk memecahkan masalah dengan menggambarkan,
menjabarkan, mendeskripsikan, dan menjelaskan serta melakukan analisis terhadap satu
lingkungan, kondisi, ataupun situasi. Penelitiannya sendiri berdasarkan pada hasil studi
pustaka penunjang.

B. Fokus Penulisan
Objek dari karya ilmiah ini adalah seputar deskripsi, perbedaan, dan contoh dari
pola kepemimpinan di era 4.0 dan era 5.0 serta secuil kisah Nadiem Makarim sebagai
pemimpin yang mampu bertransformasi di era digital dengan mengedepankan nilai-nilai
kemanusiaan di dalamnya. Penulis mencoba membantu memberikan pandangan dan
pendapat mengenai pola kepemimpinan di era 4.0 dan era 5.0 dan transformasi
kepemimpinan di era digital dengan menjelaskan apa saja manfaat yang bisa didapat dari
pengalaman Nadiem Makarim sebagai CEO Go-Jek.
Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus
membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak relevan
(Moleong, 2010).

C. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini merupakan
sumber data sekunder. Data tersebut bisa didapat dari berbagai pustaka penunjang seperti
jurnal, data penelitian, dan internet.

D. Teknik Pengumpulan Data

4
Pengumpulan data dengan melakukan studi literatur. Data-data sekunder yang
memiliki relevansi kuat dengan topik yang ada dalam tema “Navigating The Future of
West Java” oleh Jabar Future Leader Scholarship.

E. Analisis Data
Proses analisis data baru dilakukan setelah semua data sekunder berhasil
terkumpul. Membaca, menelaah, membandingkan, dan mempelajari dilakukan oleh
penulis sebagai cara menganalisis data. Penarikan simpulan pun dilakukan sebagai tahap
akhir untuk menjawab tantangan sesuai dengan judul karya tulis yang dibuat oleh penulis.

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Transformasi Kepemimpinan
Aktualisasi dalam transformasi pemimpin di era digital sangat penting dan relevan
untuk dibahas dan diperhatikan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat
dan perubahan teknologi yang cepat. Selain, pembahasan mengenai pentingnya
aktualisasi dalam transformasi kepemimpinan di era digital, masih banyak hal menarik
yang dapat dibahas dalam karya tulis ilmiah ini. Salah satu pendekatan kepemimpinan
saat ini yang sering menjadi fokus penelitian sejak awal tahun 1980-an adalah
pendekatan transformasional. Pendekatan ini merupakan bagian dari paradigma
"kepemimpinan baru" (Bryman, 1992). Ada beberapa tipe mengenai kepemimpinan yang
ada saat ini. Namun, penulis memberikan lima gaya kepemimpinan yang telah muncul
dalam beberapa tahun terakhir untuk memenuhi situasi-situasi baru, yakni kepemimpinan
transformasional, kepemimpinan yang cenderung membina/melatih, kepemimpinan super
(superleadership), kepemimpinan melayani, dan kepemimpinan kewirausahaan. Dari
lima gaya kepemimpinan tersebut, penulis akan fokus pada pembahasan mengenai
kepemimpinan transformasional sebagai pilihan bagi pemimpin saat ini dan pemimpin
masa depan.
Seperti namanya, pendekatan transformasional adalah sebuah proses yang
mengubah dan mentransformasikan individu. Pendekatan ini berhubungan dengan nilai-
nilai, etika, standar, dan tujuan-tujuan jangka panjang. Kepemimpinan transformasional
meliputi: menilai motif para pengikutnya, memuaskan kebutuhan mereka dan
memperlakukan mereka sebagai manusia seutuhnya. Pendekatan ini merupakan sebuah
proses yang menggolongkan kepemimpinan berkarisma dan bervisi. Meskipun pemimpin
transformasional mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempercepat
perubahan, para pengikut dan para pemimpin sangat terikat sehingga tidak mungkin
dapat lepas dalam proses transformasi (Northouse, 2007).

6
Sebagai contoh, pengaruh transformasi digital terhadap model bisnis perusahaan,
bagaimana perusahaan harus beradaptasi dengan perubahan tersebut, dan strategi apa
yang dapat diambil untuk memanfaatkan teknologi digital secara efektif. Selain itu, dapat
juga dibahas mengenai dampak transformasi digital terhadap tenaga kerja dan pekerjaan
di masa depan.

B. Pengaruh Era 4.0 dan 5.0


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revolusi industri
menunjukkan perubahan radikal dalam pekerjaan untuk melakukan produksi dengan
menggunakan mesin baik sebagai penggerak maupun sebagai tenaga pengolah. Pemicu
utama terjadinya revolusi industri adalah masyarakat ingin mengatasi permasalahan yang
dihadapinya dalam pembuatan barang, seperti penggunaan biaya yang tinggi dan waktu
yang lama sehingga menyebabkan masyarakat mencari cara agar produksi menjadi lebih
efisien dan efektif. Revolusi Industri 1.0 terjadi antara tahun 1750 hingga 1850 dan
ditandai dengan digantikannya tenaga manusia oleh kehadiran mesin. Selama ini mesin
uap diciptakan untuk menggantikan tenaga otot, air, dan angin yang digunakan untuk
menggerakkan segalanya untuk membantu pekerjaan manusia. Revolusi Industri 2.0
berlangsung dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 di mana tenaga uap mulai
tergantikan oleh tenaga listrik. Selama periode ini, industrialisasi, sains, pembagian kerja,
dan produksi massal berkembang pesat. Revolusi Industri 3.0 terjadi pada akhir abad ke-
20 dan ditandai dengan munculnya internet dan teknologi digital yang dikenal dengan
revolusi digital. Banyak pabrik industri lebih menyukai penggunaan tenaga mesin
daripada tenaga manusia karena lebih efektif dan efisien. Selain itu, mesin canggih dapat
menghasilkan produksi barang yang lebih dari dua kali lipat dibandingkan hasil kerja
manusia.
Revolusi Industri 4.0 terjadi pada awal tahun 2000-an hingga saat ini. Revolusi ini
ditandai dengan Internet of Things (IoT), Big Data, kecerdasan buatan (AI), teknologi
robot dan sensor, serta teknologi pencetakan 3D. Revolusi saat ini sebenarnya adalah
yang terbesar. Pada Revolusi Industri 4.0, masyarakat telah menemukan model baru
ketika teknologi disruptif datang begitu cepat dan mengancam eksistensi perusahaan
yang sudah mapan (old player company). Sejarah telah mencatat, bahwa revolusi industri
merenggut banyak nyawa dengan matinya perusahaan-perusahaan besar. Persaingan
internasional pun bersaing untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan merancang proses

7
produksi dan otomatisasi yang efisien dan cepat sehingga pekerjaan manusia digantikan
oleh mesin dan robot yang dilengkapi kecerdasan buatan berupa pengolah data.
Perkembangan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia didukung oleh pemerintah
khususnya Kementerian Perindustrian. Beberapa industri seperti makanan dan minuman,
semen, petrokimia, otomotif, dan lain-lain dianggap siap menghadapi Industri 4.0. Apa
yang perlu dilakukan negara ini untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0?
Di era industri 4.0 di Indonesia, menurut Direktur Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri (BPPI), ada beberapa area yang perlu disiapkan untuk
mengadopsi Industri 4.0, antara lain peningkatan otomatisasi, komunikasi
mesin―ke―mesin dan kecerdasan buatan serta pengembangan teknologi teknologi
berkelanjutan. Ada empat faktor mendasar di balik penerapan implementasi tersebut,
yaitu peningkatan jumlah data, proteksi cyber, kekuatan pemrosesan, dan konektivitas.
Kementerian Perindustrian sendiri telah melakukan beberapa hal, seperti mendorong
pelaku industri untuk menyiapkan apa yang dibutuhkan, mendorong pengusaha padat
karya berupa infrastruktur industri, bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam optimalisasi, Bandwidth (istilah yang mengacu pada jumlah data yang
dapat ditransmisikan melalui koneksi internet atau jaringan dalam periode waktu
tertentu), serta Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) yang memfasilitasi integrasi
data ke dalam desain industri elektronik. Revolusi Industri 4.0 yang terjadi di Indonesia
dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih maju dan bersaing dengan negara
lain. Bagaimana teknologi seperti kecerdasan buatan, robotik, dan otomatisasi dapat
mengubah cara kita bekerja dan apa yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan tenaga
kerja menghadapi perubahan tersebut.
Setelah era 4.0 sudah hampir menyentuh kata sempurna, tentu manusia tidak
pernah puas akan hal yang sudah ada saat ini. Melalui Industri 5.0 yang masih dalam
tahap pengembangan, ada beberapa data yang sudah membeberkan informasi mengenai
industri 5.0. Pada tahun 2020, nilai pasar global teknologi Industri 5.0 diperkirakan
mencapai $12,7 miliar. (Sumber:MarketsandMarkets). Pada tahun 2021, sekitar 30
persen perusahaan manufaktur global diperkirakan akan mengadopsi teknologi Industri
5.0. (Sumber: PWC/Price Waterhouse Coopers). Menurut sebuah studi oleh Capgemini,
76% pemimpin industri percaya bahwa Industri 5.0 akan meningkatkan penjualan secara
signifikan selama lima tahun ke depan. Teknologi Industri 5.0 diperkirakan akan
mengurangi biaya produksi hingga 30% dan meningkatkan efisiensi produksi hingga
25%. (Sumber:Accenture). Contoh Industri 5.0 yang mulai muncul adalah Smart

8
Manufacturing. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Capgemini, 51% perusahaan
manufaktur global telah menerapkan teknologi manufaktur pintar dan 35% perusahaan
berencana melakukannya dalam tiga tahun ke depan.
Namun, perlu diketahui bahwa informasi di atas adalah perkiraan dan dapat
berubah seiring perkembangan Industri 5.0, karena industri society ini adalah konsep
masa depan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari proses produksi dan
menggunakan teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan, robotika, dan IoT (Internet
of Things) untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas seperti yang ada saat ini di
industri 4.0. Tujuan dari konsep ini adalah untuk mengubah hubungan antara manusia
dan mesin sehingga mesin dan teknologi menjadi alat yang mendukung manusia dalam
pekerjaannya. Menurut studi tahun 2020 yang diterbitkan oleh McKinsey & Company,
penerapan teknologi Industri 5.0 di industri manufaktur dapat meningkatkan efisiensi
produksi hingga 30 persen dan menekan biaya produksi hingga 25 persen. Selain itu,
teknologi Industri 5.0 juga dapat memungkinkan produksi massal yang lebih fleksibel
dan penyesuaian produk yang lebih besar.
Namun, dampak sosial dan ekonomi dari Industri 5.0 juga akan berpengaruh bagi
kehidupan manusia. Beberapa ahli memperingatkan bahwa pengenalan teknologi Industri
5.0 dapat menggantikan pekerjaan manusia dan meningkatkan ketimpangan ekonomi.
Oleh karena itu, praktik yang tepat diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi
Industri 5.0 dapat diterapkan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Studi lain
yang dilakukan Deloitte pada tahun 2020 menunjukkan bahwa Industri 5.0 dapat
meningkatkan keterampilan dan kompetensi pekerja swasta melalui pelatihan yang tepat.
Selain itu, teknologi Industri 5.0 juga dapat memungkinkan pekerjaan yang lebih aman
dan efisien serta meningkatkan kualitas hidup karyawan dengan membebaskan mereka
dari pekerjaan yang berat dan berbahaya. Oleh karena itu, di era industri 4.0 dan 5.0 tentu
teknologi adalah hal yang paling dibutuhkan oleh manusia dalam membantu pekerjaan
termasuk dalam memimpin sebuah organisasi atau perusahaan yang dilakukan oleh
pemimpin-pemimpin suatu perusahaan/organisasi.

C. Pemimpin di Era Digital

Terkait dengan transformasi kepemimpinan di era digital dan efek baik era 4.0 pun
5.0, penulis juga membahas mengenai bagaimana pemimpin dapat membangun budaya
kerja yang inklusif dan beragam serta pentingnya keterampilan sosial dan empati dalam

9
kepemimpinan di era digital tersebut. Tentu dibutuhkan peran etika dan keamanan data
yang dilakukan oleh pemimpin dalam transformasi digital. Bagaimana perusahaan dapat
menjaga privasi data dan menghindari penyalahgunaan teknologi, serta bagaimana
perusahaan dapat mengatasi ancaman keamanan siber yang semakin meningkat?

Menurut Adi Zakaria Afiff, seorang peneliti dari Universitas Gadjah Mada,
kepemimpinan dalam era digital melibatkan tiga hal, yaitu kemampuan untuk memahami
teknologi, membangun budaya inovasi, dan membentuk ekosistem yang kolaboratif.
Selain itu, menurut Jack Ma, pendiri Alibaba, seorang pemimpin harus dapat membawa
orang-orang bersama-sama dan memiliki visi yang jelas tentang masa depan. Dalam
konteks aktualisasi pemimpin di era digital, Ahmad Ghozali dari Universitas Negeri
Jakarta menyatakan bahwa aktualisasi terjadi melalui pembelajaran, pelatihan, dan
pengalaman. (sumber:….)

Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis merasa perlu untuk memberikan solusi dan
rekomendasi yang konkret bagi pembaca mengenai bagaimana perusahaan dapat
memanfaatkan transformasi digital secara efektif dan adaptif dalam menjalankan bisnis
mereka, serta bagaimana pemimpin dapat mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan mereka untuk menghadapi tantangan dan peluang di era digital. Jika kita
menilik sebuah kisah singkat seseorang yang mampu dijadikan contoh dalam
transformasi pemimpin di era digital ini, maka penulis mengambil contoh salah satu
tokoh yang berkontribusi besar bagi Indonesia, yaitu Nadiem Makarim. Sebagai CEO
Go-Jek, Nadiem Makarim adalah seorang digital leader yang sukses memimpin
perusahaan rintisan start up asal Indonesia. Sebagai seorang digital leader, Nadiem
Makarim memahami pentingnya transformasi digital dan aktualisasi dalam
kepemimpinan di era digital. Beliau memimpin perusahaan dengan strategi yang
berorientasi pada inovasi dan kreativitas serta memanfaatkan teknologi untuk mencapai
tujuan perusahaan. Nadiem Makarim juga menggunakan data untuk membuat keputusan
bisnis yang tepat, seperti yang dibahas dalam pembahasan sebelumnya. Ia
mengembangkan aplikasi Go-Jek dengan memanfaatkan data dan teknologi, sehingga
mampu memberikan layanan yang lebih efektif dan efisien bagi pengguna. Selain itu,
Nadiem Makarim juga mengembangkan budaya kerja yang inklusif dan beragam, sejalan
dengan pembahasan sebelumnya tentang pentingnya membangun budaya kerja yang
inklusif dan beragam di era digital.

10
Kisah sukses Nadiem Makarim sebagai CEO Go-Jek dapat dijadikan contoh
inspiratif bagi para pemimpin di era digital. Beliau berhasil membawa perusahaan
rintisan start up asal Indonesia menjadi perusahaan unicorn dengan nilai valuasi lebih
dari 10 miliar US dolar. Keberhasilannya dalam memimpin Go-Jek juga menunjukkan
betapa pentingnya transformasi pemimpin di era digital dan aktualisasi dalam
kepemimpinan. Di era digital yang penuh dengan perubahan teknologi dan persaingan
yang semakin ketat, para pemimpin perusahaan perlu beradaptasi dan memperbarui
pengetahuan serta keterampilan kepemimpinan mereka secara terus-menerus agar dapat
memanfaatkan teknologi dan mencapai tujuan perusahaan dengan lebih efektif.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Kepemimpinan Modern: Sebuah Transformasi di Era Digital” dapat disimpulkan, bahwa
transformasi digital telah membawa perubahan besar dalam cara kerja dan kepemimpinan
organisasi. Era digital memerlukan pemimpin yang mampu beradaptasi dengan cepat,
memanfaatkan teknologi secara efektif, dan memimpin budaya kerja yang inklusif serta
beragam. Aktualisasi dalam transformasi pemimpin di era digital menjadi sangat penting
untuk memastikan bahwa pemimpin tetap relevan dan kompetitif di tengah persaingan
global yang semakin ketat dan perubahan teknologi yang cepat.

B. Rekomendasi
Pada era industri 4.0, sebuah organisasi/perusahaan memerlukan perubahan
kepemimpinan yang berorientasi pada inovasi dan kreativitas. Para pemimpin perusahaan
perlu memiliki visi yang jelas terhadap pemanfaatan teknologi di perusahaannya. Dalam
mengambil keputusan, seorang digital leader tidak hanya bertumpu pada masukan dari
orang-orang yang dipercaya, tetapi juga menggunakan data untuk menentukan keputusan
terbaik untuk perusahaan. Rekomendasi untuk perusahaan dan pemimpin di era digital
adalah untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap teknologi dan
memanfaatkannya secara efektif dalam mengembangkan perusahaan yang dipimpinnya.

11
Pemimpin perusahaan perlu memastikan bahwa mereka memiliki tim yang terampil
dalam penggunaan teknologi dan data, serta mengembangkan budaya kerja yang inklusif
dan beragam untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi. Pemimpin perusahaan perlu
terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka melalui berbagai sumber,
seperti pelatihan, konferensi, dan pengalaman bekerja dengan orang-orang yang berbeda
latar belakang.

DAFTAR PUSTAKA
Accenture. (2018). Industry X.0: The digital reinvention of industry.
Afiff, A. Z. (2016). Kepemimpinan di Era Digital: Tantangan dan Peluang. Journal of Business
and Banking, 23―36.
Capgemini. (2019). Smart Factories @ Scale: Seizing the trillion-dollar opportunity.
Deloitte. (2018). Industry 4.0 and manufacturing ecosystems: Exploring the world of
connected enterprises.
Ghozali, A. (2018). Aktualisasi Pemimpin di Era Digital. Jurnal Administrasi Bisnis, 55.
Lindenhofer, G. G. (2018). The Impact of Industry 4.0 on the Leadership Role in Large-Scale
Manufacturing Companies". Journal of Leadership and Management.
Moleong, P. D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. BAB 3.
PricewaterhouseCoopers. (2016). Industry 4.0: Building the digital enterprise.
Schwab, K. (2016). The Fourth Industrial Revolution. World Economy Forum.
Sugimoto, H. (2019). The advent of Society 5.0 and its implications for the future of human life
and work". Asia & the Pacific Policy Studies.
Teece, D. J. (2010). Business models and dynamic capabilities.

Melihat Perjalanan 4 Startup "Unicorn" asal Indonesia (tirto.id)

Kepemimpinan di Era Digital dengan Pemimpin di era digital (kuncie.c om)

https://www.intipesan.com/jack-ma-memimpin-dengan-visi-dan-moral-yang-tinggi/

12
https://inixindojogja.co.id/menjadi-pemimpin-di-era-digital-tidak-mudah-miliki-kriteria-
berikut-ini/

Kepemimpinan Transformasional: Pilihan bagi Pemimpin Saat Ini dan Pemimpin Masa Depan
Halaman 1 - Kompasiana.com

Revolusi Industri 4.0: Sejarah, Efek, Dampak, dan Cara Menyikapinya Halaman all -
Kompasiana.com

13

Anda mungkin juga menyukai