Anda di halaman 1dari 18

DIGITAL LEADERSHIP

Dalam rangka memenuhi nilai tugas Mata Kuliah


Kepemimpinan Strategik Semester Genap 2022/2023

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. A. Sobandi, M.Si., M.Pd.


Dr. Budi Santoso, M.Si.

Disusun oleh :
Uus Mulyana
NIM 2208542

PROGRAM STUDI DOKTOR MANAJEMEN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
KAJIAN TEORI...................................................................................................................................2
Transformasi Digital.........................................................................................................................2
Kepemimpinan Digital......................................................................................................................3
Kompetensi Digital...........................................................................................................................8
STUDI KASUS....................................................................................................................................10
KESIMPULAN...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

i
PENDAHULUAN

Kepemimpinan menjadi skill yang sangat penting, apalagi saat memasuki dunia kerja.


Ada banyak hal yang perlu dimanajemen dengan baik, agar semua urusan perusahaan bisa
berjalan dengan lancar dan sesuai tujuan. Oleh karenanya, seorang pemimpin harus memiliki
visi dan tujuan yang jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Gaya kepemimpinan di era digital lebih diarahkan dalam pemanfaatan teknologi
informasi yang berkembang begitu massif. Semua kegiatan manajemen bisa dipantau atau
monitoring secara digital, sehingga akan lebih memudahkan seorang pemimpin untuk
melakukan evaluasi saat terdapat kesalahan. Untuk itulah, diperlukan digital leadership di era
digital ini.
Dampak teknologi digital melalui Internet dan cloud membawa paradigma baru di semua
industri. Internet menciptakan ekonomi tanpa batas dan seluruh pikiran baru dan hasil di era
informasi berubah menjadi era usia konseptual. Pada era Industri 4.0 yang merupakan era digital
yang menitikberatkan pada penguasaan teknologi paling mutakhir serta globalisasi yang semakin
menghilangkan batasan teritorial antar negara dan batasan-batasan ekonomi lainnya menuntut adanya
kesiapan sumberdaya suatu negara. Transformasi digital tidak hanya di organisasi swasta tetapi juga
pada tingkat individu dan organisasi publik Digitalisasi, digitalisasi, dan transformasi digital akan
memanfaatkan konsumsi produk teknologi dan menjadikan work-from-home sebagai alternatif
terbaik untuk pengaturan kerja di organisasi (Almeida, Santos, & Monteiro, 2020).
Pemanfaatan teknologi informasi di berbagai bidang tentunya sangat membantu organisasi
untuk memperoleh tujuan yang diharapkan. Seiring dengan perkembangannya revolusi industry 4.0
dan revolusi pemerintahan 4.0 menjadi mendasar dalam transformasi dalam pemerintahan dalam
mengadopsi pengunaaan teknologi. Diharapkan dengan adanya bantuan teknologi informasi akan
mempermudah dan mempercepat dalam pemberian pelayanan. Revolusi industry 4.0 mendorong
system otomatisasi di semua tahapan pelayanan publik melalui sistem informasi yang
menggabungkan sumber daya, teknologi informasi, dan hubungan informasi (Rochmansjah & Karno,
2020). Reformasi tersebut menghasilkan keberhasilan pemasangan infrastruktur pemerintahan digital
yang cukup maju. Sudah diterima secara universal bahwa teknologi digital meningkatkan
akuntabilitas, efisiensi, dan transparansi administrasi, membantu mengurangi pengeluaran, dan
menghasilkan tata kelola yang lebih baik.

1
Peran kepemimpinan dalam pelaksanaan transformasi digital di sektor pemerintahan tentunya
menjadi sebuah keniscayaan. Kepemimpinan menjadi sentral dalam mengadopsi pemanfaatan
teknologi di era industry 4.0. Di era digital, para pemimpin perlu dilengkapi dengan baik dengan
digital dan emosional kelincahan dalam beroperasi di lingkungan yang tidak pasti dan kompleks. Hari
ini, dalam pengambilan keputusan proses dan inovasi, pemimpin yang efisien bekerja dalam siklus
pembelajaran yang cepat.(Mihai & CREȚU, 2019).
Era digital yang kita jalani mengubah persepsi orang tentang kehidupan dan pekerjaan pada
tingkat yang menyaingi pengaruh revolusi industri. Tahap sosial dari proses digitalisasi ditandai
dengan tingkat konektivitas yang belum pernah terlihat sebelumnya, baik di tingkat pribadi maupun
profesional. Saat ini, transfer data digunakan untuk berkomunikasi tidak hanya antara manusia, tetapi
juga antara hal-hal dalam kehidupan biasa, seperti menghubungkan seluruh rumah ke teknologi Wi-Fi
baru. Kepememimpinan digital adalah sebuah kombinasi antara gaya kepemimpinan serta
pemanfaatan teknologi digital dalam mewujudkan transformasi digital. Seorang pemimpin digital
harus memiliki karakteristik dan perilaku yang memungkinkannya mencapai tujuan transformasi
digital (Mwita & Joanthan, 2019).

KAJIAN TEORI

Transformasi Digital
Transformasi digital terdiri dari efek gabungan dari beberapa inovasi dan teknologi digital
yang menghadirkan struktur, praktik, nilai, pengaturan, dan keyakinan baru yang mengubah, mngganti,
atau melengkapi aturan yang ada dalam organisasi, ekosistem, industry (Westerman, Bonnet, &
McAfee, 2014). Transformasi digital penting bagi semua perusahaan industri dan sektor permerintahan
yang sangat bergantung pada sistem, TI, strategi, dan sumber daya manusia. Transformasi digital
adalah tentang melepaskan nilai dari proses bisnis dan mengembalikannya kepada pelanggan dan
penggunaaandata dan analitik untuk menciptakan pengalaman baru dan inovatif. Perjalanan
transformasi digital akan menjadikan organisasi yang digerakkan oleh analisis dan menerapkan
teknologi AI yang disematkan sebagai kebiasaan.
Transformasi digital secara ekstensif dianggap sebagai pendorong perubahan dalam semua
konteks, terutama dalam konteks bisnis, dan mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia
berdasarkan pemanfaatan teknologi dan digitalisasi. Teknologi digital telah mengubah sektor publik
dengan memengaruhi aplikasi, proses, budaya, struktur, dan tanggung jawab serta tugas pegawai

2
negeri (Tangi, Janssen, Benedetti, & Noci, 2021). Transformasi digital dapat didefinisikan sebagai
modifikasi (atau adaptasi) model bisnis, yang dihasilkan dari laju dinamis kemajuan teknologi dan
inovasi yang memicu perubahan perilaku konsumen dan sosial (Kotarba, 2018).

Kepemimpinan Digital
Kepemimpinan digambarkan sebagai kapasitas untuk membimbing perusahaan menuju
pencapaian tujuannya dan membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, perusahaan harus memiliki produk dan
sistem teknis yang mempercepat dan memungkinkan produksi, komunikasi, dan pengurangan biaya,
serta kemampuan untuk menggunakan produk dan sistem ini secara optimal (Ugural, Giritli, &
Urbański, 2020).
Kepemimpinan digital adalah kombinasi antara budaya digital dan kompetensi digital. Kajian
kepemimpinan digital adalah bagian dari kajian wacana kepemimpinan berdasarkan teori eselon atas
yang dikembangkan oleh Hambrick serta Mason (Hambrick & Mason, 1984) dimana hasilnya bisa
diprediksi oleh karakter seorang manajer. Kepemimpinan digital adalah gaya kepemimpinan yang
berfokus pada implementasi transformasi digital dalam sebuah organisasi. Model kepemimpinan ini
memungkinkan perusahaan maupun organisasi untuk mendigitalkan lingkungan kerja dan budaya kerja
mereka (Sagbas & Erdogan, 2022).
Menurut Fisk (2002) pemimpin digital adalah visioner, motivator perubahan, mampu
menggabungkan ide-ide dalam bisnis untuk proyek, dan membangun koneksi melalui penciptaan
peluang baru untuk kemitraan/usaha patungan/outsourcing dan bentuk kolaborasi lainnya. Pearl Zhu
(Zhu, 2015) mendefinisikan kriteria kepemimpinan digital yang terdiri asal 5 karakteristik :
a. Pemikiran yaitu kemampuan dalam menghadapi perubahan pasar serta persaingan
b. Kreatif yaitu pemimpin digital yang memiliki pola pikir kreativitas serta inovasi untuk
merumuskan ide- ide baru menjadi sebuah kenyataan
c. Visioner yaitu pemimpin digital yang memiliki kemampuan memberikan arahan serta sebagai
orkestra pada mentransformasi usaha digital
d. Rasa ingin tahu yaitu menggunakan ekosistem yg kompleks serta bergerak maju karena faktor
Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA). Seseorang pemimpin digital wajib
mempunyai kemampuan belajar
e. Profound Leader yaitu gaya kepemimpinan digital yang bisa memimpin pada masa situasi yang
kompleks dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman mendalam, dan menggunakan
pengetahuannya untuk interpretasi, berpikir sintesis untuk mengambil keputusan.

3
Laju perubahan dalam bidang teknologi informasi saat tidak dapat dibendung. Perubahan ini
semakin cepat dengan berubah secara eksponensial. Tren utama perubahan selama 10 tahun terakhir
dalam teknologi telah mengubah masyarakat dalam memanfaatkan fungsi teknologi di organisasi
maupun perkantoran. Sementara itu, teknologi telah berkembang dengan memberikan kemudahan
dalam memberikan pelayanan yang murah dan cepat. Implementasi teknologi informasi di sektor
pemerintahan menjadi sebuah kewajiban untuk beradaptasi dengan laju perkembangan teknologi.
Karena laju perubahan terus meningkat dan kita beralih ke masyarakat digital, kemungkinan akan
melihat bagian belakang gedung perkantoran sebagai realitas virtual dan augmented yang akan
menyediakan lingkungan kolaboratif. Adopsi kecerdasan buatan akan membantu para pemimpin dalam
sektor pemerintahan dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah.
Kepemimpinan digital menurut (Brett, 2019) singkatnya dapat dilihat pada gambar dibawah,
dimana para pemimpin digital masa depan akan :
a. Membangun organisasi digital.
Membangun organisasi digital adalah suatu proses untuk mengubah suatu organisasi agar mampu
beradaptasi dengan perubahan teknologi dan memanfaatkannya secara maksimal untuk mencapai
tujuan bisnisnya. Organisasi digital menggunakan teknologi digital sebagai bagian integral dari
operasi bisnisnya dan terus-menerus mencari inovasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas,
dan kepuasan pelanggan.
Organisasi digital biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih datar, dengan komunikasi yang
lebih terbuka dan kolaboratif antara tim yang berbeda. Pemanfaatan teknologi digital juga
memungkinkan organisasi digital untuk mengumpulkan dan menganalisis data dengan lebih
efektif, sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan cepat.
Membangun organisasi digital membutuhkan dukungan dari seluruh bagian organisasi, termasuk
manajemen, karyawan, dan sistem teknologi. Organisasi harus siap untuk melakukan transformasi
digital dan mengembangkan kemampuan teknologi serta keterampilan digital pada seluruh level
organisasi agar dapat beroperasi secara efektif di era digital.
b. Mengintegrasikan dan memanfaatkan tren teknologi.
Mengintegrasikan tren teknologi merujuk pada menggabungkan berbagai teknologi terbaru untuk
menciptakan solusi yang lebih efektif atau lebih canggih. Hal ini dapat mencakup menghubungkan
sistem yang berbeda atau memadukan berbagai teknologi untuk menciptakan produk atau layanan
baru yang lebih canggih. Contohnya, perusahaan teknologi bisa mengintegrasikan teknologi
blockchain dengan teknologi kecerdasan buatan untuk menghasilkan solusi baru yang inovatif.

4
Sementara itu, memanfaatkan tren teknologi berarti menggunakan tren teknologi yang sedang
berkembang untuk memaksimalkan potensi atau keuntungan. Hal ini dapat mencakup penggunaan
teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi, mengembangkan produk baru, atau meningkatkan
pengalaman pelanggan. Misalnya, sebuah toko online dapat memanfaatkan tren teknologi
kecerdasan buatan untuk merekomendasikan produk kepada pelanggan atau mempercepat proses
pengiriman barang dengan menggunakan teknologi Internet of Things.
Dalam keduanya, penting untuk mempertimbangkan keuntungan dan risiko dari mengintegrasikan
atau memanfaatkan tren teknologi untuk memastikan bahwa solusi yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan bisnis Anda.
c. Mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang orang yang terlibat (diri sendiri, tim mereka
dan pemangku kepentingan) dan pelanggan mereka.
Mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang orang yang terlibat, termasuk diri
sendiri, tim mereka, dan pemangku kepentingan, serta pelanggan mereka merujuk pada
proses untuk memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang individu atau kelompok
yang terlibat dalam suatu proyek atau bisnis, serta pelanggan yang dilayani.
Proses ini melibatkan pengumpulan data dan informasi melalui observasi, wawancara,
atau survei untuk memahami kebutuhan, preferensi, nilai, motivasi, dan tantangan yang
dihadapi oleh individu atau kelompok tersebut. Dalam konteks bisnis, pemahaman yang
mendalam ini dapat membantu dalam mengembangkan strategi pemasaran yang lebih
efektif dan menciptakan produk atau layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
Selain itu, pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan tim dapat membantu dalam
mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang lebih efektif dan meningkatkan
produktivitas dan kolaborasi dalam tim. Sementara itu, memahami kebutuhan dan
kepentingan pemangku kepentingan seperti pemegang saham, regulator, atau mitra bisnis
dapat membantu dalam mengembangkan strategi bisnis yang lebih berkelanjutan dan
efektif.
Penting untuk diingat bahwa pengembangan pemahaman yang mendalam ini adalah suatu
proses yang terus berkelanjutan dan membutuhkan waktu, kesabaran, dan kerja keras
untuk mencapai hasil yang bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.

5
Gambar 1. Tiga Komponen Kepemimpinan Digital Masa Depan (Brett, 2019)

Dalam rangka mencapai tujuan organisasi pada era digital seperti saat ini, banyak aspek dalam
pemenuhannya, di antaranya adalah unsur kepemimpinan atau pemimpin yang berpikiran digital.
Karena kesuksesan suatu organisasi tidak hanya diukur pada kinerja para staf atau personilnya saja,
yang terpenting pada faktor kompetensi pemimpin organisasi. Diperlukan gaya kepemimpinan baru
yang memiliki keterampilan kewirausahaan (Kazim, 2019), bahkan diperlukan sifat kepemimpinan
digital yang dinamis untuk mendorong transformasi digital (Oberer & Erkollar, 2018). Selain keahlian
teknis, keahlian soft skill sangat diperlukan dalam kepemimpinan digital yang dirumuskan kedalam
tujuh pilar pendukung digital leadership sebagai berikut:

Gambar 2. Tujuh Pilar Pendukung Digital Leadership

Dari tujuh pilar tersebut di atas, tergambar bagaimana soft skill mendominasi karakteristik
kepemimpinan digital. Seorang digital leadership perlu melangkah lebih jauh dan berpandangan lebih
luas, serta mampu membawa pemikiran personil yang dipimpinnya bersama-sama melintas batas

6
bangsa, negara, geografis, budaya, dan batasan lainnya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi, kinerja organisasi, dan pelayanan publik yang lebih
baik.
Karakteristik yang diperlukan pemimpin digital atau digital leadership menurut (Klein, 2020):
1. Characteristics-Digital Business, yaitu seorang digital leadership harus mempunyai karakteristik
Innovative visionary yang tidak cukup hanya pemikiran jauh ke depan, tetapi juga mempunyai
inovasi. Karakteristik penting lainnya adalah networking intelligence, seorang digital leader harus
mampu mengoordinasikan antara pengetahuan, skill, dan sumber daya tim. Tidak kalah penting
bahwa seorang digital leader harus bertindak sebagai digital talent scout. Diharapkan juga
mempunyai karakteristik complexity master, yaitu seorang digital leader harus bisa memahami
situasi yang rumit dan bisa memecahkan masalah pada situasi yang sulit. Di samping itu terdapat
karakteristik yang penting lainnya, yaitu business intelligence dalam rangka membangun model
bisnis baru.
2. Characteristic-Social Attitude, yaitu seorang digital leader bertindak sebagai motivating coach,
sebagai motivator dan menjadi seorang role model bagi anggota tim atau personilnya. Hal lain
untuk karakteristik digital leadership adalah gaya democratic delegative, merancang organisasinya
dengan hierarki dan birokrasi yang minimalis sehingga seorang digital leadership berorientasi pada
personil dan fokus pada perkembangan dan kemajuan personilnya. Tidak kalah pentingnya adalah
karakteristik openness yang mempunyai sifat transparansi.
3. Characteristics-General Mindset, selain karakteristik di atas terdapat karakteristik umum, yaitu
agile mudah beradaptasi dengan model bisnis baru dan mampu membuat strategi transformation
strategies. Hal menarik dari karakteristik digital leader adalah kemampuan untuk learning by errors
dan belajar dari kesalahan merupakan hal yang penting untuk melangkah lebih baik. Karakteristik
penting lainnya dari seorang digital leader adalah mempunyai knowledge-oriented dan life-long
learner, keinginan terus belajar.

Lebih lanjut keterampilan yang diperlukan bagi seorang digital leader, menurut Kevin Olp dari
Digital Workplace Group mengutip (Sullivan, 2017):
1. Digital Literacy, merupakan pengetahuan dan kecakapan menggunakan media digital dan
teknologi informasi serta internet. Tidak hanya membutuhkan keterampilan teknis, tapi juga
keterampilan kognitif, kritis, dan kreatif.
2. Digital Vision, kemampuan untuk memprediksi dan meyakinkan orang lain akan peluang jangka
panjang dari teknologi baru dan meyiapkan strategi digital.

7
3. Defense, yaitu kemampuan pemimpin digital untuk menentukan kondisi yang dibutuhkan oleh
organisasi. Pertahanan akan memotivasi SDM untuk menuju visi digital. Komitmen pemimpin
untuk meningkatkan literasinya sendiri mendorong orang lain untuk mengikutinya.
4. Presence, yaitu kehadiran pemimpin merupakan bentuk anjuran yang nyata dan dapat
dipraktikkan. Pemimpin dapat memiliki visi digital yang jelas dan dapat menjelaskan dengan baik
tetapi, jika tidak terlihat oleh stafnya, tidak ada yang akan mengikutinya.
5. Communication, merupakan cara komunikasi pemimpin dalam mendukung kekuatan pesan yang
disampaikan. Penting untuk memikirkan bagaimana cara komunikasi yang dapat mendukung visi
digital.
6. Adaptability, merupakan aspek adaptasi yang paling menantang bagi para pemimpin adalah
memberikan toleransi terhadap inovasi.
7. Self-Awareness, merupakan pendekatan pemimpin dan proses mempengaruhi orang lain harus
berlangsung secara alami dan berkelanjutan.
8. Cultural Awareness, yaitu kesadaran budaya adalah cerminan dari visi digital. Para pemimpin
harus memahami dan mengingatkan akan perbedaan budaya yang mungkin timbul dengan
mengingat kepekaan cara kerja digital dalam proses komunikasi dan partisipasi.

Kompetensi Digital
Kompetensi digital merupakan kemampuan untuk mengeksplorasi dalam menghadapi situasi
teknologi baru untuk menganalisis, memilih, mengevaluasi data dan informasi untuk memanfaatkan
potensi teknologi guna memecahkan masalah (Gallardo-Echenique et al., 2015). Aspek-aspek yang
tercakup dalam kompetensi digital lebih luas dan komprehensif jika dibandingkan dengan
keterampilan digital, yaitu mencakup aspek teknis yang berkaitan dengan manajemen hardware dan
sofware. Konsep tersebut bergantung pada sekelompok pilar dasar seperti informasi, komunikasi,
keamanan, pembuatan konten, dan pemecahan masalah (Jarad & Shaalan, 2020). Pada masa digital
seperti saat ini para anggota atau karyawan sudah harus memiliki kompetensi digital, walau tingkat
dasar. The European Commision’s memilah komponen kompetensi digital menjadi beberapa area:
1. Informasi dan data literasi,
2. Komunikasi dan kolaborasi,
3. Kreasi pembuatan konten digital,
4. Keamanan, dan
5. Pemecahan masalah. Mengingat keberhasilan organisasi sangat tergantung pada kualitas sumber

8
daya manusianya, organisasi sangat mengandalkan anggotanya yang kompeten sebagai kekuatan
organisasi.

Transformasi di dunia digital di era saat ini adalah sebuah keniscayaan dan peristiwa ini
merupakan bentuk evolusi. Bahkan dalam program yang diluncurkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) pada tahun 2015 yang disebut Sustainable Development Goals (SDGs) menekankan teknologi
dan konektivitas. Dari segi teknologi dan konektivitas, secara tidak langsung akan mengarah pada
penggunakan teknologi internet oleh banyak orang. Menggunakan teknologi Internet dapat dipahami
sebagai bentuk perahlian dari manual beralih ke penggunaan digital. Banyak hal yang perlu
disesuaikan agar sesuai dengan etos yang disebut digital, salah satunya adalah memahami terlebih
dahulu arti dari digital itu sendiri dan isu-isu yang terkait. Kemampuan e-leadership didefinisikan
sebagai cara para pemimpin menggunakan teknologi informasi untuk mencapai tujuan pemerintah.
Setiap pemerintahan bergantung pada tingkat e-government yang dimilikinya, dan kualitas e-
government berbeda-beda. Transformasi digital yang sukses berarti membawa cara kerja yang sangat
berbeda dalam sebuah organisasi. Pemanfaatan teknologi informasi dalam memudahkan layanan
menjadi bagian yang sangat penting dalam sebuah organisasi pemerintah di bidang pelayanan publik.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya perlu seorang pemimpin yang memiliki kemampuan dalam
memimpin dan memanfaatkan teknologi digital dalam peningkatan kinerja organisasi (Wasono &
Furinto, 2018). Tujuan transformasi digital bagi perusahaan maupun organisasi adalah jelas untuk
melakukan pengehamtan uang dengan membuat layanan digital yang baik untuk digunakan banyak
orang untuk menggunakannya. Orientasi pelayanan kepada konsumen yang dilakukan oleh Amazon
dan Netflix dimana mereka tidak tidak perlu melatih orang untuk menggunakan layanan yang mereka
ciptakan, menjadikan kedua perusahaan ini secara aktif menjadwa kebutuhan pengguna layanan
mereka (Benjamin & Potts, 2018). Implementasi digital dalam sektor pemerintahan akan memberikan
manfaat yang sangat besar. Digitalisasi akan memudahkan serta mempercepat dalam proses layanan
publik maupun pengambilan keputusan. Implementasi adalah satu-satunya cara untuk menerjemahkan
cita-cita kebijakan ke dalam realitas kebijakan dan tujuan kebijakan menjadi manfaat kebijakan. Fakta
bahwa suatu kebijakan dibuat tidak berarti bahwa kebijakan itu dilaksanakan secara otomatis; ada
jurang pemisah antara keduanya (Peng, 2022). Oleh karena itu, implementasi kompetensi adalah
kemampuan untuk mengimplementasikan kebijakan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan mengimplementasi e-government tidak lepas dari betapa pentingnya perannya seorang
pemimpin. Transformasi digital di sektor pemerintahan dapat terwujud jika adanya keinginan yang
besar oleh pemimpinnya untuk melaksanaknnya. Menurut Herlambang (Yudha & Susanto, 2019) ada

9
beberapa komponen yang dapat dilakukan untuk mewujudkan keberhasilan e-government yaitu (1)
Kepemimpinan yang kuat mempengaruhi keberhasilan e-government, (2) Visi dan misi Mempengaruhi
Keberhasilan E-Government, (3) Komitmen Mempengaruhi Keberhasilan E-Government, 4)
Menyelaraskan sasaran teknologi informasi dan strategi mempengaruhi keberhasilan e-government dan
(5) Fungsi kepemimpinan mempengaruhi keberhasilan E- Government.

STUDI KASUS
Memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan semakin pesatnya
perkembangan teknologi Informasi dan komunikasi telah mendorong percepatan transformasi
digital di segala bidang kehidupan. Perkembangan teknologi telah berdampak adanya disrupsi
yang mengubah tata kelola dan proses kerja yang semula konvensional menjadi serba digital
dan Authomatic System, dengan dukungan teknologi internet melaui IoT, cloud computing,
big data, artificial intelegent dan emerging technology lainnya. UPI menyadari adanya
tuntutan arus teknologi dalam tata kelola kelembagaan universitas yang harus lebih modern,
berdaya guna, efektif dan antisipatif terhadap perkembangan zaman dan kebijakan pemerintah
terutama perubahan kurikulum. Maka sejak tahun 2020 UPI berkomitmen untuk mewujudkan
SMART MANAGEMENT SYSTEM (SMS) yang diarahkan pada efektifitas dan integrasi
layanan dan pengelolaan.
Smart Management System UPI merupakan Sistem tata kelola kelembagaan akademik
dan non-akademik dengan dukungan aplikasi dan infrastruktur teknologi informasi yang
terintegrasi. Inisiasi UPI dalam membangun smart campus telah dimulai sejak tahun 2005,
ditandai dengan penyediaan jaringan internet fiber optic di kampus utama dan kampus daerah,
menyediakan bandwidh yang memadai dan system informasi akademik atau SIAK beserta
aplikasi kelengkapannya, walaupun belum sepenuhnya terintegrasi. Dinamika organisasi dan
tuntutan kebijakan nasional membulatkan tekad UPI di bawah kepemimpinan Rektor Prof. Dr.
Solehuddin MA untuk menjadikan Smart Management System UPI sebagai program strategis
yang membawa UPI lebih maju di masa depan.
Selain aplikasi, Smart Management System UPI sejak 2020 juga dilengkapi dengan
fasilitas belajar modern atau Smart Classroom dan studio produksi di 8 fakultas dan 5 kampus
UPI di daerah.

10
Saat ini, terdapat 20 Nama Aplikasi yang dikembangkan dari tahun 2019-2022, yang
yang tergambar dalam bagan berikut :

1. APLIKASI ENTERPRISE ARCHITECTURE


Adalah aplikasi arsitektur kelembagaan, organisasi dan IT UPI yang menyelaraskan
antara visi, renstra dan SOTK serta dukungan teknologi, sebagai indikator SMS terintegrasi.

2. SIAK NEW GEN


Merupakan Sistem Informasi Akademik Generasi Baru peralihan dari teknologi
desktop menjadi web-based yang lebih adaptif dan antisipatif untuk kebutuhan Cloud Based
Technology dimasa depan.

3. APLIKASI MBKM
Merupakan aplikasi supporting system dalam implementasi kebijakan Kampus
Merdeka dan Merdeka Belajar untuk memudahkan dalam tatakelola aktivitas dalam MBKM.

4. APLIKASI PERMATA LPTK


Aplikasi pengelolaan pertukaran Mahasiswa antar Perguruan Tinggi Lembaga
Pendidikan tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia.

5. APLIKASI SI SDM
Merupakan system informasi pengelolaan Sumber Daya Manusia secara terpadu.

6. DASHBOARD IKU
Sistem pengaturan, pemantauan dan monitoring capaian Indikator Kinerja Utama
universitas.

7. APLIKASI KEUANGAN
Sistem Aplikasi Keuangan yang meliputi system pendapatan, system akuntansi dan
pelaporan.

11
8. APLIKASI BKT
Merupakan system untuk membantu menentukan satuan Biaya Kuliah Tunggal
berdasar komponen keuangan, rate SDM, gedung sarana kuliah, sarana praktikum, BHP
kuliah dan BHP praktek.

9. SIKMAWA
Aplikasi sistem informasi kemahasiswaan yang mengelola informasi terkait beasiswa,
prestasi mahasiswa, ormawa dan penangguhan.

10. SIMKERMA
Merupakan aplikasi pengelola informasi kerjasama, yang berfungsi untuk mendata,
mengelola dan melakukan pelaporan bidang Kerjasama dan usaha UPI. SIMSARPRAS
Aplikasi sistem informasi pengelolaan sarana dan prasarana, asset dan fasilitas di
Lingkungan UPI.

11. APLIKASI CDC


Aplikasi Career Development Centre mengelola data alumni, penyediaan kesempatan
kerja, direktori perusahaan, pelatihan, dan bimbingan konseling.

12. SIPBAJA
Sistem Informasi Penyediaan barang dan Jasa, merupakan aplikasi e-procurement
untuk semua jenis pengadaan di lingkungan UPI.

13. MOOCS
Aplikasi Massive Open Online Courses dengan nama Wahana Belajar (wajar.id).
Menyediakan ragam pilihan kursus online yang terkait dengan mata kuliah atau peningkatan
keterampilan (upskill) masyarakat.

14. SINERGI

12
Sistem Informasi Naskah Elektronik Terintegrasi yang merupakan perwujudan e-office
yang menggabungkan sistem persuratan dengan tanda tangan digital.

15. SIDINOSAURUS
Yaitu Sistem Informasi Direktori Inovasi dan Pusat Repositori Unggulan Universitas.

16. E-KINERJA
Aplikasi pelaporan kinerja unit kelembagaan di lingkungan UPI yang berbasis pada
Rencana Strategis Universitas. AGENDA
Merupakan Aplikasi pengaturan penjadwalan agenda universitas sebagai bagian dari
kebutuhan e-office.

17. TEST CENTRE


Aplikasi pengelola berbgai jenis layanan tes, baik untuk perkuliahan, rekrutmen
mahasiswa, dan keperluan lainnya.

18. SI PPL
Sistem Informasi pengelolaan Praktek Pengalaman Lapangan Mahasiswa .

19. APLIKASI RPL


Aplikasi rekrutmen dan pengelolaan program Rekognisi Pembelajaran. Lampau.

20. APLIKASI SIET


Yakni Sistem Informasi Eksekutif Terintegrasi berbasis web dan mobile yang
berfungsi untuk akses terhadap Informasi UPI dalam format data kuantitatif.

KESIMPULAN

13
Menghadapi era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) tidak dapat
dipungkiri dengan kehadiran teknologi informasi khususnya di sektor pelayanan akan
memberikan dampak yang signifikat diantaranya yaitu kemudahan dalam memperoleh
informasi, kecepatan dalam pelayanan dan membantu para pemimmpin dalam pengambilan
keputusan dengan memanfatkan data besar (big data). Peran seorang pemimpin dalam
mewujudkan pemanfatan teknologi informasi dalam sektor pelayanan publik menjadi sebuah
keharusan. Kepemimpinan digital menjadi bagian penting dalam implementasi transformasi
digital di sektor pelayanan publik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, F., Santos, J. D., & Monteiro, J. A. (2020). The challenges and opportunities in the
digitalization of companies in a post-COVID-19 World. IEEE Engineering Management
Review, 48(3), 97–103.
Benjamin, K., & Potts, H. W. W. (2018). Digital transformation in government: Lessons for
digital health? Digital Health, Vol. 4, p. 2055207618759168. SAGE Publications Sage
UK: London, England.
Brett, J. (2019). Evolving Digital Leadership How to Be a Digital Leader in Tomorrow’s
Disruptive World. Springer.
Fisk, P. (2002). The making of a digital leader. Business Strategy Review, 13(1), 43–50.
Gallardo-Echenique, E. E., de Oliveira, J. M., Marqués-Molias, L., Esteve-Mon, F., Wang, Y.,
& Baker, R. (2015). Digital competence in the knowledge society. MERLOT Journal of
Online Learning and Teaching, 11(1).
Hambrick, D. C., & Mason, P. A. (1984). Upper echelons: The organization as a reflection of
its top managers. Academy of Management Review, 9(2), 193–206.
Jarad, G. A., & Shaalan, M. A. (2020). Assessment of digital competence of employees and
teaching staff at the Technical College of Management—Kufa. International Journal of
Innovation, Creativity and Change, 12(12), 1027–1043.
Kazim, F. A. B. (2019). Digital transformation and leadership style: a multiple case study.
The ISM Journal of International Business, 3(1), 24–33.
Klein, M. (2020). Leadership characteristics in the era of digital transformation.
Kotarba, M. (2018). Digital transformation of business models. Foundations of Management,
10(1), 123–142.
Mihai, R.-L., & CREȚU, A. (2019). Leadership in the Digital Era. Valahian Journal of
Economic Studies, 10(1).
Mwita, M. M., & Joanthan, J. (2019). Digital Leadership for Digital Transformation.
Electronic Scientific Journal, 10(4), 2082–2677.
Oberer, B., & Erkollar, A. (2018). Leadership 4.0: Digital leaders in the age of industry 4.0.
International Journal of Organizational Leadership.
Peng, B. (2022). Digital leadership: State governance in the era of digital technology.
Cultures of Science, 5(4), 210–225.
Rochmansjah, H., & Karno, K. (2020). The Digitalization of Public Service Assurance.
Mimbar, 36(1), 43–52.
Sagbas, M., & Erdogan, F. A. (2022). Digital Leadership: A Systematic Conceptual Literature

15
Review. Istanbul Kent Üniversitesi Insan ve Toplum Bilimleri Dergisi, 3(1), 17–35.
Sullivan, L. (2017). Skills Every Digital Leader Needs. Online. Retrieves May, 25.
Tangi, L., Janssen, M., Benedetti, M., & Noci, G. (2021). Digital government transformation:
A structural equation modelling analysis of driving and impeding factors. International
Journal of Information Management, 60, 102356.
Ugural, M. N., Giritli, H., & Urbański, M. (2020). Determinants of the turnover intention of
construction professionals: A mediation analysis. Sustainability, 12(3), 954.
Westerman, G., Bonnet, D., & McAfee, A. (2014). The nine elements of digital
transformation. MIT Sloan Management Review, 55(3), 1–6.
Zhu, P. (2015). Digital master: Debunk the myths of enterprise digital maturity. Lulu Press,
Inc.

16

Anda mungkin juga menyukai