Anda di halaman 1dari 2

BEBAN SARJANA

Di tengah gemerlapnya dunia akademis, gelar sarjana sering dianggap sebagai tonggak prestasi
yang membanggakan. Ya, memang demikian. Akan tetapi, terkadang tersembunyi beban berat di
belakangnya. Gelar yang seharusnya menjadi tiket menuju kesuksesan malah menjadi beban
berat di pundak pemiliknya.
Awalnya, impian untuk memperoleh gelar sarjana dipicu oleh lingkungan sosial. Kita sering
terperangkap dalam persepsi bahwa memiliki gelar akan membuka pintu menuju pekerjaan yang
bergengsi dan penghasilan yang tinggi. Namun, realitanya tidak seindah yang dibayangkan.
Banyak sekali lulusan sarjana yang merasa tertekan karena sulitnya mencari pekerjaan yang
sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Mereka mungkin terpaksa menerima pekerjaan di luar
bidang studi mereka, bahkan dengan gaji yang rendah. Hal yang seringkali menimbulkan rasa
frustasi dan kekecewaan yang mendalam.
Contoh nyata dari “beban sarjana” adalah kisah seorang teman lulusan jurusan sastra Indonesia
yang kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahliannya. Alih-alih
menjadi penulis atau editor seperti yang diimpikannya, ia terpaksa bekerja sebagai kasir di
sebuah toko lokal. Meskipun tetap menghargai pekerjaan, ia merasa bahwa gelar sarjananya
menjadi seperti pikulan daripada kebanggaan.
Tidak hanya itu, gengsi sosial sering mempengaruhi persepsi terhadap pekerjaan non-akademis.
Profesi seperti teknisi, tukang las, atau montir sering dipandang rendah oleh masyarakat,
meskipun pekerjaan-pekerjaan ini membutuhkan keterampilan yang sangat penting dan
memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Sebaliknya, pekerjaan di bidang keuangan atau
konsultan sering dipandang lebih tinggi meskipun kadangkala kontribusinya tidak sebesar yang
dipersepsikan. Hal ini mengakibatkan stigmatisasi terhadap pekerjaan yang sebenarnya sangat
berharga, sehingga mendorong banyak orang untuk mengejar gelar sarjana meskipun tidak sesuai
minat atau bakat mereka, hanya demi memenuhi ekspektasi sosial.
Adalah saatnya bagi kita untuk memperbaiki persepsi terhadap nilai pekerjaan dan pendidikan.
Gelar sarjana seharusnya tidak menjadi satu-satunya ukuran kesuksesan seseorang. Kita perlu
menghargai berbagai jenis pekerjaan dan mengakui bahwa setiap profesi memiliki nilai yang
sama pentingnya bagi masyarakat. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan lingkungan secara
keseluruhan perlu bekerja sama untuk menciptakan situasi di mana semua pekerjaan dihargai dan
diakui. Ini bisa dilakukan melalui pendekatan yang lebih inklusif, pelatihan kerja, dan
pembangunan kesadaran betapa pentingnya diversifikasi karir.
Lepaskanlah “beban sarjana” dan mulai menghargai berbagai bentuk kontribusi dalam
masyarakat. Setiap orang memiliki potensi untuk sukses, tidak peduli apa gelar yang mereka
miliki atau pekerjaan yang dipilih. Saatnya untuk membebaskan diri dari tekanan, dan mengejar
apa yang benar-benar bermakna dalam hidup. Kita harus memahami bahwa keberagaman dalam
profesi merupakan kekayaan bagi masyarakat, karena setiap individu memiliki bakat yang
berbeda.
Jangan terjebak dalam perburuan gelar.
19 Februari 2024,
Krisnadi Geovani Sengkandai, S.Tr.,Ak

Anda mungkin juga menyukai