OLEH:
KELOMPOK I
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan juga salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita semua Nabi Muhammad
SAW yang mengantarkan manusia dari kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Profesi
Kependidikan . Judul yang diangkat dalam makalah ini adalah
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun material. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini terutama kepada:
1. Segenap keluarga dan teman yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian
makalah ini.
2. Bapak Dr. Bistari, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan
yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun makalah
dan memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam
penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak
khususnya dalam bidang sosial budaya.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................... Hal
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 3
A. Kesimpulan............................................................................................................... 17
B.Saran-Saran................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa guru merupakan salah satu jabatan
fungsional. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju
mengakui bahwa pendidik atau guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur
pembentuk utama alon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu
berbeda-beda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Sebagian
mengakui pentingnya peranan guru itu dengan ara yang lebih konkrit, sementara
yang lain masih melangsungkan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk
masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah dari pada yang sepantasnya.
Demikian pula, Sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas Ketika
menyaksikan anak-anak mereka berangkat kesekolah, karena masih ragu akan
kemampuan guru mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar,
guru-guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam
yang mereka miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta didik.
1
Masyarakat, khususnya remaja, lebih banyak meniru budaya-budaya asing.
Akibatnya, sedikit demi sedikit warisan budaya lokal dan kearifan lokal mulai
ditinggalkan. Bahkan, hanya sedikit anak muda yang mengerti apalagi mencintai
kearifan lokal dari daerahnya masing-masing. Hal ini sangat memprihatinkan
sekali, karena kita lebih mencintai budaya luar daripada budaya sendiri.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN PERMASALAHAN
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu
profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau
dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan
(vocational), yang kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga
hal: keahlian, komitmen, dan keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga
sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme.
Senada dengan itu, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Lebih lanjut, Sagala (dalam Deden, 2011), menegaskan bahwa,
guru yang memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi yang
dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus dilakukan, baik ketika di
dalam maupun di luar kelas.
Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan atau keguruan dapat disebut
sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat
kematangannya belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi tua
(old profession) seperti: kedokteran, hukum, notaris, farmakologi, dan arsitektur.
4
Selama ini, di Indonesia seorang sarjana pendidikan atau sarjana lainnya yang
bertugas diinstitusi pendidikan dapat mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai
kebutuhan/ kekosongan/ kekurangan guru mata pelajaran di sekolah itu, cukup
dengan “surat tugas” dari kepala sekolah. Adapun kelemahan-kelemahan lainnya
yang terdapat dalam profesi keguruan di Indonesia, antara lain berupa: (1) Masih
rendahnya kualifikasi pendidikan guru dan tenaga kependidikan; (2) Sistem
pendidikan dan tenaga kependidikan yang belum terpadu; (3) Organisasi profesi
yang rapuh; serta (4) Sistem imbalan dan penghargaan yang kurang memadai.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada
yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya
lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh
pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya
organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK
Menpan No. 26/1989).
1. Menurut Kartadinata, profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang
pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-
tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu,
dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya
yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan.
5
b) Pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan
kemanusiaan yang dimiliki
4. Galbreath, J. (1999), profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya
didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa
senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didiknya.
5. Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi guru adalah suatu pelayanan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat didefinisikan bahwa Profesi
guru merupakan suatu bidang pekerjaan khusus yang memerlukan keahlian,
kemampuan, ketelatenan, dan pengetahuan yang digunakan untuk melaksanakan
tugas pokok seperti mendidik, mengajar, membimbing, melatih, serta
mengevaluasi peserta didiknya, agar memiliki sikap dan prilaku yang diharapkan.
Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat
dan bangsa. Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau mundurnya
tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada
pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru. Makin tinggi
pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima
anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus
berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu dan berusaha
menjalankan tugas kewajiban sebaiknya sehingga dengan demikian masyarakat
menginsafi sungguh-sungguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru.
Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang mulia, baik ditinjau dari sudut
masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan. Tugas seorang
guru tidak hanya mendidik. Maka, untuk melaksanakan tugas sebagai guru tidak
sembarang orang dapat menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi
6
syarat, yang ada dalam UU No. 12 Tahun 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan
dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia. Syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Berijazah
d. Bertanggung jawab
e. Disiplin
1. Adil
Seorang guru harus adil dalam memperlakukan anak-anak didik harus dengan cara
yang sama, misalnya dalam hal memberi nilai dan menghukum anak.
Seorang guru harus percaya terhadap anak didiknya. Ini berarti bahwa guru harus
mengakui bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan,
mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya yang buruk
dan menimbulkan kemauan untuk mencegah hal yang buruk.
7
Tanpa adanya kewibawaan pada pendidik tidak mungkin pendidikan itu masuk ke
dalam sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan, murid-murid hanya akan menuruti
kehendak dan perintah gurunya.
5. Penggembira
Seorang guru hendaklah memiliki sifat tertawa dan suka memberi kesempatan
tertawa bagi murid-muridnya. Sifat ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara
lain akan tetap memikat perhatian anak-anak pada waktu mengajar, anak-anak
tidak lekas bosan atau lelah.
Guru sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat
keputusan secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang
dituntut oleh pembelajaran. Guru membantu peserta didik yang sedang
berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk
kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari. Sehubungan dengan
itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil
dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu
dilakukan guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Membuat ilustrasi
2. Mendefinisikan
3. Menganalisis
4. Mensintesis
5. Bertanya
6. Merespon
8
7. Mendengarkan
8. Menciptakan kepercayaan
Guru sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Pelatihan yang
dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar,
juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, serta
lingkungannya.
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini
meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru
untuk menghasilkan guru yang profesional. Walaupun jabatan profesi guru belum
dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan
penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik,
dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi
guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan
gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para
anggotanya. Dengan membaca PP No. 19 Tahun 2005 akan jelas bahwa untuk
menjadi seorang tenaga pendidik yang profesional tidaklah mudah, mereka harus
benar-benar teruji dan memenuhi persyaratan. Setelah diberlakukannya uji
9
sertifikasi yang diikuti dengan mendapatkan tunjangan profesi bagi guru,
diharapkan ada peningkatan kesejahteraan yang diikuti dengan peningkatan
kinerja.
Jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya yang
sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Selanjutnya, kegiatan yang
10
dilakukan anggota profesi adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan
profesional lainnya.
Anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka
dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik,
dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan. Namun, belum ada
kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan atau keguruan
(Ornstein dan Levine, dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004:19).
Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional,
sebab hampir tiap tahun guru melakukan kegiatan latihan profesional, baik yang
mendapatkan penghargaan kredit maupun tidak. Justru disaat sekarang ini
bermacam-macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru dalam
menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang ditetapkan.
Diluar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakan
titik yang paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan
profesional. Banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu atau dua tahun
saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja kebidang lain yang
lebih menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan
guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri. Baku jabatan guru
11
masih sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang
menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi. Guru
yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik
dari warga Negara masa depan. Jabatan guru telah terkenal secara universal
sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk
membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi ataupun
keuangan
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk
dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal,
jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain belum dapat dicapai.
Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI) yang merupakan
wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah
lanjutan tingkat atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan.
Sejarah ini dimulai pada tahun 1971 saat FIP-IKIP Malang mengadakan seminar
tentang etika jabatan guru. Seminar tersebut diikuti oleh Kepala Perwakilan
Departemen P & K Provinsi Jawa Timur, Kepala Kabin se-Madya dan Kabupaten
Malang, guru se-kota Madya, dan para dosen FIP-IKIP Malang.
Lanjut pada tahun 1973, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) mengadakan
Kongres PGRI ke XIII. Pada kongres itu, PGRI berhasil merumuskan secara
yuridis kode etik guru Indonesia.
Pihak yang bertanggung jawab untuk merumuskan isinya, merupakan para ahli di
bidang pendidikan. Adapun tahap perumusan sampai pengesahannya adalah
sebagai berikut.
12
2. Tahap pengesahan dilakukan saat Kongres PGRI ke XIII, yaitu November
1973.
3. Tahap penguraian dilakukan pada Kongres PGRI ke XIV pada tahun 1979.
4. Tahap penyempurnaan dilakukan pada Kongres PGRI XVI pada tahun
1989.
Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru di
Indonesia sebagai pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam melaksanakan
tugas profesinya sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik atau buruk
seorang guru, memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
selama menjalankan tugas sebagai seorang pendidik. Keberadaan kode etik ini
bertujuan untuk menempatkan sosok guru sebagai pribadi yang terhormat, mulia,
dan bermartabat.
Fungsi utama dari kode etik guru adalah menjadi seperangkat prinsip dan norma
moral yang mendasari pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
kaitannya dengan peserta didik, orang tua/wali murid, sekolah dan rekan
13
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah berdasarkan nilai agama, pendidikan
sosial, etika, dan kemanusiaan.
Namun demikian, guru, pemerintah, dan pihak terkait harus tetap optimis dan
tetap semangat untuk bekerja sama menciptakan upaya dalam proses
pelaksanaannya.
14
aaspirasi dan gerak langkah para guru bersatu, dengan berbagai keahlian masing-
masing serta persiapan yang cukup membutuhkan waktu lebih lama. Organisasi
profesi keguruan tentunya memiliki tujuan sebagai berikut :
1) Meningkatkan dan mengembangkan karir anggota, hal ini sangat penting agar
terwujudnya tingkat kompetensi kependidikan yang handal. Dengan didasari oleh
kewibawaan yang dimiliki organisasi para anggota akan memiliki kekuatan moral
untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profisional anggota, hal ini
merupakan upaya para professional untuk menempatkan anggota sesuai dengan
kemampuannya.
3) Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan serta martabat anggota, hal
ini dilakukanorganisasi agar para anggotanya terhindar dari perlakuan tidak
manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik melecehkan nilai-nilai
kemanusiaan.
4) Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan, merupakan upaya
organisasi untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin para anggotanya.
Organisasi profesi keguruan memiliki 2 fungsi yaitu pemersatu dan meningkatkan
kemampuan professional. (Heri Susanto, 2020:27). Fungsi pemersatu maksudnya
organisasi profesi keguruan ini merupakan wadah pemersatuan dari berbagai
potensi profesi keguruan dalam menghadapi banyaknya rintangan dan harapan
masyarakat. Keuntungan yang dap diambil dari adanya organisasi profesi
keguruan ini, yaitu adanya peningkatan atau pengembangan dari setiap anggota,
sehingga jiwa kompetensi yang handal dapat terwujud dan tertanam dalam setiap
diri anggota, sehingga pengajaran yang diberikan pun jadi lebih maksimal.
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) merupakan organisasi di Indonesia
yang beranggotakan para pengajar yaitu guru, dosen, tenaga kependidikan baik
negeri maupun swasta di seluruh Indonesia. Namun selain PGRI ada beberapa lagi
organisasi yang beranggotakan para pengajar, berikut adalah jenis-jenis organisasi
keguruan yang ada di Indonesia.
1) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) MGMP adalah suatu organisasi
perkumpulan guru-guru mata pelajaran yan berada di kota atau kabupaten yang
brtujuan untuk bertukar pikiran dan pengalaman untuk meningkatkan kinerja
guru. Organisasi ini bertujuan untuk mengembangkan kretifitas, kualitas, inovasi
guru dalam hal meningkatkan profesionalisme setiap guru. MGMP ini memiliki
peran untuk mengakomodir untuk dan oleh anggotanya, mengakomodasi aspirasi
masyarakat, melakukan perubahan yang lebih kreatif dalam proses pembelajaran.
2) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) ISPI merupakan organisasi profesi
kependidikan yang bersifat regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi
antaranggotanya. Organisas ISPI ini berperan untuk menghimpun para sarjana
pendidikan dari berbagai spesialis di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan profisional anggotanya, dapat membina dan
mengembangkan ilmu teknologi, untuk mengembangkan dan menyebarkan
15
gagasangasgasan baru dalam bidang ilmu pengetahuan, dan memperjuangkan
kepentingan para anggotanya.
3) Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) IPBI adalah organisasi kumpulan
para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta
memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka meningkatkan
mutu layanannya. Organisasi ini memiliki peran untuk mengumpulkan para
petugas bimbingan dalam bidang ruang lingkup organisasi, mengidentifikasi dan
mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan, teknik, alat dan fasilitas,
serta meningkatkan mutu profesi bimbingan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian dan syarat profesi keguruan adalah suatu pekerjaan yang dalam
melaksanakan tugasnya memerlukan/ menuntut keahlian (expertise),
menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh
dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat dipertanggungjawabkan. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar
pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
a. Berijazah
d. Bertanggung jawab
e. Disiplin
2. Kode etik profesi Keguruan adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh
guru di Indonesia sebagai pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam
melaksanakan tugas profesinya sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara. Fungsi Etik Guru adalah menjadi seperangkat prinsip dan norma moral
yang mendasari pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam kaitannya
dengan peserta didik, orang tua/wali murid, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi, dan pemerintah berdasarkan nilai agama, pendidikan sosial,
etika, dan kemanusiaan.
B. Saran-Saran
Guru memiliki peran sebagai pasilitator untuk menciptakan kondisi belajar yang
efektif dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus di peroleh dengan
baik. Guru yang sebaiknya ialah guru yang mengajar sesuai dengan bidang yang
dikuasai secara mendalam sehingga materi yang disampaikan lebih mudah untuk
17
diajarkan dikelas pada saat pelajaran berlangsung sesuai dengan metode yang
dikuasai dan juga dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
18
https://thesiscommons.org/b4gru/download#:~:text=PGRI%20(Persatuan
%20Guru%20Republik%20Indonesia,5%20swasta%20di%20seluruh
%20Indonesia
https://imammalik11.wordpress.com/makalah-mhs-2015/profesi-guru-syaratnya/
19