Anda di halaman 1dari 22

PAPARAN PROFESI KEGURUAN DI INDONESIA

OLEH:

KELOMPOK I

SONIA LAVENDA NIM F1221221024

SABNA FIKRIDANTI NIM F1221221030

SYAFILLA DEVANTI NIM F1221221031

WIDIAWATI NIM F1221221012

NOPA NIM F1221221017

Sebagai Tugas dalam Mata Kuliah Profesi Kependidikan

PENDIDIKAN PANCASILA DAM KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan juga salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita semua Nabi Muhammad
SAW yang mengantarkan manusia dari kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Profesi
Kependidikan . Judul yang diangkat dalam makalah ini adalah

“Paparan Profesi Keguruan Di Indonesia”

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun material. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini terutama kepada:

1. Segenap keluarga dan teman yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian
makalah ini.

2. Bapak Dr. Bistari, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan
yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun makalah
dan memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam
penulisan makalah ini.

3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak
khususnya dalam bidang sosial budaya.

Pontianak, 3 Februari 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................... Hal

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN PERMASALAHAN................................................................ 4

A. Pengertian Dan Syarat Profesi Keguruan................................................................. 4

B. Kode Etik Profesi Keguruan.................................................................................... 12

C. Organisasi Profesi Keguruan.................................................................................... 14

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 17

A. Kesimpulan............................................................................................................... 17

B.Saran-Saran................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa guru merupakan salah satu jabatan
fungsional. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju
mengakui bahwa pendidik atau guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur
pembentuk utama alon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu
berbeda-beda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Sebagian
mengakui pentingnya peranan guru itu dengan ara yang lebih konkrit, sementara
yang lain masih melangsungkan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk
masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah dari pada yang sepantasnya.
Demikian pula, Sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas Ketika
menyaksikan anak-anak mereka berangkat kesekolah, karena masih ragu akan
kemampuan guru mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar,
guru-guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam
yang mereka miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta didik.

Guru dalam proses pembelajaran di kelas dipandang dapat memainkan peran


penting terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap positif
dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan
ketepatan logika intelektual, serta meniptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam
belajar. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki
pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik.

Menjadi guru adalah menghayati profesi. Apa yang membedakan sebuah


profesi dengan pekerjaan lain adalah bahwa untuk sampai pada profesi itu
seseorang berproses lewat belajar. Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga
berwujud sebagai jabatan seseorang yang ia tekuni berdasarkan keahliannya.
Melihat latar belakang tersebut, maka pada kesempatan ini kami akan
memaparkan mengenai profesi guru beserta syarat-syaratnya.

1
Masyarakat, khususnya remaja, lebih banyak meniru budaya-budaya asing.
Akibatnya, sedikit demi sedikit warisan budaya lokal dan kearifan lokal mulai
ditinggalkan. Bahkan, hanya sedikit anak muda yang mengerti apalagi mencintai
kearifan lokal dari daerahnya masing-masing. Hal ini sangat memprihatinkan
sekali, karena kita lebih mencintai budaya luar daripada budaya sendiri.

Kearifan lokal yang berkembang dalam kehidupan masyarakat akhir-akhir


ini mengalami degradasi yang artinya hanya sebagian kecil saja orang yang
peduli akan pentingnya warisan budaya itu, yangmulai dilupakan dalam
kehidupan bermasyarakat seiring dengan perkembangan zaman. Hal itu bisa kita
lihat dari adanya peristiwa westernisasi yang telah kita rasakan saat ini. Hal
tersebut menunjukan bahwa tidak ada kecocokan antara harapan dan
fakta/kenyataan

Menurut pendapat Michael R. Dove (dalam Suwarsono, 1994 : 62-63),


kearifan lokal sangat dan selalu terkait dengan proses perubahan ekonomi, sosial,
dan politik dari masyarakat pada tempat dimana budaya tradisional tersebut
melekat. Jadi budaya tradisional akan senantiasa mengalami perubahan yang
dinamis, sehingga sama sekali tidak menghambat inovasi menuju kemajuan.

Berkaca dari pembahasan diatas penulis tertarik membahas dan menyusun


makalah mengenai kearifan lokal setempat. Dalam kesempatan ini, makalah yang
diangkat adalah Kajian Kearifan Lokal Suku China. Kearifan lokal Suku China
sangat unik dan menarik. Dari makalah tersebut, diharapkan kepada generasi
muda atau masyarakat sadar untuk melestarikan dan menjaga warisan budaya
tersebut sampai ke anak cucu kita nanti.

2
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Dan Syarat Profesi Keguruan

2. Kode Etik Profesi Keguruan

3. Organisasi Profesi Keguruan

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mendeskripsikan tentang Mahasiswa dapat menganalisis pengertian


dan syarat profesi keguruan

2 Untuk mendeskripsikan Mahasiswa dapat menelaah kode etik profesi


keguruan.

3. Untuk mendeskripsikan Mahasiswa dapat menjelaskan tentang organisasi


profesi keguruan

3
BAB II

PEMBAHASAN PERMASALAHAN

A. Pengertian Dan Syarat Profesi Keguruan

Pengertian Profesi Guru

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/


menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi
yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian,
dan persiapan akademik. Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta
didik pada jalur pendidikan formal.

Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu
profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau
dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan
(vocational), yang kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga
hal: keahlian, komitmen, dan keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga
sama sisi yang di tengahnya terletak profesionalisme.

Senada dengan itu, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Lebih lanjut, Sagala (dalam Deden, 2011), menegaskan bahwa,
guru yang memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi yang
dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus dilakukan, baik ketika di
dalam maupun di luar kelas.

Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan atau keguruan dapat disebut
sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat
kematangannya belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi tua
(old profession) seperti: kedokteran, hukum, notaris, farmakologi, dan arsitektur.

4
Selama ini, di Indonesia seorang sarjana pendidikan atau sarjana lainnya yang
bertugas diinstitusi pendidikan dapat mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai
kebutuhan/ kekosongan/ kekurangan guru mata pelajaran di sekolah itu, cukup
dengan “surat tugas” dari kepala sekolah. Adapun kelemahan-kelemahan lainnya
yang terdapat dalam profesi keguruan di Indonesia, antara lain berupa: (1) Masih
rendahnya kualifikasi pendidikan guru dan tenaga kependidikan; (2) Sistem
pendidikan dan tenaga kependidikan yang belum terpadu; (3) Organisasi profesi
yang rapuh; serta (4) Sistem imbalan dan penghargaan yang kurang memadai.

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada
yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya
lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh
pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya
organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK
Menpan No. 26/1989).

Beberapa para ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai profesi guru


yaitu :

1. Menurut Kartadinata, profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang
pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-
tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu,
dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya
yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan.

2. Makagiansar, M. (1996), profesi guru adalah orang yang memiliki latar


belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan
tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan
tertentu.

3. Nasanius, Y. (1998), mengatakan profesi guru adalah kemampuan yang tidak


dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti
pendidikan keguruan. Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai
tenaga pendidik, antara lain :

a) Sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih

5
b) Pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan
kemanusiaan yang dimiliki

c) Sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik


masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik

4. Galbreath, J. (1999), profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati
nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya
didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa
senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didiknya.

5. Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi guru adalah suatu pelayanan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.

6. Abin Syamsudin (2000), mengatakan bahwa profesi guru yaitu kemampuan


yang tidak dimiliki orang pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan
keguruan tingkat tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat didefinisikan bahwa Profesi
guru merupakan suatu bidang pekerjaan khusus yang memerlukan keahlian,
kemampuan, ketelatenan, dan pengetahuan yang digunakan untuk melaksanakan
tugas pokok seperti mendidik, mengajar, membimbing, melatih, serta
mengevaluasi peserta didiknya, agar memiliki sikap dan prilaku yang diharapkan.

Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat
dan bangsa. Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau mundurnya
tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada
pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru. Makin tinggi
pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima
anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus
berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu dan berusaha
menjalankan tugas kewajiban sebaiknya sehingga dengan demikian masyarakat
menginsafi sungguh-sungguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru.

Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang mulia, baik ditinjau dari sudut
masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan. Tugas seorang
guru tidak hanya mendidik. Maka, untuk melaksanakan tugas sebagai guru tidak
sembarang orang dapat menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi

6
syarat, yang ada dalam UU No. 12 Tahun 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan
dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia. Syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Berijazah

b. Sehat jasmani dan rohani

c. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik

d. Bertanggung jawab

e. Disiplin

Disamping syarat-syarat tersebut, tentunya masih ada syarat-syarat lain yang


harus dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau pekerjaan guru
mendatangkan hasil yang lebih baik. Salah satu syarat di atas adalah guru harus
berkelakuan baik, maka didalamnya terkandung segala sikap, watak dan sifat-sifat
yang baik. Beberapa sikap dan sifat yang sangat penting bagi guru adalah sebagai
berikut:

1. Adil

Seorang guru harus adil dalam memperlakukan anak-anak didik harus dengan cara
yang sama, misalnya dalam hal memberi nilai dan menghukum anak.

2. Percaya dan suka terhadap murid-muridnya

Seorang guru harus percaya terhadap anak didiknya. Ini berarti bahwa guru harus
mengakui bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan,
mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya yang buruk
dan menimbulkan kemauan untuk mencegah hal yang buruk.

3. Sabar dan rela berkorban

Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan apalagi pekerjaan guru


sebagai pendidik. Sifat sabar perlu dimiliki guru baik dalam melakukan tugas
mendidik maupun dalam menanti jerih payahnya.

4. Memiliki kewibawaan terhadap anak-anak

7
Tanpa adanya kewibawaan pada pendidik tidak mungkin pendidikan itu masuk ke
dalam sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan, murid-murid hanya akan menuruti
kehendak dan perintah gurunya.

5. Penggembira

Seorang guru hendaklah memiliki sifat tertawa dan suka memberi kesempatan
tertawa bagi murid-muridnya. Sifat ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara
lain akan tetap memikat perhatian anak-anak pada waktu mengajar, anak-anak
tidak lekas bosan atau lelah.

6. Bersikap baik terhadap guru-guru lain

Suasana baik diantara guru-guru nyata dari pergaulan ramah-tamah mereka di


dalam dan di luar sekolah, mereka saling menolong dan kunjung mengunjungi
dalam keadaan suka dan duka. Mereka merupakan keluarga besar, keluarga
sekolah. Terhadap anak-anak, guru harus menjaga nama baik dan kehormatan
teman sejawatnya.

Guru sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat
keputusan secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang
dituntut oleh pembelajaran. Guru membantu peserta didik yang sedang
berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk
kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari. Sehubungan dengan
itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil
dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu
dilakukan guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Membuat ilustrasi

2. Mendefinisikan

3. Menganalisis

4. Mensintesis

5. Bertanya

6. Merespon

8
7. Mendengarkan

8. Menciptakan kepercayaan

9. Memberikan pandangan yang bervariasi

10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar

11. Menyesuaikan metode pembelajaran

12. Memberikan nada perasaan

Guru sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas,


menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus di tempuh,
menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerja
sama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama
dalam setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak
dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan
dilaksanakannya.

Guru sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Pelatihan yang
dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar,
juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, serta
lingkungannya.

Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini
meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru
untuk menghasilkan guru yang profesional. Walaupun jabatan profesi guru belum
dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan
penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik,
dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi
guru melalui Akta Mengajar. Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan
gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para
anggotanya. Dengan membaca PP No. 19 Tahun 2005 akan jelas bahwa untuk
menjadi seorang tenaga pendidik yang profesional tidaklah mudah, mereka harus
benar-benar teruji dan memenuhi persyaratan. Setelah diberlakukannya uji

9
sertifikasi yang diikuti dengan mendapatkan tunjangan profesi bagi guru,
diharapkan ada peningkatan kesejahteraan yang diikuti dengan peningkatan
kinerja.

Gagasan pendidikan profesi guru semula dimaksudkan sebagai langkah strategis


untuk mengatasi problem mutu keguruan. Oleh sebab itu, pendidikan profesi
diperlukan sebagai upaya mengubah motivasi dan kinerja guru secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan. Tetapi sangat disayangkan implementasi gagasan
pendidikan profesi lebih ditekankan pada uji sertifikasi (terutama untuk guru
dalam jabatan). Padahal, Pasal 11 UU Sisdiknas mensyaratkan untuk memperoleh
sertifikat pendidik tidak lain adalah kualifikasi Strata 1 (S1) dan menempuh
pendidikan profesi guru. Program uji sertifikasi yang tengah dijalankan
pemerintah dengan mengandalkan penilaian portofolio, dipilih oleh pemerintah
kabupaten/ kota. Bahkan akan dibuka peluang bagi mereka yang tidak
berkualifikasi S1. Program sertifikasi tidak boleh dilepaskan dari proses
pendidikan profesi, dan tidak seharusnya dipandang sekedar cara memberikan
tunjangan profesi. Tunjangan profesi hanyalah insentif agar para guru mau
kembali belajar, sedangkan perbaikan kesejahteraan guru harus diberlakukan
kebijakan lain. Persoalan ekonomi yang dihadapi guru sangat mempengaruhi
kinerja dan citranya di dalam masyarakat.

Syarat-Syarat Profesi Guru

Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap


Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya.
Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar
1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Khusus untuk jabatan guru, National
Education Association (NEA) tahun 1948, maka profesi guru memerlukan
persyaratan/kriteria khusus yaitu:

1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual

Jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya yang
sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Selanjutnya, kegiatan yang

10
dilakukan anggota profesi adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan
profesional lainnya.

2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus

Anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian mereka
dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran yang tidak terdidik,
dan kelompok tertentu yang ingin mencari keuntungan. Namun, belum ada
kesepakatan tentang bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan atau keguruan
(Ornstein dan Levine, dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004:19).

3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan


dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka)

Terdapat perselisihan pendapat mengenai hal yang membedakan jabatan


profesional dan non-profesional yaitu dalam penyelesaian pendidikan melalui
kurikulum. Pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan untuk
jabatan profesional, sedangkan yang kedua yakni pendidikan melalui pengalaman
praktek bagi jabatan non-profesional (Ornstein dan Levine, 2004:21)

4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan

Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional,
sebab hampir tiap tahun guru melakukan kegiatan latihan profesional, baik yang
mendapatkan penghargaan kredit maupun tidak. Justru disaat sekarang ini
bermacam-macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru dalam
menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang ditetapkan.

5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.

Diluar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai karier permanen merupakan
titik yang paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah jabatan
profesional. Banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu atau dua tahun
saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja kebidang lain yang
lebih menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.

6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri

Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk jabatan
guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri. Baku jabatan guru

11
masih sangat banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang
menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.

7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi

Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi. Guru
yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik
dari warga Negara masa depan. Jabatan guru telah terkenal secara universal
sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk
membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi ataupun
keuangan

8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk
dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal,
jabatan guru telah memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain belum dapat dicapai.
Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI) yang merupakan
wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah
lanjutan tingkat atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan.

B. Kode Etik Profesi Keguruan

Sejarah Kode Etik

Sejarah ini dimulai pada tahun 1971 saat FIP-IKIP Malang mengadakan seminar
tentang etika jabatan guru. Seminar tersebut diikuti oleh Kepala Perwakilan
Departemen P & K Provinsi Jawa Timur, Kepala Kabin se-Madya dan Kabupaten
Malang, guru se-kota Madya, dan para dosen FIP-IKIP Malang. 

Lanjut pada tahun 1973, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) mengadakan
Kongres PGRI ke XIII. Pada kongres itu, PGRI berhasil merumuskan secara
yuridis kode etik guru Indonesia. 

Pihak yang bertanggung jawab untuk merumuskan isinya, merupakan para ahli di
bidang pendidikan. Adapun tahap perumusan sampai pengesahannya adalah
sebagai berikut.

1. Tahap pembahasan/perumusan yang dilakukan pada tahun 1971/1973.

12
2. Tahap pengesahan dilakukan saat Kongres PGRI ke XIII, yaitu November
1973.
3. Tahap penguraian dilakukan pada Kongres PGRI ke XIV pada tahun 1979.
4. Tahap penyempurnaan dilakukan pada Kongres PGRI XVI pada tahun
1989.

Mengingat perumusannya dilakukan secara yuridis, maka setiap pelanggaran di


dalamnya akan dikenakan sanksi sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Pengertian Kode Etik Guru

Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru di
Indonesia sebagai pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam melaksanakan
tugas profesinya sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. 

Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik atau buruk
seorang guru, memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
selama menjalankan tugas sebagai seorang pendidik. Keberadaan kode etik ini
bertujuan untuk menempatkan sosok guru sebagai pribadi yang terhormat, mulia,
dan bermartabat.

Isi Kode Etik Guru

Adapun isinya adalah sebagai berikut.

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk


manusia pembangunan yang berpancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan nasional.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
profesi guru sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.

Fungsi Etik Guru

Fungsi utama dari kode etik guru adalah menjadi seperangkat prinsip dan norma
moral yang mendasari pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
kaitannya dengan peserta didik, orang tua/wali murid, sekolah dan rekan

13
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah berdasarkan nilai agama, pendidikan
sosial, etika, dan kemanusiaan.

Sumber Kode Etik Guru

Dalam proses perumusan harus bersumber dari hal-hal berikut.

1. Nilai agama dan Pancasila.


2. Nilai kompetensi guru yang meliputi, kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
3. Nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia, yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmani, emosional, intelektual, spiritual, dan sosial.

Pelaksanaan Kode Etik Guru

Pada kenyataannya, pelaksanaannya masih ditemukan sejumlah kendala, yaitu


sebagai berikut.

1. Pendidikan dan kualitas guru.


2. Sarana dan prasarana pendidikan.
3. Kedudukan, karir, dan kesejahteraan guru.
4. Kebijakan pemerintah dan sistem pendidikan.

Namun demikian, guru, pemerintah, dan pihak terkait harus tetap optimis dan
tetap semangat untuk bekerja sama menciptakan upaya dalam proses
pelaksanaannya.

Pelanggaran Kode Etik Guru

Pelanggaran ini bisa didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma moral


yang terkandung di dalam kode etik berkaitan dengan profesi gurunya.
Pelanggaran bisa berupa pelanggaran ringan, sedang, sampai berat. Setiap guru
yang melanggar kode etik akan mendapatkan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. 

Pihak yang berwenang untuk merekomendasikan sanksi pada pelanggaran kode


etik adalah Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Pemberian sanksi harus bersifat
objektif, tidak diskriminasi, dan tidak bertentangan dengan dasar organisasi
profesi dan perundang-undangan. Jika seorang guru melakukan pelanggaran kode
etik, artinya guru tersebut telah melanggar sumpah/janji guru yang pernah
diucapkan.

C. Organisasi Profesi Keguruan

Dalam Profesi Keguruan (Heri Susanto, 2020:26) organisasi profesi keguruan


merupakan sebuah wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu keahlian
dan keterampilan mendidik yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan
latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan. Jadi profesi keguruan merupakan tempat dimana

14
aaspirasi dan gerak langkah para guru bersatu, dengan berbagai keahlian masing-
masing serta persiapan yang cukup membutuhkan waktu lebih lama. Organisasi
profesi keguruan tentunya memiliki tujuan sebagai berikut :
1) Meningkatkan dan mengembangkan karir anggota, hal ini sangat penting agar
terwujudnya tingkat kompetensi kependidikan yang handal. Dengan didasari oleh
kewibawaan yang dimiliki organisasi para anggota akan memiliki kekuatan moral
untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profisional anggota, hal ini
merupakan upaya para professional untuk menempatkan anggota sesuai dengan
kemampuannya.
3) Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan serta martabat anggota, hal
ini dilakukanorganisasi agar para anggotanya terhindar dari perlakuan tidak
manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik melecehkan nilai-nilai
kemanusiaan.
4) Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan, merupakan upaya
organisasi untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin para anggotanya.
Organisasi profesi keguruan memiliki 2 fungsi yaitu pemersatu dan meningkatkan
kemampuan professional. (Heri Susanto, 2020:27). Fungsi pemersatu maksudnya
organisasi profesi keguruan ini merupakan wadah pemersatuan dari berbagai
potensi profesi keguruan dalam menghadapi banyaknya rintangan dan harapan
masyarakat. Keuntungan yang dap diambil dari adanya organisasi profesi
keguruan ini, yaitu adanya peningkatan atau pengembangan dari setiap anggota,
sehingga jiwa kompetensi yang handal dapat terwujud dan tertanam dalam setiap
diri anggota, sehingga pengajaran yang diberikan pun jadi lebih maksimal.
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) merupakan organisasi di Indonesia
yang beranggotakan para pengajar yaitu guru, dosen, tenaga kependidikan baik
negeri maupun swasta di seluruh Indonesia. Namun selain PGRI ada beberapa lagi
organisasi yang beranggotakan para pengajar, berikut adalah jenis-jenis organisasi
keguruan yang ada di Indonesia.
1) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) MGMP adalah suatu organisasi
perkumpulan guru-guru mata pelajaran yan berada di kota atau kabupaten yang
brtujuan untuk bertukar pikiran dan pengalaman untuk meningkatkan kinerja
guru. Organisasi ini bertujuan untuk mengembangkan kretifitas, kualitas, inovasi
guru dalam hal meningkatkan profesionalisme setiap guru. MGMP ini memiliki
peran untuk mengakomodir untuk dan oleh anggotanya, mengakomodasi aspirasi
masyarakat, melakukan perubahan yang lebih kreatif dalam proses pembelajaran.
2) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) ISPI merupakan organisasi profesi
kependidikan yang bersifat regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi
antaranggotanya. Organisas ISPI ini berperan untuk menghimpun para sarjana
pendidikan dari berbagai spesialis di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan profisional anggotanya, dapat membina dan
mengembangkan ilmu teknologi, untuk mengembangkan dan menyebarkan

15
gagasangasgasan baru dalam bidang ilmu pengetahuan, dan memperjuangkan
kepentingan para anggotanya.
3) Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) IPBI adalah organisasi kumpulan
para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta
memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka meningkatkan
mutu layanannya. Organisasi ini memiliki peran untuk mengumpulkan para
petugas bimbingan dalam bidang ruang lingkup organisasi, mengidentifikasi dan
mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan, teknik, alat dan fasilitas,
serta meningkatkan mutu profesi bimbingan.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian dan syarat profesi keguruan adalah suatu pekerjaan yang dalam
melaksanakan tugasnya memerlukan/ menuntut keahlian (expertise),
menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh
dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat dipertanggungjawabkan. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar
pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Syarat menjadi guru adalah sebagai berikut :

a. Berijazah

b. Sehat jasmani dan rohani

c. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik

d. Bertanggung jawab

e. Disiplin

2. Kode etik profesi Keguruan adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh
guru di Indonesia sebagai pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam
melaksanakan tugas profesinya sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara. Fungsi Etik Guru adalah menjadi seperangkat prinsip dan norma moral
yang mendasari pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam kaitannya
dengan peserta didik, orang tua/wali murid, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi, dan pemerintah berdasarkan nilai agama, pendidikan sosial,
etika, dan kemanusiaan.

3. Organisasi Profesi Keguruan. PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)


merupakan organisasi di Indonesia yang beranggotakan para pengajar yaitu guru,
dosen, tenaga kependidikan baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.
Namun selain PGRI ada beberapa lagi organisasi yang beranggotakan para
pengajar, berikut adalah jenis-jenis organisasi keguruan yang ada di Indonesia

B. Saran-Saran

Guru memiliki peran sebagai pasilitator untuk menciptakan kondisi belajar yang
efektif dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus di peroleh dengan
baik. Guru yang sebaiknya ialah guru yang mengajar sesuai dengan bidang yang
dikuasai secara mendalam sehingga materi yang disampaikan lebih mudah untuk

17
diajarkan dikelas pada saat pelajaran berlangsung sesuai dengan metode yang
dikuasai dan juga dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

18
https://thesiscommons.org/b4gru/download#:~:text=PGRI%20(Persatuan
%20Guru%20Republik%20Indonesia,5%20swasta%20di%20seluruh
%20Indonesia

https://imammalik11.wordpress.com/makalah-mhs-2015/profesi-guru-syaratnya/

19

Anda mungkin juga menyukai