Anda di halaman 1dari 2

Bukan Membentuk Karakter, Prestasi Akademik Justru Bikin Blunder

Kesuksesan merupakan hasil yang sangat dinginkan oleh setiap orang dalam
mencapai tujuan. Definisi sukses sendiri sangat beragam, semua orang mempunyai
definisinya masing-masing. Menurut pendapat saya, sukses bermakna pencapaian atas
apa yang kita cita-citakan. Sukses berarti mengoptimalkan potensi yang kita miliki,
hingga suatu saat potensi tersebut bisa mencapai limit tertingginya. Selain itu, bagi
saya sukses adalah bahagia dan sejahtera. Sukses tidak akan mempunyai satu definisi
yang khusus karena sukses merupakan sebuah proses perjuangan. Oleh karena itu ada
banyak sekali cara untuk mencapai sebuah kesuksesan.
Pendidikan begitu penting bagi setiap orang untuk menambah ilmu,
pengetahuan baru, wawasan, berbagai informasi, sebagai wadah serta pijakan untuk
setiap orang mengembangkan cara berpikir maupun potensi yang mereka miliki.
Namun ternyata stigma masyarakat terhadap “pendidikan” ini masih banyak yang
salah kaprah dalam pengartiannya. Dimana pendidikan dianggap berhasil saat
seseorang mendapatkan atau meraih banyak prestasi akademik. Menurut saya, hal
itulah yang menyebabkan pelajar hanya bertumpu pada pola pikir tersebut. Mereka
cenderung memfokuskan diri pada setiap materi pembelajaran dalam kelas yang
dimana titik tekannya hanyalah pemaparan teori dan mengesampingkan praktik
langsung. Sehingga menyebabkan terhambatnya proses pengembangan kreativitas
siswa dan memiliki kecakapan hidup yang rendah.
Menurut saya, anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa jika tidak pintar
di bidang akademik berarti bodoh dan tidak akan itu salah besar. Pada akhirnya hal
tersebut telah mendorong para pelajar untuk lebih ambisius atau memiliki ambisi yang
besar untuk sempurna dalam bidang akademik mereka. Mereka berpikir bahwa jika
mereka pintar dan berprestasi maka kesuksesannya sudah terjamin. Hal tersebut juga
berdampak pada pola hidup pelajar yang akhirnya menjadi tidak sehat. Karena tanpa
mereka sadari, mereka telah hidup dalam tekanan (under pressure) yang mereka buat
sendiri. Mereka terkesan cenderung memforsir tenaga dan kemampuan berpikir
mereka untuk mencerna pembelajaran di sekolah, melakukan bimbingan belajar
tambahan (les), dan masih belajar dengan “ngoyo” ketika di rumah. Waktu yang
mereka miliki habis untuk belajar demi unggul dalam prestasi akademik sehingga
cenderung bersikap individualis karena minim berinteraksi dan menjalin relasi
komunikasi dengan orang lain.
Kecenderungan tersebut membuat mereka lupa bahwa sebagai makhluk sosial,
kita tidak bisa hidup sendiri dan akan salalu membutuhkan bantuan dari orang lam,
kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa berinteraksi dengan orang lain
sangatlah penting. Begitu pula perannya dalam meraih kesuksesan. Seperti halnya
dalam mencari suatu pekerjaan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik
menjadi kriteria yang utama bagi perusahaan akhir-akhir ini. Selain itu, seorang yang
individualis cenderung sulit mencari pekerjaan karena sedikitnya relasi atau jaringan
yang mereka miliki untuk mendapatkan informasi menganal peluang pekerjaan.
Tak hanya mencetak pribadi yang individualis, kecenderungan tersebut juga
menyebabkan para pelajar menjadi minim karakter. Mengapa demikian? Hal itu
terjadi karena sikap individualis akan berkemban menjadi sikap egois. Dimana para
pelajar lebih mementingkan diri mereka masing-masing tanpa peduli pada orang lain
dalam mencapai prestasi. Akademiknya. Mereka juga akan menghalalkan segala cara
hanya untuk mendapatkan nilai seperti menyontek agar dinilai pintar jika nilainya
bagus. Bagi sebagian pelajar yang dikategorikan “kurang pintar”, mereka yang
berprestasi dalam bidang akademik seperti juara olimpiade dan juara cerdas cermat
terkesan sombong dan tidak mau berbaur dengan teman yang Pencapaian
akademiknya biasa-biasa saja.
Prestasi akademik atau pendidikan memang tidak bisa lepas dan setiap
manusia sebagai makhluk yang berkewajiban untuk belajar dan terus mencari ilmu.
Namun anggapan anggapan bahwa “sukses” harus dipukul sama rata dengan patokan
prestasi akademik sudah tidak lagi relevan. Memang, dengan pendidikan tinggi dapat
menjadi upaya untuk menuju sukses karena melalui pendidikan manusia dapat
terdidik secara teori yang bisa mengubah pemikiran manusia menjadi lebih maju. Tapi
perlu diingat bahwa kesuksesan tidak lagi terjamin jika hanya melalui prestasi
akademik saja di tengah perkembangan pesat dunia. Manusia harus memiliki
kecakapan hidup yang baik, kemampuan berkomunikan dan berelasi yang efektif,
kepribadian atau personalitas yang baik, dan pemahaman yang benar tentang arti
sebuah kesuksesan pribadi yang menguasai konsep konsep tersebut dan
menjalankannya atau melakukannya secara konsisten akan jauh lebih dekat dengan
kesuksesan.

Nama : Abdilla Monica Permata B.


Kelas : XII – IPS 1
No. Absen : 01

Anda mungkin juga menyukai