Anda di halaman 1dari 4

Berjalan bukan saja berarti pergi dari titik semula yang kita tempati ,tapi berjalan berarti

menapakkan kaki secara berhati hati dengan harapan kita bisa melewati setiap jalan yang kita
lalui. Berjalan untuk membuat jejak dengan berdasar pengalaman pribadi, berjalan untuk bisa
menuju tempat yang lebih tinggi, berjalan untuk tidak sekedar mengangkat kaki tanpa
langkah yang pasti. Begitu juga dengan belajar, belajar untuk tidak sekedar meraih poin
tertinggi, belajar untuk tidak sekedar melewati proses yang terjadi. Belajar untuk bisa
memahami identitas diri. belajar untuk sanggup menahan sulitnya mengerti, mengerti apa
yang kita alami dan mengerti tentang apa yang baru kita dalami. Sudut pandang setiap orang
berbeda, bodoh dalam pandangan manusia mempunyai arti yang luas sama halnya dengan
pintar. Sebagian besar orang akan beranggapan pintar hanya sebuah predikat bagi peraih
poin tertinggi namun ada juga yang berpikir bahwa pintar adalah suatu kemampuan seseorang
yang bisa memahami dan menyelami suatu kondisi.

Konteks kali ini pandangan sebagian besar orang. Jika pintar menurut sebagain besar orang
hanyalah sebatas nilai yang tertera pada selembar kertas, lalu apa hanya itu alasan kita untuk
belajar. Belajar hanya untuk menjadi pintar di lingkungan sekolah, belajar hanya untuk jadi
juara. Pemikiran seperti itu harusnya dijauhi dari diri kita. Belajar ? Apa itu belajar? Apa
tujuan belajar? Belajar memiliki arti yang yang cukup kompleks. Belajar dapat diartikan dari
dua sudut pandang , pertama arti belajar pada sudut pandang seorang yang menerima
pelajaran dan kedua arti belajar menurut sudut pandang pengajar. Belajar menurut seorang
pelajar adalah suatu proses untuk seseorang memahami sesuatu dan memecahkan masalah
dengan cara cara yang yang telah diajarkan maupun cara –cara yang harus kita pecahkan
sendiri. Belajar adalah proses mental dalam menerima dan menghadapi bahan- bahan ajaran.
Sedangkan arti belajar dalam sudut pandang seorang pengajar adalah perilaku dalam
memahami suatu hal. Menurut penelitian belajar merupakan suatu proses internal. Yang
terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental,yang meliputi ranah-ranah
kognitif, afekif, dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah
tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu., Dengan penjelasan penjelasan ini akan dapat
dikaitkan antara tujuan belajar dengan proses belajar yang dapat memberi kesimpulan bahwa
tujuan belajar adalah Menghadapi sebuah masalah dalam rangka membentuk kemandirian
peserta didik.

Ranah ranah tersebut dijelaskan lebih dalam pada taksonomi bloom yang pertama kali
diperkenalkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Taksonomi bloom merujuk pada
taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut dibagi ke dalam
tiga domain, yaitu:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan


aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Istilah mengenai tujuan belajar atau tujuan pendidikan juga disampaikan oleh Bapak
Pendidikan Nasional kita, Beliau adalah Ki hajar Dewantara. Dalam penjelasannya mengenai
pendidikan Ki hajar dewantara turut memberi gambaran yang sama atas ranah ranah tersebut ,
yaitu cipta rasa dan karsa. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa
kategori dan subkategori yang berurutan secara hierarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap
tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti
misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan
kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

Begitulah kiranya arti dari belajar, Tujuan seseorang belajar dan ranah ranah yang akan
dicapai saat belajar. Ada Banyak sekali hal yang kita dapatkan saat belajar mulai dari
tingkatan terbawah sampai pada tingkat belajar tertinggi.

Sebelum mengaitkan belajar dengan kata pintar maka kita harus paham arti pintar yang
sebenernya apa. Kata pintar sering disamakan dengan kata cerdas, kedua kata ini memang
mempunyaii makna yang hampir sama namun pada kenyataannya ada perbedaan yang cukup
jelas pada arti dan maksudnya. Pintar bisa kita artikan sebagai pemahaman, pandai , ber ilmu.
Maka sudah sangat lazim jika kita mendengar mengenai seorang yang pintar adalah seorang
yang berilmu , seorang yang pandai, seorang yang memiliki prestasi akademik yang baik.
Orang pintar menggunakan ilmu dan pengetahuan sebagai perisainya, orang pintar sangat
mudah dalam menghadapi masalah terkait ilmu pengetahuan karena ia mempunyai
pengetahuan yang luas. Orang pintar akan disiplin dan tepat waktu tentang sistemnya dalam
memahami ilmu pengetahuan. Namun orang pintar memiliki sedikit kekurangan , ia memiliki
keterbatasan akan waktu dan proses. Orang pintar akan sangat baik menjawab pertanyaan
mengenai apa yang sudah ia pelajari , namun membutuhkan waktu dalam menjawab hal hal
yang tidak ada di dalam buku buku bacaannya. Orang – orang pintar akan terpaku pada
hafalan bukan pemahaman. Karena itu menjadi pintar adalah hal yang mudah bagi semua
orang .

Berbeda dengan cerdas, cerdas merupakan suatu hal yang bisa kita kembangkan melalui
beberapa kegiatan. Cerdas tidak hanya berpaku pada potensi akademik tapi juga bagaimana
pemecahan masalah dalamlingkungan sosial. Orang orang cerdas akan berlandaskan
kepintaran namun ia juga akan aktif dalam suatu pengembangan sosial. Ikut dalam suatu
organisasi cukup mengasah kecerdasan seseorang, selain belajar kepemimpinan di dalam
organisasi juga kita belajar untuk meningkatkan soft skill diri kita. Orang – orang cerdas
akan lebih mendalami konsep sedangkan teori hanya akan jadi pendukungnya saja.
Menggunakan waktu seefisien mungkin, dan lebih kritis serta sigap dalam menghadapi
kondisi apapun.

Lalu bagaimana kaitannya semua itu dengan belajar. Dalam mencapai suatu hal dibutuhkan
proses yang tidak bisa kita abaikan. Seseorang akan lebih siap menghadapi masalah jika ia
sudah mengetahui bagaimana cara menghadapi hal tersebut. Seperti apa yang ingin kita bahas
kali ini yaitu belajar tidak sekedar menjadi generasi pintar. Kita harus lebih memahami apa
tujuan kita mengapa kita melakukannya dan apa yang akan kita dapat nantinya. Seseorang
yang memang berniat untuk belajar akan paham apa yang ingin kita sampaikan.

Tujuan hidup semua orang adalah menjadi sukses. Beberapa hal yang penting dalam
mencapai kesuksesan adalah Intelligent Quotient (IQ), Emotional Intelligence (EI), Spiritual
intelligence (SI) ini semua merupakan tiga kecerdasan utama yang ada dalam diri manusia.
Tiga hal ini akan membentuk karakter yang kuat dari diri seorang manusia. Lalu bagaimana
kita bisa mengusai semua ini.

IQ ( Intelligent quotient) atau kecerdasan intelektual merupakan hal yang paling sering
menjadi tolok ukur dalam menentukan seseorang berhasil dalambelajar. Belajar untuk bisa
memenuhi tingkatan IQ memang sangat diperlukan, seseorang yang mempunyai IQ tinggi
cenderung lebih mudah dalam menjawab pertanyaan pertanyaan mengenai ilmu
pengetahuan yang akan membawa seseorang masuk lebih dalam ke kehidupan sosial.

Lalu EI ( Emotional intelligence ) atau kecerdasan emsional. Kecerdasan emotional adalah


yang sangat penting bagi manusia. Kita belajar untuk mengendalikan emosi ,memimpin
sebuah pertemuan dan memecahkan masalah dengan tenang menggunakan kecerdasan
emosional. Kecerdasan emosional tidak ada begitu saja dalam diri manusia, Seseorang harus
belajar dan berlatih untuk bisa meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Tidak hanya belajar
bagaimana menjadi seseorang yang penuh dengan ilmu pengetahuan tapi manusia harus
memiliki emosi yang seimbang dan terarah dalam mengendalikan kecerdasan
intelektualnya.

Dan terakhir SI ( Spritual intelligence) atau kita sebut dengan kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang digunakan untuk mengembangkan diri secara utuh untuk menerapkan nilai
nilai positif. Kecerdasan spiritual adalah salah satu hal yang sangat penting dan sering kali
dibahas dalam suatu pertemuan. Dapat menguasai dan meningkatkan kecerdasan spiritual
adalah hal yang sangat baik bagi kehidupan.

Sebagai manusia kita harus bisa mengkolaborasikan ketiga bagian tersebut dan membuat
nya terlihat menjadi satu untuk menjadi pribadi yang baik , berkarakter dan berhasil dalam
suatu pembelajaran. Kita harus bisa menjadi kan kecerdassn intelektual, kecerdasan
emosional serta kecerdasan spiritual sebagai dasar dan landasan kita berkomunikasi
dengan orang banyak. Serta menjadi seseorang yang kreatif dengan memanfaatkan
kecerdasan kecerdasan yang ada.

Begitulah kiranya mengapa seseorang perlu belajar bukan hanya untuk menjadi pintar
dalam konteks akademik. Seseorang juga dikatakan berhasildalam belajar jika ia dapat
mengkolaborasikan ,mengkomunikasikan serta berpikir kreatif segalamateri yang ia terima
selama proses pembelajaran. Menjadikan dirinya sebagai pembawa hal positif yang berdasar
kecerdasan intelektual , kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang ia dapatkan
selama proses belajar. Belajar untuk menjadi pemimpin yang baik. Dan yang sama
pentingnya adalah belajar untuk bisa terjun dan memahami kehidupan masyarakat ,
kehidupan sosial dan kehidupan beragama dengan baik. Menjadi pintar saja tidak
menjamin hidup kita bisa berguna untuk orang lain.

Anda mungkin juga menyukai