Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SIKAP SARJANA TEKNIK SIPIL YANG

PROFESIONAL DI ERA 4.0


Dosen Pengampu: Ryan David Sinaulan SE.,MMSI.

Disusun oleh :

HERNA SUKMANING TYASTANTRI - 41118320018

PRODI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang “Sikap Sarjana Teknik Sipil di Era 4.0” dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Saya berterima kasih kepada Bapak Ryan David
Sinaulan SE.,MMSI. Selaku dosen mata kuliah Etik UMB.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Selanjutnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Bekasi, 08 September 2020

Herna Sukmaning T

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Profesionalisme Sarjana................................................................. 3
B. Hal-hal yang diperlukan untuk menentukan visi-misi
Seorang Profesional........................................................................ 4
C. Faktor-faktor pembentuk sikap dan budaya kerja........................... 5
D. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak.................................................... 7
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................12
B. Saran...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Industry 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi
otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan
pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Ini termasuk sistem cyber-
fisik, Internet of Things (IoT), komputasi awan dan komputasi kognitif.
Memasuki era industry 4,0 manusia berlomba-lomba untuk dapat bersaing
dengan yang lainnya agar tetap dapat bertahan, salah satunya dengan cara
meningkatkan kualifikasi dan kemampuan yang dimilikinya agar dapat
beradaptasi dengan perkembangan zaman. Apalagi dalam industry 4.0
manusia tidak hanya di hadapkan pada persaingan dengan manusia yang
lain, tetapi juga pada eksistensi technology digital yang semakin canggih.
Oleh karena hal tersebut banyak kekhawatiran akan beberapa profesi atau
pekerjaan yang mungkin akan tergantikan dengan adanya sistem
otomatisasi technology digital, sehingga eksistensi manusia akan
tergantikan oleh teknologi. Salah satunya adalah profesi engineering.
Profesionalisme sarjana sangatlah diperlukan dalam menghadapi era
globalisasi seperti saaat ini. Menjadi seorang Sarjana dengan gelar saja
tidaklah cukup. Kemampuan untuk mengelola diri dan menjaga etika
sangatlah penting untuk dimiliki oleh setiap Sarjana yang ingin terjun di
tengah Masyarakat. Dalam menentukan visi-misi, diperlukan etika kerja dan
budaya kerja yang dilakukan secara konsisten.

Setiap tahunnya, sebuah Universitas bisa mencetak ratusan bahkan


ribuan Sarjana baru yang siap bersaing untuk mendapatkan pekerjaan
impian Mereka. Namun kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan
pada saat masih duduk di bangku kuliah. Mereka harus bersaing ketat
dengan ribuan Sarjana baru lainnya. Lalu apakah yang harus dilakukan
oleh para Sarjana baru supaya siap dan mampu untuk bersaing dalam
mendapatkan pekerjaan impian Mereka?. Tentu saja hal tersebut tidaklah

1
mudah, diperlukan sebuah pemikiran praktis dan kritis dalam menentukan
visi-misi untuk mencapai tujuan tersebut.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan suatu rumusan
masalah yaitu:
1. Profesionalisme Sarjana
2. Apa saja yang diperlukan untuk menentukan visi-misi seorang
Profesional?
3. Faktor pendukung apa saja yang menentukan sebuah sikap dan budaya
kerja bagi seorang Profesional Sarjana
4. Konsep Etika, Moral, dan Akhlak

C. TUJUAN
1. Memahami bagaimana caranya untuk menjadi seorang Profesional
Sarjana yang berkualitas dan berdaya saing tinggi
2. Memahami unsur-unsur apa saja yang mendukung untuk mewujudkan
sebuah sikap bagi seorang Sarjana
3. Menumbuhkan kesadaran bahwa budaya kerja tidak bisa lepas dari
kehidupan seorang Sarjana
4. Sebagai tugas individu yang harus diselesaikan dalam mata kuliah Etik
UMB.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PROFESIONALISME SARJANA
Seorang Sarjana tidak hanya dituntut untuk memiliki kecerdasan dan
kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan, tetapi juga dituntut
untuk memiliki sikap, perilaku dan pembawaan diri yang baik. Menjadi
seorang Sarjana merupakan impian banyak orang, namun apakah cukup
hanya menjadi seorang Sarjana?, tentu tidak. Masih banyak yang harus
dimiliki oleh seorang Mahasiswa, sampai akhirnya dapat berbaur di dalam
Masyarakat dan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan harapan Mereka.
Memiliki sikap profesional adalah salah satu modal utama yang
harus dimiliki. Suatu keahlian yang berbeda dan menguasai suatu bidang
dengan penuh tanggung jawab, adalah sebuah sikap yang harus dimiliki
oleh masing Sarjana. Menerapkan disiplin ilmu yang dipelajari di Universitas
dan mengaplikasikannya di tengah Masyarakat tanpa melanggar etika yang
berlaku di tengah Masyarakat.
Pintar membawa diri dimanapun Kita berada, dan tahu kapan harus
bersikap profesional dan bertanggung jawab. Seringkali Seseorang hanya
bersikap profesional tanpa mempedulikan etika. Bagaimanapun juga Kita
tetap harus berpegang teguh pada ajaran agama yang Kita yakini. Apa
artinya sikap profesional jika tanpa disertai dengan etika yang baik?. Tentu
akan tidak maksimal sebuah karir Kita, jika Kita dengan mudahnya
mengabaikan nilai-nilai etika yang ada di Masyarakat.
Bertanggung jawab atas gelar akademik yang telah diraih, adalah
contoh kecil yang harus dilakukan oleh seorang Sarjana. Bagaimana
mungkin Seorang Sarjana akan menjadi Seorang Profesional jika tidak
memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri. Menyadari bahwa gelar yang
dimiliki adalah sebuah tanggung jawab besar atas dirinya, Almamater dan
bahkan orang-orang dengan gelar akademik yang sama.

3
Taat pada etika atau norma-norma yang berlaku di Masyarakat,
merupakan ciri selanjutnya bagi Sarjana yang memiliki profesionalisme
tinggi. Tidak Semua hal bisa diubah atau bahkan dihilangkan, demi
mencapai sebuah tujuan., menghargai kearifan lokal sangat penting untuk
dilakukan apabila Kita berada di tengah Masyarakat dan ingin tetap
bersikap profesional dan kreatif.
Dalam dunia kerja, kita dituntut untuk menjadi professional yang
kompeten. Artinya, kita tidak hanya dituntut untuk memiliki kecerdasan dan
kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan, tetapi juga dituntut
untuk memiliki sikap, perilaku, dan pembawaan diri yang baik, sehingga
semua hal ini menjadi “nilai tambah” bagi kita. Selain itu, good attitude yang
disertai dengan ketulusan juga akan meningkatkan kredibilitas diri kita.
Jelaslah bahwa sikap yang senantiasa positif sudah menjadi tuntutan dalam
dunia kerja.
Karakter yang dapat dipercaya akan meningkatkan citra, kredibilitas,
dan reputasi kita. Sekaligus perusahaan tempat kita bekerja. Dengan
memahami etika diharapkan kita dapat mengembangkan karakter diri,
sehingga kita mampu menampilkan kepribadian diri kita dengan baik, lahir
dan batin, sesuai dengan kemampuan professional kita.

B. HAL-HAL YANG DIPERLUKAN UNTUK MENENTUKAN VISI-MISI


SEORANG PROFESIONAL

Setiap Profesional Sarjana harus memiliki visi-misi yang jelas dalam


menentukan tujuan di masa depan. Visi-misi yang baik haruslah memiliki
tujuan yang jelas, menginspirasi dan menantang. Orientasi visi dan misi
adalah masa depan, bukan berdasarkan kondisi saat ini. Mengekspresikan
kreativitas dan berpegang teguh pada etika yang berlaku di Masyarakat.

Melakukan misi sesuai dengan visi yang telah dibuat dengan penuh
tanggung jawab dan beretika. Kadangkala seseorang akan menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuannya, dan tanpa disadari banyak

4
melanggar etika yang berlaku di Masyarakat dan bisa dikatakan visi-misi
tersebut telah gagal untuk dilakukan karena tidak sesuai dengan tujuan
awal.

Visi-misi hendaklah merupakan refleksi masa depan, bukan apa yang ingin
diraih saat ini. Membuat mimpi atau cita-cita dengan gambaran yang jelas
sebagai suatu pencapaian yang harus diraih di masa depan.
Visi menggambarkan tujuan atau kondisi dimasa depan yang ingin
dicapai. Visi bisa dikatakan sebagai impian atau cita-cita, Visi memberikan
gambaran yang jelas dimasa mendatang. Pernyataan visi yang bagus tidak
hanya menginspirasikan dan menantang, namun juga sangat
berarti.Pernyataan visi harus mampu menjadi inspirasi dalam setiap
tindakan yang dilakukan. Yang paling penting pernyataan visi harus terukur
sehingga kita bisa mengetahui apakah tindakan yang dilakukannya dalam
rangka mencapai visi atau Misitersebut.

Sikap Profesionalisme Sarjana dapat dibangun memalui Visi dan Misi yang
dimiliki dan menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya.Seseorang
mencapai gelar sarjana perlu terlebih dahulu menjalani pendidikan formal di
suatu lembaga pendidikan formal yaitu perguruan tinggi. Perguruan Tinggi
dimana mahasiswa menjalani pendidikan kesarjanaannya tentunya juga
memiliki visi dan misi.

C. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK SIKAP DAN BUDAYA KERJA

Menurut Susanto (1997), Budaya kerja adalah “Suatu nilai-nilai yang


menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan
eksternal dan usaha penyesuaian integrasi kedalam perusahaan sehingga
masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada
dan bagaimana mereka harus bertindak atau berprilaku”.

Sejumlah faktor turut ambil bagian dalam menentukan sebuah sikap


dan budaya kerja Profesinal Sarjana, antara lain :

5
1. Komunikasi, suatu komunikasi yang efektif akan menimbulkan
dampak yang positif terhadap sikap dan budaya kerja. Dengan
komunikasi efektif, segala sesuatu yang menjadi tujuan bersama
akan mudah tersampaikan. Sebuah komunikasi dikatakan berhasil
apabila pesan yang ingin disampaikan diterima dengan baik oleh
penerima pesan.

2. Motivasi, mendapatkan motivasi baik dari diri sendiri ataupun dari


orang lain juga akan membentuk budaya kerja kita. Upaya sebuah
Perusahaan memotivasi karyawannya akan menunjukkan
bagaimana Perusahaan memandang sumber daya manusia di
dalamnya.

3. Karakteristik dan struktur, sikap dan budaya kerja juga turut


ditentukan oleh karakteristik dan struktur sebuah
Perusahaan/Organisasi. Karakteristik, struktur dan formalisasi akan
menentukan kreativitas dan kemandirian Karyawan dalam bekerja.
Formalisasi yang tinggi akan menjadikan Seorang Pekerja yang
hanya terfokus pada pekerjaan dan kurang bisa mengekspresikan
diri. Formalitas yang tidak terlalu tinggi dan cenderung lebih santai
justru akan memberikan keleluasaan bagi Seorang Pekerja untuk
lebih kreatif dan bebas mengeksplorasi kemampuannya.

4. Gaya manajemen, gaya kepemimpinan tidak harus sama antara


yang satu dan yang lainnya. Budaya seperti itu membuat warna
dalam sebuah keberagaman yang indah.

Suatu budaya kerja tidaklah ditemukan, melainkan


diciptakan dan dibentuk sendiri oleh Pekerja di sebuah lingkungn
Perusahaan atau Organisasi.

6
D. KONSEP ETIKA, MORAL DAN AKHLAK
1. Etika
a. Pengertian Etika
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya
yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang
kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia,
etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral).Dari
pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya
menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli
dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya.
Menurut para ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua:
obyektivisme dan subyektivisme.
1) Obyektivisme
Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat
obyektif, terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini
melahirkan apa yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu
tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita senang
melakukannya, atau karena sejalan dengan kehendak masyarakat,
melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak
kita untuk berbuat begitu.
2) Subyektivisme

7
Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan
dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu.Subyek disini bisa
saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja
subyek Tuhan.
b. Macam-Macam Etika
1) Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan
pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya dalam kehidupan masyarakat.
2) Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia
tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku.
Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket,
padahal sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang
berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus
dilakukan.Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu
perbuatan boleh atau tidak.Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di
sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain.
Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama antara satu orang
dengan orang lain. Sementa itu etika bernilaiabsolute atau tidak
tergantung dengan apapun.Etiket memandang manusia dipandang
dari segi lahiriah.Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.
Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.
2. Moral
a. Pengertian Moral

8
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah pennetuan baik buruk
terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat
atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau
buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas
manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya,
kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang
sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya
ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam
beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.Pertama, kalau
dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik
atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan
moral tolak ukurnya yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan
berkembang dan berlangsung di masyarakat.Dengan demikian etika lebih
bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan
etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang
berkembang di masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang
berlaku di masyarakat.
3. Perbedaan Antara Etika dan Moral
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang
sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang
ada.

9
Kesadaran moral erta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam
bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan
bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam kesadaran moral mencakup
tiga hal, yaitu:
a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang
bermoral.
b. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu
suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat,
sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal,
artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi
setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
c. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan,
bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang
dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup
tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan
munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan.
Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka
akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan
dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada
dorongan atau paksaan dari luar.

4. Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan
akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan
terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-
sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-
10
adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-
din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas
tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak,
tetapi ikhlak.Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang
mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau
isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata
tersebut memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat
merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.Ibnu
Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar
bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat
mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya
dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya
dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan,
dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.

11
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seorang Sarjana tidak hanya dituntut untuk memiliki kecerdasan dan


kemampuan untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan, tapi juga harus
disertai dengan sikap profesional dan etika yang ada di dalam
masyarakat. Menerapkan budaya kerja yang baik serta memiliki visi-misi
yang jelas.

Seorang Sarjana Profesinal akan selalu mnghargai etika atau nilai-


nilai yang ada di Masyarakat sebagai kearifan lokal dan selalu mempunyai
sikap dan budaya kerja yang baik dan konsisten.

Mengetahui cara berkomunikasi yang baik guna menyampaikan visi-


misi yang ingin dicapai di masa depan. Karena komunikasi adalah kunci
dari sebuah interaksi sosial. Jika kita berkomunikasi dengan baik, maka
orang lain akan lebih memahami apa yang menjadi visi-misi Kita di masa
yang akan datang.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini Saya susun, semoga dapat bermanfaat bagi


orang banyak. Saya sepenuhnya menyadari makalah ini jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangannya. Maka dari itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan supaya makalah ini bisa disusun
menjadi lebih baik di kemudian hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Balipost.com. 4 September 2019. Mentalitas Sarjana Hadapi Tantangan Zaman

Balispot.com. 21 Desember 2018. Sarjana dan Moralitas Positif

13

Anda mungkin juga menyukai