PENCEMARAN UDARA
Amrizal TANJUNG, SSi.MAS
Bimbingan Teknis Pengendalian Pencemaran Kota DEPOK
27 April 2018
Kantor:
Pudiklat KLH
Puspiptek Serpong
Email: amrizalmas@gmail.com
Telp: 081316480767
Mood Kerja harian ...??
PENGAWASAN
STUDI
KASUS PENUTUP
PENDAHULUAN
• Pertumbuhan kegiatan sektor transportasi, industri, pembangkit tenaga, rumah
tangga, yang semakin meningkat telah memberikan kontribusi kepada pencemaran
udara, khususnya di kota-kota besar dan di sekitar kawasan industri.
• Masih digunakan bahan bakar yang kurang ramah lingkungan seperti bahan bakar
minyak atau batu bara dengan kadar sulfur tinggi, bahan bakar kendaraan bermotor
seperti bensin yang masih mengandung zat timbel dan solar yang mengandung sulfur
tinggi.
• Belum semua industri memasang alat pengendalian pencemar udara untuk
menurunkan beban pencemar udara seperti alat elektrostatikpresipitator, bag house
filter, cyclonic duster, wet scrubber, dll.
• Masih adanya emisi gas yang di buang ke udara tidak dilewatkan melalui cerobong.
• Belum semua cerobong yang ada di industri dilengkapi dengan lubang sampling dan
sarana pendukung sampling. Belum semua cerobong dilakukan pengujian emisi
secara berkala (sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali).
• Masih banyaknya kejadian KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
Asap 8 September 2015
Sumber
Pencemaran Udara
Akibat Ulah
Manusia
(sumber: Panel Antar Pemerintah - IPCC, 2500 ilmuwan)
SUMBER PENCEMARAN UDARA
• Sumber Bergerak :
Kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut, pesawat
terbang.
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
CO 2,000
1,000
0
Source:http://dumainews.blogspot.
com
Urutan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2011-2013
Tutupan Tutupan Tutupan
Udara Air IKLH Udara Air IKLH Udara Air IKLH
Rank Provinsi 2011 2011
Hutan
2012 2012
Hutan Hutan
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2013
2013
1 Papua 91.07 49.43 98.91 81.72 90.19 55.00 96.97 82.34 88.67 58.00 97.28 82.91
2 Papua Barat 92.51 64.50 92.54 84.12 91.03 54.50 92.52 80.67 91.03 54.44 92.42 80.61
3 Sulawesi Tengah 89.07 59.93 91.11 81.15 87.96 70.00 88.16 82.65 87.96 65.56 85.56 80.28
4 Maluku Utara** 96.94 54.63 80.98 77.86 96.94 57.57 79.71 78.24 96.94 51.67 79.93 76.56
5 Gorontalo 95.06 53.50 83.83 78.10 89.17 52.19 81.22 74.90 90.24 50.00 81.02 74.48
6 Maluku 95.01 48.93 81.45 75.76 89.71 48.67 81.02 73.92 90.90 45.67 81.34 73.51
7 Kalimantan Timur 87.35 50.88 82.36 74.42 83.94 51.39 83.69 74.07 84.79 48.67 82.92 73.21
8 Aceh 90.96 53.68 75.06 73.42 89.65 57.00 74.15 73.65 91.28 51.54 72.54 71.86
9 Sulawesi Barat 88.89 55.84 69.75 71.32 87.03 60.84 67.86 71.51 86.58 57.11 67.75 70.21
10 Kalteng 93.26 54.69 76.58 75.02 88.48 54.25 71.00 71.22 88.92 50.13 69.99 69.71
11 Sultra 90.00 54.75 87.08 78.26 84.65 56.50 85.83 76.68 86.50 49.38 70.80 69.08
12 Kalimantan Barat 95.38 63.63 64.87 73.65 89.19 63.25 61.89 70.49 87.74 61.00 61.14 69.08
13 Kepulauan Riau 90.82 60.88 57.23 68.40 89.46 61.00 56.09 67.57 94.45 58.67 56.60 68.58
14 Bengkulu 87.80 64.10 59.14 69.23 87.26 57.40 56.54 66.01 87.61 64.12 56.15 67.98
15 Sumatera Barat 91.05 61.90 67.24 72.78 86.02 59.29 65.36 69.74 86.41 52.71 65.02 67.75
16 NTB 89.51 47.25 62.83 66.16 86.20 54.00 61.74 66.76 86.82 54.13 61.71 66.97
17 Sulawesi Selatan 91.42 53.44 50.21 63.54 87.98 61.00 50.05 64.72 87.98 57.14 50.34 63.67
18 Sulawesi Utara 90.77 55.95 63.54 69.43 84.90 53.85 60.00 65.62 83.97 47.54 60.51 63.66
19 Sumatera Utara 89.60 60.19 47.20 63.82 85.50 62.00 46.06 62.67 87.81 60.67 46.08 62.98
Tutupan Tutupan Tutupan
Udara Air IKLH Udara Air IKLH Udara Air IKLH
Rank Provinsi 2011 2011
Hutan
2012 2012
Hutan Hutan
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2013
2013
20 NTT 92.19 56.73 57.31 67.60 87.84 54.82 56.70 65.48 83.51 50.14 56.78 62.81
21 Jambi 90.33 58.86 51.85 65.50 84.49 55.00 48.29 61.16 85.46 51.00 48.72 60.43
22 Bangka Belitung 89.52 61.85 39.44 61.19 83.93 59.50 37.85 58.17 84.36 64.25 37.07 59.41
23 Sumatera Selatan 89.34 60.80 34.52 58.85 84.06 55.00 34.68 55.59 83.86 63.20 36.03 58.53
24 Jawa Tengah 81.93 48.23 48.27 58.36 79.27 52.40 53.66 60.96 79.43 45.47 51.41 58.03
25 Bali 80.15 56.15 39.32 56.62 83.64 61.50 38.87 59.09 82.80 57.00 38.88 57.49
26 Jawa Timur 73.84 57.94 51.72 60.22 68.88 57.09 52.93 58.96 72.45 49.10 50.01 56.47
27 Kalsel 88.69 54.32 45.15 60.96 77.46 53.26 43.80 56.74 81.83 46.16 43.66 55.86
28 Lampung 87.23 62.96 30.19 57.13 78.44 53.29 31.15 51.98 79.19 62.00 30.88 54.71
29 DI. Yogyakarta 78.51 42.03 34.15 49.82 83.65 49.04 33.59 53.25 86.04 42.57 33.58 52.01
30 Riau 67.07 55.60 60.49 61.00 51.91 54.30 54.81 53.79 52.89 48.71 50.54 50.69
31 Jawa Barat 71.03 46.27 38.24 50.49 65.53 43.75 38.49 48.18 65.56 41.80 38.50 47.61
32 Banten 74.05 51.04 37.92 52.70 53.13 53.50 36.95 46.77 57.79 47.10 37.16 46.33
33 DKI Jakarta* 47.21 35.65 30.11 36.90 44.31 41.05 27.99 36.80 41.51 34.71 22.75 31.97
Indeks Nasional 84,32 54,18 60.49 65.50 79,61 54,58 59,88 64.21 80.17 51.82 58.83 63.13
Unggul X > 90
Sangat baik 82 < X ≤ 90
Margin Error IPU IPA ITH IKLH Baik 74 < X ≤ 82
Cukup 66 ≤ X ≤ 74
Nasional 1.32 1.38 0.52 0.59 Kurang 58 ≤ X < 66
Sangat < 58
Kurang 50 ≤ X
Provinsi 2.12 3.46 1.20 1.53 Waspada X < 50
TEST YOUR IQ ANDA CERDAS DAN TELITI???
Berikut ini terdapat 5 buah pertanyaan. Anda harus bisa menjawabnya dalam waktu 5 menit.
Jangan melihat jawaban yang telah tersedia. Jika tetap NEKAT, artinya anda telah berlaku CURANG!
Tulis setiap jawaban yang anda berikan baru kemudian bandingkan dengan hasilnya!
1. Beberapa bulan memiliki 30 hari, beberapa memiliki 31 hari. Ada berapa
bulan yang memiliki 28 hari?
2. Jika dokter memberikan 3 buah pil dan menyarankan anda untuk
mengkonsumsi satu pil dengan jarak waktu setengah jam, berapa lama
waktu yang anda butuhkan untuk menghabiskan seluruh pil tersebut?
3. Anda setiap malam berangkat tidur pukul 20.00, memutar weker ke angka
09.00 pagi. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk tidur sebelum
akhirnya terbangun oleh bunyi alarm?
4. Anda baru saja menggenggam sebuah korek api lalu memasuki ruangan.
Dalam ruangan tersebut terdapat pemanas minyak dan sebatang lilin. Benda
yang mana yang akan anda nyalakan terlebih dahulu?
5. Berapa banyak binatang dari setiap species yang dibawa Musa ke
bahteranya?
JAWABAN
• Ada 12 bulan yang memiliki 28 hari, karena semua bulan
memiliki 28 hari
• Satu jam. Jika anda mengkonsumsi obat tersebut pada pukul
01.00, pil yang lain pukul 01.30 dan yang terakhir tepat
pukul 02.00, berarti seluruh pil habis dalam jangka waktu
satu jam.
• Satu jam. Jam weker anda tidak bisa membedakan antara
pukul 09.00 pagi dengan pukul 09.00 malam
• Korek api. Anda tidak mungkin menyalakan yang lain tanpa
terlebih dahulu menyalakan korek api bukan?
• Tidak ada. Yang pergi naik bahtera adalah Nabi Nuh bukan
Nabi Musa.
UUD 45
Pasal 28H Pasal 33 Pasal 33 Pasal 33
ayat (1) ayat (1) ayat (3) ayat (4)
“Perkonomian nasional
“Perkonomian Nasional
diselenggarakan
diselenggarakan
berdasarkan atas
berdasarkan atas
“Setiap orang berhak demokrasi ekonomi
demokrasi ekonomi
hidup sejahtera lahir “Bumi dan air dan dengan prinsip
dengan pinsip
batin, bertempat kekayaan alam yang kebersamaan, efisiensi-
kebersamaan, efisiensi-
tinggal dan terkandung didalamnya berkeadilan,
berkeadilan,
mendapatkan dikuasai oleh negara dan berkelanjutan,
berkelanjutan,
lingkungan hidup yang dipergunakan untuk berwawasan lingkungan,
berwawasan
baik dan sehat serta sebesar-besar kemandirian, serta
lingkungan,kemandirian,
berhak memperoleh kemakmuran rakyat”. dengan menjaga
serta dengan menjaga
pelayanan kesehatan”. keseimbangan
keseimbangan kemajuan
kemanjuan dan
dan kesatuan ekonomi
kesatuan ekonomi
nasional”.
nasional.”
UUPPLH
No. 32 KepMENLH No.
13/MENLH/III/1995
Tahun 2009 Titik Penaatan (cerobong emisi)
dan BME Spesifik
Lainnya
============
BMEU PROVINSI
================ Persyaratan Teknis Cerobong
PERMENLH No. 13
Peraturan Tahun 2009 Lamp. IA
Pemerintah (BMEU GENSET)
Nomor 41 ================ Parameter Pemantauan Emisi Udara
Tahun 1999 Pedoman Teknis
Pengendalian Pemenuhan BMEU
Pencemaran Udara
Kepdal
No. 205/1996 Pelaporan Manual/CEM
===============
• Permen LH No. 07/2007 tentang Baku Mutu Emisi
Permen LH No. 4 Tahun 2014 Tidak Bergerak bagi Ketel Uap
KepMenLH No. 51 Tahun 1995 Kepmen No. 13 Tahun 1995 • Permen LH No. 21/2008 tentang Baku Mutu Emisi
KepMenLH No. 58 Tahun 1995 Kepdal No. 205 Tahun 1996 Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan
KepMenLH No. 42 Tahun 1996 jo Kepkadal No. 205 Tahun 1995 Pembangkit Tenaga Listrik Termal
KepMenLH No. 09 Tahun 1997 Kepmen No. 129 Tahun 2003 • Permen LH No. 13/2009 tentang Baku Mutu Emisi
KepMenLH No. 3 Tahun 1998 Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Migas
KepMenLH No. 52 Tahun 1995 PP. No. 41 Tahun 1999 • PERMENLH 12/2010 tentang Pelaksanaan
KepMenLH No. 28 Tahun 2003 Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah
KepMenLH No. 29 Tahun 2003
UDARA
KepMenLH No. 112 Tahun 2003 PP. No. 82 Tahun 2001
LimedFilter
40 ug/100 cm2
11 Fluor Indeks 30 hari dari kertas limed Colourimetric Paper
filter
Chlorine &
Spesific Ion Impinger
12 Chlorine 24 jam 150 ug/Nm3
Electrode
Dioksida
Lead
13 Sulphat Indeks 30 hari 1 mg/SO3/100 cm2 Colourimetric Peroxide
Catatan : Candle
Nomor 10 s/d 13 hanya diberlakukan untuk daerah / kawasan Industri Kimia Dasar
Contoh : - Industri Petrokimia ; - Industri Pembuatan asam Sulfat
Lampiran PP.41/1999
KEPMEN LH NO. 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU
MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK
Pasal 2
(1) Baku mutu emisi sumber tidak bergerak untuk jenis kegiatan :
a. Industri besi dan baja sebagaimana tersebut dalam Lampiran IA
dan Lampiran IB;
b. Industri pulp and paper sebagaimana tersebut dalam Lampiran IIA
dan Lampiran IIB;
c. Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara
sebagaimana tersebut dalam Lampiran IIIA dan Lampiran IIIB
d. Industri semen sebagaimana tersebut dalam Lampiran IVA dan
Lampiran IVB
Pasal 3
(2) Selama baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum
ditetapkan, maka jenis kegiatan di luar jenis kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku baku mutu emisi sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran V Keputusan ini.
BAKU EMISI DAERAH
Kepmen LH No. 13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak
Pasal 5
(1) Apabila diperlukan, Gubernur dapat menetapkan
parameter tambahan diluar parameter sebagaimana
dimaksud dalam lampiran keputusan ini dengan persetujuan
Menteri;
Catatan :
o Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
o Konsentrasi partikulat dikoreksi 3 % oksigen
o Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan tekanan 1 atm)
o Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelasi dengan
pengamatan total partikel
o Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan.
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN
(berlaku efektif tahun 2000)
Catatan :
• Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
• Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan tekanan 1 atm)
• Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (kiln) dikoreksi sampai 7 % oksigen
• Standar diatas berlaku untuk proses kering
• Batas Maksimum total partikel untuk : (i) Proses basah = 250 mg/m3, (ii) Shaft kiln = 500 mg/m3
• Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelasi dengan pengamatan total partikel
• Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan.
Lampiran V B
BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN
(berlaku efektif tahun 2000)
Parameter Batas maksimum (mg/M3)
Bukan Logam
1. Ammonia (NH3) 0,5
2. Gas Klorin (Cl2) 10
3. Hidrogen Klorida (HCl) 5
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10
5. Nitrogen Oksida (NO2) 1000
6. Opsitas 35 %
7. Partikel 350
8. Sulfur Dioksida (SO2) 800
9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35
Logam
10. Air Raksa (Hg) 5
11. Arsen (AS 8
12. Antimon (Sb) 8
13. Kadmium (Cd) 8
14. Seng (Zn) 50
15. Timah Hitam (Pb) 12
KEPMEN No: 13 tahun 2009 Tentang Baku Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau kegiatan
Minyak dan Gas Bumi
Partikulat 300
Minyak
Sulfur dioksida (SO2) 1200
Boiler dan Steam Nitrogen oksida (NO2) 1400
2.
Generator Opasitas 40 %
Nitrogen oksida (NO2) 1000
Gas
Opasitas 40 %
Catatan :
(*) Ground Level Concentration tidak boleh lebih dari 5 ppm
(**) Ground Level Concentration sesuai dengan Baku Mutu Udara Ambien di dalam lampiran PP 41/1999
Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan 1 Atm)
Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan
Pembakaran dengan bahan bakar gas dan minyak koreksi O2 sebesar 3 %
Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan.
II. KEGIATAN KILANG MINYAK
Bahan Baku Mutu Emisi
No Sumber Parameter
Bakar (mg/Nm3)
Partikulat 400
Sulfur dioksida (SO2) 1500
1. Catalitic Cracking Unit
Nitrogen oksida (NO2) 1000
Hidrokarbon 200
Partikulat 300
Minyak
Sulfur dioksida (SO2) 1200
Nitrogen oksida (NO2) 1400
2. Proses Heater Boiler
Opasitas 40 %
Nitrogen Oksida (NO2) 400
Gas
Opasitas 40 %
3. Flare Stack Opasitas 40 %
Semua sumber (kecuali
4. Opasitas 40 %
flare)
Gas Nitrogen Oksida (NO2) 400
5. Gas Turbin
Minyak Nitrogen Oksida (NO2) 600
Catatan :
- Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan 1 Atm)
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan;
- Pembakaran dengan bahan bakar gas dan minyak koreksi O2 sebesar 3 %
- Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan.
III. KEGIATAN KILANG LNG
Partikulat 300
Sulfur dioksida (SO2) 1200
1. Boiler
Nitrogen oksida (NO2) 1400
Opasitas 40 %
Catatan :
1. Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan 1 Atm)
2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan;
3. Pembakaran dengan bahan bakar gas dan minyak koreksi O2 sebesar 3 %
4. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan.
IV. KEGIATAN UNIT PENANGKAPAN
SULFUR
Catatan :
1. Volume gas dalam keadaan standar (25 ºC dan 1 Atm)
2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan;
3. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan
KEPMEN No: 13 tahun 2009 Tentang Baku Emisi Sumber Tidak
Bergerak Bagi Usaha dan/atau kegiatan Minyak dan Gas Bumi.
Kepmen No: 133 tahun 2004 tentang Baku Mutu Emisi
Bagi Kegiatan Industri Pupuk
Sarana Penunjang
Lubang Sampling
Pengambilan Sampel
Persyaratan Teknis Penempatan Lubang
Sampling
2D
L
W
2 De 8D
8 De
Bag House
Filter
2 De
De = 2 x D x d__
2D
D+d
8D
Silentser
2D 8D
8 De
Silentser
Genset /
Boiler
Genset /
Boiler
ESP
PERSYARATAN TEKNIS PENEMPATAN
LUBANG SAMPLING
Untuk stack yang berbentuk leher angsa dan tidak memungkinkan untuk dibuat
lubang sampel secara vertikal, maka lubang sampel dapat horisontal dengan
catatan panjang pipa minimal 10 kali diameter dalam
2D
8D
Silentser
2D 8D
Silentser
Genset Genset
/ Boiler / Boiler
Persyaratan Teknis Penempatan Lubang
Sampling
De = 2 LW / (L + W)
De = 2 dD / (D + d)
2D 2De 2D
2De
8D
8D
8De
8De
D W
L
De = 2 x d x D / ( D + d )
De : diameter ekivalen
D : diameter bagian bawah
d : diameter bagian atas
De = 2 LW / (L + W)
De : diameter ekivalen
L : panjang penampang cerobong
W : lebar penampang cerobong
UKURAN DAN PENEMPATAN
LUBANG SAMPLING
Contoh Perhitungan:
Jadi letak lubang sampel pada posisi diantara 5.36 meter dari
bawah dan 1.34 meter dari atas cerobong.
METODE EMISI SECARA KONTINYU
(CONTINUOUS EMISSION MONITORING)
Metode Ekstraksi
Sampler probe
Metode In Situ
b. Metode Insitu Opacity Sample probe
Gas buang langsung diukur di Analyzer
Cerobong
Gas Standard
Lokasi dekat cerobong Control room
METODE EMISI SECARA KONTINYU
(CONTINUOUS EMISSION MONITORING)
Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak
SNI
Metode EMISI
PENGENDALIAN
Pengendalian Kualitas Udara
KOMPONEN METODE
TINDAKAN
FASILITAS PENGAWASAN
Sumber Emisi Inspeksi • Periksa kondisi fisik sumber emisi dan catat
jumlah cerobong emisi yang dimiliki.
Cerobong Inspeksi • Periksa apakah setiap cerobong telah
dilengkapi lubang sampling dan posisi lubang
sampling telah sesuai dengan Kepdal 205/1996.
• Periksa apakah setiap cerobong telah
dilengkapi sarana pendukung sampling emisi
(tangga, landasan kerja, pagar pengaman dan
sumber listrik).
Pengendalian Kualitas Udara
KOMPONEN METODE
TINDAKAN
FASILITAS PENGAWASAN
Alat pengendali Inspeksi • Periksa apakah memiliki alat pengendalian
udara emisi pencemaran udara pada cerobong, seperti: Wet
Scrubber, DeNOx, DeSOx, Catalitic Conventer,
Cyclone, Bag House
Continuous Inspeksi • Periksa apakah memiliki alat CEM
Emission (Continuous Emission Monitoring) pada salah
Monitoring satu stack.
(CEM) • Periksa kinerja alat pengendali pencemaran
udara/CEM dari control room.
• Periksa parameter apa saja yang dapat
dimonitor oleh CEM dan periksa data CEM
untuk harian, bulanan dan 3 bulanan serta
berapa kali melebihi Baku Mutu Emisi Udara.
Teknologi pengendali Particulate
• Settling chambers
• Cyclones
• ESPs (electrostatic precipitators)
• Spray towers
• Venturi scrubbers
• Baghouses (fabric filtration)
103
Settling Chambers
• “Knock-out pots”
• Simple, murah, tidak ada pergerakan
parts
• Effisiensi kurang
– Hanya partikulat ukuran besar
• Menghasilkan solid-waste stream
– Dapat di Reused
104
Cyclones
• Murah, tidak ada pergerakan parts
• Lebih efisien daripada settling chamber
– Baik juga untuk larger particles
• Design Single cyclone or multi-clone
– Seri atau paralel
• Menghasilkan padatan-waste stream
105
106
107
ESPs
• Electrostatic precipitator
• Lebih Mahal untuk di install,
• Listrik sebagai major operating cost
• Efficiency lebih tinggi daripada cyclones
• System dry atau wet
• Pembersihan pelat-pelat dengan ketukan
• Menghasilkan solid-waste stream
108
Electrostatic Precipitator
109
Spray Towers
• Air atau cairan lain “washes out” Particullate Matter
• Lebih murah dari ESP tapi lebih baik dari cyclone, pressure drop rendah
• Konfigurasi bervariasi
• Efficiency tinggi dari cyclones
• Menghasilkan aliran polusi air
• Dapat juga menyerap gaseous pollutants seperti (SO2)
110
111
Venturi Scrubber
• Intensitas kontak tinggi antara air dan gas yang menghasilkan => high
pressure drop
• Venturi bisa dimodifikasi dengan spray tower
• Efficiency removal tinggi untuk particles kecil
• Menghasilkan water pollution stream
• Dapat menyerap gaseous pollutants (SO2)
112
Detail illustrates cloud atomization from high-velocity gas stream shearing liquid at throat
Baghouses
• Fabric filtration – vacuum cleaner
• Efisiensi removal tinggi untuk small particles
• Tidak cocok untuk wet- or aliran temperatur tinggi
• Penggunaan fabric bags untuk menyaring PM
• Operasi murah (process based)
• Pembersihan kantung 2 secara periodic dengan guncangan atau air pulse
• Menghasilkan solid-waste stream
113
Penempatan Baghouse
114
Pulse-Air-Jet Type
Baghouse
115
Cyclone Electrostatic Presipitator
117
Scrubbers / Absorbers
118
Oksidasi Thermal
Perubahan Kimia = pembakaran
CO2 dan H2O sebagai hasil pembakaran ideal sebagai
products akhir dari semua process
Flares (untuk tujuan emergency)
Incinerators
Langsung
Catalytic = meningkatkan efisiensi reaksi
Recuperative: Transfer panas antara inlet /exit gas
Regenerative: mengganti ceramic beds yang tahan
panas, melepaskan aliran udara untuk re-use panas
119
Oksidasi Catalytic
120
Oksidasi Thermal
121
Carbon Adsorption
• Baik untuk organics polutan (VOCs)
• Baik VOCs dan carbon dapat di recover saat regenerasi Carbon (steam stripping)
• Physical capture
– Adsorption
– Absorption
122
LANDASAN PERSYARATAN
HUKUM TEKNIS
PENGENDALIAN
PENGAWASAN
PENGAWASAN (Permen LH 56/2002)
Kewajiban yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pengendalian
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.
Metode pengambilan contoh uji dan analisa emisi udara sebagai berikut:
Metode penentuan tempat pengambilan contoh uji titik-titik lintas dalam emisi sumber tidak bergerak.
Metode penentuan kecepatan aliran dan tingkat aliran volumetrikgas dalam emisi sumber tidak bergerak.
Metode penentuan komposisi dan berat molekul gas dalam emisi sumber tidak bergerak.
Metode penentuan kandungan uap airgas buang dalam cerobong dari emisi sumber tidak bergerak.
Metode pengujian kadar partikulat dalam emisi sumber tidak bergerak ecara isokinetik.
Metode pengujian opasitas dalam emisi sumber tidak bergerak secara visual.
Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam emisi sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer
secara Turbidimetri.
Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam emisi sumber tidak bergerak secara Tetrimetri.
Metode pengujian kadar Nitrogen Oksida (NOx) dalam emisi sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer
secara Kolorimetri.
Metode pengujian kadar Total Sulfir Tereduksi (TRS) dalam emisi sumber tidak bergerak secara Oksida Termal.
Metode pengujian kadar Klorin dan Klor Dioksida (Cl2 dan ClO2) dalam emisi sumber tidak bergerak secara Titrimetri.
Metode pengujian kadar Hidrogen Klorida (HCL) emisi sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer secara
Merkuri Tiosianat.
Metode pengujian kadar Hidrogen Klorida (HCL) emisi sumber tidak bergerak secara Titrimetri.
KEGIATAN DALAM PENGAWASAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA : PENGAMBILAN FOTO
Pada hari ini, ……………., tanggal …………....…....… bulan……...………… tahun .............................., pukul ……..............… WIB, di
Kabupaten/Kota............................Provinsi.............................., kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : …………………………………
Instansi : ………………………………….
Perusahaan : ...............................................................
Alamat : ...............................................................
Pihak Perusahaan .........................................................................
Nama: ......................................................................................
Jabatan: .....................................................................
Pengawasan yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap Pengendalian Pencemaran Udara.
Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Pihak
Daerah Provinsi Kabupaten/Kota Perusahaan
Ttd: ……………………..
Lampiran Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
Perusahaan : ……………………………………………………………………
Hari/Tanggal : ……………………………………………………………………
Cyclone
Electrostatic
Precipitator
Baghouse Filter
PEMERIKSAAN SUMBER EMISI
UDARA
Industri Besi dan Baja Industri Pulp dan Kertas Industri Semen
Kegiatan Eksplorasi dan Kegiatan Kilang Minyak
Produksi
Canopy
Cerobong
Bag House
Filter
Bag House Filter Pabrik Peleburan
Penutupan
kebocoran
Debu di tanur
utama
Periksa apakah memiliki alat CEM (Continuous Emission Monitoring) pada cerobong..
Continuous
Periksa kinerja alat pemantau pencemaran udara/CEM dari control room.
Emission
Periksa parameter apa saja yang dapat dimonitor oleh CEM dan periksa data CEM untuk
Monitoring (CEM)
harian, bulanan dan 3 bulanan serta berapa kali melebihi Baku Mutu Emisi Udara.
REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN
SUMBER EMISI DI LAPANGAN
Industri yang telah melaksanakan surat perintah melakukan Masih perlu Penerbitan Surat
tindakan tertentu tetapi masih belum taat terhadap peraturan dibina Pembinaan oleh
perundangan. Kepala Dinas/Badan
Tidak mengerti tentang kewajiban- kewajiban yang harus sebagai bukti
dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. pembinaan
Melakukan semua kewajiban yang diatur oleh peraturan tetapi
masih belum taat.
Dengan sengaja tidak melakukan kewajiban- kewajiban Pencabutan Izin Surat Pemberian
yang diatur oleh peraturan perundangan yang berlaku. atau larangan Sanksi diterbitkan
Tidak ada perubahan peningkatan kinerja pengendalian membuang oleh Bupati
udara secara signifikan (hampir semua parameter limbah ke /Walikota.
melebihi Baku Mutu) sesuai dengan berita acara lingkungan
terdahulu atau sesuai dengan surat peringatan maupun
surat perintah melakukan tindakan tertentu yang
diterbitkan oleh pemerintah.
Terbukti dengan sengaja tidak
mengindahkan/mengabaikan Surat Peringatan /
Teguran.
Tidak memiliki dokumen pengolahan lingkungan .
Ada hubungan sebab akibat antara pelanggaran Baku
Mutu dan terjadinya pencemaran lingkungan.
Laporan PROPER