Anda di halaman 1dari 176

PENGAWASAN PENGENDALIAN

PENCEMARAN UDARA
Amrizal TANJUNG, SSi.MAS
Bimbingan Teknis Pengendalian Pencemaran Kota DEPOK
27 April 2018

Pusat Pendidikan dan Latihan SDM


Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Biodata
Amrizal TANJUNG, Ssi.MAS
Widyaiswara KLHK
Home:
Nerada Estate Blok A3 N0. 10 Jl.
Cendrawasih Cipayung Ciputat
Tangerang Selatan

Kantor:
Pudiklat KLH
Puspiptek Serpong
Email: amrizalmas@gmail.com
Telp: 081316480767
Mood Kerja harian ...??

FOTO SAYA YANG MANA YA..???


 LANDASAN  PERSYARATAN
HUKUM TEKNIS

 PENGAWASAN
 STUDI
KASUS PENUTUP
PENDAHULUAN
• Pertumbuhan kegiatan sektor transportasi, industri, pembangkit tenaga, rumah
tangga, yang semakin meningkat telah memberikan kontribusi kepada pencemaran
udara, khususnya di kota-kota besar dan di sekitar kawasan industri.
• Masih digunakan bahan bakar yang kurang ramah lingkungan seperti bahan bakar
minyak atau batu bara dengan kadar sulfur tinggi, bahan bakar kendaraan bermotor
seperti bensin yang masih mengandung zat timbel dan solar yang mengandung sulfur
tinggi.
• Belum semua industri memasang alat pengendalian pencemar udara untuk
menurunkan beban pencemar udara seperti alat elektrostatikpresipitator, bag house
filter, cyclonic duster, wet scrubber, dll.
• Masih adanya emisi gas yang di buang ke udara tidak dilewatkan melalui cerobong.
• Belum semua cerobong yang ada di industri dilengkapi dengan lubang sampling dan
sarana pendukung sampling. Belum semua cerobong dilakukan pengujian emisi
secara berkala (sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali).
• Masih banyaknya kejadian KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
Asap 8 September 2015
Sumber
Pencemaran Udara

Akibat Ulah
Manusia
(sumber: Panel Antar Pemerintah - IPCC, 2500 ilmuwan)
SUMBER PENCEMARAN UDARA
• Sumber Bergerak :
Kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut, pesawat
terbang.

• Sumber Tidak bergerak :


Industri, pembangkit tenaga listrik, rumah tangga,
dan kebakaran hutan dan lahan.
Untuk pencemaran udara di daerah
perkotaan dan sekitarnya, 70 – 80%
disebabkan oleh sektor transportasi.
SUMBER PENCEMARAN UDARA
Nikotin Partikulat
dan TAR (PM10)
CO
2
Kebisingan SO
& getaran
x
NOx
VOC
Pb CO
(Timbal) √

EFEK KUALITAS AIR DAN


KESEHATAN
Dampak Deposisi Asam
• Menyebabkan tanah
dan badan air
menjadi asam
• Merusak pohon
• Mempercepat proses
pengaratan/korosi
• Merusak bangunan,
monumen dan benda
bersejarah
Zat-zat Pencemar Udara, Sumbernya,
dan Dampaknya pada Kesehatan
1. Sulfur dioksida (SO2)
― Sumber : pembakaran dari kegiatan rumah tangga/ domestik,
pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik baja/ logam.
– Dampak : menimbulkan efek iritasi (luka lecet) pada saluran nafas,
sehingga menimbulkan gejala batuk, sesak nafas (meningkatkan kasus
asma)
2. Partikel debu melayang di udara (TSP, PM 10, PM 2,5)
− Sumber : pembakaran domestik, emisi kendaraan bermotor, pabrik gas,
pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik semen, tempat
pembakaran sampah, pabrik keramik, pabrik pelebur logam.
− Dampak : masuk ke dalam sistem pernafasan atas sampai ke bagian
paru-paru terdalam (alveoli : tempat pertukaran gas di paru2 dan darah).
Sehingga : menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas, jantung,
bronchitis, asma.
Zat-zat Pencemar Udara, Sumbernya, dan
Dampaknya pada Kesehatan
3. Hidrokarbon (HC)
− Sumber : emisi kendaraan bermotor, kilang minyak.
− Dampak : menimbulkan iritasi pada membrane mukosa dan
bila terhisap oleh paru-paru akan menimbulkan luka di
bagian dalam dan timbul infeksi.

4. Nitrogen oksida (NOx)


− Sumber : emisi kendaraan bermotor, pabrik pengolahan
asam nitrat, pabrik baja/ logam, pabrik pupuk.
− Dampak : keracunan gas NOx menyebabkan susah bernafas
dan dapat menyebabkan kematian.
Zat-zat Pencemar Udara, Sumbernya, dan
Dampaknya pada Kesehatan
5. Karbon monoksida (CO)
− Sumber : emisi kendaraan bermotor.
− Dampak : CO yang ikut dalam aliran darah akan membentuk
karboksihaemoglobin (COHb). COHb merupakan senyawa yang stabil
sehingga fungsi darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Keracunan
gas CO ditandai dengan pusing/ bingung, sakit kepala, dan mual. Keadaan
lebih berat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan
kardiovaskular, serangan jantung, sampai pada kematian.
6. Karbon dioksida (CO2)
− Sumber : sisa-sisa pembakaran domestik dan industri, emisi kendaraan
bermotor.
7. Amoniak (NH3)
− Sumber : Pabrik pembuatan amoniak dan pengubahan amoniak (pabrik
pupuk)
Zat-zat Pencemar Udara, Sumbernya, dan
Dampaknya pada Kesehatan

8. Klorine dan Hidrogen Klorida


− Sumber : pabrik clorine, pabrik alumunium, pengolahan kembali logam
9. Merkaptan
− Sumber : kilang minyak, pabrik pembuatan bubur kertas.
10. Hidrogen sulfide (H2S)
− Sumber : Pembangkit tenaga listrik, pengenceran logam, vulkanisir/ tambal
ban dan kegiatan pembakaran batu bara.
11. Timah Hitam (Pb)
− Sumber : emisi kendaraan bermotor
− Dampak : mengganggu peredaran darah, sistem saraf, ginjal, dan sistem
reproduksi. Pengaruh Pb di daerah dalam dapat menimbulkan anemia. Bagi
ibu yang sedang hamil Pb dapat menghambat pertumbuhan janin, Sedangkan
bagi anak-anak dapat menurunkan tingkat kecerdasan (IQ).
KRITERIA UDARA BERSIH DAN TERCEMAR

Parameter Udara Bersih Udara Tercemar


1. Partikel 0,01 – 0,02 mg/m3 0,07 – 0,7 mg/m3

2. SO2 0,003 – 0,02 ppm 0,02 – 2 ppm

3. CO < 1 ppm 5 – 200 ppm

4. NO2 0,003 – 0,02 ppm 0,02 – 0,1 ppm

5. CO2 310 – 330 ppm 350 – 700 ppm

6. Hidrokarbon < 1 ppm 1 – 20 ppm

Sumber: Holzworth & Cormick (dalam Mukono, 2005)


PENCEMARAN UDARA
Grafik rata-rata konsentrasi Karbon Monoksida dan Nitrogen Dioksida Tahun 2013
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
NO2 30.00
20.00
10.00
0.00

8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
CO 2,000
1,000
0

Source:http://dumainews.blogspot.
com
Urutan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2011-2013
Tutupan Tutupan Tutupan
Udara Air IKLH Udara Air IKLH Udara Air IKLH
Rank Provinsi 2011 2011
Hutan
2012 2012
Hutan Hutan
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2013
2013
1 Papua 91.07 49.43 98.91 81.72 90.19 55.00 96.97 82.34 88.67 58.00 97.28 82.91
2 Papua Barat 92.51 64.50 92.54 84.12 91.03 54.50 92.52 80.67 91.03 54.44 92.42 80.61
3 Sulawesi Tengah 89.07 59.93 91.11 81.15 87.96 70.00 88.16 82.65 87.96 65.56 85.56 80.28
4 Maluku Utara** 96.94 54.63 80.98 77.86 96.94 57.57 79.71 78.24 96.94 51.67 79.93 76.56
5 Gorontalo 95.06 53.50 83.83 78.10 89.17 52.19 81.22 74.90 90.24 50.00 81.02 74.48
6 Maluku 95.01 48.93 81.45 75.76 89.71 48.67 81.02 73.92 90.90 45.67 81.34 73.51
7 Kalimantan Timur 87.35 50.88 82.36 74.42 83.94 51.39 83.69 74.07 84.79 48.67 82.92 73.21
8 Aceh 90.96 53.68 75.06 73.42 89.65 57.00 74.15 73.65 91.28 51.54 72.54 71.86
9 Sulawesi Barat 88.89 55.84 69.75 71.32 87.03 60.84 67.86 71.51 86.58 57.11 67.75 70.21
10 Kalteng 93.26 54.69 76.58 75.02 88.48 54.25 71.00 71.22 88.92 50.13 69.99 69.71
11 Sultra 90.00 54.75 87.08 78.26 84.65 56.50 85.83 76.68 86.50 49.38 70.80 69.08
12 Kalimantan Barat 95.38 63.63 64.87 73.65 89.19 63.25 61.89 70.49 87.74 61.00 61.14 69.08
13 Kepulauan Riau 90.82 60.88 57.23 68.40 89.46 61.00 56.09 67.57 94.45 58.67 56.60 68.58
14 Bengkulu 87.80 64.10 59.14 69.23 87.26 57.40 56.54 66.01 87.61 64.12 56.15 67.98
15 Sumatera Barat 91.05 61.90 67.24 72.78 86.02 59.29 65.36 69.74 86.41 52.71 65.02 67.75
16 NTB 89.51 47.25 62.83 66.16 86.20 54.00 61.74 66.76 86.82 54.13 61.71 66.97
17 Sulawesi Selatan 91.42 53.44 50.21 63.54 87.98 61.00 50.05 64.72 87.98 57.14 50.34 63.67
18 Sulawesi Utara 90.77 55.95 63.54 69.43 84.90 53.85 60.00 65.62 83.97 47.54 60.51 63.66
19 Sumatera Utara 89.60 60.19 47.20 63.82 85.50 62.00 46.06 62.67 87.81 60.67 46.08 62.98
Tutupan Tutupan Tutupan
Udara Air IKLH Udara Air IKLH Udara Air IKLH
Rank Provinsi 2011 2011
Hutan
2012 2012
Hutan Hutan
2011 2011 2012 2012 2013 2013 2013
2013
20 NTT 92.19 56.73 57.31 67.60 87.84 54.82 56.70 65.48 83.51 50.14 56.78 62.81
21 Jambi 90.33 58.86 51.85 65.50 84.49 55.00 48.29 61.16 85.46 51.00 48.72 60.43
22 Bangka Belitung 89.52 61.85 39.44 61.19 83.93 59.50 37.85 58.17 84.36 64.25 37.07 59.41
23 Sumatera Selatan 89.34 60.80 34.52 58.85 84.06 55.00 34.68 55.59 83.86 63.20 36.03 58.53
24 Jawa Tengah 81.93 48.23 48.27 58.36 79.27 52.40 53.66 60.96 79.43 45.47 51.41 58.03
25 Bali 80.15 56.15 39.32 56.62 83.64 61.50 38.87 59.09 82.80 57.00 38.88 57.49
26 Jawa Timur 73.84 57.94 51.72 60.22 68.88 57.09 52.93 58.96 72.45 49.10 50.01 56.47
27 Kalsel 88.69 54.32 45.15 60.96 77.46 53.26 43.80 56.74 81.83 46.16 43.66 55.86
28 Lampung 87.23 62.96 30.19 57.13 78.44 53.29 31.15 51.98 79.19 62.00 30.88 54.71
29 DI. Yogyakarta 78.51 42.03 34.15 49.82 83.65 49.04 33.59 53.25 86.04 42.57 33.58 52.01
30 Riau 67.07 55.60 60.49 61.00 51.91 54.30 54.81 53.79 52.89 48.71 50.54 50.69
31 Jawa Barat 71.03 46.27 38.24 50.49 65.53 43.75 38.49 48.18 65.56 41.80 38.50 47.61
32 Banten 74.05 51.04 37.92 52.70 53.13 53.50 36.95 46.77 57.79 47.10 37.16 46.33
33 DKI Jakarta* 47.21 35.65 30.11 36.90 44.31 41.05 27.99 36.80 41.51 34.71 22.75 31.97
Indeks Nasional 84,32 54,18 60.49 65.50 79,61 54,58 59,88 64.21 80.17 51.82 58.83 63.13
Unggul X > 90
Sangat baik 82 < X ≤ 90
Margin Error IPU IPA ITH IKLH Baik 74 < X ≤ 82
Cukup 66 ≤ X ≤ 74
Nasional 1.32 1.38 0.52 0.59 Kurang 58 ≤ X < 66
Sangat < 58
Kurang 50 ≤ X
Provinsi 2.12 3.46 1.20 1.53 Waspada X < 50
TEST YOUR IQ ANDA CERDAS DAN TELITI???
Berikut ini terdapat 5 buah pertanyaan. Anda harus bisa menjawabnya dalam waktu 5 menit.
Jangan melihat jawaban yang telah tersedia. Jika tetap NEKAT, artinya anda telah berlaku CURANG!
Tulis setiap jawaban yang anda berikan baru kemudian bandingkan dengan hasilnya!
1. Beberapa bulan memiliki 30 hari, beberapa memiliki 31 hari. Ada berapa
bulan yang memiliki 28 hari?
2. Jika dokter memberikan 3 buah pil dan menyarankan anda untuk
mengkonsumsi satu pil dengan jarak waktu setengah jam, berapa lama
waktu yang anda butuhkan untuk menghabiskan seluruh pil tersebut?
3. Anda setiap malam berangkat tidur pukul 20.00, memutar weker ke angka
09.00 pagi. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk tidur sebelum
akhirnya terbangun oleh bunyi alarm?
4. Anda baru saja menggenggam sebuah korek api lalu memasuki ruangan.
Dalam ruangan tersebut terdapat pemanas minyak dan sebatang lilin. Benda
yang mana yang akan anda nyalakan terlebih dahulu?
5. Berapa banyak binatang dari setiap species yang dibawa Musa ke
bahteranya?
JAWABAN
• Ada 12 bulan yang memiliki 28 hari, karena semua bulan
memiliki 28 hari
• Satu jam. Jika anda mengkonsumsi obat tersebut pada pukul
01.00, pil yang lain pukul 01.30 dan yang terakhir tepat
pukul 02.00, berarti seluruh pil habis dalam jangka waktu
satu jam.
• Satu jam. Jam weker anda tidak bisa membedakan antara
pukul 09.00 pagi dengan pukul 09.00 malam
• Korek api. Anda tidak mungkin menyalakan yang lain tanpa
terlebih dahulu menyalakan korek api bukan?
• Tidak ada. Yang pergi naik bahtera adalah Nabi Nuh bukan
Nabi Musa.
UUD 45
Pasal 28H Pasal 33 Pasal 33 Pasal 33
ayat (1) ayat (1) ayat (3) ayat (4)

“Perkonomian nasional
“Perkonomian Nasional
diselenggarakan
diselenggarakan
berdasarkan atas
berdasarkan atas
“Setiap orang berhak demokrasi ekonomi
demokrasi ekonomi
hidup sejahtera lahir “Bumi dan air dan dengan prinsip
dengan pinsip
batin, bertempat kekayaan alam yang kebersamaan, efisiensi-
kebersamaan, efisiensi-
tinggal dan terkandung didalamnya berkeadilan,
berkeadilan,
mendapatkan dikuasai oleh negara dan berkelanjutan,
berkelanjutan,
lingkungan hidup yang dipergunakan untuk berwawasan lingkungan,
berwawasan
baik dan sehat serta sebesar-besar kemandirian, serta
lingkungan,kemandirian,
berhak memperoleh kemakmuran rakyat”. dengan menjaga
serta dengan menjaga
pelayanan kesehatan”. keseimbangan
keseimbangan kemajuan
kemanjuan dan
dan kesatuan ekonomi
kesatuan ekonomi
nasional”.
nasional.”
UUPPLH
No. 32 KepMENLH No.
13/MENLH/III/1995
Tahun 2009 Titik Penaatan (cerobong emisi)
dan BME Spesifik
Lainnya
============
BMEU PROVINSI
================ Persyaratan Teknis Cerobong
PERMENLH No. 13
Peraturan Tahun 2009 Lamp. IA
Pemerintah (BMEU GENSET)
Nomor 41 ================ Parameter Pemantauan Emisi Udara
Tahun 1999 Pedoman Teknis
Pengendalian Pemenuhan BMEU
Pencemaran Udara
Kepdal
No. 205/1996 Pelaporan Manual/CEM
===============
• Permen LH No. 07/2007 tentang Baku Mutu Emisi
Permen LH No. 4 Tahun 2014 Tidak Bergerak bagi Ketel Uap
KepMenLH No. 51 Tahun 1995 Kepmen No. 13 Tahun 1995 • Permen LH No. 21/2008 tentang Baku Mutu Emisi
KepMenLH No. 58 Tahun 1995 Kepdal No. 205 Tahun 1996 Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan
KepMenLH No. 42 Tahun 1996 jo Kepkadal No. 205 Tahun 1995 Pembangkit Tenaga Listrik Termal
KepMenLH No. 09 Tahun 1997 Kepmen No. 129 Tahun 2003 • Permen LH No. 13/2009 tentang Baku Mutu Emisi
KepMenLH No. 3 Tahun 1998 Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Migas
KepMenLH No. 52 Tahun 1995 PP. No. 41 Tahun 1999 • PERMENLH 12/2010 tentang Pelaksanaan
KepMenLH No. 28 Tahun 2003 Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah
KepMenLH No. 29 Tahun 2003

UDARA
KepMenLH No. 112 Tahun 2003 PP. No. 82 Tahun 2001

PP 101 TAHUN 2014


KepMenLH No. 113 Tahun 2003
KepMenLH No. 202 Tahun 2005 Kepdal No. 68 Tahun 1994
PerMENLH No. 05 Tahun 2007 Kepdal No. 01 Tahun 1995
PerMENLH No. 06 Tahun 2007 AIR LIMBAH B3 Kepdal No. 02 Tahun 1995
PerMENLH No. 10/2007 = PTA UUPLH Kepdal No. 03 Tahun 1995
Kepdal No. 04 Tahun 1995
dan PET
PerMENLH No. 10/2009 = 32/2009 Kepdal No. 05 Tahun 1995
Oleokimia
PerMENLH No. 10/2006 = Vinyl PP 101 Tahun 2014
Chloride Monumer dan PVC pengganti
Permen LH No. 8/2009 tentang PP No. 18 Tahun 1999
Baku Mutu Air Limbah
Juncto
Pembangkit Listrik Tenaga Termal AMDAL DUMPING PP No. 85 Tahun 1999
KE LAUT
Permen LH. No 12/2006 tentang
PP No. 19 Tahun 1999
PP No. 27 tahun 2012 Persyaratan dan Tata Cara
Izin Lingkungan Perizinan Pembuangan Air
Limbah ke Laut
UU NO
32/2009
PPLH

Pasal 20 Ayat (3)


Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah
ke media lingkungan hidup dengan persyaratan:
a.memenuhi baku mutu lingkungan hidup
b.mendapat izin dari Menteri,Gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
Pasal 71
• Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
• Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan
kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada
pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
• Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan pejabat pengawas lingkungan
hidup yang merupakan pejabat fungsional.
PENGAWASAN
(UU 32/2009)
• Pasal 112
Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan dan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72, yang mengakibatkan
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
• Pasal 116
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau
menggagalkan pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup
dan/atau pejabat penyidik pegawai negeri sipil dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah
UU No 32 TAHUN 2009
 masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui
baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.
1. Bertambahnya bahan/substrat fisika &
kimia ke udara, dlm jml tertentu  dpt
dideteksi oleh manusia  memberikan
efek pd manusia, hewan dan tumbuhan
(Chamber dlm Mukono 2005)
2. Adanya bahan polutan di atmosfir
dengan konsentrasi tertentu,
mengganggu keseimbangan dinamik
atmosfir  memp. efek thd manusia &
lingkungan (Kumar. 1982)
PARAMETER PENCEMAR
PP No. 41 tahun 1999

• Pada lingkungan (ambien) secara


umum: SO2, CO, NO2, O3 (oksidan), HC
(hidrokarbon), PM10 (partikel <10 um),
PM2,5 (partikel <2,5 um) , TSP (total
suspended particulate atau debu), Pb
(timah hitam) dan dustfall (debu)
• Pada daerah/kawasan industri spesifik:
total Flouride, Flour, Sulfat, Klorin dan
Klorin dioksida.
Parameter Pencemar Udara
• Bahan Pencemar Utama adalah polutan
polutan yang diemisikan langsung dari sumbernya.
Contoh : CO, SO2, Cl2, dan Debu
a) Sumber alamiah, seperti badai, letusan
gunung berapi, semburan gas alam dari bumi.
dan
b) Kegiatan manusia,
• Bahan Pencemar Sekunder adalah dihasilkan
dari pencampuran dan reaksi antar sesama polutan
atau dengan unsur atmosfir.
Contoh ; Ozon (O3) dan PAN (Peroxyacetil Nitrat)
yang terbentuk HC, NOx dan Oksigen.
PP 41/1999 –
Pengendalian Pencemaran Udara
Pasal 21: “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
mengeluarkan emisi dan/atau gangguan ke udara ambien wajib”:
– menaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, dan baku
tingkat gangguan yang ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan
yang dilakukan;
– melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara
yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;
 Pasal 22 ayat (1): “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
sumber tidak bergerak yang mengeluarkan emisi dan/atau gangguan wajib
memenuhi persyaratan mutu emisi dan/atau gangguan yang ditetapkan dalam
izin melakukan usaha dan/atau kegiatan”.
 Pasal 23: “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis
mengenai dampak lingkungan hidup dilarang membuang mutu emisi melampaui
ketentuan yang telah ditetapkan baginya dalam izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan”.
PP 41/1999
Pengendalian Pencemaran Udara
 Pasal 24 ayat (1): “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
memiliki AMDAL, maka pejabat yang berwenang menerbitkan izin usaha
dan/atau kegiatan mewajibkan penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan untuk mematuhi ketentuan baku mutu emisi dan/atau
baku tingkat gangguan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran udara akibat dilaksanakannya rencana usaha dan/atau
kegiatannya”.
 Pasal 25 ayat (1): “Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara dan/atau
gangguan wajib melakukan upaya penanggulangan dan
pemulihannya”.
 Pasal 30 ayat (1): “Setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dari
sumber tidak bergerak yang mengeluarkan emisi wajib menaati ketentuan
baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, dan baku tingkat
gangguan”.
PP 41/1999
Pengendalian Pencemaran Udara (Lanjutan)

 Pasal 39 ayat (1): “Setiap penanggungjawab usaha


dan/atau kegiatan dari sumber tidak bergerak yang
mengeluarkan gangguan wajib menaati ketentuan
baku tingkat gangguan”.
 Pasal 50 ayat (1): “Setiap orang atau penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan wajib menyampaikan
laporan hasil pemantauan pengendalian
pencemaran udara yang telah dilakukan kepada instansi
yang bertanggung jawab, instansi teknis, dan instansi
terkait lainnya.
BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL (PP 41/1999)
No. Parameter Waktu Baku mutu Matode Analisis Peralatan
Pengukuran
1 Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 900 μg/Nm3 Pararosaniline Spektrofotometer
24 jam 365 μg/Nm3
1 thn 60 μg/Nm3
2 Karbon Monoksida (CO) 1 jam 30.000 μg/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
24 jam 10 000 μg/Nm3
3 Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 400 μg/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
24 jam 150 μg/Nm3
1 thn 100 μg/Nm3
4 Oksidan (O3) 1 jam 235 μg/Nm3 Chemiluminescen Spektrofotometer
1 thn 50 μg/Nm3
5 Hidro Karbon (HC) 3 jam 160 μg/Nm3 Flame Ionization Gas
Chromatography
Partikulat < 10 um (PM10) 24 jam 150 μg/Nm3 Gravimetri Hi-Vol

6 Partikulat <2,5 um (PM2,5) 24 jam 65 μg/Nm3 Gravimetri Hi – Vol


1 thn 15 μg/Nm3

7 TSP (debu) 24 jam 230 μg/Nm3 Gravimetri Hi - Vol


1 thn 90 μg/Nm3
8 Timah Hitam (Pb) 24 jam 2 ug/Nm3 Gravimetri Hi-Vol
1 thn 1 ug/Nm3 Ekstraksi pengabuan AAS
BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL (lanjutan)
No. Parameter Waktu Pengukuran Baku mutu Matode Analisis Peralatan

9 Dustfall 30 hari 10 ton/km2/bulan Gravimetri Canister


(pemukiman)
20 ton/km2/bulan
(industri)

Total Fluorides 24 jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion


10 Impinger
(as F) 30 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode

LimedFilter
40 ug/100 cm2
11 Fluor Indeks 30 hari dari kertas limed Colourimetric Paper
filter
Chlorine &
Spesific Ion Impinger
12 Chlorine 24 jam 150 ug/Nm3
Electrode
Dioksida
Lead
13 Sulphat Indeks 30 hari 1 mg/SO3/100 cm2 Colourimetric Peroxide
Catatan : Candle
Nomor 10 s/d 13 hanya diberlakukan untuk daerah / kawasan Industri Kimia Dasar
Contoh : - Industri Petrokimia ; - Industri Pembuatan asam Sulfat
Lampiran PP.41/1999
KEPMEN LH NO. 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU
MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK
Pasal 2
(1) Baku mutu emisi sumber tidak bergerak untuk jenis kegiatan :
a. Industri besi dan baja sebagaimana tersebut dalam Lampiran IA
dan Lampiran IB;
b. Industri pulp and paper sebagaimana tersebut dalam Lampiran IIA
dan Lampiran IIB;
c. Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara
sebagaimana tersebut dalam Lampiran IIIA dan Lampiran IIIB
d. Industri semen sebagaimana tersebut dalam Lampiran IVA dan
Lampiran IVB

Pasal 3
(2) Selama baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum
ditetapkan, maka jenis kegiatan di luar jenis kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku baku mutu emisi sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran V Keputusan ini.
BAKU EMISI DAERAH
Kepmen LH No. 13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak

Pasal 5
(1) Apabila diperlukan, Gubernur dapat menetapkan
parameter tambahan diluar parameter sebagaimana
dimaksud dalam lampiran keputusan ini dengan persetujuan
Menteri;

(2) Gubernur dapat menetapkan baku mutu emisi untuk


jenis-jenis kegiatan di daerahnya lebih ketat dari
ketentuan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (1);

(3) Dalam menetapkan baku mutu emisi daerah sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dan (2), Gubernur
mengikutsertakan pihak-pihak yang
berkepentingan.
Lampiran I B
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI BESI DAN BAJA
Batas Maksimum
NO SUMBER Parameter
(mg/M3)
1 Penanganan bahan baku Total Partikel 150
(Raw Material Handling)
2 Tanur oksigen basa Total Partikel 150
(Basic Oxygen furnace)
3 Tanur busur listrik Total Partikel 150
(Electric Arc Furnace)
4 Dapur pemanas Total Partikel 150
(Reheating Furnace)
5 Dapur proses pelunakan baja Total Partikel 150
(Annealing Furnace)
6 Proses celup lapis metal Total Partikel 150
(Acid Pickling & Regeneration) Hydrochloric Acid Fume (HCl) 5

7 Tenaga ketel uap Total Partikel 230


(Power Boiler) Sulfur Dioksida (SO2) 800
Nitrogen Oksida (NO2) 1000
8 Semua sumber Opasitas 20%
Lampiran II B
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI PULP DAN
KERTAS
Batas Maksimum
NO SUMBER Parameter
(mg/M3)
1 Tungku Recovery (Recovery Total Partikel 230
Furnace) Total Sulfur Tereduksi 10
(Total Reduced Sulphur-TRS)
2 Tanur Putar Pembakaran Kapur Total Partikel 350
(Lime Kiln) Total Sulfur Tereduksi 28
(Total Reduced Sulphur-TRS)

3 Tangki Pelarutan Lelehan (Smelt Total Partikel 260


Disolving Tank) Total Sulfur Tereduksi 28
(Total Reduced Sulphur-TRS)
4 Digester Total Sulfur Tereduksi 10
(Total Reduced Sulphur-TRS)
5 Unit Pemutihan Klorin (Cl2) 10
Klorin dioksid (ClO2) 125
6 Tenaga Keteluan (Power Boiler) Total Partikel 230
Sulfur Dioksida (SO2) 80
Nitrogen Oksida (NO2) 1000
7 Semua sumber Opasitas 35 %
Lampiran III B
BAKU MUTU EMISI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA UAP BERBAHAN BAKAR BATU BARA

Catatan :
o Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
o Konsentrasi partikulat dikoreksi 3 % oksigen
o Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan tekanan 1 atm)
o Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelasi dengan
pengamatan total partikel
o Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan.
BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN
(berlaku efektif tahun 2000)

Catatan :
• Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
• Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan tekanan 1 atm)
• Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (kiln) dikoreksi sampai 7 % oksigen
• Standar diatas berlaku untuk proses kering
• Batas Maksimum total partikel untuk : (i) Proses basah = 250 mg/m3, (ii) Shaft kiln = 500 mg/m3
• Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelasi dengan pengamatan total partikel
• Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan.
Lampiran V B
BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN
(berlaku efektif tahun 2000)
Parameter Batas maksimum (mg/M3)
Bukan Logam
1. Ammonia (NH3) 0,5
2. Gas Klorin (Cl2) 10
3. Hidrogen Klorida (HCl) 5
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10
5. Nitrogen Oksida (NO2) 1000
6. Opsitas 35 %
7. Partikel 350
8. Sulfur Dioksida (SO2) 800
9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35

Logam
10. Air Raksa (Hg) 5
11. Arsen (AS 8
12. Antimon (Sb) 8
13. Kadmium (Cd) 8
14. Seng (Zn) 50
15. Timah Hitam (Pb) 12
KEPMEN No: 13 tahun 2009 Tentang Baku Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau kegiatan
Minyak dan Gas Bumi

Baku Mutu emisi kegiatan Minyak dan Gas bumi meliputi


jenis kegiatan :
 Eksplorasi dan Produksi Gas & Minyak Bumi
 Unit Pengolahan Minyak
 Kilang LNG
 Pengangkutan, Penyimpanan dan niaga minyak dan
gas bumi
I. KEGIATAN EKSPLORASI DAN
PRODUKSI
Baku Mutu Emisi
No. Sumber Bahan Bakar Parameter
(mg/Nm3)
1. Flare Stack Opasitas 40 %

Partikulat 300
Minyak
Sulfur dioksida (SO2) 1200
Boiler dan Steam Nitrogen oksida (NO2) 1400
2.
Generator Opasitas 40 %
Nitrogen oksida (NO2) 1000
Gas
Opasitas 40 %

Gas Nitrogen oksida (NO2) 400


3. Gas Turbin
Minyak Nitrogen oksida (NO2) 600
Total Reduced Sulphur
Gathering Station (TRS)
4. 100 (*)
Gas Vents
Hidrokarbon 5000 (**)

Catatan :
(*) Ground Level Concentration tidak boleh lebih dari 5 ppm
(**) Ground Level Concentration sesuai dengan Baku Mutu Udara Ambien di dalam lampiran PP 41/1999
Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan 1 Atm)
Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan
Pembakaran dengan bahan bakar gas dan minyak koreksi O2 sebesar 3 %
Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan.
II. KEGIATAN KILANG MINYAK
Bahan Baku Mutu Emisi
No Sumber Parameter
Bakar (mg/Nm3)

Partikulat 400
Sulfur dioksida (SO2) 1500
1. Catalitic Cracking Unit
Nitrogen oksida (NO2) 1000
Hidrokarbon 200

Partikulat 300
Minyak
Sulfur dioksida (SO2) 1200
Nitrogen oksida (NO2) 1400
2. Proses Heater Boiler
Opasitas 40 %
Nitrogen Oksida (NO2) 400
Gas
Opasitas 40 %
3. Flare Stack Opasitas 40 %
Semua sumber (kecuali
4. Opasitas 40 %
flare)
Gas Nitrogen Oksida (NO2) 400
5. Gas Turbin
Minyak Nitrogen Oksida (NO2) 600
Catatan :
- Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan 1 Atm)
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan;
- Pembakaran dengan bahan bakar gas dan minyak koreksi O2 sebesar 3 %
- Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan.
III. KEGIATAN KILANG LNG

Bahan Baku Mutu Emisi


No Sumber Parameter
Bakar (mg/Nm3)

Partikulat 300
Sulfur dioksida (SO2) 1200
1. Boiler
Nitrogen oksida (NO2) 1400
Opasitas 40 %

2. Flare Stack Opasitas 40 %


3. Gas Turbin Gas Nitrogen Oksida 400
Minyak (NO2) 600
Nitrogen Oksida
(NO2)

Catatan :
1. Volume gas dalam keadaan standar (25 oC dan 1 Atm)
2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan;
3. Pembakaran dengan bahan bakar gas dan minyak koreksi O2 sebesar 3 %
4. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan.
IV. KEGIATAN UNIT PENANGKAPAN
SULFUR

Sumber (ton/hari) Parameter Baku Mutu Emisi


Sulfur Plant Satuan : %
S – Feed Rate
<2 Sulfur Recovery 70
< 10 (minimum) 85
< 50 95
50 ke atas 97

Atau dengan persyaratan Satuan mg/Nm3


akhir SO2 2600

Catatan :
1. Volume gas dalam keadaan standar (25 ºC dan 1 Atm)
2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan;
3. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan
KEPMEN No: 13 tahun 2009 Tentang Baku Emisi Sumber Tidak
Bergerak Bagi Usaha dan/atau kegiatan Minyak dan Gas Bumi.
Kepmen No: 133 tahun 2004 tentang Baku Mutu Emisi
Bagi Kegiatan Industri Pupuk

Baku Mutu Emisi Bagi Kegiatan Industri Pupuk


meliputi :
1. Pupuk Amonium Sulfat (ZA);
2. Pupuk Urea
3. Pupuk Fosfat
4. Pupuk Asam Fosfat
5. Pupuk Majemuk - NPK
Baku Mutu Emisi untuk Pabrik
Pupuk Amonium Sulfat (ZA)
No. Sumber Parameter Baku Mutu (mg/Nm3)

1. Drier Scrubber Total partikel 250


Amoniak (NH3) 250

2. Saturator Amoniak (NH3) 300


3. Exhaust Gas Scrubber Amoniak (NH3) 250
4. Unit Asam Sulfat Sulfur dioksida (SO2) 1000
5. Gas Turbine/Waste Heat Boiler Nitrogen dioksida (NO2) 125

6. Semua sumber Opasitas 20 %


7. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler) Total Partikel 230
Sulfur dioksida (SO2) 800
Nitrogen dioksida (NO2) 1000
Opasitas 20 %
Baku Mutu Emisi untuk Pabrik
Pupuk Urea
Baku Mutu
No. Sumber Parameter
(mg/Nm3)

1. Primary reformer Nitrogen dioksida (NO2) 700

Total Partikel 250


2. Prilling Tower Granulasi
Amoniak (NH3) 300
Gas turbine/Waste Heat
3. Nitrogen dioksida (NO2) 125
Boiler

4 Semua sumber Opasitas 20 %

Total Partikel 230


Tenaga Ketel Uap (Power Sulfur dioksida (SO2) 800
5.
Boiler) Nitrogen dioksida (NO2) 1000
Opasitas 20 %
Catatan:
• Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2;
• Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atam);
• Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen;
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korektif
dengan pengamatan Total partikel;
- Bagi pabrik yang mengoperasikan CEM, wajib memenuhi minimal 95 % waktu operasi normal selama 3 (tiga) bulan.
Baku Mutu Emisi untuk
Pabrik Pupuk Fosfat
Baku Mutu
No. Sumber Parameter
(mg/Nm3)
1. Penyimpanan Bahan/Ball Mill Total Partikel 200
Total Partikel 200
2. Unit Granulasi
Fluor 10
Total Partikel 200
3. Unit Reaksi
Fluor 10
4 Semua sumber Opasitas 20 %
Total Partikel 230
Tenaga Ketel Uap (Power Sulfur dioksida (SO2) 800
5.
Boiler) Nitrogen dioksida (NO2) 1000
Opasitas 20 %
Catatan :
• Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2;
• Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atam);
• Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen;
• Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korektif dengan
pengamatan Total partikel;
• Bagi pabrik yang mengoperasikan CEM, wajib memenuhi minimal 95 % waktu operasi normal selama 3 (tiga) bulan.
Baku Mutu Emisi untuk Pabrik Pupuk Asam
Fosfat dan Hasil Samping
No. Sumber Parameter Baku Mutu (mg/Nm3)

1. Penyimpanan Bahan / Ball Mill Total partikel 200

2. Fume Scrubber (asam fosfat) Fluor 10

3. Gas Scrubber Total Partikel 200


(aluminium fluoride) Fluor 10
4. Unit Asam Sulfat Sulfur dioksida (SO2) 1000

5. Dust Scrubber Total Partikel 200


(cement retarder) Fluor 10
6. Semua sumber Opasitas 20 %

7. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler) Total Partikel 230


Sulfur dioksida (SO2) 800
Nitrogen dioksida (NO2) 1000
Opasitas 20 %
Catatan :
- Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2;
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atam);
- Untuk pengukuran gas dikoreksi sebesar 7 % oksigen;
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh hubungan korektif dengan pengamatan Total
partikel;
- Bagi pabrik yang mengoperasikan CEM, wajib memenuhi minimal 95 % waktu operasi normal selama 3 (tiga) bulan.
PERATURAN PERUNDANGAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
terkait GANGGUAN

1. KEPMENLH 48/1996 tentang Baku Tingkat


Kebisingan
2. KEPMENLH 49/1996 tentang Baku Mutu Getaran
3. KEPMENLH 50/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebauan.
Kepmen Lh No. Kep-48/MENLH/XI/1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan
BAKU TINGKAT KEBISINGAN
BAKU TINGKAT KEBAUAN
 LANDASAN  PERSYARATAN
HUKUM TEKNIS
PERSYARATAN TEKNIS
Setiap penanggungjawab jenis kegiatan wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1. membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana
pendukung dan alat pengaman;
2. memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar
dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi yang
tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin;
3. melakukan pencatatan harian hasil emisi yang
dikeluarkan dari setiap cerobong emisi;
4. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud kepada Gubernur dengan tembusan kepada
Kepala badan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga)
bulan;
5. melaporkan kepada Gubernur serta Kepala Badan
apabila ada kejadian tidak normal dan/atau dalam
keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi
dilampaui
LANJUTAN…
6. wajib memasang Continuous Emissions Monitoring (CEM) pada
cerobong tertentu yang pelaksanaanya dikonsultasikan dengan Menteri
dan bagi cerobong yang tidak dipasang peralatan CEM wajib dilakukan
pengukuran manual dalam waktu 6 (enam) bulan sekali (industri pupuk,
semen, besi baja, pulp dan kertas, minyak dan gas);

7. wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan setiap 3 bulan sekali


baik dari peralatan CEM kepada Gubernur/Bupati/Walikota tembusan
kepada Menteri

8. dilarang melakukan pembakaran terbuka (open Burning) dari Burn pit

9. wajib melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber yang berpotensi


sebagai sumber fugitive emission.
LANJUTAN…

10. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap


cerobong paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap
tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi kurang dari 6 (enam)
bulan

11. menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi

12. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap


cerobong paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap
tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi selama 6 (enam) bulan
atau lebih

13. melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil


PENGENDALIAN KUALITAS UDARA EMISI
KOMPONEN METODE
TINDAKAN
FASILITAS PENGAWASAN

• Periksa kondisi fisik sumber emisi dan


Sumber Emisi Inspeksi catat jumlah cerobong emisi yang
dimiliki.

• Periksa apakah setiap cerobong telah


dilengkapi lubang sampling dan
posisi lubang sampling telah sesuai
dengan Kepdal 205/1996.
Cerobong Inspeksi • Periksa apakah setiap cerobong telah
dilengkapi sarana pendukung
sampling emisi (tangga, landasan
kerja, pagar pengaman dan sumber
listrik).
PENGENDALIAN KUALITAS UDARA EMISI
KOMPONEN METODE
TINDAKAN
FASILITAS PENGAWASAN
Alat pengendali Inspeksi • Periksa apakah memiliki alat
udara emisi pengendalian pencemaran udara pada
cerobong, seperti: Wet Scrubber, DeNOx,
DeSOx, Catalitic Conventer, Cyclone, Bag
House
Continuous Inspeksi • Periksa apakah memiliki alat CEM
Emission (Continuous Emission Monitoring) pada
Monitoring salah satu stack.
(CEM) • Periksa kinerja alat pengendali
pencemaran udara/CEM dari control
room.
• Periksa parameter apa saja yang dapat
dimonitor oleh CEM dan periksa data
CEM untuk harian, bulanan dan 3
bulanan serta berapa kali melebihi Baku
Mutu Emisi Udara.
KEWAJIBAN Cerobong
• Sarana Pendukung Sampling
• Alat Pengaman

Pengelolaan Emisi • Tidak melampaui BME

• Beban Pencemar Tertinggi


• Beroperasi Terus Menerus
Memasang CEMS • Kapasitas >25 MW
• Kapasitas < 25 MW Bahan Bakar mengandung 2%
Sulfur
• SO2, NOx, Opasitas, O2, CO, Laju Alir
Parameter CEMS • Menghitung CO2 dan Total Partikulat  CEMS

• SOx, NOx, Total Partikulat, Opasitas, Laju Alir dan O2


Parameter Manual • Paling sedikiit satu kali dalam 6 bulan oleh
Laboratorium Akreditasi

• Menghitung beban emisi untuk parameter SOx, NOx,


Beban Emisi Total Partikulat dan CO2 setiap satuan produksi listrik
• Melaporkan sekali setahun

• Mengacu Format Pelaporan lampiran VII


Pelaporan Manual • Setiap 6 bulan sekali

• Setiap 3 bulan sekali


Pelaporan CEMS • Bupati/Walikota tembusan Gubernur dan Menteri LH

• Memiliki sisitem QA/QC


Operasi CEMS • Menghitung Beban Emisi untuk parameter SO2, NOx,
Total Partikulat dan CO2

Kondisi Tidak • Melaporkan Jangka Waktu 7 x 24 jam kepada Menteri


dan Instansi terkait.
Normal/Darurat • Menangani sesuai SOP
PERSYARATAN TEKNIS PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA

Kepdal 205 tahun 1996 tentang


Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak
Bergerak

Sarana Penunjang
Lubang Sampling
Pengambilan Sampel
Persyaratan Teknis Penempatan Lubang
Sampling

Beberapa persyaratan teknis


sebagai berikut:
• Untuk stack yang berbentuk
lingkaran, penentuan lubang
sampling adalah berada
diantara minimal 8 x diameter
stack untuk down stream dan
2 x diameter stack up stream
• Diameter lubang pengambilan
sampel sekurang-kurangnya 4
inch atau 10 cm atau
tergantung alat pengambilan
sampel.
• Lubang pengambilan sampel
harus menggunakan tutup
dengan sistem plat flange
yang dilengkapi dengan baut.
• Arah lubang pengambilan
sampel tegak lurus terhadap
dinding cerobong.
Platform pengukuran
sampel udara emisi
10 cm
UKURAN DAN PENEMPATAN
LUBANG SAMPLING
Ø : 10 cm / 4 Inchi

2D

L
W

2 De 8D

De = 2 x L x W__ D =Diameter Dalam Cerobong


L+W

8 De

Bag House
Filter

Bag House Filter

2 De

De = 2 x D x d__
2D

D+d
8D
Silentser

2D 8D
8 De
Silentser

Genset /
Boiler
Genset /
Boiler
ESP
PERSYARATAN TEKNIS PENEMPATAN
LUBANG SAMPLING

Untuk stack yang berbentuk leher angsa dan tidak memungkinkan untuk dibuat
lubang sampel secara vertikal, maka lubang sampel dapat horisontal dengan
catatan panjang pipa minimal 10 kali diameter dalam
2D

8D

Silentser

2D 8D
Silentser

Genset Genset
/ Boiler / Boiler
Persyaratan Teknis Penempatan Lubang
Sampling

Untuk stack yang


berpenampang empat
persegi panjang, dapat
ditentukan dengan
diameter ekuivalen
(De) sebagai berikut:

De = 2 LW / (L + W)

Ket: De = diameter ekuivalen


L = panjang cerobong
W = lebar cerobong
Persyaratan Teknis Penempatan
Lubang Sampling
Untuk stack yang berbentuk kerucut atau memiliki
diameter dalam lebih kecil (d) dari diameter dalam
aliran bawah (D) dapat ditentukan dengan diameter
ekuivalen (De) sebagai berikut:

De = 2 dD / (D + d)

Ket: De = diameter ekuivalen


D = diameter dalam cerobong bawah
d = diameter dalam cerobong atas.
d

2D 2De 2D
2De

8D

8D
8De
8De

D W
L

D atau d = Diameter Dalam De=2 x d x D / (D+d)


De=2LW/(L+W)
Diameter Ekivalen
 Cerobong dengan diamater berbeda

De = 2 x d x D / ( D + d )
De : diameter ekivalen
D : diameter bagian bawah
d : diameter bagian atas

 Cerobong berbentuk persegi panjang

De = 2 LW / (L + W)
De : diameter ekivalen
L : panjang penampang cerobong
W : lebar penampang cerobong
UKURAN DAN PENEMPATAN
LUBANG SAMPLING
Contoh Perhitungan:

Cerobong emisi berbentuk bulat dengan diameter bagian


bawah besar dan mengecil pada bagian atas. Diameter
bagian bawah : 1 meter dan bagian atas 0.50 meter,

Rumus yang digunakan:


De=2 x d x D / (D+d)
De = 2x1x0.5 / (1+0.50) = 1 / 1.5 = 0.67
Posisi lubang sampling 8De dan 2 De =
8 x 0.67 = 5.36 dan 2 x 0.67 = 1.34

Jadi letak lubang sampel pada posisi diantara 5.36 meter dari
bawah dan 1.34 meter dari atas cerobong.
METODE EMISI SECARA KONTINYU
(CONTINUOUS EMISSION MONITORING)

Metode Ekstraksi
Sampler probe

a. Metode Ekstraksi Sinyal Listrik


Gas buang diambil oleh probe
sampel dari cerobong dan sampel
gas dikirim ke gas analyzer (yang Gas Analyzer Panel

berlokasi di ruang kontrol) melalui


pipa sampel gas yang dilengkapi
dengan heater untuk mencegah Cerobong Gas Standard
terjadinya kondensasi.
Lokasi dekat cerobong Control room

Metode In Situ
b. Metode Insitu Opacity Sample probe
Gas buang langsung diukur di Analyzer

cerobong dan keluarnya sudah SO2, NOx


Analyzer
berupa sinyal analog yang akan Data
Udara Kompresor
dievaluator (yang berlokasi di akuisisi
Switching
ruang kontrol) sehingga hasil
akhirnya dapat dibaca. Work Station

Cerobong
Gas Standard
Lokasi dekat cerobong Control room
METODE EMISI SECARA KONTINYU
(CONTINUOUS EMISSION MONITORING)
Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

Persyaratan lainnya yang wajib dilaksanakan oleh setiap


penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, antara lain
meliputi:
 Periode pemantauan;
 Penetapan lokasi pemantau emisi dan udara ambien;
 Pemasangan alat pemantauan kualitas udara emisi (CEM);
 Pengambilan contoh uji dan analisis kualitas emisi gas buang;
 Persyaratan cerobong, meliputi:
 Pengaturan cerobong.
 Lubang sampling.
 Sarana pendukung.
 Unit pengendalian pencemaran udara, meliputi:
 Electrostatic Precipitator.
 Siklon.
 Pengumpul proses basah (Wet Process Collector)
 Cartridge Collector
 Baghouse.
Metode Manual USEPA

SNI
Metode EMISI

Parameter Metode CEMS


Opasitas Gravimetric
SO2 Fluorescence
NOx Chemiluminescence
CO NBIK
Laju Alir Pytot Tube
O2 Galvanis Cell

Parameter Metode Manual


Total Partikulat Isokinetik
SO2 Turbidimetri
NOx Phenol Disulfonic Acid
Opasitas Ringglemann Chart
 LANDASAN  PERSYARATAN
HUKUM TEKNIS


PENGENDALIAN
Pengendalian Kualitas Udara

KOMPONEN METODE
TINDAKAN
FASILITAS PENGAWASAN
Sumber Emisi Inspeksi • Periksa kondisi fisik sumber emisi dan catat
jumlah cerobong emisi yang dimiliki.
Cerobong Inspeksi • Periksa apakah setiap cerobong telah
dilengkapi lubang sampling dan posisi lubang
sampling telah sesuai dengan Kepdal 205/1996.
• Periksa apakah setiap cerobong telah
dilengkapi sarana pendukung sampling emisi
(tangga, landasan kerja, pagar pengaman dan
sumber listrik).
Pengendalian Kualitas Udara
KOMPONEN METODE
TINDAKAN
FASILITAS PENGAWASAN
Alat pengendali Inspeksi • Periksa apakah memiliki alat pengendalian
udara emisi pencemaran udara pada cerobong, seperti: Wet
Scrubber, DeNOx, DeSOx, Catalitic Conventer,
Cyclone, Bag House
Continuous Inspeksi • Periksa apakah memiliki alat CEM
Emission (Continuous Emission Monitoring) pada salah
Monitoring satu stack.
(CEM) • Periksa kinerja alat pengendali pencemaran
udara/CEM dari control room.
• Periksa parameter apa saja yang dapat
dimonitor oleh CEM dan periksa data CEM
untuk harian, bulanan dan 3 bulanan serta
berapa kali melebihi Baku Mutu Emisi Udara.
Teknologi pengendali Particulate

• Settling chambers
• Cyclones
• ESPs (electrostatic precipitators)
• Spray towers
• Venturi scrubbers
• Baghouses (fabric filtration)
103
Settling Chambers
• “Knock-out pots”
• Simple, murah, tidak ada pergerakan
parts
• Effisiensi kurang
– Hanya partikulat ukuran besar
• Menghasilkan solid-waste stream
– Dapat di Reused

104
Cyclones
• Murah, tidak ada pergerakan parts
• Lebih efisien daripada settling chamber
– Baik juga untuk larger particles
• Design Single cyclone or multi-clone
– Seri atau paralel
• Menghasilkan padatan-waste stream

105
106
107
ESPs
• Electrostatic precipitator
• Lebih Mahal untuk di install,
• Listrik sebagai major operating cost
• Efficiency lebih tinggi daripada cyclones
• System dry atau wet
• Pembersihan pelat-pelat dengan ketukan
• Menghasilkan solid-waste stream

108
Electrostatic Precipitator

109
Spray Towers
• Air atau cairan lain “washes out” Particullate Matter
• Lebih murah dari ESP tapi lebih baik dari cyclone, pressure drop rendah
• Konfigurasi bervariasi
• Efficiency tinggi dari cyclones
• Menghasilkan aliran polusi air
• Dapat juga menyerap gaseous pollutants seperti (SO2)

110
111
Venturi Scrubber
• Intensitas kontak tinggi antara air dan gas yang menghasilkan => high
pressure drop
• Venturi bisa dimodifikasi dengan spray tower
• Efficiency removal tinggi untuk particles kecil
• Menghasilkan water pollution stream
• Dapat menyerap gaseous pollutants (SO2)

112
Detail illustrates cloud atomization from high-velocity gas stream shearing liquid at throat
Baghouses
• Fabric filtration – vacuum cleaner
• Efisiensi removal tinggi untuk small particles
• Tidak cocok untuk wet- or aliran temperatur tinggi
• Penggunaan fabric bags untuk menyaring PM
• Operasi murah (process based)
• Pembersihan kantung 2 secara periodic dengan guncangan atau air pulse
• Menghasilkan solid-waste stream

113
Penempatan Baghouse

114
Pulse-Air-Jet Type
Baghouse

115
Cyclone Electrostatic Presipitator

NOx Water Block yang terdiri NOx Water


Wet Scrubber Twin Filter dan NOx Water Pump
Controlling Gaseous Pollutants

• Opsi-opsi pengendalian pencemaran :


– Physical
– Chemical
– Biological
• Filosofi dari end-of-pipe treatment
– Pengumpulan aliran buangan gas
– Penambahan alat pengendali pada titik sumber emission

117
Scrubbers / Absorbers

• SO2 removal: “FGD” (Flue Gas Desulfurization)


– Larutan penyerap Lime/soda ash/citrate
– Menghasilkan by-product atau solid waste stream
• NOx removal—catalytic dan non-catalytic
– Catalyst : Memfasilitasi reaksi Kimia
– Larutan Penyerap Ammonia
– Teknologi untuk mengontrol proses yang sesuai
• CO & CO2 removal
• VOC removal

118
Oksidasi Thermal
Perubahan Kimia = pembakaran
CO2 dan H2O sebagai hasil pembakaran ideal sebagai
products akhir dari semua process
Flares (untuk tujuan emergency)
Incinerators
Langsung
Catalytic = meningkatkan efisiensi reaksi
Recuperative: Transfer panas antara inlet /exit gas
Regenerative: mengganti ceramic beds yang tahan
panas, melepaskan aliran udara untuk re-use panas

119
Oksidasi Catalytic

120
Oksidasi Thermal

121
Carbon Adsorption
• Baik untuk organics polutan (VOCs)
• Baik VOCs dan carbon dapat di recover saat regenerasi Carbon (steam stripping)
• Physical capture
– Adsorption
– Absorption

122
 LANDASAN  PERSYARATAN
HUKUM TEKNIS


PENGENDALIAN
 PENGAWASAN
PENGAWASAN (Permen LH 56/2002)
Kewajiban yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pengendalian
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.

Tujuan pengawasan Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan


lingkungan hidup hidup dan pemantauan lingkungan sebagaimana
tercantum dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak
adalah untuk Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pemantauan
memantau, Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
mengevaluasi dan (UPL) atau persyaratan lingkungan yang tercantum
menetapkan status dalam izin yang terkait
ketaatan
Sasaran pengawasan lingkungan hidup adalah untuk
penanggung jawab
mendapatkan data dan informasi secara umum berupa
usaha dan atau fakta-fakta yang menggambarkan kinerja atau status
kegiatan terhadap ketaatan suatu usaha dan atau kegiatan terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang pengendalian
pencemaran lingkungan dan atau kerusakan lingkungan
hidup, serta perizinan terkait
Target Operasi” (disingkat “TO”)

 Pasal 44 ayat (1) PP 41/1999 sebagai berikut:


“Menteri melakukan pengawasan terhadap
penaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran udara”,
 “target operasi” (disingkat “TO”), adalah
penanggung jawab dari suatu usaha dan atau
kegiatan
Tolok Ukur Ketaatan

Sedangkan tolok ukur ketaatan tersirat dalam rumusan tujuan


pengawasan lingkungan hidup, yakni status ketaatan terhadap
kewajiban yang tercantum dalam :
1. peraturan perundang-undangan,
2. dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL), atau
3. persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin yang
terkait.
 Indikator Penaatan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak
Satu dari beberapa tolok ukur penaatan adalah
I persyaratan pembuangan emisi ke lingkungan udara,
P antara lain kewajiban mentaati baku mutu emisi.
N
E Batas kualitatif meliputi parameter kualitas dan tingkatan
D satuannya,
N batas kuantitatif meliputi kadar dan/atau beban
I
A pencemaran.
K  Indikator Penaatan Persyaratan Teknis Cerobong
A
A Posisi/lokasi serta diameter lubang sampling pada
T cerobong merupakan salah satu tolok ukur penaatan
T yang harus dipenuhi, begitu juga sarana pendukung
A
O sampling lainnya seperti: lantai kerja, tangga, pagar
N pengaman dan sumber listrik.
R Persyaratan lokasi lubang sampling dan diameter serta
sarana pendukung sampling adalah Kepka BAPEDAL No.
205/1996.
 Indikator Penaatan Frekuensi Pemantauan Emisi serta
Pelaporan
Kewajiban melakukan pemantauan emisi sumber tidak
I
P bergerak secara periodik .
N  Pemantauan emisi secara terus-menerus (kontinyu)
E bagi cerobong emisi yang diwajibkan memasang alat
D
N pemantau secara kontinyu
I  pemantauan emisi sekurang-kurangnya setiap 6
A
K (enam) bulan sekali.
A
A
T  Indikator Penaatan Kondisi Tidak Normal dan Darurat
T
A Kewajiban untuk melaporkan dalam jangka waktu yang
O telah ditetapkan apabila terjadi kondisi tidak normal dan
N
R kondisi darurat sehingga baku mutu emisi dilampaui
PERSIAPAN (PRA INSPEKSI)
Penyusunan Rencana Inspeksi
Persiapan Lapangan
Administrasi
 Rencana inspeksi dan iteneraries
 Mengirimkan surat secara tertulis
pemberitahuan  Mengumpulkan data yang berkaitan
rencana dengan kegiatan
pemantauan  ANDAL, RKL-RPL
kepada  Peraturan-praturan terkait
pemrakarsa  Lap Triwulan/Semester
 Koordinasikan  Peta lokasi, peta pengambilan
maksud sampel, layout pabrik, skema
pemantauan pengolahan limbah
lapangan kepada  Dokumen perijinan
Bapedalda  Laporan kinerja PROPER
setempat sebelumnya
(mekanisme Focal  Menyiapkan peralatan yang akan
Point) dibawa: kamera/ handycam, dll
 Penyiapan rencana  Melihat apakah kegiatan ini pernah
anggaran dilakukan pengawasan terdahulu-->
konsultasikan
TAHAP PELAKSANAAN PENGAWASAN DI DALAM
AREA USAHA/KEGIATAN

1. Proses dan Prosedur Masuk ke Perusahaan


2. Pertemuan pendahuluan
3. Pengumpulan data dan informasi terkait dengan
pengendalian pencemaran udara. Pengumpulan
data dan informasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain melalui wawancara
(tanya jawab), menyalin/mengcopy dokumen,
merekam audio atau video serta melakukan
dokumentasi melalui foto.
4. Pertemuan Penutup
TAHAP PELAKSANAAN PENGAWASAN DI DALAM
AREA USAHA/KEGIATAN

Data dan informasi yang perlu dikumpulkan yaitu :


1. Komitmen perusahaan terhadap pengelolaan
lingkungan.
2. Proses produksi.
3. Sumber–sumber kegiatan yang berpotensi
menghasilkan emisi udara.
4. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan emisi
(data teknis tentang sarana dan prasarana
pengolahan emisi).
5. Data swapantau emisi udara secara manual dan
kontinyu.
6. Penaatan terhadap baku mutu emisi sesuai dengan
RKL & RPL atau UKL & UPL atau kewajiban dan
larangan yang tercantum dalam izin.
1. Cek data Gas atau Partikulat saat itu
2. Cek grafik gas/partikel yang dibuang beberapa hari atau minggu terakhir
3. Minta data asli grafik sebelum direkap
4. Perhatikan angka parameter apakah melebihi baku mutu atau tidak
5. Cek data opasitas dan debu yang dikeluarkan pada layar monitor
6. Minta salinan grafik yang datanya melebihi baku mutu
7. Cek apakah ada pelaporan jika terjadi kondisi emergensi yang
menyebabkan baku mutu terlampaui.
PENGAMBILAN SAMPEL EMISI DAN
KUALITAS UDARA AMBIEN DI LAPANGAN
PERSIAPAN:
Identifikasi jenis sumber dan karakteristik emisi yang akan diambil sampelnya , check parameter-parameter dalam Baku
Mutu Emisi yang sesuai.
Karakteristik emksi akan mempengaruhi persiapan alat dan bahan yang harus dipersiapkan , metode yang digunakan
serta identifikasi waktu yang diperlukan

Metode pengambilan contoh uji dan analisa emisi udara sebagai berikut:
Metode penentuan tempat pengambilan contoh uji titik-titik lintas dalam emisi sumber tidak bergerak.
Metode penentuan kecepatan aliran dan tingkat aliran volumetrikgas dalam emisi sumber tidak bergerak.
Metode penentuan komposisi dan berat molekul gas dalam emisi sumber tidak bergerak.
Metode penentuan kandungan uap airgas buang dalam cerobong dari emisi sumber tidak bergerak.
Metode pengujian kadar partikulat dalam emisi sumber tidak bergerak ecara isokinetik.
Metode pengujian opasitas dalam emisi sumber tidak bergerak secara visual.
Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam emisi sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer
secara Turbidimetri.
Metode pengujian kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam emisi sumber tidak bergerak secara Tetrimetri.
Metode pengujian kadar Nitrogen Oksida (NOx) dalam emisi sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer
secara Kolorimetri.
Metode pengujian kadar Total Sulfir Tereduksi (TRS) dalam emisi sumber tidak bergerak secara Oksida Termal.
Metode pengujian kadar Klorin dan Klor Dioksida (Cl2 dan ClO2) dalam emisi sumber tidak bergerak secara Titrimetri.
Metode pengujian kadar Hidrogen Klorida (HCL) emisi sumber tidak bergerak dengan alat Spektrofotometer secara
Merkuri Tiosianat.
Metode pengujian kadar Hidrogen Klorida (HCL) emisi sumber tidak bergerak secara Titrimetri.
KEGIATAN DALAM PENGAWASAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA : PENGAMBILAN FOTO

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGAMBILAN FOTO:


– Memberitahukan kepada pihak industri akan diadakan pengambilan foto.
Bila pihak industri menolak, maka dibuat BA Penolakan, apabila pihak
industri menolak BA penolakan, maka PPLH minta bantuan pihak
berwajib untuk meminta pihak industri menandatangani BA penolakan.
– Set tanggal dan jam pada kamera sesuai dengan waktu pengawasan
– Obyek yang dipotret harus menggambarkan kondisi senyatanya.
– Menghindari pemotretan pada daerah yang berbahaya.

OBYEK PENGAMBILAN FOTO:


– Penyimpanan Bahan Baku/Bahan Kimia.
– Proses Produksi
– Boiler
– Genset
– Cerobong Masing-masing Sumber Emisi
– Kegiatan Lain Yang Menghasilkan Emisi
PELANGGARAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
DI LAPANGAN

Tidak Semua Emisi Dikelola/Dikendaliakan Serta Dibuang


Melalui Cerobong.
Tidak Memiliki Lubang Pengambilan Sampel Emisi
Penganbilan sampel emisi dengan menggunakan tubing
tanpa dilengkapi dengan heating element
Posisi Lubang Sampling Tidak Sesuai Aturan
Cerobong Emisi Tidak Dilengkapi Sarana Pengendalian
Pencemaran Udara
Tidak Semua Cerobong Dipantau
Periode Pemantauan
Parameter Yang Dipantau Tidak Sesuai Dengan Parameter
Baku Mutu
Tidak Melaporkan Kejadian Darurat
BERITA ACARA
PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP

Pada hari ini, ……………., tanggal …………....…....… bulan……...………… tahun .............................., pukul ……..............… WIB, di
Kabupaten/Kota............................Provinsi.............................., kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : …………………………………
Instansi : ………………………………….

NIP/No. PPLHD : ………………………………….


Pangkat/Gol. : …………………………………
Jabatan : …………………………………
Beserta anggota pengawas:
NIP/PPLHD Jabatan
1. ....................... .........../.......... ...................................
2. ....................... .........../.......... .....................................
secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap:

Perusahaan : ...............................................................
Alamat : ...............................................................
Pihak Perusahaan .........................................................................
Nama: ......................................................................................
Jabatan: .....................................................................
Pengawasan yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap Pengendalian Pencemaran Udara.
Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Pihak
Daerah Provinsi Kabupaten/Kota Perusahaan

Nama : ………………….. Nama: ……………..….. Nama : ……………


Ttd: ………………………. Instansi: ……………….. Ttd: …………………

Ttd: ……………………..
Lampiran Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
Perusahaan : ……………………………………………………………………
Hari/Tanggal : ……………………………………………………………………

Ringkasan TEMUAN LAPANGAN:


1) PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
2) LAIN-LAIN
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
RENCANA TINDAK:
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
Mengetahui:
Petugas Perusahaan : (..................................................) Petugas inspeksi (PPLHD):
(..................................................)
Pemeriksaan Fasilitas Pengendalian
Pencemaran Udara

• Pemeriksaan terhadap sumber-sumber emisi mulai


dari ruang proses produksi, kegiatan utilitas seperti
steam boiler, power boiler, boiler oil thermal
heater, genset, power plant, tungku pembakaran.
• Pemeriksaan kondisi seluruh cerobong, baik dari
proses produksi maupun kegiatan utilitas.
• Pemeriksaan tersedianya sarana pendukung
sampling emisi seperti lubang sampling, tangga,
lantai kerja, pagar pengaman dan sumber listrik
pada cerobong
BEBERAPA ALAT
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Cyclone
Electrostatic
Precipitator

Baghouse Filter
PEMERIKSAAN SUMBER EMISI
UDARA
Industri Besi dan Baja Industri Pulp dan Kertas Industri Semen
Kegiatan Eksplorasi dan Kegiatan Kilang Minyak
Produksi

Kegiatan Kilang LNG


KEGIATAN UNIT
PENANGKAP SULFUR
KEGIATAN FUEL
BLENDING
2xD
PEMERIKSAAN
8xD
CEROBONG
Untuk cerobong yang berbentuk lingkaran, penentuan titik
lubang sampling adalah berada diantara minimal 8 x
diameter stack (ds) untuk down stream dan 2x diameter stack
(Ds) untuk upstream

Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup


dengan sistem pelat flange yang dilengkapi dengan
baut Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus
dinding cerobong

Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-


kurangnya 10 cm atau 4 inci.

Pemeriksaan Sarana Pendukung Sampling


Lubang Sampling, Tangga, Lantai Kerja, Pagar
pengaman dan Sumber Listrik
Sistem Pengendalian Pencemaran Udara di Pabrik Peleburan

Canopy
Cerobong

Bag House
Filter
Bag House Filter Pabrik Peleburan

Debu dari Bag House Filter


Bag House Fillter yang tidak
mempunyai
Cerobong
Cerobong Bag House Filter Pabrik Peleburan
Cerobong Bag House Filter Pabrik Peleburan
Sistem Pemantauan emisi secara kontinu (CEM)
Perbaikan Sistem Pengendalian Pencemaran udara pabrik peleburan

Penutupan
kebocoran
Debu di tanur
utama

Pembuatan cerobong di Bag House Filter


Sumber Emisi Pabrik Pupuk Urea

Lubang sampling Cerobong Prilling Tower


Sumber Emisi Pabrik Pupuk Urea

PRIMARY REFORMER PACKAGE BOILER WHB


Kondisi ekstrim di cerobong
pabrik semen Alat Pengendali Debu EP (Electrostatic
Precipitator)
Kondisi Cerobong yang Tidak Sesuai dengan Peraturan

Penempatan lubang sampling yang belum Cerobong yang belum dilengkapi


sesuai peraturan Sarana pendukung sampling
Cerobong boiler industri sawit

Cerobong steam industri sawit


Cerobong genset
Cerobong dryer industri karet

Tungku pembakaran janjang kosong


Cerobong Kegiatan Pembangkit Energi
Cerobong Kegiatan Pertambangan
Genset stand by dengan cerobong yang pendek
dan diameter kecil, kurang ideal untuk pengukuran
emisi gas buang
CEROBONG KEGIATAN MIGAS
Aliran proses pembuangan
Ujung cerobong dan sarana pendukung
Sarana platform
Cerobong dengan sarana lengkap
• Cerobong belum dilengkapi sarana dan prasarana
• Cerobong telah dilengkapi sarana dan prasarana
• Sampling hole tepat di dua sisi horisontalnya
• CEM yang dipasang untuk memantau continuously
• CEM yang dilengkapi dengan standar untuk kalibrasi
Tabel. Pengawasan Fasilitas Pengelolaaan Emisi Udara
KOMPONEN
TINDAKAN
FASILITAS
 Periksa kondisi fisik sumber emisi pada penanganan bahan baku, proses produksi, dan
utilitas.
Contoh :
Sumber emisi dari Utilitas : Boiler
Sumber Emisi
Catat jumlah dan jenis boiler (oil boiler/termo boiler atau steam boiler) serta kapasitas
masing masing boiler.
Jenis bahan bakar yang digunakan
Catat jumlah cerobong emisi yang dimiliki.
 Periksa jumlah cerobong .
 Periksa apakah setiap cerobong telah dilengkapi lubang sampling dan posisi lubang sampling
telah sesuai dengan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman
Cerobong Teknis Pengendalian Pencemaran Udara.
 Periksa apakah setiap cerobong telah dilengkapi sarana pendukung sampling emisi (tangga,
landasan kerja, pagar pengaman dan sumber listrik).
 Periksa apakah lubang sampling sudah memenuhi persyaratan teknis.
Alat pengendali  Periksa apakah memiliki alat pengendalian pencemaran udara pada cerobong.
udara emisi  Periksa jenis alat pengendali dan apakah alat pengendali berfungsi dengan baik.

 Periksa apakah memiliki alat CEM (Continuous Emission Monitoring) pada cerobong..
Continuous
 Periksa kinerja alat pemantau pencemaran udara/CEM dari control room.
Emission
 Periksa parameter apa saja yang dapat dimonitor oleh CEM dan periksa data CEM untuk
Monitoring (CEM)
harian, bulanan dan 3 bulanan serta berapa kali melebihi Baku Mutu Emisi Udara.
REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN
SUMBER EMISI DI LAPANGAN

Spesidikasi Cerobong Sarana Pendukung Sampling


Tinggi
Lubang
Sumber Emisi –
No Bentuk D/De H Sample Lubang Lantai Keterangan
Kapasitas Kode Alat PPU Flange Tangga Koordinat Pagar
Crb (cm) (m) dari Sampling Kerja
Elbow
(m)
1 Multi Fuel Boiler Posisi ducting
(MFB) horizontal
Kapasitas: ton/jam Persegi 2 º 27’ 47.0”LU Dilengkapi CEM
Bahan bakar: SP 26 De=260 9.5 2.5 EP ada Ada ada ada ada Sudah sesuai Kepka
panjang 99 º 11’ 49.0”BT
bark,peat,palm Bapedal 205 Tahun
shell,palm caul. 1996
2 Recovery Boiler (RB) Posisi ducting
Kapasitas: ton/jam horizontal
Bahan bakar: high Persegi 2 º 27’ 49.2”LU Dilengkapi CEM
black liquor SP 25 De=270 12.3 15 EP ada Ada ada ada ada Sudah sesuai Kepka
panjang 99 º 11’ 50.7”BT
Bapedal 205 Tahun
1996
3 Common MFB dan RB
Kapasitas Dilengkapi CEM
Bahan bakar :sama 2 º 27’ 47.1”LU Sudah sesuai
Bulat SP 27 De=340 100 55 ada Ada ada ada ada
dengan MFB dan RB 99 º 11’ 50.5”BT Kepka Bapedal
205 Tahun 1996
4 Lime Kiln
Kapasitas :230 ton/day Dilengkapi CEM
Bahan bakar : MFO 2 º 27’ 53.1”LU Sudah sesuai
Bulat SP 28 D=1000 30.6 8 EP ada Ada ada ada ada
dan coal gas 99 º 11’ 51.6”BT Kepka Bapedal
205 Tahun 1996
PEMERIKSAAN
STATUS KETAATAN
DATA SWA PANTAU

No NAMA SUMBER EMISI STATUS PEMANTAUAN Keterangan


1. Boiler Orica 1 Data semester II ‘09 Memenuhi BME

2. Boiler Orica 2 Data semester II ‘09 Memenuhi BME

3. Genset TB 3 Data Semester II ’09 & Semester I Memenuhi BME


‘10
4. Genset LBTT 1 Data Semester II ’09 & Semester I Memenuhi BME
‘10
5. Genset LBTT 2 Data Semester II ’09 & Semester I Memenuhi BME
‘10
6. Genset LBTT 3 Data Semester II ’09 & Semester I Memenuhi BME
‘10
PERHITUNGAN BEBAN EMISI
PADA SAAT PENGAWASAN
Perkiraan Beban Emisi

Data hasil sampling Faktor Emisi Engineering Approach,


emisi Analisis
(suatu faktor yg memperkirakan bahan/senyawa
jumlah pencemar yg diemisikan dari
aktivitas tertentu)
Laju beban emisi dari perhitungan:

Laju Beban Emisi


E = A x EF x (1 - dihitung secara
ER/100) stoikiometrik
E = Beban Emisi
A = Aktivitas
FE = Faktor Emisi (spesifik utk
kegiatan tertentu)
Diperlukan data sampling ERDiperlukan
= Efisiensi Reduksi
faktor emisi dan Diperlukan analisis
dari setiap sumber untuk data aktivitas komposisi bahan yang
setiap parameter (faktor emisi tersedia dari digunakan dan
(apakah data tersedia?) literatur, data aktivitas dari survey perhitungan
lapangan) stoikiometrik
PERHITUNGAN BEBAN EMISI
PADA SAAT PENGAWASAN
Estimasi Beban Emisi
Menggunakan Data Sampling Emisi, Stack Sampling
Penentuan Beban Emisi
Data Cerobong
 Dimensi stack (cerobong): h (tinggi, m) , d (diameter,m)
 untuk menentukan luas penampang
 A = ¼  d2 =  r2 (penampang lingkaran)
 A = (Panjang x lebar) (penampang segi empat)
 Kecepatan laju alir gas buang di cerobong : V(m/detik)
 Laju alir gas buang : Q = V. A
= (m/detik) . (m2) = (m3/detik)

Konsentrasi parameter gas buang : C (mg/m3)


Beban emisi : E = C . Q
= (mg/m3) . (m3/detik) = (mg/detik)
Beban emisi : mg / detik dikonversi ke kg/tahun
(mg/detik) * 10-6(kg/mg)* 3600(detik/jam)*Opr (jam/tahun)
5. Pengambilan Contoh Uji Emisi Udara
Pengambilan contoh uji emisi udara diambil pada cerobong
kegiatan yang diduga berpotensi adanya pelanggaran atau
berpotensi besar/dominan mencemari udara dan cerobong yang
telah ditetapkan oleh pemerintah daerah

 Cerobong yang akan diukur adalah cerobong yang dominan


memberikan kontribusi emisi terbesar, dengan melihat
kapasitas produksi di unit tersebut dan spesifikasi dari
cerobong
 Pemilihan cerobong ditentukan sebelum tim ke lapangan.
 Periksa kinerja dari sistem alat pengendalian pencemaran
udara di semua proses melalui control room.
6.Pemeriksaan Pelaksanaan pemantauan

• Secara manual (dengan bantuan


laboratorium eksternal yang sudah
terakreditasi atau rujukan gubernur)

• Secara otomatis dengan peralatan CEM


yang terpasang langsung dicerobong
yang dapat langsung menyajikan data
kualitas emisi tiap jam.
7. Pemeriksaan Pelaporan hasil pemantauan

• Laporan 3 bulanan, yang meliputi :


Pelaporan dari hasil pemantauan
peralatan Continuous Emission
Monitoring (CEM);
• Laporan 6 (enam) bulanan (Manual),
yang dilakukan oleh pihak ke III;
• Laporan terjadinya kasus/kerusakan.
PELAKSANAAN PENGAWASAN DI LUAR AREA
USAHA/KEGIATAN

Sebagai contoh misalnya sasaran pengawasannya adalah


untuk mengetahui penaatannya terhadap baku mutu udara
ambien, dan akibat serta dampak dari emisi partikulat debu
perusahaan TO (industri semen).
– Lihat apakah diatap bangunan rumah ada debu semen yang
menempel sehingga atap rumah terlihat berwarna putih abu-abu;
– Lihat apakah hasil pemantuan kualitas udara ambien untuk
parameter Total Suspended Partikulate (TSP) memenuhi baku mutu
udara ambien;
– Apakah frekuensi pemantauan dilakukan secara periodik sesuai
ketentuan dalam AMDAL/UKL/UPL.
– Lakukan pengambilan sampel untuk mengetahui kadar Total
Suspended Particulate (TSP) di udara ambien dengan menggunakan
alat High Volume Sampler yang diletakkan diluar area pabrik dan
dioperasikan selama 24 jam. Pengambilan sampel TSP dapat
dilakukan oleh Laboratorium yang ditunjuk sebelum pengawasan
dilaksanakan.
PEMBUATAN BERITA ACARA
Hal- hal yang perlu ditulis dalam berita acara adalah :
1. Ringkasan tentang profil industri.
2. Ringkasan tentang proses produksi.
3. Ringkasan tentang pengendalian pencemaran udara.
4. Uraian tentang temuan lapangan.
5. Melampirkan foto-foto hasil temuan di lapangan.
6. Ringkasan pelaksanaan rencana tindak (sesuai dengan Berita Acara pada kunjungan
lapangan sebelumnya).
7. Uraian tentang rencana tindak .
8. Denah lokasi adanya pelanggaran–pelanggaran (bila perlu disertakan titik koordinat).
9. Tanda tangan pihak penanggungjawab kegiatan serta semua pengawas;
10. Berita acara pengambilan sampel emisi udara;
11. Bila pihak industri menolak petugas lapangan, maka penanggungjawab kegiatan perlu
menandatangani Berita Acara Penolakan.
12. Bila pihak industri melarang petugas pengawas melakukan pengambilan sampel emisi
udara serta pengambilan gambar/photo maka kondisi tersebut perlu ditulis dalam
berita acara pengawasan atau menandatangani Berita Acara Penolakan Pengambilan
Sampel Emisi serta menandatangani Berita Acara Penolakan Pengambilan
Gambar/photo.
PASCA PENGAWASAN

• Pengolahan data dan informasi hasil


pengawasan
• Penyusunan laporan pengawasan
• Penyusunan rekomendasi (rencana
tindak) pengawasan
Tabel : Beberapa Contoh Jenis Rekomendasi Tindak
Lanjut Pengawasan
No Jenis pelanggaran sesuai dengan temuan lapangan. Rekomendasi Keterangan

 Industri yang telah melaksanakan surat perintah melakukan Masih perlu Penerbitan Surat
tindakan tertentu tetapi masih belum taat terhadap peraturan dibina Pembinaan oleh
perundangan. Kepala Dinas/Badan
 Tidak mengerti tentang kewajiban- kewajiban yang harus sebagai bukti
dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. pembinaan
 Melakukan semua kewajiban yang diatur oleh peraturan tetapi
masih belum taat.

 Tidak melakukan pengendalian pencemaran udara. Layak diberi Sanksi administrasi


 Memiliki sarana pengendalian pencemaran tetapi dengan sengaja sanksi berupa Surat teguran
tidak melakukan kewajiban. administrasi atau peringatan
 Tidak melakukan salah satu kewajiban yang diatur oleh peraturan dapat berupa Surat
perundangan terkait dengan pengendalian pencemaran udara. Perintah Melakukan
 Dari hasil pemantauan kualitas emisi udara yang dibuang ke Tindakan Tertentu
lingkungan secara berturut- turut hampir semua parameter yang diterbitkan oleh
melampaui Baku Mutu sesuai dengan peraturan perundangan Kepala Dinas/Badan
yang berlaku. atau oleh
 Menolak / menghalangi petugas pengawas melakukan Bupati/Walikota .
pengawasan.
Tabel : Beberapa Contoh Jenis Rekomendasi Tindak
Lanjut Pengawasan

No Jenis pelanggaran sesuai dengan temuan lapangan. Rekomendasi Keterangan

 Dengan sengaja tidak melakukan kewajiban- kewajiban Pencabutan Izin Surat Pemberian
yang diatur oleh peraturan perundangan yang berlaku. atau larangan Sanksi diterbitkan
 Tidak ada perubahan peningkatan kinerja pengendalian membuang oleh Bupati
udara secara signifikan (hampir semua parameter limbah ke /Walikota.
melebihi Baku Mutu) sesuai dengan berita acara lingkungan
terdahulu atau sesuai dengan surat peringatan maupun
surat perintah melakukan tindakan tertentu yang
diterbitkan oleh pemerintah.
 Terbukti dengan sengaja tidak
mengindahkan/mengabaikan Surat Peringatan /
Teguran.
 Tidak memiliki dokumen pengolahan lingkungan .
 Ada hubungan sebab akibat antara pelanggaran Baku
Mutu dan terjadinya pencemaran lingkungan.
Laporan PROPER

• Hasil evaluasi dan verifikasi PPU dan PPA


– Ketaatan terhadap titik penaatan
– Ketaatan terhadap pelaporan
– Ketaatan terhadap parameter Baku Mutu
– Ketaatan terhadap pemenuhan Baku Mutu
– Ketaatan terhadap ijin
– Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis
SANGGAHAN

• Perusahaan diberi waktu 1 – 2 minggu untuk


menyatakan sanggahan ke KLH apabila ada,
• Sanggahan diterima atau tidak dibahas di pier
review KLH, Pemerintah daerah
• Pengajuan hasil sanggahan ke Dewan
Pertimbangan PROPER
• Hasil akhir ditetapkan oleh Menteri
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat
Amrizal TANJUNG
HP/Wa : 081316480767
amrizalmas@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai