Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA


Jalan Negara Lintas Timur Km.112 Tiuh Tohou Kecamatan Menggala
Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Kode Pos 34596
TELP. (0726) 211131 FAX (0726) 21222
Email: rsudmenggala@yahoo.co.id Website:http://www.rsudmenggala.blogspot.com

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG
NOMOR : 02i TAHUN 2023

TENTANG
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA KABUPATEN TULANG
BAWANG ;
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan rumah sakit
yang bersih, sehat dan memberikan rasa nyaman bagi
pasien, pengunjung maupun pegawai dan untuk mencegah
terjadinya Infeksi Terkait Layanan Kesehatan di lingkungan
RSUD Menggala Kabupaten Tulang Bawang , maka
dipandang perlu menyusun kebijakan Pengelolaan
Kesehatan Lingkungan;
b. bahwa untuk mewujudkan kegiatan sebagaimana
dimaksud huruf a, perlu ditetapkan Kebijakan Pengelolaan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah
Menggala Kabupaten Tulang Bawang dalam Keputusan
Direktur;

Mengingat : 1. Undang– Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Baku
Mutu Emisi Mesin Dengan Pembakaran Dalam;
Memperhatikan : 1. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Republik Indonesia Nomor
Kep-205/Bapedal/07/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak;
2. Worth Health Organization, Tahun 1999, Safe Management
of Wastes From Health-Care Activities;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG TENTANG
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA KABUPATEN
TULANG BAWANG ;

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. RSUD Menggala Kabupaten Tulang Bawang adalah Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang selanjutnya disebut RSUD
Menggala yang merupakan rumah sakit rujukan Regional III di Provinsi
Lampung untuk memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi;
2. Instalasi Penyehatan Lingkungan adalah suatu instalasi di rumah sakit yang
bertanggung jawab atas pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit;
3. Infeksi Terkait Layanan Kesehatan adalah infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga
infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan;
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat;
5. Kesehatan Lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia;
6. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan
rumah sakit;
7. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah
sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif;
8. Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang bangunan
yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan;
9. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan;
10. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi
ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko minimal untuk
terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja;
11. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu
kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang
mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar;
12. Udara Ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir
yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan
dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan
hidup lainnya;
13. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman
yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan; makanan
dan minuman yang dijual di dalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari
luar rumah sakit;
14. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu;
15. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan;
16. Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pengolahan makanan;
17. Air minum adalah air ayng melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum;
18. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas;
19. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan non-medis;
20. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi;
21. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya;
22. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan;
23. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi, dan pembuatan obat citotoksik;
24. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3;
25. Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung pathogen (bakteri,
virus, parasit atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk
menyebabkan penyakit pada pejamu yang rentan;
26. Limbah patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia dan
bangkai hewan, darah, dan cairan tubuh;
27. Limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum
yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang
tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat;
28. Limbah kimia adalah limbah yang mengandung zat kimia yang berbentuk padat,
cair maupun gas (yang berasal dari aktifitas diagnostic dan eksperimen serta
dari pemeliharaan kebersihan, aktifitas keseharian dan pemberian desinfektan)
yang memiliki sedikitnya satu dari beberapa sifat berikut, diantaranya toksik
korosif (pH <2 atau pH>12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak, bereaksi
dengan air, rawan goncangan) dan genotoksik;
29. Limbah yang mengandung logam berat adalah limbah yang mengandung logam
berat dengan konsentrasi tinggi;
30. Limbah kontainer bertekanan adalah kemasan bekas penyimpanan gas yang
bertekanan yang dapat meledak jika terbakar atau gas bocor;
31. Limbah benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau
luka tusuk antara lain jarum, jarum suntik, scalpel dan jenis belati lain, pisau,
peralatan infuse, gergaji, pecahan kaca, dan paku;
32. Limbah genotoksik/sitotoksik mencakup bekas/sisa obat-obatan sitostatika
tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien yang diterapi dengan obat-obatan
sitostatik, zat kimia, maupun radioaktif;
33. Limbah radioaktif adalah limbah padat, cair dan gas yang terkontaminasi
radionuklida;
34. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),
menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle);
35. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan;
36. Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam
boiler), pengering, meja dan meja setrika;
37. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya
untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya
sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit;
38. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi
oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi
dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi;
39. Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara
fisik dan kimiawi;
40. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan
cara fisik dan kimiawi;

BAB II
TUJUAN

Pasal 2
Tujuan Kebijakan Pengelolaan Kesehatan Lingkungan RSUD Menggala Kabupaten
Tulang Bawang adalah :
1. Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan dan meningkatkan pengelolaan
kesehatan lingkungan RSUD Menggala Kabupaten Tulang Bawang ;
2. Sebagai acuan dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan RSUD
Menggala Kabupaten Tulang Bawang ;
3. Sebagai acuan dalam menyusun regulasi terkait pengelolaan kesehatan
lingkungan di RSUD Menggala Kabupaten Tulang Bawang ;
BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 3
Ruang Lingkup Kebijakan Pengelolaan Kesehatan Lingkungan RSUD Menggala
Kabupaten Tulang Bawang meliputi :
1. Kebijakan Umum;
2. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit;
3. Penyehatan Lingkungan Kerja;
4. Monitoring Kualitas Makanan dan Minuman;
5. Monitoring Kualitas Udara Emisi dan Ambien;
6. Penyehatan Air Bersih;
7. Pengelolaan Linen;
8. Pengelolaan Limbah Padat dan Cair;
9. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
10. Pengelolaan Limbah B3 non infeksius menjadi Limbah Non B3;
11. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya;
12. Pemantauan Kualitas Sterilisasi;
13. Keselamatan Pasien;
14. Pengendalian Mutu;
15. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;

BAB IV
PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Pasal 4
1. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan bertujuan mencegah terjadinya infeksi
nosokomial dan memberikan rasa nyaman bagi pasien dan pegawai;
2. Petugas Unit Sanitasi bekerja sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
(SPO);
3. Dalam melakukan kegiatan, petugas Unit Sanitasi harus memakai Alat
Pelindung Diri (APD) sesuai ketentuan yang berlaku;
4. Pelaksanaan kebersihan ruangan, kebersihan taman dan lingkungan sekitarnya
dilakukan oleh Pihak Ke Tiga;
5. Pengambilan limbah padat medis dan non medis dilakukan oleh Pihak Ke Tiga
beserta penyediaan troli secara terpisah (limbah padat medis dan limbah padat
non medis);
6. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang tidak dapat diolah
di RSUD Menggala Kabupaten Tulang Bawang akan diserahkan ke Pihak Ke Tiga
yang sudah mendapatkan ijin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK);
7. Pemeriksaan kualitas kesehatan lingkungan kerja, kualitas makanan dan
minuman, kualitas air bersih (termasuk air olahan HD), kualitas air limbah (di
IPAL), kualitas badan air penerima output IPAL, kualitas sterilisasi, rectal swab,
udara ambien, udara emisi incinerator, udara emisi genzet, kualitas bakteriologi
udara ruangan dan pemeriksaan kualitas linen dilakukan Pihak Ke Tiga sesuai
dengan jadwal;
8. Pelaksanaan pengendalian hama dan binatang pengganggu dilakukan oleh Pihak
Ke Tiga;
9. Wajib melaporkan kepada Direktur tentang hasil pemantauan kesehatan
lingkungan dan indikator mutu setiap bulan;
10. Wajib membuat laporan tentang pelaksanaan kegiatan Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL) kepada Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang setiap semester;

BAB V
PENYEHATAN RUANG BANGUNAN DAN HALAMAN RUMAH SAKIT

Pasal 5
Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
1. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir;
2. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok;
3. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup;
4. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup,
tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman;
5. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah;
6. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah;
7. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan.

Pasal 6
Kesehatan Lingkungan Kerja/ Ruang Bangunan
1. Ventilasi bangunan rumah sakit memenuhi ketentuan:
a. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang
dengan baik;
b. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai;
c. Bila ventilasi alamiah tidak cukup harus dilengkapi dengan penghawaan
buatan / mekanis;
d. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukkan ruangan;
2. Kualitas Udara Ruang diperiksa dengan parameter bakteriologi sesuai peraturan
yang berlaku;
3. Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus
sesuai dengan peruntukkannya;
4. Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut :
a. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium,
perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi
di ruang-ruang tersebut;
b. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
(minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit;
c. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai ketentuan yang
berlaku;
Pasal 7
Pemeliharaan Kebersihan Ruang Bangunan
1. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari;
2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/
merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter, kunjungan
keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan;
3. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel)
yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat;
4. Pada setiap ruang disediakan perlengkapan pel tersendiri;
5. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun
dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar;
6. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
dibersihkan dengan menggunakan antiseptik;

Pasal 8
Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi harus memenuhi ketentuan sebagai berikiut:
1. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih;
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang, dan
mudah dibersihkan;
3. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (khususnya untuk unit rawat inap
dan kamar karyawan harus tersedia kamar mandi);
4. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi terhubung ke IPAL;
5. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
kamar operasi, dan ruang khusus lainnya;
6. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar;
7. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanit, unit rawat inap
dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung;
8. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan;

BAB VI
HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN MINUMAN

Pasal 9
Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman dilakukan dengan cara :
1. Pemeriksaan kualitas makanan secara biologi dan kimia;
2. Pemeriksaan kualitas minuman secara biologi dan kimia;
3. Pemeriksaan kualitas alat makan dan/atau peralatan masak secara biologi;
4. Pemeriksaan rectal swab penjamah makanan.

BAB VII
MONITORING KUALITAS UDARA EMISI DAN AMBIEN

Pasal 10
1. Pemantauan udara emisi dalam rangka pentaatan ketentuan baku mutu emisi
dilakukan minimal 6 bulan sekali;
2. Dalam rangka pemantauan kualitas udara emisi, maka diwajibkan memenuhi
ketentuan :
a. Membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung
meliputi lubang pengambilan contoh uji, tangga lantai kerja (platform),
aliran listrik dan alat pengaman;
b. Memasang unit pengendalian pencemaran udara;
c. Melakukan pengukuran secara manual dan pengujian emisi setelah kondisi
proses stabil;
3. Pemantauan udara ambien dalam rangka pentaatan ketentuan baku mutu
ambien dilakukan minimal 6 bulan sekali;
4. Pertimbangan dalam menetapkan lokasi pemantauan ambien meliputi : arah
angin, tata guna lahan, tinggi cerobong, luas sebaran bahan pencemar;
5. Titik pemantauan kualitas udara ambien minimum 2 titik dengan
mengutamakan pada daerah pemukiman atau tempat-tempat sensitive;

BAB VIII
PENYEHATAN AIR

Pasal 11
1. Air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara
berkesinambungan;
2. Kualitas air bersih memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang berlaku;
3. Kualitas air olahan memenuhi ketentuan yang berlaku;
4. Pengawasan kualitas air dilakukan dengan cara :
a. Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air sesuai dengan
peraturan;
b. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium; dan
c. Saran / tindak lanjut terhadap perbaikan kualitas air.
5. Pemeriksaan kimia air minum dan/atau air bersih dilakukan minimal 2 (dua)
kali setahun;
6. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik terutama pada
air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi, dan
ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada kran-kran
sepanjang sistem distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain yang rawan
pencemaran;
7. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemeriksaan laboratorium;
8. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang
menyimpang dari standar maka harus dilakukan pengolahan sesuai parameter
yang menyimpang.

BAB IX
PENGELOLAAN LIMBAH

Pasal 12
Pengelolaan Limbah Padat
1. Rumah sakit melakukan minimalisasi limbah dengan:
a. Melakukan reduksi limbah dimulai dari semua unit yang menghasilkan
limbah;
b. Melakukan pengelolaan dan pengawasan penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dan beracun;
c. Melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi;
d. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang;
2. Melakukan pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
a. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari unit yang menghasilkan
limbah;
b. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah
yang tidak dimanfaatkan kembali;
c. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah yang anti bocor,
anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka;
d. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali;
e. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi sesuai;
f. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah;
g. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
diberi label bertuliskan ”Limbah Sitotoksis”.
3. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di
Lingkungan Rumah Sakit;
a. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup;
b. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam;
c. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit;
d. Pengelola harus mengumpulkan dan mengmas pada tempat yang kuat.
4. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus
Pengolahan dan Pemusnahan;
a. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan;
b. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat
yang ada, dengan pemanasan menggunakan autoklaf atau dengan
pembakaran menggunakan incinerator.

Pasal 13
Pengelolaan Limbah Padat Non Medis
1. Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam;
2. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna
hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang ”domestik” warna
putih;
3. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor per-block
grill, perlu dilakukan pengendalian lalat;
4. Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20
ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan
pengendalian;
5. Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang
pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali;
6. Pengolahan dan Pemusnahan Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-
medis harus dilakukan sesuai persyaratan kesehatan;
Pasal 14
Pengelolaan Limbah Cair
1. Kualitas efluen limbah cair rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai peraturan
yang berlaku;
2. Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimapangannya;
3. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup,
kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan
saluran air hujan;
4. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi
persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan
air limbah perkotaan;
5. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian
limbah yang dihasilkan;
6. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah
harus dilengkapi/ditutup dengan gril;
7. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan
yang berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
8. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap
bulan sekali untuk swapantau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 15
Pengelolaan Limbah Gas
1. Limbah Gas Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah
medis padat dengan insinerator mengacu pada peraturan yang berlaku;
2. Melengkapi incinerator dengan pengolah emisi (wet scrubber);
3. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi
gas oksigen dan dapat menyerap debu;

BAB X
PENGELOLAAN LINEN

Pasal 16
1. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran
yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan tersedia disinfektan;
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis
linen yang tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen yang
berbeda;
3. Tersedia mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non infeksius;
4. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan air
limbah;
5. Ruangan terpisah antara ruang linen kotor dan linen bersih;
6. Pengelolaan terhadap linen
a. Pengumpulan, dilakukan :
1) Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber
dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya;
2) Menghitung dan mencatat linen di ruangan;
b. Penerimaan
1) Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan
non-infeksius;
2) Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin
cuci dan kebutuhan deterjen dan disinfektan.
c. Pencucian
1) Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan muntahan
kemudian merendamnya dengan menggunakan disinfektan;
2) Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya.
d. Pengeringan linen setelah dicuci menggunakan mesin pengering.
e. Penyetrikaan linen yang sudah kering dilakukan penyetrikaan.
f. Penyimpanan dilakukan dengan cara:
1) Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya;
2) Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah;
3) Pintu lemari selalu tertutup.
g. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan
sesuai kartu tanda terima;
h. Pengangkutan
1) Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan
kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor;
2) Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen
bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan
setelah digunakan mengangkut linen kotor;
3) Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh bersamaan;
4) Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus menggunakan
mobil khusus.
i. Sortir Linen
Sortir linen dilaksanakan saat pelipatan untuk mengetahui linen kondisi
lbaik, rusak ringan atau rusak berat. Rusak ringan bila linen masih dapat
dijahit ulang, sedangkan linen rusak berat bila tidak dapat dilakukan
penjahitan ulang, dan/atau noda bandel.
j. Pemeliharaan Linen
Pemeliharaan linen dilakukan jika dalam keadaan rusak ringan, dilakukan
perbaikan dengan cara penjahitan ulang.
k. Pembuatan Linen
Pembuatan linen dilakukan jika pengadaan linen masih berupa kain.
Dilakukan penambahan linen untuk menggantikan linen rusak atau
penambahan pelayanan.
l. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus menggunakan
pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala, serta dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis
B.

BAB XI
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Pasal 17
Pengelolaan Limbah B3
1. Identifikasi dan inventarisasi limbah B3 meliputi jenis, jumlah dan lokasi;
2. Penanganan limbah B3;
3. Penyimpanan limbah B3;
4. Penggunaan APD dan prosedur penanganan tumpahan/paparan/pajanan
limbah B3;
5. Pemberian label/rambu-rambu pada limbah B3;

6. Pelaporan dan investigasi tumpahan/paparan limbah B3 dan insiden lainnya;


7. Membuat dokumentasi dan/atau melengkapi perijinan dan/atau dokumen
kerjasama terkait limbah B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku;
8. Sumber Limbah B3 yang dikelola:
a. Sumber dari proses produksi
1) Limbah infeksius dan/atau sitotoksik yang berasal dari seluruh kegiatan
medis di rumah sakit;
2) Sludge IPAL yang berasal dari kegiatan pengolahan limbah cair medis
rumah sakit;
3) Fixer dan developer yang berasal dari kegiatan di Radiologi;
4) Residu abu yang berasal dari kegiatan Incinerator;
5) Obat dan bahan kimia kadaluwarsa berasal dari instalasi farmasi;
b. Sumber dari luar proses produksi
1) Lampu bekas mengandung logam berat;
2) Baterai bekas mengandung logam berat;
3) Majun terkontaminasi berasal dari IPS;
4) Cadridge;
9. Limbah B3 dikategorikan menurut kategori WHO yaitu terdiri dari:
a. Infeksius;
b. Patologis dan anatomi;
c. Farmasi;
d. Bahan Kimia;
e. Logam berat;
f. Kontainer bertekanan;
g. Benda tajam;
h. Genotoksik/sitotoksik;
i. Radioaktif;

BAB XII
PENGENDALIAN SERANGGA, TIKUS DAN
BINATANG PENGGANGGU LAINNYA

Pasal 18
1. Kepadatan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks kontainer harus 0 (nol).
2. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan
nyamuk masuk ke dalam ruangan, terutama di ruangan perawatan.
3. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutana pada dapur,
gudang makanan, dan ruangan steril;
4. Tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus terutana pada daerah
bangunan tertutup (core) rumah sakit;
5. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah sakit;
6. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing;
7. Pencegahan populasi nyamuk dilakukan dengan cara:
a. Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Mengubur,
Menguras, Menututp (3M);
b. Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam keadaan
tertutup;
c. Pembersihan tananam sekitar rumah sakit secara berkala yang menjadi
tempat perindukan;
d. Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu
terutama di ruang perawatan anak;
8. Pencegahan populasi kecoa dilakukan dengan cara:
a. Menyimpan bahan makanan dan amkaan siap saji pda tempat tertutup;
b. Mengelola sampah sesuai persyaratan kesehatan;
c. Menututp lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam
ruangan.
9. Pencegahan populasi tikus dilakukan dengan cara:
a. Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon,
pintu, dan jendela.
b. Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
10. Pencegahan populasi lalat dan binatang pengganggu dilakukan dengan cara
melakukan pengelolaan makanan dan sampah/limbah yang memenuhi syarat
kesehatan;
11. Pemberantasan populasi nyamuk dilakukan dengan cara:
a. Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp. > 0
dengan abatisasi;
b. Melakukan pemberantasan larva/jentik dengan menggunakan predator;
c. Melakukan oiling untuk memberantas culex;
d. Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di rumah sakit, maka
perlu dilakukan pengasapan (fogging) di rumah sakit;
12. Pemberantasan populasi kecoa dilakukan dengan cara:
a. Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu membersihkan telur
yang terdapat pada celah-celah dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa
dimusnahkan dengan dibakar/dihancurkan;
b. Pemberantasan kecoa secara kimiawi dengan cara menggunakan insektisida
dengan pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan;
13. Pemberantasan populasi tikus dilakukan dengan cara melakukan
pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan perangkap;
14. Pemberantasan populasi lalat dilakukan bila kepadatan lalat di sekitar tempat
sampah (perindukan) melebihi 2 (dua) ekor per block grill maka dilakukan
pengendalian lalat secara fisik, biologik, dan kimia;
15. Pemberantasan populasi binatang pengganggu lainnya dilakukan dengan
cara penangkapan dan dibuang jauh dari rumah sakit;
16. Pemantauan dan evaluasi pengendalian serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya dilakukan setiap bulan;

BAB XIII
PEMANTAUAN KUALITAS STERILISASI

Pasal 19
Pemantauan dan evaluasi kualitas sterilisasi dilakukan oleh petugas UNIT SANITASI
yang kompeten setiap 6 bulan sekali dan pengaturan lebih lanjut akan diatur dalam
keputusan direktur;
BAB XIV
KESELAMATAN PASIEN

Pasal 20
1. Petugas Unit Sanitasi melaksanakan tugas sesuai dengan SPO;
2. Memantau pelaksanakan pengelolaan kebersihan ruangan dengan baik sesuai
ketentuan yang berlaku;
3. Memantau pelaksanakan pembersihan lingkungan luar ruangan sehingga dapat
mengurangi populasi serangga yang menimbulkan penyakit (nyamuk dan lalat);
4. Melaksanakan pengelolaan kualitas air bersih sesuai dengan standar;
5. Melaksanakan pengelolaan linen sesuai standar;
6. Memantau pelaksanaan pengumpulan limbah medis tajam, tidak tajam dan cair
sesuai ketentuan;
7. Melaksanakan penyaluran dan pengolahan limbah cair sesuai dengan
ketentuan;
8. Memantau pelaksanaan pengangkutan dan melaksanakan pengolahan limbah
medis sesuai dengan ketentuan;
9. Memantau pelaksanaan pengendalian serangga dan binatang pengganggu;
10. Membuat jadwal pemantauan air olahan RO untuk Hemodialisa;
11. Melaksanakan pemantauan secara berkala ke Laboratorium Lingkungan pada:
a. Kualitas makanan, minuman dan alat makan pasien dan bayi;
b. Pemeriksaan penjamah makanan (rectal swab);
c. Kualitas linen pasien (post cuci, setrika, dan sterilisasi);
d. Kualitas air bersih;
e. Kualitas air limbah terolah;
f. Kualitas emisi incinerator;
g. Kualitas udara ambien rumah sakit;
h. Kualitas udara ruang, kualitas lantai, dinding, AC dan bed bayi;
i. Kualitas sterilitas peralatan kedokteran.

BAB XV
PENINGKATAN MUTU

Pasal 21
1. Kebijakan Peningkatan Mutu Pelayanan
a. Kepala Unit Sanitasi Rumah Sakit wajib menetapkan Indikator Mutu
pelayanan dan dilakukan pemantauan, pengukuran serta evaluasi secara
berkala dan dilaporkan kepada Direktur;
b. Kepala Unit Sanitasi membuat Program Peningkatan Mutu Unit;
c. Pencatatan dan Pelaporan semua kegiatan pengelolaan kesehatan lingkungan
dilaporkan secara berkala kepada Direktur.
2. Kebijakan Peningkatan Mutu Sarana dan Prasarana
a. Setiap peralatan kerja harus dioperasionalkan sesuai SPO yang berlaku;
b. Setiap peralatan kerja dilakukan perawatan dan pemeliharaan secara berkala.

BAB XVI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT

Pasal 22
1. Petugas Unit Sanitasi mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan (Medical
Check Up) secara berkala;
2. Petugas Unit Sanitasi mendapatkan mendapatkan imunisasi Hepatitis B;
3. Petugas Unit Sanitasi mendapatkan ekstra fooding;
4. Petugas Unit Sanitasi wajib menggunakan APD saat melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XVII
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 23
1. Pencatatan dan pelaporan di Unit Sanitasi wajib dilakukan secara berkala
setiap bulan dan dilaporkan kepada Wadir Pelayanan dan diteruskan kepada
Direktur RSUD Menggala Kabupaten Tulang Bawang. Adapun kegiatan
pencatatan yang dilakukan di Unit Sanitasi, meliputi :
a. Pencatatan jumlah linen kotor;
b. Pencatatan pengambilan linen bersih;
c. Hasil pemantauan kesehatan lingkungan kerja;
d. Pencatatan Pengambilan Sample;
e. Rekapitulasi hasil pemeriksaan kesehatan lingkungan;
f. Log Book Limbah B3;
g. Neraca Limbah B3;
h. Pencatatan Pembakaran Sampah Medis;
i. Pencataatn Debit IPAL dan pH harian;
j. Hasil Pemantauan desinfeksi Air Bersih;
k. Hasil pelaksanaan pengendalian hama dan binatang pengganggu.
2. Kegiatan pelaporan yang dilakukan di Unit Sanitasi meliputi :
a. Laporan Bulanan
b. Laporan Tribulan
c. Laporan Tahunan.

BAB XVIII
PELAKSANAAN

Pasal 24
Ketentuan lebih lanjut dalam pelaksanaan Peraturan ini diatur dengan Pedoman/
Panduan/ SPO yang ditetapkan oleh Direktur RSUD Menggala Kabupaten Tulang
Bawang ;

BAB XIX
PEMBIAYAAN

Pasal 25
Segala yang timbul akibat pelaksanaan Peraturan ini dibebankan pada anggaran
belanja RSUD Menggala Kabupaten Tulang Bawang ;

BAB XX
PENUTUP

Pasal 26
Dengan diberlakukannya Peraturan ini maka Peraturan Direktur nomor : 134 Tahun
2019 Tentang Kebijakan Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Menggala Kabupaten Tulang Bawang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
lagi;
Pasal 27
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila didalam penetapan
Peraturan ini terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di : Menggala
Pada tanggal : 28 Februari 2023

DIREKTUR RSUD MENGGALA


KABUPATEN TULANG BAWANG

dr.ELLYS MERITUSI.,Sp.PA
Pembina Tk.I
NIP. 19750825 200501 2 007

Anda mungkin juga menyukai