Anda di halaman 1dari 76

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya, Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi ini dapat selesai dan
menjadi pedoman di Rumah Sakit Umum Daerah Borong.
Saat ini kebutuhan akan standar pelayanan merupakan suatu hal
yang sangat penting, khususnya di Instalasi Sanitasi. Pedoman ini akan
menjadi acuan bagi petugas dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sesuai dengan batasan dan tanggung jawab masing-masing. Disamping itu,
dengan adanya pedoman ini agar senantiasa dapat menjaga mutu
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan
saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan
serta penyusunan pedoman pelayanan ini dapat memberi manfaat bagi
penyusun dan seluruh staf Rumah Sakit Daerah Umum Daerah Borong.

Borong, 18 Februari 2020

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Borong

Dr. Emilia Hernawati Yorini Dorsi


NIP. 19830225 200804 2 001
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Kebijakan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi Rumah Sakit
Daerah Borong
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum

BAB II. Standar Ketenagaan


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan

BAB III. Standar Fasilitas


A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV. Tata Laksana Pelayanan


BAB V . Logistik
BAB VI. Keselamatan Pasien
BAB VII. Keselamatan Kerja
BAB VIII. Pengendalian Mutu
BAB IX. Penutup
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BORONG
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BORONG
Nomor :
TENTANG

PEDOMAN PELAYANANAN

INSTALASI SANITASI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BORONG

Menimbang :
a. Bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkum- pulnya orang sakit maupun
orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan;

b. Bahwa untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka perlu
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit
sesuai dengan persyaratan kesehatan;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Daerah Borong tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang – Undang Republik Indonesia N0. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Mentri kesehatan RI Nomor
1204/Menkes/SK/III/2008 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/Menkes/SK/III/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan Menular (Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495);

6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang


Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Tahun 1984 Nomor 20,Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3237);

7. Kemenkes RI NOMOR:
1204/MENKES/SK/X/2004 : Tentang Garis Besar
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN :KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH BORONG TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI SANITASI RUMAH SAKIT DAERAH
BORONG

Kesatu : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi


RSUD Borong sebagaimana terlampir dalam
surat keputusan ini
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal
yang perlu penyempurnaan akan diadakan
perbaikan dan penyesuaian sebagamana mestinya.
Ditetapkan di : Borong
Pada tanggal : 20 Februari 2020
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Borong

Dr. Emilia Hernawati Yorini Dorsi


NIP. 19830225 200804 2 001
Tembusan :

1. Semua unit pelayanan

2. Arsip
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat


berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).
         Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di
dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan
pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan
dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien
dan memberikan keuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga pelayanan
itu sendiri, rumah sakit juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa
pengaruh buruk kepada manusia, seperti sampah dan limbah rumah sakit yang
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan
menghambat proses penyembuhan serta pemulihan penderita

Sampah atau limbah rumah sakit diduga banyak mengandung bahaya


atau resiko karena dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif (Suwarso,
1996). Selain itu, karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka
rumah sakit bisa menjadi depot segala macam penyakit yang ada di
masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena
selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan
lemah terhadap penyakit.
         Di rumah sakit pula dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross
infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga (vector
borne infection) sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat umum.
        Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak negatif yang tidak
diinginkan dari institusi pelayanan kesehatan ini, maka dirumuskan konsep
sanitasi lingkungan yang bertujuan untuk mengendalikan faktor-faktor yang
dapat membahayakan bagi kesehatan manusia tersebut. Menurut WHO,
sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian
semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan,
dan daya tahan hidup manusia.
         Namun, dalam praktiknya masih banyak rumah sakit yang tidak
menyelenggarakan sanitasi sebagai syarat penyehatan lingkungan, di
sebabkan oleh berbagai alasan, hal yang tidak asing adalah karena hal
Pendanaan yang tidak cukup, sementara rumah sakit hanya memfokuskan
terhadap pelayanan kesehatan, jumlah dokter spesialis, atau sarana lain
penunjang kesehatan yang lebih di tingkatkan, sedangkan rumah sakit tidak
hanya cukup dengan hal tersebut saja, karena ada sisi lain yang harus mereka
perhatikan yaitu “sanitasi”. Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya
pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di rumah
sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk
terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat
di sekitar rumah sakit. (Musadad, 1993).
         Oleh sebab itu, Perlu di buat Pedoman Sanitasi RSUD Borong Sebagai
Acuan dan Pelayanan Sanitasi Rumah Sakit, yang akan menjadi landasan
dalam penyelenggaraan Sanitasi di Rumah Sakit, baik dalam hukum maupun
kebijaksanaan nya yang menjadi tujuan dan kebijaksanaan peranan sanitasi
Rumah Sakit.

B. Tujuan Pedoman
1. Terlaksananya kebersihan/ Sanitasi Rumah Sakit supaya mencegah
terjadinya penularan penyakit.
2. Meminimalis dampak dan bahaya yang dapat ditimbulkan dari limbah
rumah sakit yang tidak diolah dengan benar baik Limbah padat maupun
Cair.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
A. Lingkup Area
1. Pelaksana Pedoman Ini adalah tenaga Kesehatan
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Pedoman Sanitasi adalah
a. Instalasi Gawat Darurat 
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Intensive care Unit
d. Instalasi Bedah central
e. Instalasi Rawat Inap
f. Instalasi Penunjang Lainnya.
B. Kewajiban Dan Tanggung Jawab :
1. Seluruh Staf Rumah Sakit wajib memahami tentang Pedoman Sanitasi
Rumah Sakit
2. Perawat yang Bertugas (Perawat Penanggung jawab Pasien)
Bertanggung jawab melakukan Pedoman Sanitasi.
3. Kepala Instalasi (Kepala Ruangan)
a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami Pedoman Sanitasi
b. Terlibat dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Pedoman
sanitasi

4. Manajer
a. Memantau dan memastikan Pedoman sanitasi dikelola dengan baik
oleh Kepala Instalasi
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan Pedoman Sanitasi

D. Batasan Operasional
a. PENYEHATAN RUANG BANGUNAN DAN HALAMAN RUMAH SAKIT

 Pengertian

1. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit


dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan
fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan rumah sakit.
2. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang
bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif
3. Pengawasan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang
bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni
ruangan.

4. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga


mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan.

5. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau


kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.

 Persyaratan
a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
1. Lantai
2. Dinding
3. Ventilasi
4. Atap
5. Langit-langit
6. Kontruksi
7. Pintu
8. Jaringan instalasi
9. Lalu lintas antar ruangan
10. Fasilitas pemadam kebakaran

c. Ruang bangunan

1. Zona dengan resiko rendah

Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang


komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang
resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.

2. Zona dengan resiko sedang

Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit


menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu
pasien

3. Zona dengan resiko tinggi


Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan
intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical
imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah

4. Zona dengan resiko sangat tinggi

Zona risiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah


mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang
bersalin, dan ruang patologi

d. Kualitas udara ruang


1. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak
2. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10
micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak
melebihi 150 μg/m3, dan tidak mengandung debu asbes.
3. Indeks angka kuman untuk setiap ruang/unit seperti tabel
berikut

Tabel : I.1
Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit

Konsentrasi Maximum
No
Ruang/ Unit Mikroorganisme per m2 udara
.
(CFU/m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan premature 200
7 ICU 200
8 Jenazah/autopsy 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi, pertemuan 200-500
16 Ruang luka bakar 200
e. Pencahayaan

Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum


dan khusus harus sesuai dengan peruntukkannya

f. Pengawahan

Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit


seperti berikut :
1) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena
sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2) Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih
positif sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang
lain di rumah sakit.
3) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain
sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan
kelembaban

g. Kebisingan

h. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan


jumlah kamar mandi seperti pada tabel berikut :

Tabel I.2
Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah
Kamar Mandi

No. Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi


1 s/d 10 1 1
2 s/d 20 2 2
3 s/d 30 3 3
4 s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 T.T harus ditambah 1 toilet & 1 kamar
mandi
Tabel I.3

Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan Dengan Jumlah Toilet dan


Jumlah Kamar Mandi

No. Jumlah Karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi


1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
Setiap penambahan 20 karyawan harus di tambah 1 toilet dan 1
kamar mandi

i. Jumlah Tempat Tidur

Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan
dan kamar isolasi

j. Lantai dan dan Dinding

 Tata Laksana

a. Pemeliharaan Ruang Bangunan


b. Pencahayaan
c. Penghawaan (ventilasi) dan pengaturan udara

b. PENYEHATAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN MINUMAN

o Pengertian

1) Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan


minuman yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan
karyawan; makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan
rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.

2) Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan


melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci
piring, membuang bagian makanan yang rusak.
3) Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air
bersih, menyediakan tempat sampah dan lain-lain.

o Persyaratan
Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan :
1) Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan
dan pada minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel
minuman.
2) Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman
E.Coli.
3) Makanan Yang mudah membusuk disimpan dalam suhu  panas
lebih dari 65,5° atau dalam suhu dingin kurang dari 4° C. Untuk
makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan  suhu – 5° C
sampai -1° C.
4) Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10°
C.
5) Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu yang di
tentukan.
6) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
7) Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai,
dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm 

o Pengawasan
Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
Pengawasan dilakukan secara :
a. Internal

o Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau


petugas penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah
sakit. Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan
pengambilan sampel makanan dan minuman meliputi
bahan makanan dan minuman yang mengandung protein
tinggi, makanan siap santap, air bersih, alat makanan dan
masak serta usap dubur penjamah.

o Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan


sampel minuman berwarna, makanan yang diawetkan,
sayuran, daging, ikan laut.
o Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel
dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam setahun. Bila terjadi
keracunan makanan dan minuman d irumah sakit maka
petugas sanitasi harus mengambil sampel makanan dan
minuman untuk diperiksakan ke laboratorium.

b. External 

Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi


Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil
atau mendadak untuk menilai kualitas.

c. PENYEHATAN DAN PENYEDIAAN AIR

1. Pengertian

1) Air minum adalah air ayng melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yangmemenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.

2) Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal
dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air
kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum.

2. Persyaratan

a. Kualitas Air Minum Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
b. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus
 Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yg menggunakan air yg sudah diolah seperti
dari PDAM, sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi
dapat melakukan pengolahan tambahan dgn catridge filter dan
dilengkapi dgn disinfeksi menggunakan ultra violet (UV)

 Ruang Farmasi dan Hemodialisis


Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang
dimurnikan untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan pengenceran
dalam hemodialisis.

3. Penyediaan Air Bersih Rumah Sakit Umum Borong


1. Standar Kualitas air Bersih
2. Pengelolaan air bersih
3. Pengawasan kualitas air bersih
4. Sistem Distribusi dalam Bangunan Rumah Sakit
5. Kapasitas air dan tekanan dalam system
6. Pertumbuhan mikroba dalam saluran air ;.
7. Desinfeksi sistem saluran air bersih
8. Tenaga pengelola
9. Evaluasi dan tolak ukur pengelolaan

PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT DAERAH BORONG

A. Limbah Medis Cair Rumah Sakit


1.      Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah cair Rumah Sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan
beracun, dan radio aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI,
2006).
2.      Sumber air limbah rumah sakit dibagi atas tiga jenis yaitu :
         Air Limbah Infeksius
Air limbah yang berhubungan dengan tindakan medis seperti pemeriksaan
mikrobiologis dari poliklinik, perawatan penyakit menular, dll.
         Air Limbah Domestik
Air limbah yang tidak berhubungan dengan tindakan medis yaitu berupa air limbah
kamar mandi, dapur, dll.
         Air Limbah Kimia
Air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis,
Laboratorium, sterilisasi, riset, dll (Ginting, 2008)
3.      Jenis Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah cair rumah sakit terdiri dari limbah cair infeksius dan non infeksius
berasal dari kegiatan Adisasmito (2007) dalam buku Sistem Manajemen Lingkungan
Rumah Sakit, yaitu :
         Pelayanan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) pasien berupa limbah cair dalam kamar
mandi dan pencucian peralatan yang digunakan.
         Laboratorium klinis, berupa air limbah dari pencucian peralatan laboratorium dan
sejenisnya.
         Pengobatan/ perawatan klinis, terutama berasal dari kegiatan pencucian ginjal
dan pencucian peralatan.
         Ruang operasi.
         Laundry dan pembersihan ruang infeksi.
         Emergency (Rawat Darurat).
         Radiologi.
4.      Sifat Limbah yang dibuang ke saluran
Menurut Dirjen PPM & PL serta Pelayanan Medik Depkes RI (2002) dalam
Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, sifat ukuran, fungsi dan kegiatan
rumah sakit mempengaruhi kondisi air limbah yang dihasilkan. Secara umum air
limbah mengandung buangan pasien, bahan otopsi jaringan hewan yang digunakan
di laboratorium, sisa makanan dari dapur, limbah laundry, limbah laboratorium
berbagai macam bahan kimia baik toksik maupun non toksik, dan lain-lain.
5.      Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
a.       Pengolahan Biologi Aerobik dan Biologi Anaerobik
Proses secara biologi dapat dilakukan secara aerobik (dengan udara) dan anaerobik
(tanpa udara) atau kombinasi aerobik dan anaerobik. Proses biologis biasanya
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan BOD yang tidak terlalu besar.
1.      Pengolahan Biologi Aerobik
Pengolahan Biologi Aerobik adalah pengolahan air limbah yang memerlukan
oksigen untuk memetabolisme bakteri. Pengolahan limbah secara biologis aerobik
dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a.       Proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture)
b.      Proses biologis dengan biakan melekat (attached culture)
c.       Proses biologis dengan sistem kolam atau lagoon
2.      Pengolahan Biologi Anaerobik
Beberapa teknologi pengolahan limbah cair yang sering digunakan di rumah sakit
yaitu proses lumpur aktif (active sludge proces), reaktor putar biologis (rotating
biological contactor/RBC), proses aerasi kontak, proses pengolahan dengan biofilter
“up flow”, dan pengolahan dengan sistem “biofilter anaerob-aerob”.
b.      Pengolahan sekunder dengan Lumpur Aktif (Actived Sludge)
Teknologi pengolahan limbah dengan Activated Sludge (Lumpur Aktif) ini sangat
cocok untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar. Karena jika diterapkan untuk
rumah sakit dengan kapasitas yang kecil, teknologi ini kurang ekonomis karena
biaya yang diperlukan cukup besar. 
c.       Pengolahan dengan sistem Kolam Oksidasi
Sistem kolam oksidasi ini telah dipilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit yang
terletak ditengah-tengah kota karena tidak memerlukan lahan yang luas.
d.      Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter "Up Flow"Proses pengolahan air
limbah dengan biofilter "up flow" ini terdiri dari bak pengendap, ditambah dengan
beberapa bak biofilter yang diisi dengan media kerikil atau batu pecah, plastik atau
media lain.
e.       Proses Pengolahan Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob
Proses ini pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob ini merupakan
pengembangan dari proses biofilter anaerob dengan proses aerasi kontak
Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa
bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak
pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor.
f.        Pengolahan dengan Sistem Aerasi Kontak
Proses pengolahan air limbah dengan aerasi ini merupakan pengembangan dari
proses lumpur aktif dan proses biofilter. Pengolahan air limbah dengan proses aerasi
kontak terbagi dua, yaitu:
a.       Pengolahan Primer
b.      Pengolahan Sekunder.
g.      Pengolahan dengan Sistem Kolam Aerasi atau Kolam Stabilisas
Sistem pengolahan air limbah “kolam stabilisasi” untuk kolam stabilisasi memerlukan
lahan yang cukup luas, maka biasanya sistem ini dianjurkan untuk rumah sakit di
pedalaman (di luar kota) yang biasanya masih tersedia lahan yang cukup.
h.      Anaerobic Filter Treatment System
Proses pengolahan anaerobik yaitu proses pengolahan air yang menggunakan
organisme yang aktif dimana oksigen tidak ada dan proses ini ditunjukkan oleh
proses fermentasi metan.
6.      Persyaratan Limbah Cair Rumah Sakit
Menurut Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit, limbah cair rumah sakit harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
         Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimpangannya.
         Saluran pembungan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap
air dan limbah harus mengalir dengan lancar serta terpisah dengan saluran air
hujan.
         Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang mememnuhi
persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air
limbah perkotaan.
         Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian
limbah yang dihasilkan
         Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah
harus dilengkapi/ditutup dengan grill.
         Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang
berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
         Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap
bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
         Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif, pengelolaanya dilakukan sesuai ketentuan BATAN
         Parameter radioaktif diperlukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif
yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.

B. Limbah Medis Padat Rumah Sakit

1.      Limbah Padat Rumah Sakit


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 menyatakan bahwa limbah padat medis adalah limbah
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
2.      Klasifikasi Limbah Medis Padat Rumah Sakit
a.       Dikolompokkan Menjadi 4 empat ( Limbah Medis Padat ) , yaitu :
  Kelolmpok A  : perban bekas pakai sisa lap/tissue, sisa potongan tubuh manusia dan
benda lain yang terkontaminasi.
  Kelompok  B  : spuit bekas, jarum suntik bekas, pecahan kaca dan
lain –  lain.
  Kelompok  C  : bahan, atau sisa obat – obatan bahan kimia.
  Kelompok  D  : Perlak, tempat penampungan urine, tempat penampungan muntah,
bantal dan lain – lain yang dibuang.(Depkes RI, 1998 Dalam Andi Ruhban 1998)
b.      Limbah Bahan  Beracun dan Beracun ( B3 ) Rumah Sakit
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, ada1ah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yangmengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya,baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup,dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hiduplain.Pengelolaan limbah B3
ada1ah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,
pengumpulan,pengangkutan,pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3
(Kepmenkes RI 1999).
3.      Sumber Limbah Medis Padat Rumah Sakit
Sumber dan jenis limbah medis padat  dirumah sakit (Depkes RI,1997, dalam
Irwan Syamsuddin 2008), yaitu :
a)      Poliklinik Pemeriksaan
Limbah medis padat yang dihasilkan dari ruang ini berupa bekas pembalut,
kapas jarum suntik disposible, botol bekas obat,  spuit bekas.
b)      Pelayanan Medis/Perawatan Dan penyembuhan Pasien
Limbah medis yang dihasilkan berupa kapas, perban, pembalut, jarum suntik
disposible, botol infus, spuit bekas, slang transfusi, dan lain-lain.
c)      Ruang laboratorium
Limbah medis padat  yang dihasilkan dari kegiatan ruang ini adalah sisa
bahan kimia, bahan sediaan, botol tempat pemeriksaan darah dan urine, bekas
binatang percobaan.
d)      Ruang anestesi
Limbah yang dihasilkan berupa buangan bekas operasi sisa potongan tubuh,
kapas, dan perban.
4.      Jenis Limbah Medis Padat
Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah medis padat
dapat digolongkan sebagai berikut :
a)      Limbah benda tajam,dapat berupa jarum, pipet, pecahan kaca dan pisau bedah.
Benda-benda ini mempunyai potensi menularkan penyakit.
b)      Limbah Infeksiusdapat dihasilkan oleh laboratorium, kamar isolasi, kamar
perawatan, dan sangat berbahaya karena bisa juga menularkan penyakit.
c)      Limbah jaringan tubuhberupa darah, anggota badan hasil amputasi, cairan tubuh,
dan plasenta.
d)      Limbah Farmasi, berupa obat-obatan atau bahan yamg telah kadaluarsa, obat-
obat yang terkontaminasi, obat yang dikembalikan pasien atau tidak digunakan.
e)      Limbah Kimia, dapatberbahaya dan tidak berbahaya dan juga limbah yang bisa
meledak atau yang hanya bersifat korosif.
f)       Limbah Radioaktif, merupakan bahan yang terkontaminasi dengan radio-isotof.
Limbah ini harus dikelola sesuai dengan peraturan yang diwajibkan. (Djojodibroto,
1997)
5.      Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat
a)      Pemilahan
Dalam pengembangan strategi penanganan limbah, alur limbah harus
diidentifikasikan dipilah-pilah, pemisahan limbah medis padat dan Limbah padat non
medis pada tempat penghasil adalah kunci pembuangan yang baik. Dengan
tersedianya fasilitas yang dibutuhkan dalam penanganan limbah medis padat yaitu
masing-masing untuk penyimpanan, pengangkutan, dan pembuangan akan
mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dalam penanganannya. ( Muhajirin ,
2001 )
Dalam hal pemilahan limbah medis dan limbah padat non medis ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu sebagai berikut :
-          Limbah harus dipisahkan dari sumbernya.  
-          Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas.
-          Dipilah antara limbah medis padat yang digunakan kembali dengan limbah medis
padat yang akan dmusnahkan atau
dibuang                                                                               
b)      Pewadahan
Pewadahan merupakan unsur yang sangat penting keberadaannya, karena di
dalamnya tercakup nilai estetika, ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Timbulan
sangat heterogen dan keterbatasan lahan untuk pewadahan.( Madelan, 1995 dalam
Irwan Syamsuddin, 2008).
Limbah medis padat  yang ditimbulkan dari kegiatan di rumah sakit,
ditampung ke dalam wadah tertentu. Untuk menampung limbah tersebut harus
disediakan wadah limbah yang bentuk, ukuran, dan jumlahnya disesuaikan dengan
jenis dan banyaknya limbah yang dihasilkan (Mukramah, 1998 dalam Irwan
Syamsuddin 2008)
c)      Pengumpulan
Pengumpulan limbah medis padat  merupakan proses pengambilan limbah
dari tempat penampungan limbah masing – masing unit/ruangan ke tempat
pembuangan akhir dengan menggunakan kereta atau troli.
Adapun kriteria Kereta atau troli yang digunakan untuk  mengumpulkan
limbah medis dari masing – masing unit/ruangan yaitu:
1.      Kereta limbah medis padat dan limbah padat non medis dipisahkan.
2.      Kereta yang digunakan kedap air, kuat dan mudah dibersihkan.
3.      Kereta pengumpul  limbah medis padat memiliki penutup
4.      Kereta pengumpul  limbah medis padat memiliki label (warna) sesuai
jenis  limbah yang dikumpul.
d)      Penanganan Akhir
Adapun bentuk penanganan akhir yang pada umum dilakukan oleh tenaga
pengelola limbah medis di Rumah Sakit yaitu sebagai berikut :
1.      Incenerasi
Incinerator merupakan alat yang digunakan untuk memusnahkan limbah dengan
membakar limbah tersebut dalam satu tungku pada suhu 1500-1800 oF (800 oC –
1000 oC ) dan dapat mengurangi limbah 70 %.
2.     Autoclave
Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan limbah infeksius. Limbah dipanasi
dengan uap di bawah tekanan. Namun dalam volume yang besar saat dipadatkan,
penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan sering tidak terjadi dengan
demikian tujuan autoclaving (sterilisasi) tidak tercapai.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
3. Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Tahun 2000
4. Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
5. Kepmenkes RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air minum.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Kepala Unit Pelayanan Sanitasi
a. Di RSUD Kecamatan Mandau ini, terdapat 1 orang Kepala Instalasi Sanitasi
sebagai penanggung jawab umum organisasi unit pelayanan sanitasi yang
ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit dengan berdasarkan ketentuan dan
peraturan kepegawaian yang berlaku.
b. Kepala Instalasi Sanitasi ini bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan
sanitasi di RSUD Kecamatan Mandau yang pada umumnya bertanggung jawab
kepada Direktur RSUD Kecamatan Mandau.
c. Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan sanitasi di RSUD Kecamatan
Mandau maka tugas dan fungsi Kepala Instalasi Sanitasi yaitu :
1) Menyusun perencanaan pelayanan Instalasi Sanitasi
2) Menyusun rencana evaluasi pelayanan Instalasi Sanitasi.
3) Melakukan pengawasan dan pengendalian.
4) Melaksanakan pemantauan.
5) Melaksanakan pengkajian data khusus.
6) Melaksanakan penelitian dan pengembangan.
7) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dalam penyenggaraan
pelayanan sanitasi hingga pelaporan bulanan serta tahunan Instalasi
Sanitasi.
d. Pendidikan Kepala Instalasi Sanitasi RSUD Kecamatan Mandau yaitu S1.
e. Masa kerja di RSUD Kecamatan Mandau selama tahun.
f. Pengalaman Kerja di RSUD Kecamatan Mandau selama tahun.

2. Kepala Ruang Instalasi Sanitasi


a. Di RSUD Kec. Mandau ini, terdapat 1 orang Koordinator Unit Pelayanan Sanitasi
yaitu Kepala Ruang Instatlasi Sanitasi yang bertugas sebagai pelaksanan yang
mengkoordinasikan :
1) Perencanaan dan Evaluasi Pelayanan Sanitasi.
2) Pemantauan Proses Pelayanan Sanitasi.
3) Pengkajian Data Khusus.
4) Penelitian dan Pengembangan.
b. Pendidikan Kepala Ruang Instalasi Sanitasi RSUD Kec. Mandau yaitu D3 Sanitasi.
c. Masa Kerja di RSUD Kec. Mandau selama 2 Tahun.
d. Pengalaman Kerja di RSUD Kec. Mandau selama 2 Tahun

3. Koordinator Instalasi Sanitasi


a. Di RSUD Kec. Mandau ini, terdapat 1 orang Koordinator Instalasi Sanitasi ( Ka.
Ruang Sanitasi ) yang melakukan pengawasan proses penyelenggaraan
Pelayanan Sanitasi
b. Pendidikan Koordinator Instalasi Sanitasi RSUD Kec. Mandau yaitu D3 Sanitasi.
c. Masa Kerja di RSUD Kec. Mandau selama 2 Tahun
d. Pengalaman Kerja di RSUD Kec. Mandau selama 2 Tahun

4. Ahli Sanitasi
a. Di RSUD Kec. Mandau ini, terdapat 1 orang ahli Sanitasi ( Ka. Ruang sanitasi )
yang bertanggung jawab dalam pelayanan sanitasi.
b. Pendidikan ahli Sanitasi RSUD Kec. Mandau yaitu D3 Sanitasi.
c. Masa Kerja di RSUD Kec. Mandau selama 2 Tahun.
d. Pengalaman Kerja di RSUD Kec. Mandau selama 2 Tahun.

2.1 Distribusi Ketenagaan


1. Kuantitas SDM Sanitasi
Pengaturan tenaga kerja di Instalasi Sanitasi RSUD Kec. Mandau ini
berdasarkan shif dan non shift. Tenaga Kerja di Instalasi Sanitasi terdiri dari ka.
Instalasi, ka. Ruang, koordintaor dan administrasi kantor serta tenaga cleaning service
yang berjumlah 68 orang yang terdiri dari 3 shif yaitu shift pagi, siang dan malam hari
dengan komposisi sebagai berikut :
a. Shift Pagi
Yang bertugas minimal 25 orang tenaga kerja.
o 1 Orang Kepala Instalasi Sanitasi
o 1 Orang Koordinator Instalasi Sanitasi
o 1 Orang Ahli Sanitasi
o 1 Orang di Ruang OK
o 1 Orang di Ruang UGD
o 2 Orang di Ruang RM, Labor, Apotik, Radiologi
o 2 Orang di Ruang Laundry
o 1 Orang Operator Ipal dan Incenerator
o 3 Orang di Lapangan
o 1 Orang di Irna Penyakit Dalam
o 1 Orang di Irna Bedah
o 2 Orang di Irna Kebidanan dan Perina
o 2 Orang di Irna Anak
o 4 Orang di Ruang Fisiotherafi dan Poliklinik
o 1 Orang di Pengangkut sampah
o 1 Orang di Ruang ICU

b. Shift Siang
Yang bertugas minimal 15 orang tenaga kerja.
o 1 Orang di Ruang OK
o 1 Orang di Ruang UGD
o 1 Orang di Ruang RM, Labor, Apotik, Radiologi
o 2 Orang di Ruang Laundry
o 1 Orang Operator Ipal dan Incenerator
o 2 Orang di Lapangan
o 1 Orang di Irna Penyakit Dalam
o 1 Orang di Irna Bedah
o 1 Orang di Irna Kebidanan dan Perina
o 1 Orang di Irna Anak
o 1 Orang di Ruang Fisioterapi dan Poliklinik
o 1 Orang di Pengangkut sampah
o 1 Orang di Ruang ICU

c. Shift Malam
Yang bertugas minimal 6 orang tenaga kerja.
o 1 Orang di Ruang OK
o 1 Orang di Ruang UGD
o 1 Orang Operator Ipal dan Incenerator
o 1 Orang di Irna Penyakit Dalam
o 1 Orang di Irna Kebidanan dan Perina
o 1 Orang di Ruang ICU

Di antara tenaga kerja shift terdapat tenaga kerja non shift yang bertugas
pada pagi hari yaitu Kepala Instalasi Sanitasi, Kepala Ruang, Koordinator Sanitasi,
Cleaning Service.

Tabel 1
Kualifikasi Sumber Daya Manusia
No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
1 Kepala Instalasi Gizi D III Gizi • - Ijazah D III Gizi
• - STR,
• - Pengalaman kerja ≥
1 tahun di Instalasi Gizi

2 Koordinator D III Gizi • - Ijazah DIII Gizi


Penyelenggaraan • - STR,
Makanan • - Pengalaman kerja ≥
1 tahun di Instalasi Gizi
3 Pelaksana Asuhan Gizi D III Gizi • - Ijazah D III Gizi
Rawat Inap • - STR
4 Pelaksana Asuhan Gizi D III Gizi • - Ijazah D III Gizi
Rawat Jalan • - STR
6 Juru Masak SMK Tata Boga, Ijazah SMK Tata Boga,
Teknologi pangan Teknologi
Pangan
7 Juru Dorong Kerata SMA/SMK Ijazah SMA/SMK
8 Juru Cuci Piring Pasien SMA Ijazah SMA
C. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan distribusi ketenagaan Instalasi Gizi yaitu :
Tabel 2
Pola Pengaturan Distribusi Ketenagaan Instalasi Gizi
No Uraian Kategori Tenaga Kualifikasi Jumlah Jumlah
Pendidikan Kebutuhan Yang
Ada
1 Kepala Instalasi Kepala Instalasi D III 1 1
Gizi Gizi
2 Penyelenggaraan Pengawas D III 1 0
Makanan Produksi
Pelaksana rumah SMK Tata 4
tangga Boga
Pemasak SMA 10
Pendorong kereta SMK 8
makanan
Pencuci Piring SMA 5
Pasien
3 Asuhan Gizi Pelaksana asuhan D III 1 0
Rawat Inap gizi
4 Asuhan Gizi Pelaksana asuhan D III 1 1
Rawat Jalan gizi
Total 31 2

D. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas pegawai instalasi gizi dibuat dan
dipertanggungjawabkan oleh kepala instalasi gizi. Jadwal jaga dibuat untuk
jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke pegawai instalasi gizi paling
lambat 1 minggu sebelum bulan berikutnya jadwal sudah dikeluarkan dan
diarsipkan di bagian administrasi. Petugas yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jadwal jaga dimulai sudah mengetahuinya;
Apabila petugas karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
- Untuk yang terencana, petugas yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila
tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui) dan yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Kepala Instalasi paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta petugas
tersebut wajib menunjuk petugas jaga pengganti.
- Untuk yang tidak terencana, petugas yang bersangkutan harus
menginformasikan kepada koordinator dan diharapkan petugas tersebut
sudah menunjuk pengganti, apabila pengganti tidak didapatkan, maka
Koordinator wajib untuk mencarikan pengganti, yaitu digantikan oleh
petugas yang pada saat itu libur.
- Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti. Waktu pelayanan di Instalasi Gizi adalah 24 jam
dengan pembagian per unit sebagai berikut :
1. Administrasi
Kegiatan administrasi yang berhubungan dengan pelayanan gizi 6 hari
kerja yaitu : hari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 14.00 WITA.
2. Produksi dan Distribusi Makan Pasien
Kegiatan produksi dan distribusi makanan bagi pasien dikerjakan oleh
pelaksana rumah tangga yang terbagi dalam beberapa shift yaitu :
a. Shift Pagi : Pukul 07.00 – 14.00 WITA
b. Shift Siang : Pukul 14.00 – 21.00 WITA
c. Shift Malam : Pukul 21.00 – 07.00 WITA
3. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Inap
Jam Pelayanan Gizi Rawat Inap dilaksanakan hari senin – minggu
pukul 07.00 – 14.00 WITA.
4. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Jalan
Jam Pelayanan Gizi Rawat Jalan dilaksanakan :
a. Hari Senin – Kamis : Pukul 08.00 – 14.00 WITA
b. Hari Jum’at : Pukul 08.00 – 11.00 WITA
c. Hari Sabtu : Pukul 08.00 – 13.00 WITAMiddleul
Setiap shift harus ada penanggung jawab shift.
BAB III
STANDAR FASILITAS

Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila
didukung dengan standar fasilitas berupa sarana dan prasarana yang memadai
untuk melaksanakan pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap dan penyelenggaraan
makanan. Agar penyelenggaraan makanan dapat berjalan dengan optimal, maka
ruangan, peralatan dan perlengkapannya perlu direncanakan dengan baik dan
benar. Dalam merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit pelayanan gizi rumah
sakit, maka diperlukan kesatuan pemikiran antara perencanaan dan pihak
manajemen yang terkait.
A. Denah Ruang

Gambar 1
Denah Instalasi Gizi RSUD Borong
Keterangan :

1. Penerimaan bahan makanan


2. Pencucian bahan makanan
3. Penyimpanan bahan kering
4. Penyimpanan bahan basah
5. Persiapan bahan
6. Pengolahan
7. Dapur
8. Ruang cuci alat makan pasien
9. Ruang Penyajian
10. Ruang Pendistribusian
11. Ruang Kepala Instalasi Gizi/ Administrasi
12. Toilet
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Ruang Konseling Gizi
a. Peralatan :
 Peralatan Kantor : meja, kursi, bangku ruang tunggu
 Peralatan Konseling : Formulir asuhan Gizi, Leaflet Diet, Buku
Pengkajian Gizi, Buku Diagnosa Gizi, Buku Pedoman Diet, Food
model, Kartu Konseling, PMBA KIT.
 Peralatan Antropometri : Timbangan injak, skinfold caliper (Alat
ukur lingkar lengan atas (LiLA), timbangan bayi, mikrotoa
2. Fasilitas Pelayanan Gizi Rawat Inap
Ruang Rawat Inap
Peralatan :
- Peralatan penyajian makanan : kereta makan
- Satu set keramik ( piring, mangkok sayur, mangkok lauk, sendok,
baki)
- Peralatan Konseling Gizi : Food Model, Leaflet Diet, Formulir
Asuhan Gizi, Formulir Permintaan Makan, Formulir Permintaan Diet
Khusus, Buku Pengkajian Gizi, Buku Diagnosa Gizi, Buku Pedoman
Diet.
- Peralatan Antropometri : Timbangan injak, detekto, mikrotoa, alat
ukur lingkar lengan atas, timbangan bayi.
3. Fasilitas Ruang Penyelenggaraan Makan
a. Bangunan
1. Lokasi :
Lokasi bangunan terletak di bagian Selatan RSUD Borong, tidak
berdekatan dengan sumber pencemaran.
2. Halaman :
Terpampang papan nama Instalasi Gizi, halaman bersih, tidak
bersemak, tidak banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang
bersih dan bertutup, tidak terdapat tumpukan barang-barang
yang dapat menjadi sarang tikus, Pembuangan air limbah (air
limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang
serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya.
Pembuangan air hujan lancar, tidak terdapat genangan air.
3. Konstruksi
Konstruksi bangunan untuk kegiatan penyelenggaraan makanan
harus kokoh, aman, kuat juga bersih secara fisik.
4. Lantai
Kedap air, rata, tidak retak, tidak licin, kemiringan/kelandaian
cukup dan mudah dibersihkan.
5. Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah
dibersihkan dan berwarna terang. Permukaan dinding yang
selalu kena percikan air, dilapisi bahan kedap air setinggi 1
(satu) meter dari lantai dengan permukaan halus, tidak menahan
debu dan berwarna terang. Sudut dinding dengan lantai
berbentuk lengkung (conus) agar mudah dibersihkan dan tidak
menyimpan debu/kotoran.
6. Langit-langit
Bidang langit-langit harus menutupi seluruh atap bangunan,
terbuat dari bahan yang permukaannya rata, mudah dibersihkan,
tidak menyerap air dan berwarna terang. Tinggi langit-langit
minimal 2,4 meter di atas lantai.
7. Pintu dan jendela
Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka ke
arah luar. Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan
dapat dibuka untuk dibersihkan.
8. Pencahayaan
- Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan
pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan-
pekerjaan secara efektif
- Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan
distribusinya sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
bayangan. Cahaya terang.
9. Ventilasi/penghawaan/lubang angin
- Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus
dilengkapi dengan ventilasi sehingga terjadi
sirkulasi/peredaran udara.
- Ventilasi cukup yang berfungsi untuk :
 Mencegah udara dalam ruangan panas atau menjaga
kenyamanan dalam ruangan.
 Mencegah terjadinya kondensasi/pendinginan uap air
atau lemak dan menetes pada lantai, dinding dan langit-
langit.
 Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
b. Ruang Penyelenggaraan Makanan terdiri dari:
1. Penerimaan Bahan Makanan
Letak ruangan ini mudah dijangkau oleh kendaraan, dekat
dengan ruang persiapan dan penyimpanan bahan makanan.
2. Ruang Penyimpanan Bahan Makanan
Ada 2 jenis ruang penyimpanan yaitu untuk penyimpanan bahan
makanan segar (chiller dan freezer), penyimpanan bahan
makanan kering (gudang besar)
3. Ruang Persiapan Bahan Makanan
Terdiri dari persiapan sayur dan buah, persiapan bumbu dan
persiapan lauk.
4. Ruang Pengolahan Makanan
 Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan
jumlah karyawan yang bekerja dan peralatan yang ada di
ruang pengolahan.
 Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan minimal dua
meter persegi (2 m2) untuk setiap orang pekerja.
 Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan
langsung dengan toilet/jamban dan kamar mandi.
 Peralatan di ruang pengolahan makanan minimal harus ada
meja kerja, lemari/ tempat penyimpanan bahan dan
makanan jadi yang terlindung dari gangguan serangga,
tikus dan hewan lainnya.
 Ruang pengolahan terdiri dari pengolahan makanan halus
dan cair, pengolahan makanan pokok dan pengolahan
makanan biasa dan lunak.
5. Ruang Distribusi Makanan
 Sistem distribusi makanan menggunakan cara sentralisasi.
 Ruang Pencucian alat-alat besar (areal basah)
6. Ruang Pencucian Alat Makan Pasien
 Ruang ini terpisah dari ruang produksi dan harus mudah
dijangkau dari ruang lain.
 Peralatan yang digunakan adalah menggunakan 2 baskom
besar yang berisi air penuh.
7. Ruang Pengawas
Ruang pengawas terdiri dari ruang pengawas produksi dan
distribusi makanan.
C. SARANA PRASARANA
1. Ruang Penerimaan Bahan Makanan : Timbangan, meja, rak, pisau,
tempat cuci bahan makanan
2. Ruang Persiapan Bahan Makanan
Kursi kerja, talenan, pisau, baskom plastik besar, baskom stanles sedang,
container tertutup, tempat sampah tertutup.

3. Ruang Pengolahan Makanan


Kursi kerja, timbangan, gelas ukur, blender, mixer, rice cooker, lemari
makanan matang, panci set, dandang set, kuali set, meja persiapan,
sendok sayur dan gorengan, pengocok telur, cetakan telur, spatula, sendok
kayu, wajan, penjepit makanan, penyaring minyak, container tertutup,
kompor, tempat sampah tertutup.
4. Gudang :
- Ruang Penyimpanan Bahan Makanan Segar :Timbangan digital,
timbangan duduk, freezer, kulkas, container tertutup, tempat sampah
tertutup.
- Ruang Penyimpanan Bahan Makanan Kering : Timbangan digital,
timbangan duduk, lemari kaca, container tertutup, tempat sampah
tertutup.
5. Ruang Pencucian Alat Makan Pasien
Bak pencucian, rak stainless, tempat sampah tertutup
6. Ruang Penyajian
Rice cooker, Rantangan set, gelas, sendok, tempat sampah tertutup.
7. Ruang Distribusi Makanan : Troli.
8. Fasilitas Perkantoran
- Ruang Kepala Instalasi Gizi : Leptop/ Komputer, Printer, Meja, kursi,
lemari arsip, tempat sampah, AC.
- Ruang Pegawai : Meja, kursi, lemari arsip, Leptop/ Komputer, Printer.
9. Fasilitas Lain : Tempat cuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat cuci peralatan
maupun bahan makanan dilengkapi dengan air mengalir dan sabun,
saluran pembuangan tertutup, bak penampungan air dan alat pengering.
Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan
dekat dengan tempat bekerja.
10. Air bersih
- Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan penyelenggaraan
makanan.
- Kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

11. Jamban dan peturasan (urinoir)


Penyelenggaraan makanan harus mempunyai jamban dan peturasan yang
memenuhi syarat higiene sanitasi.

• Jumlah jamban harus cukup.


• Kamar mandi
• Penyelenggaraan makanan harus mempunyai fasilitas kamar mandi
yang dilengkapi dengan air mengalir dan saluran pembuangan air
limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan.
• Jumlah kamar mandi harus mencukupi kebutuhan.
Jumlah karyawan : 1 - 30 orang : 1 buah
12. Tempat sampah

• Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan


sampah kering (anorganik).
• Tempat sampah biasa harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang
cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi
sampah, namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya
makanan oleh sampah.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

Pelayanan gizi rumah sakit merupakan suatu upaya memperbaiki,


meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
simpulan, anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
Pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan klinis,
status gizi dan status metabolisme tubuh.
A. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 983 Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit
dan Peraturan Menkes Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di lingkungan Departemen Kesehatan.
Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit, meliputi :
1. Asuhan Gizi Rawat Jalan;
2. Asuhan Gizi Rawat Inap;
3. Penyelenggaraan Makanan;
4. Penelitian dan Pengembangan.

Gambar 2
Mekanisme Pelayanan Gizi di RSUD Borong
1. PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN
a. Pengertian
Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan
gizi yang berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian
diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada klien/pasien di
rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya disebut kegiatan
konseling gizi dan dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi. Dokter penanggung
jawab penyakit dapat merujuk pasien kepada Dietisien untuk mendapatkan
konseling gizi, dengan menyertakan formulir permintaan konseling
sebagaimana tercantum dalam Form I. A.

b. Tujuan
- Memberikan informasi mengenai pesan-pesan gizi dan diet kepada
pasien sesuai dengan penyakit yang dideritanya untuk membantu
proses penyembuhan penyakit.
- Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku
sehat pada pasien melalui nasihat gizi mengenai tujuan diet, jumlah
asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan,
makanan yang boleh dan dilarang serta cara makan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan.
c. Sasaran
- Pasien dan keluarga
- Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
- Individu pasien yang datang atau dirujuk
- Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik oleh
rumah sakit
Gambar 3
Mekanisme Pelayanan Konseling Gizi Rawat Jalan di RSUD Borong
d. Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti
pelayanan konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan pada pasien dewasa
dan anak sebagai berikut :
- Perkenalkan identitas diri kepada pasien dengan menyebutkan nama dan
profesi.
- Lakukan pencatatan data pasien dalam buku regestrasi.
- Lakukan assesmen gizi mulai dari pengukuran antropometri pada pasien,
anamnesa riwayat makan, membaca pemeriksaan laboratoriun dan fisik
klinis (bila ada), dari riwayat personal kemudian analisa semua data
assesmen gizi.
- Tetapkan diagnosis gizi.
- Lakukan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling gizi dengan langkah
menyiapkan dan mengisi leaflet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi
pasien.
- Jelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari
menggunakan alat peraga food model dan leaflet.
- Jelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta
kemampuan pasien.
- Tanyakan kepada pasien tentang hal-hal yang belum jelas mengenai
dietnya dan apabila ada yang ditanyakan maka petugas gizi akan
menerangkan sampai pasien mengerti.
- Lakukan evaluasi kepada pasien untuk mengetahui apakah pasien sudah
memahami dietnya.
- Tutup konsultasi dengan ucapan terima kasih telah berkunjung ke poli
konsultasi rawat jalan dan ingatkan pasien untuk berkunjung ulang pada
bulan depan.
- Lakukan pencatatan hasil konseling gizi dan dimasukkan ke dalam rekam
medik pasien atau diarsipkan di ruang konseling.
2. PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
a. Pengertian
- Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang di
mulai dari proses skrining gizi, pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi
gizi meliputi perencanaan, penyediaan makan, penyuluhan/edukasi dan
konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi.
- Skrining gizi adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi pasien
terhadap resiko malnutrisi (resiko rendah,resiko sedang dan resiko tinggi),
dengan menggunakan metoda Malnutrition Skrining Tools (MST)
- Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas melalui
serangkaian kegiatan mulai dari Assesmen/pengkajian gizi, Diagnosis
gizi, Intervensi gizi, Monitoring dan Evaluasi gizi.
b. Tujuan
- Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan
status gizi.
- Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku sehat
pada pasien rawat inap melalui kebiasaan makan dan minum yang sesuai
anjuran dietnya.
c. Sasaran
- Pasien
- Keluarga
Gambar 4
Proses Pelayanan Gizi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Borong

d. Mekanisme Kegiatan
Kegiatan pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
1) Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan melakukan skrining
atau penapisan oleh ahli gizi/dietisien. Skrining gizi bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien/klien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau
dalam kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah kondisi
dimana pasien mengalami kelainan metabolik, hemodialisis, anak,
geriatrik, kanker dengan kemoterapi, luka bakar, pasien dengan imunitas
menurun, infeksi, sakit kritis, dan lain sebagainya.
Skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk
RS. Metode skrining menggunakan modifikasi Malnutrition Skrining Tools
(MST), karena dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, cepat, dan
disesuaikan dengan kondisi pasien.
2) Proses Asuhan Gizi Terstadar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas melalui
serangkaian kegiatan mulai dari Assesmen/pengkajian gizi, Diagnosis
gizi, Intervensi gizi, Monitoring dan Evaluasi gizi.
Langkah PAGT terdiri dari : A D I M E
 Assesmen/Pengkajian Gizi
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan (yang
dicatat yang berhubungan dengan gizi).
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu
 Pengukuran antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
- Pengukuran tinggi badan (TB)
- Berat badan (BB)
- Panjang badan (PB)
- Tinggi lutut (TL) apabila dalam kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur
- Lingkar lengan atas (LILA)

Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa


ukuran tersebut diatas, misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu
rasio BB menurut TB.
Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evaluasi
status gizi pada bayi, anak, dan remaja adalah pertumbuhan.
Pertumbuhan ini dapat diukur melalui pengukuran antropometri
yaitu berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lainnya
yang kemudian dibandingkan dengan standar.
 Data biokimia
Data biokimia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik
dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap
timbulnya masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data
laboratorium yang terkait dengan masalah gizi harus selaras
dengan data assesmen gizi lainnya, seperti riwayat gizi yang
lengkap, termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan
sebagainya. Disamping itu proses penyakit, tindakan pengobatan,
prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi
perubahan kimiawi, sehingga hal tersebut perlu dipertimbangkan.
 Pemeriksaan fisik klinis
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi.
Pemeriksaan fisik terkait dengan masalah gizi merupakan
kombinasi dari tanda–tanda vital dan antropometri yang
dikumpulkan dari catatan medik pasien.
 Anamnesis riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi merupakan data meliputi asupan
makanan termasuk komposisi, pola makan, diet, dan data lain
yang terkait. Anamnesis riwayat gizi dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan pasien. Sedangkan cara kuantitatif digunakan
untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi melalui food recall
selama 24 jam. Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang
merujuk pada DKBM
 Riwayat personal.
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat – obatan
atau suplemen yang dikonsumsi; social budaya; riwayat penyakit
pasien dan data umum pasien.
 Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi merupakan langkah mencari pola dan hubungan antara
data yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian
memilih masalah gizi yang spesifik dan menentukan masalah gizi
secara singkat dan jelas menggunakan terminologi sesuai dengan
standar rumah sakit. Pernyataan diagnosis gizi menggunakan PES.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu NI (domain
intake), NC (domain klinis), dan NB (domain prilaku/lingkungan).
 Intervensi Gizi
- Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang
ditegakkan. Menetapkan tujuan dan prioritas intervensi
berdasarkan masalah gizinya, penyebab, gejala dan tanda,
kemudian tentukan pula jadwal frekuensi asuhan. Perencanaan
intervensi meliputi, penetapan tujuan intervensi dan preskripsi
diet. Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi
jenis, bentuk diet dan kebutuhan gizi.
- Implementasi Intervensi
Bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan
dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan
tenaga kesehatan lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas mengenai kebutuhan energi dan
zat gizi, jenis diet, modifikasi diet, jadwal pemberian diet, dan jalur
makanan atau pemberian makan. Kegiatan ini juga termasuk
pengumpulan data kembali, agar dapat menunjukkan respon
pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
 Monitoring Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yang dilakukan untuk
mengetahui respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat
keberhasilannya.
Tiga langkah monitoring dan evaluasi gizi :
- Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati kondisi klien/
pasien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi apakah
sesuai dengan yang diharapkan.
- Mengukur hasil kegiatan, yaitu mengukur perkembangan atau
pertumbuhan yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi.
Parameter yang harus diukur adalah berdasarkan tanda dan
gejala dari diagnosisis gizi.
- Evaluasi hasil, Pencatatan dan Pelaporan. Pencatatan dan
pelaporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan
dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Format
ADIME merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT.
3) Koordinasi Pelayanan
Koordinasi atau komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk
memberikan asuhan yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan, dietisien harus berkolaborasi dengan dokter,
perawat, farmasi, dan tenaga kesehatan.
4) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
Dokter berperan sebagai ketua tim asuhan gizi, yang bertanggung jawab
atas pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Dokter menegakkan
diagnosa dan menetapkan terapi secara keseluruhan, menetapkan
preskripsi diet, dan mengirim atau merujuk pasien ke dietisien untuk
mendapatkan penyuluhan dan konsultasi gizi.
5) Perawat
Melakukan pemantauan asupan makanan dan respon klinis klien/pasien
terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan kepada dietisien bila
terjadi perubahan pada kondisi pasien.
6) Dietisien
Melaksanakan skrining gizi :
a) Melakukan assesmen/pengkajian gizi pada pasien yang beresiko
malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengukuran antropometri,
pencatatan hasil laboratorium, fisik klinik, interpretasi data riwayat
gizi dan riwayat personal.
b) Mengidentifikasi masalah/ diagnosa gizi berdasarkan hasil
assesmen dan menetapkan prioritas diagnosa gizi.
c) Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan
preskripsi diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive
serta merencanakan edukasi/ konseling.
d) Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan kondisi pasien
dan diet definitive.
e) Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam
pelaksanaan intervensi gizi
f) Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
g) Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
h) Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien
dan keluarganya.
i) Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi pada rekam medik
pasien.
j) Melakukan assesmen gizi ulang (reassesmen) apabila tujuan
belum tercapai.
k) Melaksanakan visite dengan atau tanpa dokter.
l) Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter,
perawat, farmasi, anggota tim asuhan gizi lain, pasien/ klien dan
keluarganya, dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
7) Farmasi
a. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat
dan makanan.
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
interaksi obat dan makanan.
8) Tenaga Kesehatan Lainnya
Tenaga kesehatan lainnya misalnya adalah tenaga terapi okupasi,
tenaga wicara yang berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan
intervensi pada pasien dengan gangguan menelan yang berat dan lain
sebagainya.

3. PENYELENGGARAAN MAKANAN
a. Pengertian
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,
perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan
dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan,
pelaporan serta evaluasi.
b. Tujuan
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman
dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.
c. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah pasien.

Gambar 5
Proses Penyelenggaraan Makanan Di RSUD Borong
d. Mekanisme Penyelenggaraan Makanan
1) Perencanaan Anggaran Belanja
Anggaran belanja untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan gizi
direncanakan setahun sebelumnya dan dibuat atas dasar pengalaman
pada tahun sebelumnya. Anggaran belanja meliputi pembelanjaan
bahan makanan pada tempat produksi di RSUD Borong.
2) Perencanaan Menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan
diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan kebutuhan zat gizi
yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Standar makanan mengacu pada
buku panduan diet dan buku standar pelayanan makanan pasien dan
pegawai Instalasi gizi RSUD Borong. Adapun tujuan perencanaan menu
ialah agar tersedia siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di
rumah sakit. Standar makanan pegawai berpedoman pada pola
pemberian makanan dan minuman pegawai RSUD Borong. Menu
makanan pasien menggunakan siklus menu 10 hari yang dibuat dalam 1
tahun sekali.
3) Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan
Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan
kebutuhan bahan makanan (jumlah dan jenis) yang diperlukan untuk
pengadaan bahan makanan. Tujuannya adalah untuk tercapainya
jumlah dan jenis bahan makanan yang diperlukan dalam pengadaan
bahan makanan.
4) Pengadaan Bahan Makanan
Pengadaan bahan makanan merupakan proses penyediaan bahan
makananan yang bertujuan agar terpenuhinya bahan makanan yang
sesuai dengan sepesifikasi. Adapun langkah-langkah pengadaan
sebagai berikut:
- Membuat formulir pemesanan bahan makanan sesuai dengan
perhitungan bahan makanan
- Daftar belanja yang telah dibuat dipisahkan dengan cara bahan
makanan kering dan bahan makanan basah
- Petugas Perencanaan menyerahkan Surat Pesanan Bahan
Makanan ke penanggung jawab pembelanjaan
5) Penerimaan, Penyaluran Dan Penyimpanan Bahan Makanan
a. Bahan makanan basah
- Bahan makanan basah diterima setiap 2 hari sesuai kebutuhan
bahan makanan harian.
- Bahan makanan basah diterima diruang penerimaan dan
disesuaikan dengan spesifikasi bahan makanan yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan jumlah surat pemesanan, jika
bahan makanan tidak sesuai dengan spesifikasi bahan makanan,
bahan makanan tersebut dapat dikembalikan.
- Setelah bahan makanan sudah sesuai dengan spesifikasi bahan
makanan yang telah ditetapkan, BM diterima langsung dibawa ke
ruang persiapan untuk dilakukan persiapan, pemotongan dan
pembersihan (pemotongan sesuai standar porsi).
- Penyimpanan bahan makanan basah dilakukan apabila ada sisa
bahan makanan disimpan di freezer (golongan daging dan ikan)
dan chiller (golongan sayur, buah, dan bumbu).
- Penyimpanan di freezer dengan suhu -5 oC s/d 0 o
C dan
penyimpanan pada chiller dengan suhu 3 oC s/d 10 oC. jika suhu
melebihi dan kurang dari batas yang telah ditetapkan segera
laporkan ke petugas.
b. Bahan Makanan Kering
- Bahan makanan kering diterima 10 hari sekali atau melihat stok
bahan makanan yang tersedia.
- Bahan makanan kering disimpan di Gudang Besar Bahan
Makanan Kering dengan menggunakan sistim FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out).
- Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai
pembukuan di bagian penyimpanan bahan makanan kering,
termasuk stok bahan makanan yang harus segera diisi tanpa
ditunda, diletakkan pada tempat yang telah disediakan dan sesuai
dengan kelompok bahan makanannya.
- Bahan makanan kering yang digunakan harian disalurkan dari
gudang penyimpanan.
- Produk Nutrisi Enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
6) Persiapan Bahan Makanan
Persiapan bahan makanan adalah semua perlakuan pada saat bahan
makanan diterima, diambil, atau dikeluarkan dari penyimpanan untuk
kemudian disiangi, dibersihkan bagian–bagian yang tidak dimakan,
dicuci, dan sebagainnya. Persiapan bahan makanan harus
mempertimbangkan faktor–fator lingkungan yang dapat merubah,
merusak, dan mempengaruhi kualitas produk.
Langkah–langkah persiapan bahan makanan :
a) Persiapan Daging, Ikan dan Ayam
- Mengambil daging, ikan atau ayam yang datang lebih awal dan
sesuai dengan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan
- Membersihkan daging sesuai dengan proses yang ditentukan
sampai bersih.
- Memotong sesuai standar porsi diet.
- Mencuci kembali jika diperlukan.
- Menyerahkan bahan makanan yang siap diolah ke petugas
pengolahan makanan.
b) Persiapan Sayur
- Mengambil bahan makanan sesuai kebutuhan.
- Mengidentifikasi bahan makanan yang akan digunakan.
- Menyiangi bahan (bersihkan dari kotoran, kulit, dan akar).
- Mencuci bahan hingga bersih sehingga tidak ada ulat yang masih
menempel pada sayur.
- Memotong sayur sesuai dengan standar porsi atau standar menu.
- Menyerahkan bahan makanan yang akan digunakan ke petugas
pengolahan makanan.
c) Persiapan Buah
- Mengambil bahan makanan sesuai dengan kebutuhan
- Mengidentifikasi bahan makanan yang akan digunakan
- Mencuci bahan hingga bersih sebelum dipotong dan dikupas
(kecuali pisang).
- Kupas dan potong buah (papaya, semangka)
- Menyerahkan ke bagian pendistribusian makanan.
7) Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
dikonsumsi, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi, yang bertujuan
untuk :
1. Mempertahankan nilai gizi makanan.
2. Meningkatkan nilai cerna bahan makanan.
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, kenampakan, dan
penampilan makanan.
4. Membunuh atau mematikan kuman – kuman yang berbahaya atau
menghilangkan racun makanan, sehingga makanan terjamin untuk
dikonsumsi pasien dan karyawan.
5. Menyediakan makanan yang berkualitas dan kuantitas sesuai
dengan ketentuan.
Cara-cara yang harus diperhatikan dalam proses pengolahan bahan
makanan :
- Pengolahan menggunakan medium air seperti, merebus yaitu
memasak menggunakan banyak air dan untuk menyetup yaitu
memasak menggunakan sedikit air.
- Pengolahan menggunakan lemak seperti menggoreng yaitu
memasukkan bahan makanan hingga tenggelam pada minyak
sehingga bahan makanan tidak kecoklatan dan tidak menyerap
minyak terlalu banyak. Penggunaan minyak untuk menggoreng juga
disesuaikan dengan bahan makanan yang akan digoreng
- Pengolahan dengan kombinasi seperti menumis, yaitu memasak
dengan sedikit minyak atau margarine. Agar bahan makanan layu,
diberikan air.
- Pengolahan dengan pemanasan seperti memasak menggunakan
oven.
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan pada waktu pengolahan
bahan makanan.
- Pemasakan daging diperlukan waktu 1 – 2 jam, kecuali pada
pemasakan dengan pemanggangan dan pembakaran
- Pemasakan unggas diperlukan waktu 1 – 2 jam pada pemasakan
dengan suhu 150 – 163oC
- Pemasakan ikan, proses pemasakan relative singkat antara 10 – 25
menit dan untuk menghilangkan bau amis yang kuat pada ikan
setelah dibersihkan bisa direndam menggunakan sedikit garam.
- Pemasakan telur memerlukan waktu 2–13 menit, tergantung tebalnya
lapisan kulit telur. Pemasakan telur disesuaikan dengan tingkat
kematangan telur yang diinginkan.
- Pemasakan bahan makanan kacang–kacangan dengan langkah–
langkah :
a) Rendam sebelum dimasak (blanching) agar mempercepat saat
proses pengolahan masakan.
b) Pemasakan berkisar antara ½ - 1 jam.
c) Hasil olahan kacang – kacangan seperti tahu dan tempe
memerlukan waktu 5 – 10 menit.
- Pemasakan sayur – sayuran harus diperhatikan jumlah cairan yang
digunakan dan suhu pemanasan serta waktu pemasakan. Misalnya
pada sayuran hijau dimasak dengan air mendidih dengan jumlah
cairan cukup, dan alat masak tertutup. Sayuran yang berwarna
kuning/ merah, pemasakan dengan menggunakan sedikit cairan
dengan waktu dan suhu yang tepat.
8) Produksi Dan Distribusi Makanan
1. Pelaksanaan distribusi makanan :
Makan Pagi : 06.00 – 07.00 WITA
Snack Pagi : 10.00 – 10.30 WITA
Makan Siang : 12.00 – 13.00 WITA
Snack Sore : 16.00 – 16.30 WITA
Makan Sore : 18.00 – 19.00 WITA
2. Perubahan dan penambahan diet pasien dilakukan untuk pasien
baru :
Jam pagi : 22.00 – 05.00 WITA
Jam siang : 08.00 – 10.30 WITA
Jam sore : 13.00 – 16.30 WITA
(pada jam siang yang bertanggung jawab adalah ahli gizi sedangkan
pada jam pagi dan sore dilaksakan oleh pemasak dikarenakan
kekurangan tenaga)
3. Distribusi makanan dilakukan dengan cara sentralisasi , makanan
pasien dibagi, diporsi dan disajikan dalam alat makan di ruang
distribusi makanan.
4. Makanan diantarkan dan disajikan ke pasien oleh petugas
pendorong dan penyaji makanan dari ruang rawat inap.
5. Pada tempat makan pasien diberi etiket diet yang berisii Nama
Pasien, Jenis Diet.
6. Setiap hari diambil sempel makanan diletakkan dalam wadah
tertutup dan disimpan di kulkas dalam waktu 2 x 24 jam.

BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH

Proses Pengelolaan Limbah Proses pengelolaan limbah dimulai dari


identifikasi, pemisahan, labeling, pengangkutan, penyimpanan hingga
pembuangan/pemusnahan.
1. Identifikasi jenis limbah
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiri dari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik, limbah
farmasi, limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan limbah
radioaktif.
2. Pemisahan Limbah
Pemisahan limbah dimulai pada awal limbah dihasilkan dengan memisahkan
limbah sesuai dengan jenisnya.
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara lain :
 Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning. Contoh: sampel
laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ, bagian dari tubuh, otopsi,
cairan tubuh, produk darah yang terdiri dari serum, plasma, trombosit dan
lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius bila bekas pakai pasien infeksi
saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang di transmisikan
lewat darah atau cairan tubuh lainnya.
 Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan
tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Contoh: sampah
rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.
 Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan
kedalam wadah tahan tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung infus, benda
yang berpermukaan tajam.
 Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair
(spoelhoek)

BAB VI
LOGISTIK

Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan/penghapusan dan pengendalian serta proses
administrasi, sehingga manajemen logistik yang baik mampu menjawab tujuan dan
bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat
bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efektif dan efisien.

Manajemen logistik pada instalasi gizi berupa bahan makanan. Karakteristik


dalam logistik instalasi gizi yaitu perhitungan berdasarkan BOR/jumlah porsi,
tergantung kepada jenis diet serta kualitasnya tergantung dari cara penyimpanan.
Fungsi dari manajemen logistik Instalasi Gizi terdiri dari :

1. Perencanaan anggaran belanja


2. Perencanaan menu
3. Perhitungan kebutuhan bahan makanan
4. Pengadaan bahan makanan
5. Penerimaan bahan makanan
6. Penyimpanan dan penyaluran bahan makanan
7. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi
1) Perencanaan Anggaran Belanja Bahan Makanan
Untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan gizi direncanakan setahun
sebelumnya dan dibuat atas dasar pengalaman pada tahun sebelumnya.
Untuk kebutuhan bahan makanan diperlukan data – data sebagai berikut :
- Macam dan jumlah bahan makanan yang ada.
- Macam dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan untuk berbagai
golongan konsumen.
- Jumlah taksiran bahan makanan yang akan dibeli.
- Jumlah konsumen yang makan menurut macamnya.
- Kalkulasi total biaya.
- Pengusulan anggaran belanja satu tahun.

2) Perencanaan Menu
Langkah - langkah perencanaan menu pasien adalah sebagai berikut :
- Mengumpulkan berbagai jenis hidangan, kelompokan berdasarkan jenis
makanan.
- Menyusun pola menu dan master menu yang memuat garis besar
frekuensi penggunaan bahan makananan harian dengan siklus menu yang
berlaku.
- Memasukkan hidanganan hewani yang serasi dengan warna, komposisi,
kosistensi, bentuk dan variasi yang kemudian dikombinasikan dengan lauk
nabati dan sayur.
- Menyiapkan formulir penilaian organoleptik, ukuran bentuk potongan, suhu,
pengulangan penyajian dan sanitasi.
- Menilai menu dengan beberapa penilaian obyektif
- Melakukan pra test untuk mengetahui tanggapan pasien dengan cara
melihat waste atau sisa makanan yang ada : jika waste >50% menu
diganti, jika waste <50% menu tetap
- Membuat perbaikan menu dengan selanjutnya menu siap untuk diusulkan
kepada pengambil keputusan.
3) Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan
Perhitungan kebutuhan bahan makanan menggunakan data kekuatan pasien,
selain itu adanya penggolongan macam bahan makanan yang akan dibeli
(bahan makanan basah dan kering), jumlah, waktu, frekuensi, siklus dan jenis
bahan makanannya.
4) Pengadaan Bahan Makanan
Pengadaan bahan makanan merupakan proses penyediaan bahan makananan
yang bertujuan agar terpenuhinya bahan makanan yang sesuai dengan
sepesifikasi. Pengadaan bahan makanan dilakukan oleh panitia pengadaan.
Adapun langkah-langkah pengadaan sebagai berikut:
a. Membuat formulir pemesanan bahan makanan sesuai dengan
perhitungan bahan makanan
b. Daftar belanja yang telah dibuat dipisahkan dengan cara bahan makanan
kering dan bahan makanan basah
c. Petugas Perencanaan menyerahkan Surat Pesanan Bahan Makanan ke
rekanan kerja sama yang disetujui oleh pihak Rumah Sakit.
5) Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi memeriksa,
meneliti, mencatat, memutuskan dan melaporkan tentang macam dan jumlah
bahan makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan
serta waktu penerimaannya.
Langkah-langkah penerimaan bahan makanan :
- Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan
spesifikasi bahan makanan yang dipesan
- Bahan makanan dikirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis
barang atau dapat langsung ke tempat pengolahan makanan.
- Bahan makanan basah diterima setiap hari sesuai kebutuhan bahan
makanan harian.
- Bahan makanan basah diterima diruang penerimaan dan disesuaikan
dengan spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan jumlah surat pemesanan, jika bahan makanan tidak sesuai dengan
spesifikasi bahan makanan, bahan makanan tersebut dapat dikembalikan.
- Bahan makanan kering diterima 10 hari sekali atau melihat stok bahan
makanan yang tersedia.
- Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan
di bagian penyimpanan bahan makanan kering, termasuk stok bahan
makanan yang harus segera diisi tanpa ditunda, diletakkan pada tempat
yang telah disediakan dan sesuai dengan kelompok bahan makanannya.
6) Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan
a) Penyimpanan Bahan Makanan
Adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas
dan keamanan bahan makanan kering dan segar di gudang bahan
makanan kering dan dingin/beku.
Langkah-langkah penyimpanan bahan makanan :
- Penyimpanan bahan makanan basah dilakukan apabila ada sisa bahan
makanan disimpan di freezer (golongan daging dan ikan) dan chiller
(golongan sayur, buah, dan bumbu).
- Penyimpanan di freezer dengan suhu -5 oC s/d 0 oC dan penyimpanan
pada chiller dengan suhu 3 oC s/d 10 oC. jika suhu melebihi dan kurang
dari batas yang telah ditetapkan segera laporkan ke petugas.
- Produk Nutrisi Enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
- Bahan makanan kering disimpan di Gudang Besar Bahan Makanan
Kering dengan menggunakan sistim FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out).
b) Penyaluran Bahan Makanan
Adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan berdasarkan
permintaan dari unit kerja pengolahan makanan. Langkah-langkah
penyaluran bahan makanan :
- Setelah bahan makanan sudah sesuai dengan spesifikasi bahan
makanan yang telah ditetapkan, BM diterima langsung dibawa ke
ruang persiapan untuk dilakukan persiapan, pemotongan dan
pembersihan (pemotongan sesuai standar porsi).
- Bahan makanan kering yang digunakan harian disalurkan dari
Gudang Penyimpanan.
7) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian.
Pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan sedangkan pelaporan
dilakukan berkala sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
(bulanan/triwulan/tahunan).
a) Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
- Formulir pemesanan dan bahan makanan harian
- Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang instalasi
gizi pada hari itu
- Pencatatan sisa bahan makanan basah dan kering (harian/bulanan)
- Pencatatan pemakaian dan stok bahan makanan
b) Pencatatan dan Pelaporan Penyelenggaraan Makanan
Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya
c) Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
- Pencatatan pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian
- Perhitungan rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang akan datang
selama satu tahun.
- Perhitungan harga rata-rata pemakaian bahan makanan per orang per
hari dalam satu kali putaran menu
- Laporan/usulan anggaran belanja bahan makanan
- Realisasi penggunaan anggaran belanja
- Evaluasi anggaran belanja
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. Keamanan Makanan
1. Pengertian
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan, sehingga menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi dalam proses
pengolahan makanan di rumah sakit.
Upaya untuk menjamin keamanan makanan adalah dengan
menerapkan jaminan mutu yang berdasarkan keamanan makanan.
Prinsip keamanan makanan meliputi; 1). Good Manufacturing Practices
(GMP); 2). Higiene dan Sanitasi Makanan (Penyehatan Makanan); dan 3).
Penggunaan bahan tambahan makanan.
2. Tujuan
Tujuan dari cara pengolahan makanan yang baik dan benar yang
merupakan kaidah dari GMP adalah:
a. Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak aman dan
tidak memenuhi syarat
b. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang
diproduksi sudah aman dan layak dikonsumsi
c. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap makanan
yang disajikan
3. Penerapan
Upaya yang dilakukan dalam menjamin keamanan makanan, merupakan
prosedur yang bersifat antisipasi dan preventif dan dilakukan mulai dari
pemilihan bahan makanan sampai penyajian makanan ke konsumen.
a) Pemilihan Bahan Makanan
Tindakan preventif yang dilakukan, dimulai dari penetapan kualitas
bahan makanan, yang dituangkan dalam daftar spesifikasi bahan
makanan. Selanjutnya daftar spesifikasi bahan makanan tersebut
digunakan sebagai pedoman dalam penerimaan bahan makanan.

b) Penyimpanan Bahan Makanan


Persyaratan penyimpanan Bahan Makanan :
- Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri,
serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan yang
berbahaya.
- Menggunakan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO).
- Tempat penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan.
Bahan makanan kering disimpan di tempat yang kering dan tidak
lembab, bahan makanan yang cepat rusak disimpang dalam lemari
pendingin.
Tabel 3
Suhu dan Lama Penyimpanan Bahan Makanan Mentah dan Segar
No Jenis Bahan Makanan Lama Waktu Penyimpanan
<3 hari ≤1 minggu >1 minggu

1. Daging, ikan, udang dan -5 sd 0ºC -10 sd <-10ºC


hasil olahannya -50ºC

2. Telur, buah dan hasil 5 sd 7ºC -5 sd 0ºC <-5 ºC


olahannya

3. Sayur, buah dan 10 ºC 10 ºC 10 ºC


minuman

4. Tepung dan biji-bijian 25 ºC 25 ºC 25 C

c) Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan yang dilakukan sesuai dengan kaidah prinsip
produksi makanan, yaitu :
1. Tempat pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan
hygiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap
makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan
hewan lainnya.
2. Memperhatikan suhu dan waktu pengolahan karena setiap bahan
makanan mempunyai waktu kematangan yang berbeda.
d) Pengangkutan Makanan
Pengangkutan bahan makanan dan makanan yang sudah diolah
masing masing menggunakan troly khusus yang disiapkan untuk bahan
makanan dan makanan yang sudah di olah. Troly untuk mengangkut
makanan yang diolah, dilengkapi dengan wadah makanan yang
tertutup, terbuat dari bahan yang utuh, kuat, tidak berkarat dengan
ukuran menyesuaikan dengan porsi makanan, sehingga dapat
mencegah terjadinya kondensasi ( uap makanan yang mencair).
e) Penyajian Makanan
Setiap jenis makanan ditempatkan terpisah dan ditutup untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang. Jenis alat saji yang digunakan
sesuai dengan kelas perawatan pasien dengan menggunakan prinsip
bersih, yaitu setiap peralatan atau wadah yang digunakan harus
higienis, utuh, tidak cacat atau rusak.

B. Higiene dan Sanitasi Makanan


1. Pengertian
Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu. Sanitasi makanan
merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan pada
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak
kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses
pengolahan, penyiapan, pengangkutan sampai pada saat makanan dan
minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen.
2. Tujuan
Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di rumah sakit ditujukan untuk
:
a. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan
konsumen
b. Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan
kesehatan melalui makanan
c. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan
makanan
3. Higiene Tenaga Penjamah Makanan
Tabel 4
Syarat Higiene Penjamah Makanan
Parameter Syarat

Kondisi - Tidak menderita penyakit menular : batuk, pilek, influenza,


kesehatan diare, penyakit menular lainnya
- Menutup luka (luka terbuka, bisul, luka lainnya)
Menjaga - Mandi teratur dengan sabun dan air bersih
kebersihan diri - Menggosok gigi dengan pasta dan sikat gigi secara teratur,
paling sedikit dua kali dalam sehari, yaitu setelah makan dan
sebelum tidur
- Membiasakan membersihkan lubang hidung, lubang telinga
dan sela – sela jari secara teratur
- Mencuci rambut/kramas secara rutin dua kali dalam seminggu
- Kebersihan tangan : kuku dipotong pendek, kuku tidak dcat
atau kutek, bebas luka
Kebiasaan - Menggunakan metode : 6 langkah cuci tangan
mencuci - Mencuci tangan :
tangan 1. Sebelum menjamah atau memegang makanan
2. Sebelum memegang peralatan makan
3. Setelah keluar dari WC atau kamar kecil
4. Setelah meracik bahan mentah
5. Setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti bersalaman,
menyetir kendaraan, memperbaiki peralatan, memegang
uang, dll
Perilaku - Tidak menggaruk–garuk rambut, lubang hidung atau sela sela
penjamah jari kuku
makanan - Tidak merokok
dalam - Menutup mulut saat bersin atau batuk
melakukan - Tidak meludah sembarangan diruangan pengolahan makanan
kegiatan - Tidak menyisir rambut sembarangan terutama diruangan
pelayanan persiapan dan pengolahan makanan
penanganan - Tidak memegang, mengambil, memindahkan dan mencicipi
makanan makanan langsung dengan tangan (tanpa alat)
- Tidak memakan permen dan sejenisnya pada saat mengolah
makanan
Penampilan - Selalu bersih dan rapi, memakai APD dengan lengkap.
penjamah - Celemek yang digunakan diganti setiap hari, sesuai dengan
makanan panduan penggunaan APD.
- Memakai alas kaki yang tidak licin dan tidak memakai
perhiasan
- Memakai sarung tangan, jika dibutuhkan

4. Higiene Peralatan Pengolahan Makanan


Upaya yang dilakukan untuk menghindari pencemaran pangan dari
peralatan yang kotor :
a. Menggunakan peralatan yang mudah di bersihkan
b. Menyediakan peralatan ( pisau dan talenan) secara terpisah untuk
masing- masing kelompok bahan makanan ( Bumbu, Lauk Hewani,Lauk
Nabati,Sayur dan Buah)
c. Membersihkan permukaan meja tempat pengolahan dengan
detergent/sabun dan air bersih dengan benar.
d. Membersihkan semua peralatan setelah dipakai dengan menggunakan
detergent/sabun dan air panas
e. Meletakkan peralatan yang tidak dipakai dengan menghadap ke bawah,
bilas kembali peralatan dengan air bersih sebelum mulai memasak.
5. Sanitasi Air dan Lingkungan
Upaya sanitasi air dan lingkungan yang diterapkan :
a. Menggunakan air yang tidak berwarna,tidak berbau, dan tidak berasa
dan memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau air minum.
b. Menjaga Dapur dan tempat pengelolaan makanan agar bebas dari tikus,
kecoa, lalat ,serangga dan hewan lain.
c. Tempat sampah terpisah antara sampah kering dan sampah basah dan
ditutup dengan rapat agar tidak dihinggapi lalat dan tidak meninggalkan
bau busuk.
d. Membuang sampah secara teratur di tempat pembuangan sampah yang
sudah di tetapkan.
e. Membersihkan lantai dan dinding secara teratur.
f. Memastikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) berfungsi dengan
baik
g. Menyediakan tempat cuci tangan yang memenuhi syarat.

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja
petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
B. Tujuan
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi perlindungan pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik,
keracunan, infeksi dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kebersihan dan ketertiban
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerja
l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
n. Mencegah terkena aliran listrik
o. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

C. Prosedur Keselamatan
1. Ruang Penyelenggaraan Makanan
Di ruang penyelenggaraan makanan tersedia alat pemadam kebakaran
yang berfungsi baik dan ditempatkan ditempat yang mudah dijangkau
kemudian dilengkapi juga dengan alat atau obat P3K yang sederhana.
2. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan
- Petugas menggunakan APD : baju kerja, penutup kepala, apron dan
alas kaki.
- Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5 momen yang
ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan makanan.
- Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan menurut
cara yang tepat dan jangan melakukan dan meletakan posisi tangan
pada tempat ke arah bagian alat yang tajam (berbahaya)
- Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut
- Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan
- Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan
- Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
- Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
- Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang
penerimaan dan penyimpanan
3. Ruang persiapan dan pengolahan makanan
- Petugas menggunakan APD : baju kerja, penutup kepala, apron,
masker dan alas kaki.
- Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5 momen yang
ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan makanan.
- Menggunakan peralatan yang sesuai dengan petunjuk dan tidak
bercakap – cakap selama menggunakan alat tersebut
- Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah bahan
makanan
- Membersihkan mesin menurut petunjuk dan mematikan mesin sebelum
membersihkannya.
- Pada saat selesai menggunakan alat, teliti kembali apakah semua alat
sudah dimatikan mesinnya
- Meletakan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
- Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan
4. Ruang Distribusi Makanan di Unit Pelayanan Gizi
- Petugas menggunakan APD : baju kerja, penutup kepala, masker,
sarung tangan , apron dan alas kaki.
- Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5 momen yang
ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan makanan.
- Tidak mengisi panci atau piring terlalu penuh
- Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas
- Meletakkan alat dengan teratur dan rapi
- Bila membawa air panas tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi
tempat tersebut sampai penuh.
5. Alat Pelindung Diri
- Baju kerja, apron dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak
licin dan enak dipakai sehingga tidak menggangu gerak pegawai
sewaktu bekerja.
- Menggunakan sandal yang tidak licin bila tidak berada di lingkungan
dapur.
- Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih
dan jumlah yang cukup, sabun dan sebagainya.
- Menggunakan serbet pada tempatnya.
- Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang
mudah terjangkau
- Tersedia alat/obat P3K yang sederhana.

BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3 komponen


mutu, yaitu :
1. Pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa produk yang
dihasilkan aman
2. Menjamin kepuasan konsumen dan
3. Assesmen yang berkualitas.
Mengingat ruang lingkup pelayanan gizi di rumah sakit yang kompleks, maka
perlu menetapkan dan mengembangkan indikator mutu pelayanan gizi agar tercapai
pelayanan gizi yang optimal. Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi di
rumah sakit ditujukan untuk menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi.
Fungsi dari pengawasan dan pengendalian mutu dalam pelayanan gizi di rumah
sakit adalah :
1. Mengawasi setiap tahapan proses;
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan;
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu.

Macam Pengendalian Mutu


Pelayanan gizi di rumah sakit dapat dikatakan berkualitas, bila hasil
pelayanan mendekati hasil yang diharapkan dan dilakukan sesuai dengan standar
dan prosedur yang berlaku. Beberapa pengendalian mutu di instalasi gizi adalah
sebagai berikut :

1. Indikator Mutu
Tabel 5
Pengkajian Gizi Dalam 2 X 24 Jam
Judul Pengkajian Gizi Dalam 2 x 24 jam
Dimensi Mutu Ketepatan waktu, kesinambungan
Tujuan Semua pasien baru harus mendapatkan pengkajian gizi dalam
waktu ≤ 2 x 24 jam sebagai pertangunggjawaban petugas gizi
dalam memberikan pelayanan gizi.

Definisi Kegiatan pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk


Operasional dikaji dengan tujuan mengetahui permasalahan gizi dari pasien
rawat inap yang terdiri data riwayat gizi, data biokimia, data
antropometri, data fisik klinis, dan data riwayat personal dalam
waktu ≤ 2 x 24 jam

Frekuensi 1 bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa Setiap bulan

Numerator Jumlah pasien baru yang sudah dilakukan pengkajian gizi


dengan lengkap dalam waktu ≤ 2x24 jam

Denomerator Jumlah seluruh pasien baru

Sumber Data Survey


Standar 100%
Pj Pengumpul
Data Kepala Instalasi Gizi

2. Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Tabel 6
Ketepatan Waktu Pemberian Makan Kepada Pasien
Judul Ketepatan Waktu pemberian Makanan Kepada Pasien
Dimensi mutu Efektifitas, akses, kenyamanan
Tujuan Tergambarnya efektifitas pelayanan Instalasi Gizi

Definisi Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien


Operasional adalah ketepatan penyediaan makanan pada pasien
sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan.
Jadwal Distribusi Makanan Pasien :

Pagi : Jam 06.00 – 07.00 WITA


Siang : Jam 12.00 – 13.00 WITA
Sore : Jam 18.00 – 19.00 WITA

Makanan diterima oleh pasien maksimal 30 menit setelah


jadwal distribusi Makanan Pasien
Frekuensi 1 bulan sekali
Pengumpulan
Data
Periode Analisa 1 bulan sekali
Numerator Jumlah pasien rawat inap yang di survey yang mendapat
makanan tepat waktu dalam satu bulan

Denomerator Jumlah seluruh pasien rawat inap yang disurvey

Sumber Data Survey


Standar ≥ 90%
Pj Pengumpul
Data Kepala Instalasi Gizi

Tabel 7
Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet
Judul Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet
Dimensi Mutu Keamanan, Efisiensi
Tujuan Tergambarnya kesalahan dan efisiensi pelayanan Instalasi
Gizi
Definisi Kesalahan dalam memberikan diet adalah kesalahan
Operasional dalam memberikan jenis diet (salah diet/salah standar
diet)
Frekuensi 1 bulan sekali
Pengumpulan
data
Periode Analisa 1 bulan sekali
Numerator Jumlah pemberian makanan kepada pasien yang di survey
dikurangi jumlah pemberian makanan ke pasien yang
salah diet
Denomerator Jumlah pemberian makanan kepada pasien yang di survey
Sumber Data Survey
Standar 100 %
Pj pengumpul Kepala Instalasi Gizi
Data
Data tidak adanya Keselahan dan Pemberian Diet
Periode :
Ruang :
Tanggal Jmlh yg Tepat Salah diet ket
Disurvey Diet

Tabel 8
Sisa Makan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien
Judul Sisa Makanan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien
Dimensi Mutu Efektifitas dan Efisiensi
Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi Pelayanan Instalasi
Gizi
Definisi Sisa makanan adalah prosentase porsi makanan yang
Operasional tersisa yang tidak dimakan oleh pasien (menggunakan
metode comstock)
Frekuensi 1 bulan sekali
Pengumpulan
data
Periode 1 bulan sekali
Analisa
Numerator Jumlah kumulatif porsi sisa makanan pasien yang disurvey
Denomerator Jumlah pasien yang di survey
Sumber Data Survey
Standar ≤ 20 %
Pj Pengumpul Kepala Instalasi Gizi
Data
Survey Sisa Makanan
Ruang :
Tanggal Audit :
Nama Pasien :
Waktu Makan :
Diet : ( B/L/S )
Tidak Dimakan Ket
Mak. ¾p ½p ¼p

Makanan Pokok
Lauk Hewani
Lauk Nabati
Sayuran
Jumlah

Dikalikan

Total

Audit Sisa Makanan

3. Indikator Mutu Internal


Tabel 9
Asuhan Gizi Pasien Ruang Rawat Inap
Judul Kegiatan Asuhan Gizi di Ruang Rawat Inap
Dimensi Mutu Keamanan, kenyamanan
Tujuan Mengetahui gambaran pencapaian asuhan gizi di ruang rawat
inap RSUD Borong.
Definisi Kegiatan yang dilakukan oleh ahli gizi ruang rawat inap mulai
Operasional dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet hingga
evaluasi kepada pasien yang mengacu pada prosedur yang
sudah ditetapkan oleh Instalasi Gizi
Frekuensi 1 bulan sekali
Pengumpulan
Data
Periode 1 bulan sekali
Analisa
Numerator Jumlah pasien yang mendapat asuhan gizi
Denumerator Jumlah seluruh pasien
Sumber Data Survey
Standar ≥ 85 % ( hrs diberi asuhan gizi: NCP,...pengkajian diet )
Pj pengumpul Kepala Instalasi Gizi
Data
Format Pengkajian
Tanggal audit :
Ruangan :
No Pasien Tanggal Ket
MRS Pengkajian

Tabel 10
Indeks Kepuasan Masyarakat
Judul
Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan gizi
 Definisi Operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataaan puas
oleh pelanggan terhadap pelayanan gizi
Frekuensi 1 bulan sekali
Pengumpulan Data
Periode Analisa 1 bulan sekali
Numerator Jumlah Kumulatif hasil penilaian kepuasan dari
pasien dari kotak saran
Denumerator Jumlah total pasien yang memberi saran di kotak
saran
Sumber Data Survey
Standar ≥ 80 %
Pj pengumpul data Kepala Instalasi Gizi
BAB X
PENUTUP

Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan bagian integral dari pelayanan


kesehatan lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu
upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat
inap maupun rawat jalan di rumah sakit. Pelayanan gizi yang dilaksanakan di rumah
sakit tentunya perlu dipersiapkan secara professional sesuai perkembangan
tersebut.
Dengan tersusunnya pedoman pelayanan gizi di instalasi gizi ini, merupakan
gambaran tahap rencana kerja kegiatan. Demikian pedoman pelayanan instalasi gizi
dibuat untuk dijadikan dasar bagi perbaikan yang akan dilakukan agar kualitas/mutu
pelayanan gizi nantinya tercapai dan ditingkatkan. Agar dapat terlaksananya
program pelayanan gizi instalasi gizi, maka perlu dukungan dan partisipasi dan
dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari semua pihak yang terkait serta perhatian
dan dukungan RSUD Borong mengingat tantangan kedepan semakin berat.

DAFTAR PUSTAKA

Ariantang, Irianton. 2012. Penyelenggaraan Makanan “ Manajemen Sistem


Pelayanan Gizi Swakelola & Jasa Boga di Instalasi Gizi Rumah Sakit “. Yogyakarta.
Leutika, CEBios dan Jurusan Gizi-Poltekkes Yogyakarta

Cornelia. dkk. 2010. Penuntun Konseling Gizi. Jakarta. PT Abadi

Ernawati, Siti M. 2013. Buku Pedoman PKRS RSUD Dr. SAIFUL ANWAR. Malang

Ida. Restyasni. dkk. 2013. Laporan Residensi di RSUD Dr. SAIFUL ANWAR Malang.
Semarang. Program Studi Magister Epidemologi Konsentrasi Sains Terapan
Kesehatan Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Kresnawan. Triyani. dkk. 2012. Pedoman Pelayanan Asuhan Gizi di RSUPN Dr.
CIPTO MANGUNKUSUMO. Jakarta. Direktorat Medik dan Keperawatan Bidang
Pelayanan Medik RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO.
Kurnianto. Bhaskara. dkk. 2014. Penyusunan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit RSUD Dr. SAIFUL ANWAR Malang. Malang. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Program Diploma III Jurusan Gizi

Masitorini.Tiur. 2010. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Unit Gizi RSI
Aisyayah Malang. Malang. Unit Gizi RSI Aisyayah

McLeod, Jhon. 2008. Pengantar Konseling “ Teori dan Kasus “. Jakarta. Kencana

Netty. Embry. dkk. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit.


Jakarta. Departemen Kesehatan RI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA

Program Pelayanan Gizi Instalasi Gizi tahun 2014 Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. SAIFUL ANWAR Malang

Sumapradja, Miranti G. dkk. 2011. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta.
Abadi Publishing & Printing

Supariasa. I Dewa Nyoman. 2013. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Susunan Organisasi dan Urian Tugas Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
SAIFUL ANWAR Malang 2011

Yuwono. Slamet Riyadi. dkk. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS).
Jakarta. Kementrian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai