Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya, Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi ini dapat selesai dan
menjadi pedoman di Rumah Sakit Umum Daerah Borong.
Saat ini kebutuhan akan standar pelayanan merupakan suatu hal
yang sangat penting, khususnya di Instalasi Sanitasi. Pedoman ini akan
menjadi acuan bagi petugas dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sesuai dengan batasan dan tanggung jawab masing-masing. Disamping itu,
dengan adanya pedoman ini agar senantiasa dapat menjaga mutu
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan
saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan
serta penyusunan pedoman pelayanan ini dapat memberi manfaat bagi
penyusun dan seluruh staf Rumah Sakit Daerah Umum Daerah Borong.
PEDOMAN PELAYANANAN
INSTALASI SANITASI
Menimbang :
a. Bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkum- pulnya orang sakit maupun
orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang – Undang Republik Indonesia N0. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Mentri kesehatan RI Nomor
1204/Menkes/SK/III/2008 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/Menkes/SK/III/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan Menular (Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495);
7. Kemenkes RI NOMOR:
1204/MENKES/SK/X/2004 : Tentang Garis Besar
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN:
2. Arsip
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
1. Terlaksananya kebersihan/ Sanitasi Rumah Sakit supaya mencegah
terjadinya penularan penyakit.
2. Meminimalis dampak dan bahaya yang dapat ditimbulkan dari limbah
rumah sakit yang tidak diolah dengan benar baik Limbah padat maupun
Cair.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
A. Lingkup Area
1. Pelaksana Pedoman Ini adalah tenaga Kesehatan
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Pedoman Sanitasi adalah
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Intensive care Unit
d. Instalasi Bedah central
e. Instalasi Rawat Inap
f. Instalasi Penunjang Lainnya.
B. Kewajiban Dan Tanggung Jawab :
1. Seluruh Staf Rumah Sakit wajib memahami tentang Pedoman Sanitasi
Rumah Sakit
2. Perawat yang Bertugas (Perawat Penanggung jawab Pasien)
Bertanggung jawab melakukan Pedoman Sanitasi.
3. Kepala Instalasi (Kepala Ruangan)
a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami Pedoman Sanitasi
b. Terlibat dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Pedoman
sanitasi
4. Manajer
a. Memantau dan memastikan Pedoman sanitasi dikelola dengan baik
oleh Kepala Instalasi
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan Pedoman Sanitasi
D. Batasan Operasional
a. PENYEHATAN RUANG BANGUNAN DAN HALAMAN RUMAH SAKIT
Pengertian
Persyaratan
a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
1. Lantai
2. Dinding
3. Ventilasi
4. Atap
5. Langit-langit
6. Kontruksi
7. Pintu
8. Jaringan instalasi
9. Lalu lintas antar ruangan
10. Fasilitas pemadam kebakaran
c. Ruang bangunan
Tabel : I.1
Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Konsentrasi Maximum
No
Ruang/ Unit Mikroorganisme per m2 udara
.
(CFU/m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan premature 200
7 ICU 200
8 Jenazah/autopsy 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi, pertemuan 200-500
16 Ruang luka bakar 200
e. Pencahayaan
f. Pengawahan
g. Kebisingan
Tabel I.2
Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah
Kamar Mandi
Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan
dan kamar isolasi
Tata Laksana
o Pengertian
o Persyaratan
Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan :
1) Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan
dan pada minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel
minuman.
2) Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman
E.Coli.
3) Makanan Yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas
lebih dari 65,5° atau dalam suhu dingin kurang dari 4° C. Untuk
makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu – 5° C
sampai -1° C.
4) Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10°
C.
5) Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu yang di
tentukan.
6) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
7) Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai,
dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm
o Pengawasan
Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
Pengawasan dilakukan secara :
a. Internal
b. External
1. Pengertian
1) Air minum adalah air ayng melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yangmemenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
2) Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal
dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air
kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum.
2. Persyaratan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Kepala Unit Pelayanan Sanitasi
a. Di RSUD Kecamatan Mandau ini, terdapat 1 orang Kepala Instalasi Sanitasi
sebagai penanggung jawab umum organisasi unit pelayanan sanitasi yang
ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit dengan berdasarkan ketentuan dan
peraturan kepegawaian yang berlaku.
b. Kepala Instalasi Sanitasi ini bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan
sanitasi di RSUD Kecamatan Mandau yang pada umumnya bertanggung jawab
kepada Direktur RSUD Kecamatan Mandau.
c. Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan sanitasi di RSUD Kecamatan
Mandau maka tugas dan fungsi Kepala Instalasi Sanitasi yaitu :
1) Menyusun perencanaan pelayanan Instalasi Sanitasi
2) Menyusun rencana evaluasi pelayanan Instalasi Sanitasi.
3) Melakukan pengawasan dan pengendalian.
4) Melaksanakan pemantauan.
5) Melaksanakan pengkajian data khusus.
6) Melaksanakan penelitian dan pengembangan.
7) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dalam penyenggaraan
pelayanan sanitasi hingga pelaporan bulanan serta tahunan Instalasi
Sanitasi.
d. Pendidikan Kepala Instalasi Sanitasi RSUD Kecamatan Mandau yaitu S1.
e. Masa kerja di RSUD Kecamatan Mandau selama tahun.
f. Pengalaman Kerja di RSUD Kecamatan Mandau selama tahun.
4. Ahli Sanitasi
a. Di RSUD Kec. Mandau ini, terdapat 1 orang ahli Sanitasi ( Ka. Ruang sanitasi )
yang bertanggung jawab dalam pelayanan sanitasi.
b. Pendidikan ahli Sanitasi RSUD Kec. Mandau yaitu D3 Sanitasi.
c. Masa Kerja di RSUD Kec. Mandau selama 2 Tahun.
d. Pengalaman Kerja di RSUD Kec. Mandau selama 2 Tahun.
b. Shift Siang
Yang bertugas minimal 15 orang tenaga kerja.
o 1 Orang di Ruang OK
o 1 Orang di Ruang UGD
o 1 Orang di Ruang RM, Labor, Apotik, Radiologi
o 2 Orang di Ruang Laundry
o 1 Orang Operator Ipal dan Incenerator
o 2 Orang di Lapangan
o 1 Orang di Irna Penyakit Dalam
o 1 Orang di Irna Bedah
o 1 Orang di Irna Kebidanan dan Perina
o 1 Orang di Irna Anak
o 1 Orang di Ruang Fisioterapi dan Poliklinik
o 1 Orang di Pengangkut sampah
o 1 Orang di Ruang ICU
c. Shift Malam
Yang bertugas minimal 6 orang tenaga kerja.
o 1 Orang di Ruang OK
o 1 Orang di Ruang UGD
o 1 Orang Operator Ipal dan Incenerator
o 1 Orang di Irna Penyakit Dalam
o 1 Orang di Irna Kebidanan dan Perina
o 1 Orang di Ruang ICU
Di antara tenaga kerja shift terdapat tenaga kerja non shift yang bertugas
pada pagi hari yaitu Kepala Instalasi Sanitasi, Kepala Ruang, Koordinator Sanitasi,
Cleaning Service.
Tabel 1
Kualifikasi Sumber Daya Manusia
No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
1 Kepala Instalasi Gizi D III Gizi • - Ijazah D III Gizi
• - STR,
• - Pengalaman kerja ≥
1 tahun di Instalasi Gizi
D. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas pegawai instalasi gizi dibuat dan
dipertanggungjawabkan oleh kepala instalasi gizi. Jadwal jaga dibuat untuk
jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke pegawai instalasi gizi paling
lambat 1 minggu sebelum bulan berikutnya jadwal sudah dikeluarkan dan
diarsipkan di bagian administrasi. Petugas yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jadwal jaga dimulai sudah mengetahuinya;
Apabila petugas karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
- Untuk yang terencana, petugas yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila
tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui) dan yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Kepala Instalasi paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta petugas
tersebut wajib menunjuk petugas jaga pengganti.
- Untuk yang tidak terencana, petugas yang bersangkutan harus
menginformasikan kepada koordinator dan diharapkan petugas tersebut
sudah menunjuk pengganti, apabila pengganti tidak didapatkan, maka
Koordinator wajib untuk mencarikan pengganti, yaitu digantikan oleh
petugas yang pada saat itu libur.
- Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti. Waktu pelayanan di Instalasi Gizi adalah 24 jam
dengan pembagian per unit sebagai berikut :
1. Administrasi
Kegiatan administrasi yang berhubungan dengan pelayanan gizi 6 hari
kerja yaitu : hari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 14.00 WITA.
2. Produksi dan Distribusi Makan Pasien
Kegiatan produksi dan distribusi makanan bagi pasien dikerjakan oleh
pelaksana rumah tangga yang terbagi dalam beberapa shift yaitu :
a. Shift Pagi : Pukul 07.00 – 14.00 WITA
b. Shift Siang : Pukul 14.00 – 21.00 WITA
c. Shift Malam : Pukul 21.00 – 07.00 WITA
3. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Inap
Jam Pelayanan Gizi Rawat Inap dilaksanakan hari senin – minggu
pukul 07.00 – 14.00 WITA.
4. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Jalan
Jam Pelayanan Gizi Rawat Jalan dilaksanakan :
a. Hari Senin – Kamis : Pukul 08.00 – 14.00 WITA
b. Hari Jum’at : Pukul 08.00 – 11.00 WITA
c. Hari Sabtu : Pukul 08.00 – 13.00 WITAMiddleul
Setiap shift harus ada penanggung jawab shift.
BAB III
STANDAR FASILITAS
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila
didukung dengan standar fasilitas berupa sarana dan prasarana yang memadai
untuk melaksanakan pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap dan penyelenggaraan
makanan. Agar penyelenggaraan makanan dapat berjalan dengan optimal, maka
ruangan, peralatan dan perlengkapannya perlu direncanakan dengan baik dan
benar. Dalam merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit pelayanan gizi rumah
sakit, maka diperlukan kesatuan pemikiran antara perencanaan dan pihak
manajemen yang terkait.
A. Denah Ruang
Gambar 1
Denah Instalasi Gizi RSUD Borong
Keterangan :
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI
Gambar 2
Mekanisme Pelayanan Gizi di RSUD Borong
1. PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN
a. Pengertian
Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan
gizi yang berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian
diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada klien/pasien di
rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya disebut kegiatan
konseling gizi dan dietetik atau edukasi/penyuluhan gizi. Dokter penanggung
jawab penyakit dapat merujuk pasien kepada Dietisien untuk mendapatkan
konseling gizi, dengan menyertakan formulir permintaan konseling
sebagaimana tercantum dalam Form I. A.
b. Tujuan
- Memberikan informasi mengenai pesan-pesan gizi dan diet kepada
pasien sesuai dengan penyakit yang dideritanya untuk membantu
proses penyembuhan penyakit.
- Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku
sehat pada pasien melalui nasihat gizi mengenai tujuan diet, jumlah
asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan,
makanan yang boleh dan dilarang serta cara makan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan.
c. Sasaran
- Pasien dan keluarga
- Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
- Individu pasien yang datang atau dirujuk
- Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik oleh
rumah sakit
Gambar 3
Mekanisme Pelayanan Konseling Gizi Rawat Jalan di RSUD Borong
d. Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti
pelayanan konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan pada pasien dewasa
dan anak sebagai berikut :
- Perkenalkan identitas diri kepada pasien dengan menyebutkan nama dan
profesi.
- Lakukan pencatatan data pasien dalam buku regestrasi.
- Lakukan assesmen gizi mulai dari pengukuran antropometri pada pasien,
anamnesa riwayat makan, membaca pemeriksaan laboratoriun dan fisik
klinis (bila ada), dari riwayat personal kemudian analisa semua data
assesmen gizi.
- Tetapkan diagnosis gizi.
- Lakukan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling gizi dengan langkah
menyiapkan dan mengisi leaflet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi
pasien.
- Jelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari
menggunakan alat peraga food model dan leaflet.
- Jelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta
kemampuan pasien.
- Tanyakan kepada pasien tentang hal-hal yang belum jelas mengenai
dietnya dan apabila ada yang ditanyakan maka petugas gizi akan
menerangkan sampai pasien mengerti.
- Lakukan evaluasi kepada pasien untuk mengetahui apakah pasien sudah
memahami dietnya.
- Tutup konsultasi dengan ucapan terima kasih telah berkunjung ke poli
konsultasi rawat jalan dan ingatkan pasien untuk berkunjung ulang pada
bulan depan.
- Lakukan pencatatan hasil konseling gizi dan dimasukkan ke dalam rekam
medik pasien atau diarsipkan di ruang konseling.
2. PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
a. Pengertian
- Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang di
mulai dari proses skrining gizi, pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi
gizi meliputi perencanaan, penyediaan makan, penyuluhan/edukasi dan
konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi.
- Skrining gizi adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi pasien
terhadap resiko malnutrisi (resiko rendah,resiko sedang dan resiko tinggi),
dengan menggunakan metoda Malnutrition Skrining Tools (MST)
- Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas melalui
serangkaian kegiatan mulai dari Assesmen/pengkajian gizi, Diagnosis
gizi, Intervensi gizi, Monitoring dan Evaluasi gizi.
b. Tujuan
- Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan
status gizi.
- Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku sehat
pada pasien rawat inap melalui kebiasaan makan dan minum yang sesuai
anjuran dietnya.
c. Sasaran
- Pasien
- Keluarga
Gambar 4
Proses Pelayanan Gizi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Borong
d. Mekanisme Kegiatan
Kegiatan pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
1) Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan melakukan skrining
atau penapisan oleh ahli gizi/dietisien. Skrining gizi bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien/klien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau
dalam kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah kondisi
dimana pasien mengalami kelainan metabolik, hemodialisis, anak,
geriatrik, kanker dengan kemoterapi, luka bakar, pasien dengan imunitas
menurun, infeksi, sakit kritis, dan lain sebagainya.
Skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk
RS. Metode skrining menggunakan modifikasi Malnutrition Skrining Tools
(MST), karena dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, cepat, dan
disesuaikan dengan kondisi pasien.
2) Proses Asuhan Gizi Terstadar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas melalui
serangkaian kegiatan mulai dari Assesmen/pengkajian gizi, Diagnosis
gizi, Intervensi gizi, Monitoring dan Evaluasi gizi.
Langkah PAGT terdiri dari : A D I M E
Assesmen/Pengkajian Gizi
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan (yang
dicatat yang berhubungan dengan gizi).
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu
Pengukuran antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
- Pengukuran tinggi badan (TB)
- Berat badan (BB)
- Panjang badan (PB)
- Tinggi lutut (TL) apabila dalam kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur
- Lingkar lengan atas (LILA)
3. PENYELENGGARAAN MAKANAN
a. Pengertian
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,
perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan
dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan,
pelaporan serta evaluasi.
b. Tujuan
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman
dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.
c. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah pasien.
Gambar 5
Proses Penyelenggaraan Makanan Di RSUD Borong
d. Mekanisme Penyelenggaraan Makanan
1) Perencanaan Anggaran Belanja
Anggaran belanja untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan gizi
direncanakan setahun sebelumnya dan dibuat atas dasar pengalaman
pada tahun sebelumnya. Anggaran belanja meliputi pembelanjaan
bahan makanan pada tempat produksi di RSUD Borong.
2) Perencanaan Menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan
diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan kebutuhan zat gizi
yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Standar makanan mengacu pada
buku panduan diet dan buku standar pelayanan makanan pasien dan
pegawai Instalasi gizi RSUD Borong. Adapun tujuan perencanaan menu
ialah agar tersedia siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di
rumah sakit. Standar makanan pegawai berpedoman pada pola
pemberian makanan dan minuman pegawai RSUD Borong. Menu
makanan pasien menggunakan siklus menu 10 hari yang dibuat dalam 1
tahun sekali.
3) Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan
Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan
kebutuhan bahan makanan (jumlah dan jenis) yang diperlukan untuk
pengadaan bahan makanan. Tujuannya adalah untuk tercapainya
jumlah dan jenis bahan makanan yang diperlukan dalam pengadaan
bahan makanan.
4) Pengadaan Bahan Makanan
Pengadaan bahan makanan merupakan proses penyediaan bahan
makananan yang bertujuan agar terpenuhinya bahan makanan yang
sesuai dengan sepesifikasi. Adapun langkah-langkah pengadaan
sebagai berikut:
- Membuat formulir pemesanan bahan makanan sesuai dengan
perhitungan bahan makanan
- Daftar belanja yang telah dibuat dipisahkan dengan cara bahan
makanan kering dan bahan makanan basah
- Petugas Perencanaan menyerahkan Surat Pesanan Bahan
Makanan ke penanggung jawab pembelanjaan
5) Penerimaan, Penyaluran Dan Penyimpanan Bahan Makanan
a. Bahan makanan basah
- Bahan makanan basah diterima setiap 2 hari sesuai kebutuhan
bahan makanan harian.
- Bahan makanan basah diterima diruang penerimaan dan
disesuaikan dengan spesifikasi bahan makanan yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan jumlah surat pemesanan, jika
bahan makanan tidak sesuai dengan spesifikasi bahan makanan,
bahan makanan tersebut dapat dikembalikan.
- Setelah bahan makanan sudah sesuai dengan spesifikasi bahan
makanan yang telah ditetapkan, BM diterima langsung dibawa ke
ruang persiapan untuk dilakukan persiapan, pemotongan dan
pembersihan (pemotongan sesuai standar porsi).
- Penyimpanan bahan makanan basah dilakukan apabila ada sisa
bahan makanan disimpan di freezer (golongan daging dan ikan)
dan chiller (golongan sayur, buah, dan bumbu).
- Penyimpanan di freezer dengan suhu -5 oC s/d 0 o
C dan
penyimpanan pada chiller dengan suhu 3 oC s/d 10 oC. jika suhu
melebihi dan kurang dari batas yang telah ditetapkan segera
laporkan ke petugas.
b. Bahan Makanan Kering
- Bahan makanan kering diterima 10 hari sekali atau melihat stok
bahan makanan yang tersedia.
- Bahan makanan kering disimpan di Gudang Besar Bahan
Makanan Kering dengan menggunakan sistim FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out).
- Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai
pembukuan di bagian penyimpanan bahan makanan kering,
termasuk stok bahan makanan yang harus segera diisi tanpa
ditunda, diletakkan pada tempat yang telah disediakan dan sesuai
dengan kelompok bahan makanannya.
- Bahan makanan kering yang digunakan harian disalurkan dari
gudang penyimpanan.
- Produk Nutrisi Enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
6) Persiapan Bahan Makanan
Persiapan bahan makanan adalah semua perlakuan pada saat bahan
makanan diterima, diambil, atau dikeluarkan dari penyimpanan untuk
kemudian disiangi, dibersihkan bagian–bagian yang tidak dimakan,
dicuci, dan sebagainnya. Persiapan bahan makanan harus
mempertimbangkan faktor–fator lingkungan yang dapat merubah,
merusak, dan mempengaruhi kualitas produk.
Langkah–langkah persiapan bahan makanan :
a) Persiapan Daging, Ikan dan Ayam
- Mengambil daging, ikan atau ayam yang datang lebih awal dan
sesuai dengan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan
- Membersihkan daging sesuai dengan proses yang ditentukan
sampai bersih.
- Memotong sesuai standar porsi diet.
- Mencuci kembali jika diperlukan.
- Menyerahkan bahan makanan yang siap diolah ke petugas
pengolahan makanan.
b) Persiapan Sayur
- Mengambil bahan makanan sesuai kebutuhan.
- Mengidentifikasi bahan makanan yang akan digunakan.
- Menyiangi bahan (bersihkan dari kotoran, kulit, dan akar).
- Mencuci bahan hingga bersih sehingga tidak ada ulat yang masih
menempel pada sayur.
- Memotong sayur sesuai dengan standar porsi atau standar menu.
- Menyerahkan bahan makanan yang akan digunakan ke petugas
pengolahan makanan.
c) Persiapan Buah
- Mengambil bahan makanan sesuai dengan kebutuhan
- Mengidentifikasi bahan makanan yang akan digunakan
- Mencuci bahan hingga bersih sebelum dipotong dan dikupas
(kecuali pisang).
- Kupas dan potong buah (papaya, semangka)
- Menyerahkan ke bagian pendistribusian makanan.
7) Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
dikonsumsi, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi, yang bertujuan
untuk :
1. Mempertahankan nilai gizi makanan.
2. Meningkatkan nilai cerna bahan makanan.
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, kenampakan, dan
penampilan makanan.
4. Membunuh atau mematikan kuman – kuman yang berbahaya atau
menghilangkan racun makanan, sehingga makanan terjamin untuk
dikonsumsi pasien dan karyawan.
5. Menyediakan makanan yang berkualitas dan kuantitas sesuai
dengan ketentuan.
Cara-cara yang harus diperhatikan dalam proses pengolahan bahan
makanan :
- Pengolahan menggunakan medium air seperti, merebus yaitu
memasak menggunakan banyak air dan untuk menyetup yaitu
memasak menggunakan sedikit air.
- Pengolahan menggunakan lemak seperti menggoreng yaitu
memasukkan bahan makanan hingga tenggelam pada minyak
sehingga bahan makanan tidak kecoklatan dan tidak menyerap
minyak terlalu banyak. Penggunaan minyak untuk menggoreng juga
disesuaikan dengan bahan makanan yang akan digoreng
- Pengolahan dengan kombinasi seperti menumis, yaitu memasak
dengan sedikit minyak atau margarine. Agar bahan makanan layu,
diberikan air.
- Pengolahan dengan pemanasan seperti memasak menggunakan
oven.
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan pada waktu pengolahan
bahan makanan.
- Pemasakan daging diperlukan waktu 1 – 2 jam, kecuali pada
pemasakan dengan pemanggangan dan pembakaran
- Pemasakan unggas diperlukan waktu 1 – 2 jam pada pemasakan
dengan suhu 150 – 163oC
- Pemasakan ikan, proses pemasakan relative singkat antara 10 – 25
menit dan untuk menghilangkan bau amis yang kuat pada ikan
setelah dibersihkan bisa direndam menggunakan sedikit garam.
- Pemasakan telur memerlukan waktu 2–13 menit, tergantung tebalnya
lapisan kulit telur. Pemasakan telur disesuaikan dengan tingkat
kematangan telur yang diinginkan.
- Pemasakan bahan makanan kacang–kacangan dengan langkah–
langkah :
a) Rendam sebelum dimasak (blanching) agar mempercepat saat
proses pengolahan masakan.
b) Pemasakan berkisar antara ½ - 1 jam.
c) Hasil olahan kacang – kacangan seperti tahu dan tempe
memerlukan waktu 5 – 10 menit.
- Pemasakan sayur – sayuran harus diperhatikan jumlah cairan yang
digunakan dan suhu pemanasan serta waktu pemasakan. Misalnya
pada sayuran hijau dimasak dengan air mendidih dengan jumlah
cairan cukup, dan alat masak tertutup. Sayuran yang berwarna
kuning/ merah, pemasakan dengan menggunakan sedikit cairan
dengan waktu dan suhu yang tepat.
8) Produksi Dan Distribusi Makanan
1. Pelaksanaan distribusi makanan :
Makan Pagi : 06.00 – 07.00 WITA
Snack Pagi : 10.00 – 10.30 WITA
Makan Siang : 12.00 – 13.00 WITA
Snack Sore : 16.00 – 16.30 WITA
Makan Sore : 18.00 – 19.00 WITA
2. Perubahan dan penambahan diet pasien dilakukan untuk pasien
baru :
Jam pagi : 22.00 – 05.00 WITA
Jam siang : 08.00 – 10.30 WITA
Jam sore : 13.00 – 16.30 WITA
(pada jam siang yang bertanggung jawab adalah ahli gizi sedangkan
pada jam pagi dan sore dilaksakan oleh pemasak dikarenakan
kekurangan tenaga)
3. Distribusi makanan dilakukan dengan cara sentralisasi , makanan
pasien dibagi, diporsi dan disajikan dalam alat makan di ruang
distribusi makanan.
4. Makanan diantarkan dan disajikan ke pasien oleh petugas
pendorong dan penyaji makanan dari ruang rawat inap.
5. Pada tempat makan pasien diberi etiket diet yang berisii Nama
Pasien, Jenis Diet.
6. Setiap hari diambil sempel makanan diletakkan dalam wadah
tertutup dan disimpan di kulkas dalam waktu 2 x 24 jam.
BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH
BAB VI
LOGISTIK
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan/penghapusan dan pengendalian serta proses
administrasi, sehingga manajemen logistik yang baik mampu menjawab tujuan dan
bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat
bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efektif dan efisien.
2) Perencanaan Menu
Langkah - langkah perencanaan menu pasien adalah sebagai berikut :
- Mengumpulkan berbagai jenis hidangan, kelompokan berdasarkan jenis
makanan.
- Menyusun pola menu dan master menu yang memuat garis besar
frekuensi penggunaan bahan makananan harian dengan siklus menu yang
berlaku.
- Memasukkan hidanganan hewani yang serasi dengan warna, komposisi,
kosistensi, bentuk dan variasi yang kemudian dikombinasikan dengan lauk
nabati dan sayur.
- Menyiapkan formulir penilaian organoleptik, ukuran bentuk potongan, suhu,
pengulangan penyajian dan sanitasi.
- Menilai menu dengan beberapa penilaian obyektif
- Melakukan pra test untuk mengetahui tanggapan pasien dengan cara
melihat waste atau sisa makanan yang ada : jika waste >50% menu
diganti, jika waste <50% menu tetap
- Membuat perbaikan menu dengan selanjutnya menu siap untuk diusulkan
kepada pengambil keputusan.
3) Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan
Perhitungan kebutuhan bahan makanan menggunakan data kekuatan pasien,
selain itu adanya penggolongan macam bahan makanan yang akan dibeli
(bahan makanan basah dan kering), jumlah, waktu, frekuensi, siklus dan jenis
bahan makanannya.
4) Pengadaan Bahan Makanan
Pengadaan bahan makanan merupakan proses penyediaan bahan makananan
yang bertujuan agar terpenuhinya bahan makanan yang sesuai dengan
sepesifikasi. Pengadaan bahan makanan dilakukan oleh panitia pengadaan.
Adapun langkah-langkah pengadaan sebagai berikut:
a. Membuat formulir pemesanan bahan makanan sesuai dengan
perhitungan bahan makanan
b. Daftar belanja yang telah dibuat dipisahkan dengan cara bahan makanan
kering dan bahan makanan basah
c. Petugas Perencanaan menyerahkan Surat Pesanan Bahan Makanan ke
rekanan kerja sama yang disetujui oleh pihak Rumah Sakit.
5) Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi memeriksa,
meneliti, mencatat, memutuskan dan melaporkan tentang macam dan jumlah
bahan makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan
serta waktu penerimaannya.
Langkah-langkah penerimaan bahan makanan :
- Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan
spesifikasi bahan makanan yang dipesan
- Bahan makanan dikirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis
barang atau dapat langsung ke tempat pengolahan makanan.
- Bahan makanan basah diterima setiap hari sesuai kebutuhan bahan
makanan harian.
- Bahan makanan basah diterima diruang penerimaan dan disesuaikan
dengan spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan jumlah surat pemesanan, jika bahan makanan tidak sesuai dengan
spesifikasi bahan makanan, bahan makanan tersebut dapat dikembalikan.
- Bahan makanan kering diterima 10 hari sekali atau melihat stok bahan
makanan yang tersedia.
- Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan
di bagian penyimpanan bahan makanan kering, termasuk stok bahan
makanan yang harus segera diisi tanpa ditunda, diletakkan pada tempat
yang telah disediakan dan sesuai dengan kelompok bahan makanannya.
6) Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan
a) Penyimpanan Bahan Makanan
Adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas
dan keamanan bahan makanan kering dan segar di gudang bahan
makanan kering dan dingin/beku.
Langkah-langkah penyimpanan bahan makanan :
- Penyimpanan bahan makanan basah dilakukan apabila ada sisa bahan
makanan disimpan di freezer (golongan daging dan ikan) dan chiller
(golongan sayur, buah, dan bumbu).
- Penyimpanan di freezer dengan suhu -5 oC s/d 0 oC dan penyimpanan
pada chiller dengan suhu 3 oC s/d 10 oC. jika suhu melebihi dan kurang
dari batas yang telah ditetapkan segera laporkan ke petugas.
- Produk Nutrisi Enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
- Bahan makanan kering disimpan di Gudang Besar Bahan Makanan
Kering dengan menggunakan sistim FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out).
b) Penyaluran Bahan Makanan
Adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan berdasarkan
permintaan dari unit kerja pengolahan makanan. Langkah-langkah
penyaluran bahan makanan :
- Setelah bahan makanan sudah sesuai dengan spesifikasi bahan
makanan yang telah ditetapkan, BM diterima langsung dibawa ke
ruang persiapan untuk dilakukan persiapan, pemotongan dan
pembersihan (pemotongan sesuai standar porsi).
- Bahan makanan kering yang digunakan harian disalurkan dari
Gudang Penyimpanan.
7) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian.
Pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan sedangkan pelaporan
dilakukan berkala sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
(bulanan/triwulan/tahunan).
a) Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
- Formulir pemesanan dan bahan makanan harian
- Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang instalasi
gizi pada hari itu
- Pencatatan sisa bahan makanan basah dan kering (harian/bulanan)
- Pencatatan pemakaian dan stok bahan makanan
b) Pencatatan dan Pelaporan Penyelenggaraan Makanan
Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya
c) Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
- Pencatatan pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian
- Perhitungan rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang akan datang
selama satu tahun.
- Perhitungan harga rata-rata pemakaian bahan makanan per orang per
hari dalam satu kali putaran menu
- Laporan/usulan anggaran belanja bahan makanan
- Realisasi penggunaan anggaran belanja
- Evaluasi anggaran belanja
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
A. Keamanan Makanan
1. Pengertian
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan, sehingga menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi dalam proses
pengolahan makanan di rumah sakit.
Upaya untuk menjamin keamanan makanan adalah dengan
menerapkan jaminan mutu yang berdasarkan keamanan makanan.
Prinsip keamanan makanan meliputi; 1). Good Manufacturing Practices
(GMP); 2). Higiene dan Sanitasi Makanan (Penyehatan Makanan); dan 3).
Penggunaan bahan tambahan makanan.
2. Tujuan
Tujuan dari cara pengolahan makanan yang baik dan benar yang
merupakan kaidah dari GMP adalah:
a. Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak aman dan
tidak memenuhi syarat
b. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang
diproduksi sudah aman dan layak dikonsumsi
c. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap makanan
yang disajikan
3. Penerapan
Upaya yang dilakukan dalam menjamin keamanan makanan, merupakan
prosedur yang bersifat antisipasi dan preventif dan dilakukan mulai dari
pemilihan bahan makanan sampai penyajian makanan ke konsumen.
a) Pemilihan Bahan Makanan
Tindakan preventif yang dilakukan, dimulai dari penetapan kualitas
bahan makanan, yang dituangkan dalam daftar spesifikasi bahan
makanan. Selanjutnya daftar spesifikasi bahan makanan tersebut
digunakan sebagai pedoman dalam penerimaan bahan makanan.
c) Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan yang dilakukan sesuai dengan kaidah prinsip
produksi makanan, yaitu :
1. Tempat pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan
hygiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap
makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan
hewan lainnya.
2. Memperhatikan suhu dan waktu pengolahan karena setiap bahan
makanan mempunyai waktu kematangan yang berbeda.
d) Pengangkutan Makanan
Pengangkutan bahan makanan dan makanan yang sudah diolah
masing masing menggunakan troly khusus yang disiapkan untuk bahan
makanan dan makanan yang sudah di olah. Troly untuk mengangkut
makanan yang diolah, dilengkapi dengan wadah makanan yang
tertutup, terbuat dari bahan yang utuh, kuat, tidak berkarat dengan
ukuran menyesuaikan dengan porsi makanan, sehingga dapat
mencegah terjadinya kondensasi ( uap makanan yang mencair).
e) Penyajian Makanan
Setiap jenis makanan ditempatkan terpisah dan ditutup untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang. Jenis alat saji yang digunakan
sesuai dengan kelas perawatan pasien dengan menggunakan prinsip
bersih, yaitu setiap peralatan atau wadah yang digunakan harus
higienis, utuh, tidak cacat atau rusak.
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja
petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
B. Tujuan
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi perlindungan pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik,
keracunan, infeksi dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kebersihan dan ketertiban
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerja
l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
n. Mencegah terkena aliran listrik
o. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
C. Prosedur Keselamatan
1. Ruang Penyelenggaraan Makanan
Di ruang penyelenggaraan makanan tersedia alat pemadam kebakaran
yang berfungsi baik dan ditempatkan ditempat yang mudah dijangkau
kemudian dilengkapi juga dengan alat atau obat P3K yang sederhana.
2. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan
- Petugas menggunakan APD : baju kerja, penutup kepala, apron dan
alas kaki.
- Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5 momen yang
ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan makanan.
- Menggunakan alat pembuka peti/bungkus bahan makanan menurut
cara yang tepat dan jangan melakukan dan meletakan posisi tangan
pada tempat ke arah bagian alat yang tajam (berbahaya)
- Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut
- Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan
- Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan
- Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
- Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
- Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang
penerimaan dan penyimpanan
3. Ruang persiapan dan pengolahan makanan
- Petugas menggunakan APD : baju kerja, penutup kepala, apron,
masker dan alas kaki.
- Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5 momen yang
ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan makanan.
- Menggunakan peralatan yang sesuai dengan petunjuk dan tidak
bercakap – cakap selama menggunakan alat tersebut
- Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah bahan
makanan
- Membersihkan mesin menurut petunjuk dan mematikan mesin sebelum
membersihkannya.
- Pada saat selesai menggunakan alat, teliti kembali apakah semua alat
sudah dimatikan mesinnya
- Meletakan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
- Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan
4. Ruang Distribusi Makanan di Unit Pelayanan Gizi
- Petugas menggunakan APD : baju kerja, penutup kepala, masker,
sarung tangan , apron dan alas kaki.
- Melakukan cuci tangan dengan metode 6 langkah pada 5 momen yang
ditentukan dalam kegiatan penyelenggaraan makanan.
- Tidak mengisi panci atau piring terlalu penuh
- Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas
- Meletakkan alat dengan teratur dan rapi
- Bila membawa air panas tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi
tempat tersebut sampai penuh.
5. Alat Pelindung Diri
- Baju kerja, apron dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak
licin dan enak dipakai sehingga tidak menggangu gerak pegawai
sewaktu bekerja.
- Menggunakan sandal yang tidak licin bila tidak berada di lingkungan
dapur.
- Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih
dan jumlah yang cukup, sabun dan sebagainya.
- Menggunakan serbet pada tempatnya.
- Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang
mudah terjangkau
- Tersedia alat/obat P3K yang sederhana.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
1. Indikator Mutu
Tabel 5
Pengkajian Gizi Dalam 2 X 24 Jam
Judul Pengkajian Gizi Dalam 2 x 24 jam
Dimensi Mutu Ketepatan waktu, kesinambungan
Tujuan Semua pasien baru harus mendapatkan pengkajian gizi dalam
waktu ≤ 2 x 24 jam sebagai pertangunggjawaban petugas gizi
dalam memberikan pelayanan gizi.
Frekuensi 1 bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa Setiap bulan
Tabel 7
Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet
Judul Tidak Adanya Kesalahan Dalam Pemberian Diet
Dimensi Mutu Keamanan, Efisiensi
Tujuan Tergambarnya kesalahan dan efisiensi pelayanan Instalasi
Gizi
Definisi Kesalahan dalam memberikan diet adalah kesalahan
Operasional dalam memberikan jenis diet (salah diet/salah standar
diet)
Frekuensi 1 bulan sekali
Pengumpulan
data
Periode Analisa 1 bulan sekali
Numerator Jumlah pemberian makanan kepada pasien yang di survey
dikurangi jumlah pemberian makanan ke pasien yang
salah diet
Denomerator Jumlah pemberian makanan kepada pasien yang di survey
Sumber Data Survey
Standar 100 %
Pj pengumpul Kepala Instalasi Gizi
Data
Data tidak adanya Keselahan dan Pemberian Diet
Periode :
Ruang :
Tanggal Jmlh yg Tepat Salah diet ket
Disurvey Diet
Tabel 8
Sisa Makan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien
Judul Sisa Makanan Yang Tidak Termakan Oleh Pasien
Dimensi Mutu Efektifitas dan Efisiensi
Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi Pelayanan Instalasi
Gizi
Definisi Sisa makanan adalah prosentase porsi makanan yang
Operasional tersisa yang tidak dimakan oleh pasien (menggunakan
metode comstock)
Frekuensi 1 bulan sekali
Pengumpulan
data
Periode 1 bulan sekali
Analisa
Numerator Jumlah kumulatif porsi sisa makanan pasien yang disurvey
Denomerator Jumlah pasien yang di survey
Sumber Data Survey
Standar ≤ 20 %
Pj Pengumpul Kepala Instalasi Gizi
Data
Survey Sisa Makanan
Ruang :
Tanggal Audit :
Nama Pasien :
Waktu Makan :
Diet : ( B/L/S )
Tidak Dimakan Ket
Mak. ¾p ½p ¼p
Makanan Pokok
Lauk Hewani
Lauk Nabati
Sayuran
Jumlah
Dikalikan
Total
Tabel 10
Indeks Kepuasan Masyarakat
Judul
Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan gizi
Definisi Operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataaan puas
oleh pelanggan terhadap pelayanan gizi
Frekuensi 1 bulan sekali
Pengumpulan Data
Periode Analisa 1 bulan sekali
Numerator Jumlah Kumulatif hasil penilaian kepuasan dari
pasien dari kotak saran
Denumerator Jumlah total pasien yang memberi saran di kotak
saran
Sumber Data Survey
Standar ≥ 80 %
Pj pengumpul data Kepala Instalasi Gizi
BAB X
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, Siti M. 2013. Buku Pedoman PKRS RSUD Dr. SAIFUL ANWAR. Malang
Ida. Restyasni. dkk. 2013. Laporan Residensi di RSUD Dr. SAIFUL ANWAR Malang.
Semarang. Program Studi Magister Epidemologi Konsentrasi Sains Terapan
Kesehatan Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang
Kresnawan. Triyani. dkk. 2012. Pedoman Pelayanan Asuhan Gizi di RSUPN Dr.
CIPTO MANGUNKUSUMO. Jakarta. Direktorat Medik dan Keperawatan Bidang
Pelayanan Medik RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO.
Kurnianto. Bhaskara. dkk. 2014. Penyusunan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit RSUD Dr. SAIFUL ANWAR Malang. Malang. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Program Diploma III Jurusan Gizi
Masitorini.Tiur. 2010. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Unit Gizi RSI
Aisyayah Malang. Malang. Unit Gizi RSI Aisyayah
McLeod, Jhon. 2008. Pengantar Konseling “ Teori dan Kasus “. Jakarta. Kencana
Program Pelayanan Gizi Instalasi Gizi tahun 2014 Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. SAIFUL ANWAR Malang
Sumapradja, Miranti G. dkk. 2011. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta.
Abadi Publishing & Printing
Supariasa. I Dewa Nyoman. 2013. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Susunan Organisasi dan Urian Tugas Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
SAIFUL ANWAR Malang 2011
Yuwono. Slamet Riyadi. dkk. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS).
Jakarta. Kementrian Kesehatan RI