NIM : 14020119120004
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai
bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Sebagai imbalannya RTSM
diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Kesinambungan dari program ini
akan berkontribusi dalam memercepat pencapaian tujuan pembangunan milenium
(Millennium Development Gools). Setidaknya ada 5 komponen tujuan MDGs yang
didukung melalui PKH, yaitu penanggulangan kemiskinan ekstrim dan kelaparan,
Pencapaian pendidikan dasar untuk semua, kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan, pengurangan angka kematian anak, dan peningkatan kesehatan ibu. Dengan
PKH diharapkan peserta PKH (selanjutnya disebut Rumah Tangga/Keluarga Sangat
Miskin (RTSM/KSM) memiliki akses yang lebih baik untuk memanfaatkan pelayanan
sosial dasar, yaitu kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, termasuk menghilangkan
kesenjangan sosial, ketidakberdayaan dan keterasingan sosial yang selama ini melekat pada
diri masyarakat miskin.
Selanjutnya, sasaran peserta PKH adalah Keluarga Miskin (KM) dan yang memiliki
komponen kesehatan (ibu hamil, nifas, balita, anak prasekolah) dan komponen pendidikan
(SD sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat) atau anak usia 6-21 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan wajib 12 tahun, penyandang disabilitas berat, dan lanjut usia
diatas 70 tahun.
Program Keluarga Harapan terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen pendidikan
yang mensyaratkan anak-anak peserta PKH terdaftar dan hadir di sekolah minimal
kehadiranya 85% dari jumlah hari efektif sekolah yang berlaku, komponen kesehatan
dengan kewajiban antara lain peserta mendapatkan layanan prenatal dan postnatal, proses
kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, melakukan imunisasi sesuai jadwal, dan
memantau tumbuh kembang anak secara teratur dengan minimal kehadiranya 85% dan
komponen kesejahteraan sosial yang terdiri dari penyandang disabilitas berat dan lanjut
usia 70 tahun atau lebih. Akses terhadap kesehatan dan pendidikan yang diberikan tersebut
diharapkan mampu mengubah perilaku masyarakat (miskin) agar lebih peduli terhadap
kesehatan dan pendidikan generasi penerusnya.
Adapun tujuan umum PKH adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
serta mengubah perilaku peserta PKH yang relatif kurang mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan, dan memutus mata rantai kemiskinan antar generasi. Tujuan tersebut
sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millennium Development Gools
(MDGs) Secara khusus tujuan PKH adalah sebagai berikut:
Program Keluarga Harapan (PKH) dalam jangka pendek memberikan efek pendapatan
(income effect) kepada rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran
rumah tangga. Untuk jangka panjang seperti telah dikemukakan, dapat memutus rantai
kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan
kapasitas pendapatan anak di masa depan (price effect anak keluarga miskin) memberikan
kepastian kepada si anak akan masa depannya (insurance effect).
1) Bidang Kelembagaan
a) Membuat program kegiatan secara jelas dan rinci.
b) Membuat struktur organisasi dan pembagian tugas bagi semua anggota Kube.
c) Membuat fungsi masing-masing anggota Kube sesuai dengan struktur organisasi
yang ada.
d) Melakukan pencatatan & administrasi pembukuan.
2) Bidang Sosial
a) Melaksanakan pertemuan rutin bulanan anggota yang dihadiri oleh pendamping dan
aparat desa.
b) Melaksanakan pertemuan rutin anggota sesuai dengan kesepakatan yang sdh
ditentukan.
c) Menumbuhkan kesadaran & kemauan anggota kelompok untuk merubah kondisi
atau keadaan ke arah kondisi kehidupan yang lebih baik.
d) Merintis melaksanakan Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) dan usaha simpan
pinjam untuk kesejahteraan anggota keluarga Kube.
e) Mendorong anggota Kube untuk aktif dalam kegiatan keagamaan dan
kemasyarakatan.
f) Ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti kerja bakti lingkungan,
gotong royong, siskamling, dll.
g) Menumbuhkan kesadaran pada anggota tentang pentingnya pendidikan bagi
anggota keluarga dan masyarakat.
h) Menumbuhkan rasa kesetiakawanan di antara sesama anggota maupun dengan
lingkungannya, melalui partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan.
3) Bidang Ekonomi
a) Pengeloalaan Usaha Ekonomis Produktif (UEP) yang sudah ada sehingga dapat
berhasil dan meningkatkan kesejahteraan para anggota Kube.
b) Pengembangan jenis usaha ekonomi produktif (UEP) yang sebelumnya hanya satu
menjadi beberapa jenis usaha.
c) Penggalian sumber-sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan dan kesejahteraan anggota Kube.
d) Melakukan pembaharuan atau inovasi terhadap teknik pengelolaan UEP untuk
tercapainya kebeerhasilan Kube yang optimal.
e) Mewujudkan usaha koperasi yg dapat mendukung pengelolaan Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) dan peningkatan kesejahteraan keluarga para anggota Kube.
f) Pengembalian dana pengguliran secara utuh kepada yang membutuhkan.
g) Membangun kerejasama dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak yang dapat
mempercepat keberhasilan Kube.
1) Terdapatnya manfaat sosial kelembagaan secara kelompok bagi Fakir Miskin yang
memberdayakan Kelompok fakir miskin tersebut.
2) Menjadi penguat jaringan kerja bagi kelompok fakir miskin.
3) Sebagai bagian dari area publik bagi fakir miskin dalam mengakses sumber-sumber
potensi kesejahteraan sosial.
4) Sebagai ornamen motivator bagi kelompok fakir miskin untuk membentuk
kekuatan ekonomi dan sosial demi kesejahteraan masyarakat secara umum karena
kaum fakir miskin merupakan bagian dari sebuah komunitas yang perlu
diberdayakan.
5) Diharapkan menjadi bagian dari pranata sosial masyarakat untuk dijadikan acuan
kelompok bersama secara ekonomi dalam menentukan dan meningkatkan
kesejahteraan sosial.
Menurut Permensos No. 19 tahun 2012 menyebutkan bahwa pelayanan sosial lanjut
usia dapat dilakukan baik di dalam panti maupun di luar panti dan dapat dilakukan baik
oleh pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, pemerintahan daerah kabupaten/kota,
maupun masyarakat. Kebijakan untuk penduduk lansia saat ini lebih mengedepankan
pelaksanaan kesejahteraan sosial dengan kelompok sasaran prioritas yaitu penduduk lansia
terlantar yang karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar baik
jasmani, rohani maupun sosial. Kegiatan yang utama lebih ditujukan untuk perlindungan
dan rehabilitasi sosial, yaitu:
1) Panti reguler, yang memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi
lansia yang tinggal di panti.
2) Day Care untuk kegiatan dan aktualisasi lansia yang tinggal sendiri atau tinggal
bersama keluarga melalui pelayanan panti atau Dinas Sosial.
3) Home Care untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan pendampingan lansia terlantar atau
hidup sendiri di rumah dengan melakukan 2-3 kali kunjungan per minggu oleh pekerja
sosial.
4) Kelompok Usaha Bersama (KUBe) atau Usaha Ekonomi Produktif (UEP) untuk
peningkatan penghasilan dan pendapatan lanjut usia yang masih dapat produktif.
5) Asistensi Sosial untuk Lanjut Usia Terlantar (ASLUT) dengan memberikan bantuan
sosial Rp 300.000,- per bulan), dalam kegiatan ini dimungkinkan partisipasi masyarakat
setempat untuk lansia terlantar.
Arah kebijakan lanjut usia dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 diantaranya adalah memperkuat skema perlindungan bagi penduduk
lansia. Perlindungan penduduk lansia akan lebih diarahkan pada penyediaan layanan Long
Term Care (LTC). Layanan Long Term Care bagi lansia dianggap perlu lebih mendapat
perhatian karena para lansia mengalami kondisi kronis, penurunan fungsional, dan
keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Activities of Daily Living atau ADL),
sehingga mereka memiliki ketergantungan tinggi. Layanan LTC melibatkan tiga
komponen, yaitu:
1) Pemerintah berupa penyediaan sistem asuransi LTC dan layanan berbasis institusi
(institutional based).
2) Masyarakat menyediakan layanan berbasis komunitas (Community based).
3) Rumah tangga akan mendapatkan layanan penguatan kapasitas rumah tangga agar
dapat melakukan pelayanan kepada lansia menggunakan layanan berbasis rumah
tangga (Home-Based).
4. Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas (RSPD)
Rehabilitasi Sosial merupakan salah satu hak kesejahteraan sosial yang dimiliki
penyandang disabilitas yang menjadi tanggung jawab Kementerian Sosial sebagai lembaga
yang menetapkan standar rehabilitasi sosial yang ada di Indonesia berkordinasi dengan
Dinas Sosial Daerah Provinsi dan akan dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kabupaten/Kota
yang ada di setiap daerah. Kegiatan rehabilitasi sosial merupakan pembangunan
kesejahteraan sosial yang sangat penting, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2009 yang menyebutkan Rehabilitasi Sosial sebagai proses
refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan sehari-hari. Refungsional
dan pengembangan bagi penyandang disabilitas sangatlah penting agar tidak ada lagi
kesejangan sosial sehingga dapat tercapai tujuan akhir dari pembangunan bidang
kesejahteraan sosial di Indonesia.
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas adalah suatu proses untuk meningkatkan
fungsi sosial penyandang disabilitas secara optimal dan membantu proses integrasi sosial
penyandang disabilitas di masyarakat. Kegiatan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas
dirancang untuk menghasilkan upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang
dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat yang dapat menjangkau seluruh
penyandang disabilitas yang mengalami masalah sosial, sehingga mereka dapat setara
berada dalam lingkungan yang kondusif.
Program Perlindungan Sosial Anak adalah upaya yang terarah, terpadu dan
berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak. PPSA ini meliputi bantuan atau
subsidi pemenuhan kebutuhan dasar, aksesbilitas pelayanan sosial dasar, penguatan
orangtua atau keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. Tujuan dari
PPSA adalah untuk mewujudkan pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap
anak dari penelantaran, eksploitasi dan diskriminasi, sehingga tumbuh kembang,
kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud.
Adapun sasaran dari Program Perlindungan Sosial Anak antara lain yaitu :
1) Anak balita terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak
dengan kecacatan dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus agar
meningkat prosentase terhadap akses pelayanan sosial dasar.
2) Orangtua dan keluarga yang bertanggungjawab dalam pengasuhan dan
perlindungan kepada anak meningkat prosentasenya.
3) Penurunan prosentase anak yang mengalami masalah sosial.
4) Lembaga kesejahteraan sosial yang menangani anak meningkat baik
kuantitas maupun kualitasnya.
5) Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial dan Relawan Sosial di
bidang pelayanan kesejahteraan sosial anak yang terlatih meningkat.
6) Pemerintah Daerah (kabupaten/kota) yang bermitra dan berkontribusi melalui
dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dalam pelaksanaan PPSA.
7) Produk hukum perlindungan hak anak yang djperlukan untuk landasan hukum
pelaksanaan PPSA.
PKSA dirancang sebagai upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang
dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan dan
bantuan kesejahteraan sosial anak bersyarat (conditional cash transfer), yang meliputi:
1) Bantuan sosial/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar.
REFERENSI :
Dinas Sosial Kabupaten Bantul. (2015). Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA).
PROGAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (PKSA) – DINSOS (bantulkab.go.id).
Diakses pada 18 Februari 2022.
Sekretariat Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kab. Sragen. (2021). Program Keluarga
Harapan. https://ppkhsragen.com/tentang-pkh/manfaat-dan-tujuan-pkh/. Diakses pada 18
Februari 2022.
Syafar, M. (2018). Implementasi Program Kebijakan Sosial Bagi Kelompok Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Indonesia. Rapat Kerja Forum Komunikasi
Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam (FORKOMMASI) Wilayah II (Banten,
DK.I Jakarta Dan Jawa Barat), 1–17. http://repository.uinbanten.ac.id/6026/
Werdha, T., Sejahtera, B., Selatan, K., & Azkia, L. (2019). Life History : Lanjut Usia di Panti
Sosial. 1(3).
Widayanti, S. Y. M., & Hidayatulloh, A. N. (2015). Kinerja Kelompok Usaha Bersama (Kube)
dalam Pengentasan Kemiskinan Business Group Program Performance on Poverty
Elevation. Jurnal PKS, 14(2), 177.