Anda di halaman 1dari 13

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA MELALUI USAHA

PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA SEJAHTERA (UPPKS)


DI KOTA TANJUNGPINANG

Dody Gunawan Supriyadi


Email: dodyguns@gmail.com
S1 Manajemen Universitas Terbuka

Abstrak
Dalam menyukseskan pembangunan bangsa dan negara serta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi baik secara nasional maupun lokal peran Institusi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai organisasi
Pemerintah masih sangat dibutuhkan. BKKBN selain mempunyai tanggung jawab
dalam bidang kependudukan dan keluarga berencana sekaligus berperan serta
dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat dengan Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang dicetuskan pada tahun 1976,
yakni: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat dapat mengakomodasi upaya
pemberdayaan usaha ekonomi keluarga atau rumah tangga miskin untuk
meningkatkan pendapatan keluarga, seperti UPPKS sepanjang memang
masyarakat menghendaki, salah satunya dengan mengembangkan UMKM bagi
keluarga akseptor yang tergolong miskin (Pra-Sejahtera atau Sejahtera I).
Permasalahan yang masih sering dijumpai dari kegiatan UPPKS adalah tingkat
kelangsungan hidup kelompok, dimana banyak usaha yang dilakukan oleh para
anggotanya tidak berkembang secara baik. Dalam aspek permodalan, banyak
kelompok yang belum mempunyai informasi lengkap tentang bentuk permodalan
dan aksestabiitas dari bantuan tersebut. hal ini kemungkinan sangat erat kaitannya
dengan sejauh mana pengurus kelompok dapat mencari peluang dan melakukan
pendekatan dengan berbagai pihak. selain sulitnya mendapatkan modal, masalah
lain adalah kemampuan kelompok dalam pengelolaan modal melalui proses
simpan pinjam dalam kelompok.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Ekonomi Keluarga, Pendapatan Keluarga Sejahtera

Pendahuluan
Salah satu tujuan pembangunan Nasional adalah meningkatnya taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya melalui
institusi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Undang-Undang RI No. 52 Tahun 2009 pada pasal 53 mengamanatkan bahwa

1
“Dalam rangka pengendalian penduduk dan pembangunan keluarga, dengan
undang- undang ini dibentuk badan kependudukan dan keluarga berencana
nasional yang disingkat BKKBN”. Implikasi dari undang-undang tersebut adalah
terjadinya pergeseran domain dan tanggung jawab BKKBN yang lebih luas,
kompleks serta esensial yakni kependudukan dengan berbagai matranya baik
kuantitas, kualitas maupun mobilitas, sehingga Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana terintegrasi dalam rumpun kependudukan dan keluarga
berencana.
BKKBN tidak hanya mengurusi program keluarga berencana saja, tetapi
juga ada program pemberdayaan masyarakat yaitu program Ketahanan dan
Pemberdayaan Keluarga melalui kelompok Kegiatan Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).
Secara vertikal Perwakilan BKKBN hanya sampai di tingkat propinsi.
Untuk di tingkat Kabupaten/Kota tugas dan fungsi BKKBN khususnya di Kota
Tanjungpinang dilaksanakan oleh SKPD KB yaitu Badan Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB).
Sejarah UPPKS dimulai dari program Community Incetive Project (CIP)
yang penggarapannya dilaksanakan melalui pendekatan dan pembangunan desa
secara keseluruhan, para keluarga akseptor diberikan berbagai insentif atas
prestasi masyarakat pedesaan dalam kesertaan ber-KB. Pada tahun 1979, program
ini dikembangkan lebih luas melalui pendekatan kelompok-kelompok kegiatan,
dengan anggota yang mayoritasnya adalah ibu – ibu akseptor KB dengan kegiatan
yang dikenal sebagai UPPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Akseptor). Pada tahun 1990 UPPKA diubah menjadi UPPKS (Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera) untuk mencakup sasaran yang lebih luas yaitu
dengan melibatkan Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum ber–KB, Keluarga
Pra Sejahtera (KPS), Keluarga Sejahtera I (KS I), dan keluarga lain yang berminat
menjadi anggota Kelompok UPPKS.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dan mempunyai peran
penting dalam pembangunan nasional, oleh karena itu perlu dibina dan
dikembangkan kualitasnya agar menjadi keluarga yang sejahtera. Aspek
pembinaan dan pengembangan keluarga meliputi: aspek keagamaan, pendidikan,

2
kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya. Salah satu upaya untuk mewujudkan
keluarga sejahtera ditinjau dari aspek ekonomi adalah dengan cara membentuk
kelompok UPPKS, ini merupakan instruksi Menteri Kependudukan/Kepala Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) no. 80/HK. 001/F3/95.
UPPKS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
dan ketahanan keluarga yang dicerminkan oleh meningkatnya kemampuan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Harapannya adalah dengan
meningkatnya kondisi ekonomi keluarga, maka masyarakat akan memiliki
kemampuan untuk meningkatkan kondisi kesehatan, pendidikan, kemampuan
dalam pengaturan, dan tumbuh kembang anak. Program ini dilakukan melalui
peningkatan pemberdayaan keluarga dalam bidang usaha ekonomi produktif
(Marhaeni, 2007).
Keluarga Berencana (UU No.52/2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga) adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga berkualitas. Sedangkan ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga
tersurat secara khusus pada UU No.10/1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera disamping Pendewasaan
Usia Perkawinan dan Pengaturan Kelahiran, tetapi sayang keberlakuannya telah
gugur karena telah diganti oleh UU No.52/2009).
Pemberdayaan atau empowerment secara singkat dapat diartikan sebagai
upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada masyarakat
(miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) serta kemampuan dan
keberanian untuk memilih (choice) alternative perbaikan kehidupan yang baik.
Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna
meningkatkan skala/upgrade utilitas dari objek yang diberdayakan. Dasar
pemikiran suatu objek atau target group perlu diberdayagunakan karena objek
tersebut mencapai keterbatasan, ketidakberdayaan, keterbelakangan dan
kebodohan dari berbagai aspek. Oleh karena itu guna mengupayakan kesetaraan
serta untuk mengurangi kesenjangan diperlukan upaya merevitalisasi untuk
mengoptimalkan utilitas melalui penambahan nilai (Mardikanto, 2009).

3
“Empowerment is the process of enhancing the capacity of individuals or
groups to make choices and to transform those choices into desired actions and
outcomes. Central to thisprocess are actions which both build individual and
collectiveassets, and improve the efficiency and fairness of the organizational and
institutional context which govern the use of these assets” (World Bank, 2008).
Pemberdayaan adalah sebuah proses dari meningkatkan kemampuan
individu atau kelompok untuk membuat pilihan dan merealisasikannya. Inti dari
proses pemberdayaan adalah pembangunan asset individu dan kelompok, dan
membuat suatu kemampuan individu atau kelompok untuk memanfaatkan asset
yang dimilikinya tersebut. Dalam konsep pemberdayaan tersebut, terkandung
pemahaman bahwa pemberdayaan tersebut diarahkan terwujudnya masyarakat
madani (yang beradab) dan dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang
terbaik) bagi kesejahteraannya sendiri. Pemberdayaan masyarakat, dimaksudkan
untuk memperkuat kemampuan (capacity strenghtening) masyarakat, agar mereka
dapat berpartisipasi secara aktif dalam keseluruhan proses pembangunan, terutama
pembangunan yang ditawarkan oleh penguasa dan atau pihak luar yang lain
(penyuluh, LSM), (Mardikanto, 2009).
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan
tersebut. Untuk menjadi mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumberdaya
manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif
serta sumberdaya lainnya yang bersifat fisik material (Ambar, 2004).
Laverack, et a.l., (2008) juga menganggap bahwa tujuan dari
pemberdayaan adalah pemberdayaan itu sendiri “As an outcome, community
empowerment is an interplay between individual and community change with a
long timeframe,at least in terms of significant social and political change….”
Jadi pemberdayaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun
oleh kelompok dalam waktu yang lama. Kegiatan yang dilakukan tersebut pada
akhirnya akan mambawa perubahan yang signifikan pada kondisi sosial dan
politik.

4
Aspek-aspek pemberdayaan masyarakat meliputi (1) peningkatan
kepemilikan aset (sumberdaya fisik dan finansial) serta kemampuan (secara
individu dan kelompok) untuk memanfaatkan aset tersebut demi perbaikan
kehidupan mereka (2) hubungan antar individu dan kelompoknya, kaitannya
dengan pemilikan aset dan kemampuan memanfaatkannya (3) pemberdayaan dan
reformasi kelembagaan (4) pengembangan jejaring dan kemitraan kerja baik
ditingkat lokal, regional maupun global (Mardikanto, 2009).
Poktan adalah kelompok berbagai kegiatan program KB Nasional, yang
berkaitan dengan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), Pengaturan Kelahiran,
Pembinaan Ketahanan Keluarga dan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga yang
dilakukan di dalam wadah binaan Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) yang
langsung berhubungan dengan keluarga.
UPPKS adalah Kegiatan usaha ekonomi produktif dan meningkatakan
keterampilan guna peningkatan pendapatan keluarga dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera yang beranggotakan ibu dari keluarga pra KS, KS
I maupun keluarga tahapan kesejahteraan lain, baik yang belum, sedang dan
pernah ber KB. UPPKS juga sebagai wahana terjadinya perubahan perilaku
keluarga untuk mengenal usaha ekonomi produktif (UEP) yang berskala keluarga
serta memantapkan kesertaan ber KB.
Permasalahan yang masih sering dijumpai dari kegiatan UPPKS adalah
tingkat kelangsungan hidup kelompok, dimana banyak usaha yang dilakukan oleh
para anggotanya tidak berkembang secara baik. Dalam aspek permodalan, banyak
kelompok yang belum mempunyai informasi lengkap tentang bentuk permodalan
dan aksestabiitas dari bantuan tersebut. hal ini kemungkinan sangat erat kaitannya
dengan sejauh mana pengurus kelompok dapat mencari peluang dan melakukan
pendekatan dengan berbagai pihak. selain sulitnya mendapatkan modal, masalah
lain adalah kemampuan kelompok dalam pengelolaan modal melalui proses
simpan pinjam dalam kelompok.
Permasalahan lainnya yang dihadapi adalah mereka belum mempunyai
kemampuan menerapkan atau mengambil alih teknologi, sehingga akan
membatasi produktivitas dan nilai tambah dari barang yang dihasilkan, dengan
demikian perlu digali pemikiran tentang cara memperoleh kemudahan atau

5
bantuan teknologi produksi. Masalah pemasaran juga jadi kendala oleh kelompok
UPPKS. Kemampuan dalam memproduksi barang dan jasa yang dilakukan para
anggota kelompok tidak akan mengenai sasaran jika produk yang dihasilkan sulit
dipasarkan.
Maksud dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengatahui apa itu
Poktan UPPKS dan peran sertanya dalam pemberdayaan masyarakat khususnya
pemberdayaan ekonomi keluarga Pra KS dan Keluarga Sejahtera I.
Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui peran serta
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dalam
pemberdayaan Ekonomi Keluarga sebagai salah satu alternatif pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah melalui BKKBN dan BP3AKB Kota
Tanjungpinang. Untuk mengetahui keberadaan secara riil tentang kepengurusan
dan permodalan UPPKS. Mengetahui dan membantu pemecahan masalah yang
dihadapai oleh UPPKS. Untuk pengembangan UPPKS kedepan agar tetap eksis.
Karya tulis ini mengambil metode studi pustaka dan observasi ke UPPKS
secara langsung dengan melakukan wawancara dengan Ketua UPPKS mengenai
kemudahan dan kesulitan dalam proses pengelolaan, bantuan dan kebijakan
pemerintah.
Hasil dan Pembahasan
Sebagaimana pengertian diatas bahwa, UPPKS merupakan sebagai wahana
untuk menumbuhkembangkan usaha ekonomi produktif, sekaligus sebagai proses
pembelajaran UEP tersebut melalui dinamika kelompok usaha bersama, oleh
karena itu disamping diperlukan pemahaman tentang manajerial juga aspek
motivasi atau kemampuan diri akan mempengaruhi kepada keberhasilan dalam
pengelolaan Poktan UPPKS.
Selanjutnya berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
Poktan UPPKS agar dapat berhasil guna dan berdaya guna, sebagai berikut :
1) Tujuan UPPKS
Meningkatkan UEP peserta KB terutama keluarga pra S dan KS I yang menjadi
anggota poktan UPPKS. Melalui proses pembelajaran usaha dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan, pembinaan dan kemandirian ber KB.

6
2) Sasaran UPPKS
a. Meningkatnya jumlah keluarga pra S dan KS I yang melakukan UEP dalam
kelompok UPKKS.
b. Meningkatnya jumlah peserta KB terutama dari kalangan keluarga pra S dan
KS I.
c. Meningkatnya akses sumber modal kelompok UPPKS
d. Meningkatnya peran UPPKS sebagai wahana pembelajaran.
e. Meningkatnya tahapan KS bagi anggotanya.
3) Keanggotaan UPPKS
a. Diutamakan peserta KB terutama keluarga pra S dan KS I yang belum ber
KB.
b. Keluarga KS II, III, III+ sebagai fasilitator
c. Remaja yang aktif dalam kegiatan PIK Remaja
d. Pria yang aktif dalam Paguyuban KB Pria.
e. Keluarga yang aktif dalam kegiatan BKB, BKR dan BKL.
f. Peserta KB istri anggota TNI / Polri yang tinggal di asrama.
4) Kepengurusan UPPKS
a. Didasarkan pada musyawarah kelompok
b. Minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara
c. Dapat dilengkapi dengan seksi-seksi, sesuai dengan kebutuhan, seperti Seksi
Produksi, Seksi Pengembangan Usaha, Seksi Kemitraan, dan Seksi
Pencatatan-Pelaporan.
5) Permodalan UPPKS
a. Bantuan modal usaha disalurkan kepada kelompok UPPKS yang sudah
terdaftar dalam data basis.
b. Sumber permodalan ; APBN, APBD, Mitra Kerja lain.
6) Kebijakan/Strategi/Program UPPKS
a. Kebijakan Umum
Diarahkan untuk menunjang visi, misi, kebijakan dan strategi program KB.
b. Kebijakan Operasional
1. Meningkatkan UEP peserta KB (pra S dan KS I)
2. Sebagai proses pembelajaran UEP

7
3. Meningkatkan kerjasama dengan mitra kerja dalam mengakses sumber
daya ekonomi.
c. Strategi Umum
1. Meningkatkan PUS anggota kelompok UPPKS menjadi peserta KB
2. Meningkatkan keluarga pra S dan KS I menjadi anggota kelompok
UPPKS.
3. Meningkatkan kelompok UPPKS yang mendapat akses modal.
4. Meningkatkan kemampauan pengelola kelompok UPPKS.
5. Meningkatkan kualitas data UPPKS.
d. Segmentasi Wilayah
1. Wilayah dengan kesertaan ber KB rendah, UPPKS sebagai entry point
(daya ungkit) untuk meningkatkan kesertaan ber KB.
2. Wilayah dengan kesertaan ber KB sudah tinggi, UPPKS sebagai upaya
untuk memantapkan kesertaan dan kemandirian ber KB serta
kesejahteraannya.
e. Strategi Operasional
1. Meningkatkan kesadaran peserta KB khususnya keluarga pra S dan KS I
dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga.
2. Mendekatkan akses informasi dan sumber daya ekonomi kepada
kelompok UPPKS.
3. Meningkatkan kemandirian kelompok UPPKS (keuangan mikro, merintis
UPPKS menjadi koperasi).
4. Meningkatkan kompetensi pengelola dan pelaksana kelompok UPPKS
(pelatihan, studi banding, magang dsb).
5. Sosialisasi program pemberdayaan ekonomi keluarga melalui kelompok
UPPKS (pameran, Harganas dsb).
f. Kegiatan Pokok UPPKS
1. Pengembangan data basis
2. Pengembangan jejaring kemitraan
3. Pengembangan pola pendampingan
4. Fasilitasi pengembangan usaha
5. Promosi hasil usaha/produk

8
6. Peningkatan kemampuan pengelola
7. Temu Kader (berbagai tingkatan)
8. Magang, studi banding
9. Pembuatan pedoman
10. Pembinaan dan evaluasi (R/R)
Memperhatikan uraian di atas maka pemberdayaan masyarakat melalui Poktan
UPPKS banyak nilai positif yang akan didapatkan anggota khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut :
A. Mengedepankan nilai kebersamaan
Salah satu upaya solusi yang dapat diambil dalam pemberdayaan masyarakat
adalah melalui kegiatan usaha ekonomi produktif dalam wadah UPPKS
(Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Melalui kelompok
kegiatan UPPKS, anggota akan dilatih kepada jiwa kewirausahaan dengan
kekuatan bersama antar anggota secara dinamika kelompok, sehingga apabila
terjadi resiko yang tidak diharapkan ditanggung secara renteng/bersama.
Keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan bersama semua anggota
UPPKS.
B. Keuntungan Poktan UPPKS
Beberapa keuntungan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok kegiatan
UPPKS antara lain :
1. Bersifat murah biaya, karena memang yang penting punya motivasi dulu
(achiefmen motivation) atau aspek kemauan.
2. Bersifat wahana pembelajaran bersama (secara manajerial) seperti
bagaimana cara pengolahan usaha/produk,
3. Bersifat sebagai forum berbagi informasi untuk saling mengingatkan dan
melengkapi, contoh dari mulai aspek keikutsertaan ber KB, sampai kepada
pendidikan anak dan sebagainya.
4. Bersifat belajar menumbuhkan tanggung jawab bersama atas dinamika
kelompok dengan segala aspeknya termasuk dalam hal kepailitan
kelompok.

9
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Bahwa kegiatan usaha ekonomi produktif melalui kelompok kegiatan
UPPKS merupakan salah satu solusi yang dapat diambil dalam pemberdayaan
masyarakat khususnya kaum perempuan, karena paling tidak dapat mendongkrak
nilai tambah ekonomi bagi ibu-ibu, sehingga dapat membantu menopang
kebutuhan ekonomi keluarga, tidak hanya menggantungkan diri kepada suami,
disisi lain penyebab rapuhnya ketahanan keluarga yang rawan perceraian dan
kekerasan dalam rumah tangga serta penistaan hak-hak perempuan sedikit banyak
diwarnai dengan karena desakan kebutuhan ekonomi.
Disamping itu, dari aspek dinamisasi kelompok, ibu-ibu yang terlibat
dalam kelompok kegiatan (Poktan) UPPKS dapat melakukan kegiatan sosialisasi
pengembangan diri dengan saling berinteraksi, berbagi informasi dan pengalaman,
sehingga kegiatanpun akan menjadi lebih luas tidak hanya sebatas urusan
pemberdayaan ekonomi secara mikro tetapi bisa meluas kepada urusan lain yang
bermanfaat, juga sekaligus dapat melahirkan nilai-nilai kebersamaan baik dalam
hak maupun tanggung jawab.
Sebagai penutup dari karya tulis ini, dapat kami simpulkan:
1. UPPKS merupakan kelompok usaha yang beranggotakan ibu-ibu peserta
akseptor KB dari keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1, yang keberadaannya
adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga.
2. Keberadaan UPPKS dalam era otonomi daerah pada tahun 2007 mengalami
penurunan baik secara kuantitas maupun kualitas, hal ini disebabkan karena
dihentikannya bantuan dana dari Yayasan Damandiri, yang akibatnya kini
dirasakan bahwa pertumbuhan UPKKS mengalami stagnan, sehingga
diperlukan adanya revitalisasi agar dapat tumbuh dan berkembang.
3. Kelompok UPPKS terdiri atas beberapa keluarga yang mempunyai usaha
yang bergerak dalam bidang industri rumah tangga, sebagian besar jenis
usaha yang dilakukan adalah produksi makanan
4. Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan pemasaran dari anggota
kelompok UPPKS, karena mereka belum mengenal arti pentingnya
pengenalan produk kepada pasar, penetapan harga yang layak, dan daya tarik

10
produk. Hasil produksi masih terkendala oleh bentuk sajian dan kemasan
yang kurang menarik.
5. Peran lintas sektor/stakeholder/petugas teknis yaitu PLKB masih kurang
dalam menumbuhkembangkan kelompok kegiatan UPPKS.
6. Kurangnya perhatian dari instansi terkait dalam baik dari BKKBN maupun
dari pemerintah daerah dalam hal ini BP3AKB Kota Tanjungpinang.
Saran
Upaya-upaya yang bisa dilakukan agar UPPKS bisa tumbuh dan berkembang
adalah :
1. Advokasi kepada pemangku kebijakan dan pihak lintas sektor terkait lainnya,
tentang pentingnya pemberdayaan masyarakat melalui penumbuh kembangan
poktan UPPKS.
2. Penyuluhan secara tim terpadu tentang manfaat usaha ekonomi produktif
melalui usaha bersama dalam UPPKS.
3. Bimbingan teknis/pendampingan kepada para petugas terkait tentang tumbuh
kembang Poktan UPPKS, seperti mulai dari analisis data base, penggalian
potensi, penumbuhan kelompok, pengembangan dan pembinaannya, serta
aspek teknis lain yang menyangkut aspek manajerial, seperti teknis produksi,
pangsa pasar, kemitraan dan sebagainya.
4. Memaksimalkan kerja Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)
sebagai pembina Poktan UPPKS.
5. Memantapkan komitmen lintas sektor melalui pemeranan Pokja AKU
(Asosiasi Kelompok UPPKS ).
Memperhatikan uraian kesimpulan diatas, serta melihat fenomena yang
ada di masyarakat, saran yang bisa penulis sampaikan adalah perlu kiranya pihak
terkait (stakeholder) dalam hal ini BP3AKB Kota Tanjungpinang dapat
memperhatikan ha-hal sebagai berikut:
1. Memberdayakan Poktan UPPKS yang telah ada agar bisa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tujuan diberntuknya UPPKS.
2. Melakukan upaya penguatan program (political will) dalam pemberdayaan
masyarakat, termasuk dukungan dana, daya, sarana dan prasarana yang
diperlukan.

11
3. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi (Mengakselerasi kegiatan)
untuk menumbuh kembangkan kelompok kegiatan melalui Asosiasi
Kelompok UPPKS (AKU) sebagai penggerak dan pengembangan kelompok
UPPKS.
4. Meningkatkan program/kegiatan bimbingan teknis tentang
manajerial, pelatihan-pelatihan kewirausahaan untuk anggota UPPKS dan
Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan , kemitraan serta
mempermudah akses modal baik dari pihak pemerintah ataupun dari pihak
swasta.
5. Membantu dalam pemasaran produk UPPKS, misalkan diikutkan dalam
pameran, dan adanya sentra penjualan hasil produksi kelompok kegiatan
UPPKS.
6. Pemantapan data base dan pencatatan pelaporan UPPKS lebih ditingkatkan
lagi.

Daftar Pustaka

Ambar Teguh Sulistiani. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.


Yogyakarta: Gala Media.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2006. Program Pemberdayaan


Eknomi Keluarga Melalui Kelompok UPPKS (Komitmen BKKBN Selama 3
Dekade) Direktorat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional.

BKKBN. 2005. Kelompok UPPKS sebagai Model Pemberdayaan Ekonomi


Keluarga. Jakarta: BKKBN.

Harimurti, S. 2008. Manajemen Usaha Kecil. Yogyakarta: BPFE,

Irawan, H. 2009. Wujudkan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Melalui UPPKS.


http://kapuaspostlandak.blogspot.com.

Laverack, Glenn, and Nina Wallerstein. 2008. Measuring Community


Empowerment: A Fresh Look At Organizational Domains. Health
Promotion International, vol 16, no. 2, 179-185, Juni 2001. Oxford
University Press.

Mardikanto, T., 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret


(UNS) Press, Surakarta

12
Marhaeni, Anak Agung. 2007. Evaluasi Kondisi Kelompok Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Kabupaten Karangasem.
Buletin Studi Ekonomi, Vol. 12, No. 3, Tahun 2007, PPK dan PSDM Unud

Petunjuk Teknis Pengembangan UPPKS, BKKBN Prov. Kepri, 2010.

Rambat dan Jero. 2008. Kewirausahaan. Jakarta: BPFE Universitas Indonesia

Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

World Bank. 2008. What is Empowerment?. http://go.worldbank.org.

13

Anda mungkin juga menyukai