Anda di halaman 1dari 3

Kasus 1:

Keluarga Surya terdiri dari empat anggota keluarga yang tinggal di sebuah rumah sederhana di
pedesaan. Ayahnya bekerja sebagai petani dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Anak
sulungnya, Amin, baru saja didiagnosis menderita tuberculosis (TBC) setelah mengalami batuk
yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Dokter sudah memberikan resep obat
TBC dan memberitahukan bahwa Amin harus minum obat tersebut selama enam bulan agar bisa
sembuh.

Masalah muncul ketika keluarga Surya tidak memahami betul bagaimana cara mengelola
kesehatan Amin yang sedang terkena TBC. Mereka tidak tahu bahwa Amin harus minum obat
TBC secara teratur setiap hari dan menjaga pola makan yang sehat agar daya tahan tubuhnya
tetap kuat. Mereka juga tidak mengerti mengenai risiko penularan TBC kepada anggota keluarga
yang lain, terutama pada anak-anak yang lebih rentan terkena penyakit.

Kasus 2:
Keluarga Anwar adalah keluarga dengan tiga anggota yang tinggal di sebuah apartemen kecil di
kota. Ayahnya bekerja sebagai buruh dan ibunya sebagai pegawai swasta. Anak mereka, Dina,
baru saja didiagnosis menderita tuberculosis (TBC) setelah mengalami batuk-batuk selama lebih
dari sebulan. Dokter sudah memberikan resep obat TBC dan memberikan informasi mengenai
bagaimana mengelola kesehatan Dina agar tidak menularkan TBC kepada anggota keluarga lain.

Masalah muncul ketika keluarga Anwar cenderung beresiko dan kurang memperhatikan perilaku
kesehatan mereka. Ayah Anwar merokok di dalam rumah dan bahkan ketika Dina masih sakit.
Ibunya kurang perhatian pada kebersihan lingkungan, seperti tidak rajin membersihkan kamar
Dina dan lingkungan sekitar. Dina juga tidak disarankan untuk keluar rumah dan berinteraksi
dengan orang lain, tetapi keluarga Anwar masih sering mengundang tamu ke dalam apartemen
mereka, bahkan pada saat Dina masih sakit.
Kasus 3:
Keluarga Wijaya terdiri dari lima anggota keluarga yang tinggal di sebuah rumah di pinggiran
kota. Ayahnya bekerja sebagai tukang kayu dan ibunya sebagai pekerja rumah tangga. Anak
sulung mereka, Rina, baru saja didiagnosis menderita tuberculosis (TBC) setelah mengalami
batuk-batuk selama lebih dari sebulan. Dokter sudah memberikan resep obat TBC dan
memberikan informasi mengenai bagaimana mengelola kesehatan Rina agar tidak menularkan
TBC kepada anggota keluarga lain.

Masalah muncul ketika keluarga Wijaya tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar Rina untuk
pemeliharaan kesehatan yang efektif. Keluarga tersebut tidak memiliki akses ke layanan
kesehatan yang memadai, terutama di wilayah pedesaan. Mereka juga tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup mengenai bagaimana merawat dan mengelola kondisi
TBC Rina. Keluarga Wijaya juga terkendala dalam hal keuangan, sehingga sulit untuk membeli
makanan yang bergizi dan memenuhi kebutuhan dasar kesehatan Rina.

Kasus 4:
Keluarga Jaya terdiri dari lima anggota keluarga dan tinggal di kota. Ayahnya bekerja sebagai
pengusaha kecil dan ibunya bekerja sebagai pekerja paruh waktu. Anak sulung mereka, Budi,
baru saja didiagnosis menderita tuberculosis (TBC) dan harus menjalani pengobatan selama
enam bulan. Keluarga Jaya merasa sangat terkejut dan cemas dengan diagnosis tersebut, karena
mereka tidak tahu bagaimana mengelola kondisi Budi dan bagaimana mencegah penyebaran
TBC pada anggota keluarga lain.
Keluarga Jaya memiliki masalah dalam keperawatan koping keluarga karena mereka mengalami
kesulitan dalam menghadapi stres dan ketidakpastian terkait kondisi Budi. Mereka sering merasa
cemas dan takut, serta merasa kesulitan untuk mengatur jadwal pengobatan Budi dan
merawatnya dengan baik. Selain itu, keluarga Jaya juga mengalami masalah dalam
mengkomunikasikan kondisi Budi dengan anggota keluarga lain dan lingkungan sekitar.

Kasus 5:
Keluarga Susanto terdiri dari empat orang anggota keluarga dan tinggal di lingkungan padat
penduduk di kota. Ayahnya bekerja sebagai buruh dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Anak
sulung mereka, Rina, baru saja didiagnosis menderita tuberculosis (TBC) dan harus menjalani
pengobatan selama enam bulan. Keluarga Susanto mengalami masalah dalam proses keluarga
karena mereka kesulitan dalam mengatur peran dan tanggung jawab masing-masing anggota
keluarga terkait perawatan dan pengobatan Rina.

Keluarga Susanto tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang TBC dan bagaimana mengatasi
kondisi tersebut. Ayah dan ibu Susanto menganggap bahwa peran utama dalam perawatan Rina
adalah tanggung jawab ibu rumah tangga. Namun, ibu Susanto merasa kesulitan dalam mengatur
jadwal pengobatan Rina dan merawatnya sekaligus menyelesaikan tugas rumah tangga lainnya.
Sementara itu, ayah Susanto merasa kesulitan untuk memberikan dukungan finansial untuk biaya
pengobatan Rina.

Kasus 6:
Keluarga Bapak A, usia 55 tahun dan Ibu B, usia 50 tahun, memiliki dua anak, Anak X berusia
25 tahun dan Anak Y berusia 22 tahun. Bapak A telah didiagnosis menderita hipertensi selama
lima tahun terakhir dan harus mengonsumsi obat-obatan untuk mengontrol tekanan darahnya.
Namun, meskipun Bapak A memperhatikan pola makan sehat dan olahraga teratur, tekanan
darahnya masih sering naik.

Selain itu, Ibu B juga baru-baru ini didiagnosis menderita hipertensi setelah mengalami sakit
kepala dan pusing yang sering terjadi. Anak X dan Anak Y belum dites untuk tekanan darah
mereka, tetapi mereka juga memiliki risiko untuk mengembangkan hipertensi karena faktor
genetik keluarga.
Keluarga B merasa khawatir dengan kondisi kesehatan orang tua mereka, dan mereka ingin
mencari bantuan dari perawat untuk membantu mengelola kondisi hipertensi dan mencegah
komplikasi yang lebih serius.

Kasus 7:
Contoh kasus masalah keperawatan pada keluarga dengan ibu menyusui adalah sebagai berikut:
Keluarga Ibu S, memiliki seorang bayi perempuan berusia dua bulan dan Ibu S sedang dalam
masa menyusui. Baru-baru ini, Ibu S mengalami masalah payudara yang menyakitkan dan
mengalami rasa panas dan kemerahan pada payudara kiri. Ibu S juga merasa demam dan letih,
dan khawatir kondisinya akan memengaruhi produksi ASI.

Keluarga Ibu S ingin mencari bantuan dari perawat untuk membantu mengelola kondisi
payudara Ibu S dan memberikan dukungan untuk memastikan produksi ASI yang cukup untuk
bayi mereka.
Kasus 8:
Keluarga Tn D memiliki seorang ibu hamil, Ny N, yang berusia 30 tahun dan sedang
mengandung anak pertamanya. Ny N baru-baru ini mengalami gejala mual dan muntah yang
parah, serta tekanan darah rendah. Keluarga TnD khawatir bahwa kondisi Ny N dapat
memengaruhi kesehatan janin dan mengganggu kehamilan.

Keluarga Tn D ingin mencari bantuan dari perawat untuk membantu mengelola kondisi
kesehatan Ny N selama kehamilan dan memberikan dukungan pada keluarga. Perawat dapat
membantu dengan memberikan edukasi tentang perawatan prenatal yang tepat, termasuk pola
makan yang sehat dan asupan nutrisi yang diperlukan untuk ibu hamil. Perawat juga dapat
membantu dengan memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan, serta cara
mengelola mual dan muntah yang sering terjadi pada ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai