Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323957102

Penggunaan Limbah Peleburan Timah (Tin Slag) sebagai Agregat Kasar pada
Campuran Hot Rolled Sheet-Wearing Course untuk Perkerasan Jalan Raya

Article · January 2014

CITATIONS READS

2 182

2 authors, including:

Rudy Kurniawan
Bangka Belitung University
12 PUBLICATIONS 17 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rudy Kurniawan on 03 December 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

PENGGUNAAN LIMBAH PELEBURAN TIMAH (TIN SLAG)


SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED
SHEET- WEARING COURSE UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Ormuz Firdaus¹, Rudy Kurniawan²


¹Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
²Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung
Email: ormuz.firdaus@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kepulauan Bangka Belitung terkenal merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.
Disamping memproduksi Timah, perusahaan yang mengelola pertimahan juga menghasilkan
produk sampingan (limbah) berupa terak timah (tin slag) yang jumlahnya bertambah terus
setiap saat. Limbah ini belum dimanfaatkan seoptimal mungkin. Untuk itu perlu diadakan
penelitian tentang pemanfaatan limbah timah (tin slag) sebagai alternatif bahan untuk perkerasan
jalan raya. Agregat kasar merupakan sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, atau mineral
lainnya yang berupa hasil alam. Hot Rolled Sheet-Wearing Course (HRS- WC) merupakan
lapisan pondasi atas dengan menggunakan bahan pengikat aspal. Letaknya berada dibawah
lapisan permukaan (wearing course). Kinerja suatu perkerasan dapat ditentukan dari pengujian
Marshall yang menghasilkan parameter stabilitas, kelelehan, kerapatan, rongga dalam
campuran, rongga dalam agregat, dan Marshall Quotient. Setelah melalui proses uji Marshall
didapat nilai Kadar Aspal Optimum untuk agregat biasa sebesar 5,75%, dan untuk tin slag
sebesar 4,80%. Dengan menggunakan metode pengujian yang didasarkan pada standar Bina
Marga telah memenuhi persyaratan, sehingga tin slag dapat digunakan sebagai bahan pengganti
agregat kasar untuk perkerasan jalan raya dan dapat membantu dalam upaya pemeliharaan
lingkungan.

Kata kunci: Tin slag, Hot Rolled Sheet-Wearing Course, Kadar Aspal Optimum

PENDAHULUAN dibandingkan dengan agregat kasar yang


Pekerjaan pertambangan dalam lazim digunakan.
proses pekerjaannya terkadang banyak Kepulauan Bangka Belitung
menghasilkan limbah material merupakan daerah penghasil timah
bongkahan cukup banyak jumlahnya. terbesar di Indonesia, dimana sejak
Seperti halnya pada pabrik atau ratusan tahun yang lalu telah menjadi
perusahaan pengolahan timah, disamping komoditi andalan daerah ini. PT. Timah
menghasilkan bijih timah sampai timah Tbk dan PT. Kobatin sebagai perusahaan
olahan hingga balokan juga meninggalkan pertambangan sudah sejak lama menggali
sisa limbah yang biasa disebut juga potensi ini yang sekaligus
terak timah (Tin Slag) kurang banyak memproduksinya menjadi Timah balokan.
dimanfaatkan. Benda uji ini berbentuk Menurut data BPS Provinsi Kepulauan
bongkahan dan dibentuk seperti halnya Bangka Belitung tahun 2008, PT.
agregat, yang dalam pelaksanaannya akan TIMAH dan PT. KOBATIN

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 120


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

menghasilkan 56.138 Metric Ton logam uantuk pemanfaatan limbah tin slag ini
timah. (Bangka Belitung Dalam Angka, untuk perkerasan jalan.
2009), artinya potensi ini memiliki
produksi dan cadangannya cukup besar
namun menyisakan limbah (tin slag) yang
TINJAUAN PUSTAKA
begitu signifikan jumlahnya.
Susunan lapisan perkerasan jalan
Sejak era otonomi daerah yang Lapisan-lapisan perkerasan bersifat
otoritas kewenangannya diserahkan ke memikul dan menyebarkan beban lalu
daerah memberikan kesempatan kepada lintas ke tanah dasar yang telah dipadatkan.
masyarakat untuk membangun perusahaan Lapisan-lapisan tersebut seperti, lapisan
di bidang pertambangan ini yang biasa permukaan, lapisan pondasi atas, lapisan
disebut smelter, yang sampai saat sekarang pondasi bawah, dan lapisan tanah dasar.
jumlahnya 37 Smelter yang ada di
Bangka Belitung. Dari 37 smelter yang
ada, jumlah perusahaan yang melaporkan
ekspornya ke Departemen Perdagangan
hanya 14 perusahaan yang hingga Oktober
2007 ekspor timah batangan volume
totalnya 74.675,73 ton. Apalagi dengan di Sumber: Sukirman, 1999
syahkannya Peraturan Daerah (Perda) No. Gambar 1. Lapisan perkerasan jalan
6 tahun 2003 tentang penambangan
umum yang diterbitkan Pemerintah Agregat
Kabupaten Bangka sebagai turunan dari Agregat (aggregate) didefinisikan
Undang-Undang Pokok Pertambangan secara umum sebagai formasi kulit bumi
Tahun 1967. Hingga terbitlah Peraturan yang keras dan solid. Selain itu
Pemerintah No. 1 Tahun 2014 tentang agregat/batuan didefinisikan juga sebagai
Minerba yang mengatur tentang tata bahan berbutir yang berbentuk sebagai batu
laksana pertambangan. pecah, kerikil, pasir dan abu batu.
Ditinjau dari segi ekonomisnya, Agregat/batuan merupakan komponen
pemanfaatan limbah ini sebagai bahan utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu
perkerasan jalan, sangat mudah didapat mengandung 90-95% agregat berdasarkan
dalam jumlah besar dan harganya murah persentase berat atau 75-85% agregat
karena belum banyak dimanfaatkan. berdasarkan persentase volume. Dengan
Disamping itu juga membantu dalam upaya demikian daya dukung, keawetan dan mutu
peningkatan pemeliharaan lingkungan perkerasan jalan ditentukan juga dari
yang akhir-akhir ini menjadi pusat sifat agregat dan hasil campuran agregat
perhatian dunia dan Indonesia umumnya, dengan material lain.
terlebih Kepulauan Bangka Belitung Agregat kasar adalah agregat yang
khususnya. Sehingga diperlukan kajian tertahan saringan No. 8 (2,36 mm) yang
terdiri dari batu pecah atau kerikil, dan

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 121


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

merupakan komponen-komponen utama Tabel 2. Persyaratan Aspal Pen 60/70


dari lapisan jalan, yaitu mengandung 90-
95% agregat berdasarkan persentase berat
atau 75-85% agregat berdasarkan volume
(Spesifikasi Bina Marga, 2010).

Tabel 1. Ketentuan agregat kasar

Tin Slag (Limbah Peleburan Timah)


Sebelum dipergunakan untuk
pembuatan barang jadi, suatu logam
padaumumnya perlu mengalami proses
permunian terlebih dahulu. Proses
Aspal pemurnian logam selalu berdasarkan pada
Aspal didefinisikan sebagai material prinsip bahwa unsur -unsur akan
berwarna hitam kecoklatan, pada terdistribusi diantara fasa-fasa dalam
temperatur berbentuk padat sampai agak jumlah yang berbeda, dan fasa - fasa
padat. Jika dipanaskan sampai suatu tersebut dapat dipisahkan secara fisik.
temperatur tertentu aspal dapat menjadi PT. Timah, Tbk melakukan proses
lunak/cair sehingga dapat membungkus pemurnian dengan cara reduksi.
partikel agregat pada waktu pembuatan Terdapat dua proses reduksi yang tejadi
aspal beton atau dapat masuk kedalam yaitu reduksi untuk menghasilkan fasa
pori-pori yang ada pada penyemprotan logam utama (Timah) dan Reduksi
pada perkerasan macadam atau pelaburan. untuk menghasilkan fasa logam pengotor
Jika temperatur mulai turun, aspal akan (slag).
mengeras dan mengikat agregat pada Bahan pereduksi untuk
tempatnya. Aspal sebagai salah satu menghasilkan Timah (Sn) dipergunakan
konstruksi perkerasan lentur, merupakan gas hidrogen (H 2) dan gas mono
salah satu komponen kecil, umumnya oksida (CO), dimana kedua gas ini
hanya 4 - 10 % berdasarkan berat, 10 – diperoleh dari gas methan (CH4 ).
15% berdasarkan volume. Jika pada Proses reduksi terjadi setelah bahan
lapisan perkerasan dengan meggunakan dasar (pig iron dan scrap) pada dapur
aspal sebagai pengikat dengan mutu yang tanur tinggi mencair. Reaksi kimia yang
baik dapat memberikan lapisan kedap air terjadi adalah sebagai berikut:
dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan
reaksi kimia lain.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 122


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014
gelombang, alur atau bleeding.
Kestabilan yang terlalu tinggi
menyebabkan lapisan menjadi kaku dan
cepat mengalami retak, disamping itu
karena volume antar agregat kurang,
mengakibatkan kadar aspal yang
Gambar 2. Reaksi kimia pada proses reduksi dibutuhkan rendah. Hal ini menghasilkan
tin slag film aspal tipis dan mengakibatkan ikatan
aspal mudah lepas sehingga durabilitasnya
rendah.
Hot Rolled Sheet – Wearing Course
2. Durabilitas
(HRS-WC)
Durabilitas dibutuhkan pada lapisan
HRS-WC terdiri dari dua macam permukaan sehingga lapisan dapat mampu
campuran, Lataston lapis pondasi (HRS- menahan keausan akibat pengaruh cuaca,
Base) dan Lataston lapis permukaan (HRS- air dan perubahan suhu ataupun keausan
Wearing Course) dan ukuran maksimum akibat gesekan kendaraan.
agregat masing-masing campuran adalah 3. Fleksibilitas
19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi Fleksibilitas pada lapisan perkerasan
fraksi agregat kasar lebih besar dari pada adalah kemampuan lapisan untuk dapat
Lataston lapis permukaan (HRS-WC). mengikuti deformasi yang terjadi akibat
Tabel 3. Ketentuan sifat campuran HRS- beban lalu lintas berulang tanpa
WC timbulnya retak dan perubahan volume.
4. Tahanan Geser (Skid Resistance)
Tahanan geser adalah kekesatan yang
diberikan oleh perkerasan sehingga
kendaraan tidak mengalami slip baik di
waktu hujan atau basah maupun di waktu
kering.
5. Ketahanan Kelelahan (Fatique
Resistance)
Ketahanan kelelahan adalah
Karakteristik Campuran
ketahanan dari lapis aspal beton
Menurut Sukirman (1992),
dalam menerima beban bertulang tanpa
karakteristik campuran yang harus dimiliki
terjadinya kelelahan yang berupa alur dan
oleh campuran aspal beton campuran panas
retak.
adalah:
6. Kemudahan Pelaksanaan (Workability)
1. Stabilitas
Kemudahan Pelaksanaan adalah
Stabilitas lapisan perkerasan jalan
mudahnya suatu campuran untuk dihampar
adalah kemampuan lapisan perkerasan
dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil
menerima beban lalu lintas tanpa
terjadi perubahan bentuk tetap seperti

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 123


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

yang memenuhi kepadatan yang kelelehan flastis (flow), marshall Quotient,


diharapkan. rongga udara diantara butir agregat (VMA),
rongga udara dalam campuran (VIM), dan
Marshall Test rongga terisi aspal (VFB).
Kinerja campuran aspal beton dapat
diperiksa dengan menggunakan alat
pemeriksaan Marshall. Pemeriksaan ini METODE PENELITIAN
dimaksudkan untuk menentukan Persiapan Material
ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan Persiapan material untuk
plastis yaitu keadaan perubahan bentuk kebutuhan benda pengujian
suatu campuran yang terjadi akibat suatu dilaboratorium dilakukan dengan cara
beban sampai batas runtuh yang dinyatakan pengambilan bahan-bahan uji di lapangan.
dalam mm atau 0.01”. 1. Agregat kasar, halus dan aspal
Pengambilan material benda uji
agregat kasar dan halus didapat dengan
Karakteristik Marshall cara mendapatkan bahan material agregat
Karakteristik Marshall sangat kasar dan halus dari toko material dan
mempengaruhi campuran agregat aspal dikumpulkan di laboratorium Teknik Sipil
yang terdiri dari parameter kepadatan Universitas Bangka Belitung.
(density), volume pori dalam agregat 2. Tin Slag (Limbah pengolahan timah)
campuran atau rongga diantara mineral Pengambilan material benda uji Tin
agregat (voids in mineral agregate/ VMA), Slag (Limbah pengolahan timah) didapat
rongga dalam campuran beraspal (voids in dari perusahaan smelter PT. Bukit Timah
mix/ VIM), rongga terisi aspal (voids filled jalan Ketapang Pangkalbalam.
bitument/VFB). Dari parameter-parameter 3. Semen Portland Tipe I merek Tiga
tersebut hanya stabilitas dan (flow) yang Roda untuk bahan pengisi filler.
dapat diperoleh secara langsung dari hasil Material benda uji ini didapat toko
pengujian Marshall bangunan terdekat.
.
Kadar Aspal Optimum (KAO)
Kadar aspal optimum adalah nilai
tengah dari rentang kadar aspal yang
memenuhi semua spesifikasi campuran.
Menurut Spesifikasi umum Bina Marga
dalam perencanaan perkerasan jalan
diisyaratkan agar perkerasan yang
dihasilkan memiliki stabilitas yang cukup
Gambar 2. Pengambilan sampel Tin Slag di
baik tanpa mengabaikan fleksibilitas,
PT. Bukit Timah Pangkal Balam
durabilitas, dan kemudahan dalam
pelaksanaan.Adapun karakteristik
campuran HRS-WC meliputi Stabilitas,

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 124


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

Pengujian Bahan benda uji aspal keras, dimana benda uji


1. Pengujian Aspal aspal keras tersebut ditarik pada kedua sisi
a. Penetrasi kecepatan 5 cm permenit pada temperatur
Pengujian ini dilakukan untuk 25°C.
memeriksa tingkat kekerasan aspal.
e. Berat Jenis
Pengujian ini dilakukan dengan
Penentuan berat jenis bitumen
memasukkan jarum penetrasi ukuran
keras berfungsi untuk perhitungan akhir
tertentu dengan beban, selang waktu, dan
hasil pengujian marshall. Pengujian ini
suhu tertentu. Pada penelitian ini
dilakukan dengan membandingkan antara
pengujian penetrasi aspal keras dilakukan
berat bitumen dengan air suling dengan
pada temperatur 25°C dan pembebanan
volume yang sama pada suhu 25°C.
yang diberikan sebesar 100 gram dalam
waktu 5 detik. Penelitian ini dilakukan 2. Pengujian Agregat
sebelum dan sesudah kehilangan berat. a. Pengujian Berat Jenis Agregat
Kasar dan Tin Slag
b. Titik Lembek
Pada pengujian agregat kasar dan
Pengujian ini dilakukan untuk
Tin Slag dilakukan pengujian yang sama
memenuhi temperatur aspal keras pada
untuk menentukan berat jenis bulk
saat mulai lembek. Titik lembek adalah
(Bulk Spesific Gravity), berat jenis
suatu suhu pada saat bola baja, dengan
kering permukaan jenuh (Saturated
berat tertentu (3,45-3,55 gr) mendesak
Surface Dry), berat jenis semu (Apparent
turun pada suatu lapisan aspal yang
Spesific Gravity), pengujian berat isi
tertahan dalam cincin berukuran tertentu,
gembur dan padat agregat serta
sehingga aspal tersebut menyentuh plat
penyerapan agregat. Khusus untuk agregat
dasar yang terletak dibawah cincin pada
kasar dilakukan pengujian abrasi. Hasil
ketinggian tertentu, sebagai akibat dari
dari Pengujian ini nantinya akan
kecepatan pemanasan tertentu.
digunakan untuk menentukan berat jenis
c. Titik Nyala dan Titik Bakar campuran.
Pengujian ini berguna untuk
b. Pengujian Keausan Agregat (Abrasi)
menentukan suhu dimana aspal terlihat
dengan Alat Los Angeles
menyala singkat dipermukaan aspal (titik
Pengujian ini dimaksudkan untuk
nyala), dan suhu pada saat terlihat nyala
menentukan ketahanan agregat kasar
sekurang-kurangnya 5 detik diatas
terhadap keausan dengan menggunakan
permukaan aspal. Titik bakar perlu
mesin Los Angeles. Keausan tersebut
diketahui untuk memperkirakan
dinyatakan dengan perbandingan antara
temperatur maksimum pemanasan aspal
berat tahan aus lewat saringan no. 12
sehingga aspal tidak terbakar.
terhadap berat semua dalam persen.
d. Daktilitas
3. Pengujian Analisa Saringan
Pengujian ini dilakukan untuk
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui elastisitas aspal keras, dimana

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 125


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

menentukan ukuran agregat yang tertahan tengah rentang kadar aspal yang memenuhi
dan yang lolos berdasarkan ketentuan semua parameter yang disyaratkan.
Spesifikasi Bina Marga 2010.
6. Penentuan Campuran
4. Pengujian Agregat Halus a. Persiapan benda uji
Pada pengujian agregat halus Sebelum dilakukan pembuatan benda
dilakukan pengujian Sand Equivalen untuk uji, agregat dipisahkan dengan cara
menentukan nilai kadar lumpur. penyaringan kering dan pengayakan ke
dalam fraksi-fraksi sesuai gradasi agregat
5. Perkiraan Kadar Aspal yang telah ditentukan untuk campuran HRS
Komposisi umum campuran aspal
– WC.
terdiri dari agregat, aspal dan filler,
Tabel 4. Ketentuan density
dimana ketiga unsur tersebut harus
memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran
yang disyaratkan. Perkiraan awal kadar
aspal rancangan diperoleh dengan
mengunakan rumus Bina Marga
Spesifikasi Umum 2010, adapun rumus b. Pencampuran benda uji
yang digunakan adalah: Pencampuran untuk setiap benda uji
Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram
0,18 (% filler) x K sehingga menghasilkan tinggi benda uji
kira-kira 63,5 mm ± 1,27 mm (2,5 ± 0,05
dimana : inci).
Pb = Kadar aspal perkiraan
CA = Agregat kasar tertahan c. Pemadatan benda uji
saringan No. 8 Tahapan pemadatan benda uji yang
FA = Agregat halus lolos saringan dilakukan dilaboratorium sebagai berikut,
No. 8 dan tertahan No.200 Perlengkapan cetakan benda uji
Filler = Agregat halus lolos saringan dibersihkan serta bagian muka penumbuk
No. 200 dengan seksama dan panaskan sampai suhu
K = Konstanta ; 0,5 – 1,0 untuk antara 90°C - 150°C, selanjutnya cetakan
Laston (AC); 2.0 – 3,0 untuk diletakkan di atas landasan pemadat dan
HRS-WC ditahan dengan pemegang cetakan, dan
Hasil perhitungan dari benda uji seterusnya.
digambarkan batas-batas yang
disyaratkan, tentukan rentang kadar aspal 7. Pengujian Marshall
yang memenuhi ketentuan dalam Tahapan pengujian dilakukan
spesifikasi. Kemudian gambarkan rentang melalui perendaman benda uji dalam
kadar aspal dalam skala balok. Rancangan penangas air selama 30 – 40 menit
kadar aspal umumnya mendekati tengah- dengan temperatur tetap 60°C ± 1°C
untuk benda uji yang menggunakan aspal

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 126


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

padat, setelah itu untuk mengetahui indeks dan penyerapan) agregat kasar dan halus,
perendaman, benda uji direndam dalam pemeriksaan keausan dengan mesin Los
penangas air selama 24 jam dengan Angeles.
temperatur tetap 60°C ± 1°C. Benda uji Dari hasil pemeriksaan agregat kasar
dikeluarkan dari penangas air dan letakkan yang menggunakan agregat biasa maupun
dalam bagian bawah alat penekan uji tin slag didapat sudah memenuhi
Marshall, bagian atas alat penekan uji persyaratan Spesifikasi Bina Marga.
Marshall dipasang di atas benda uji dan
2. Analisa Pengujian Aspal
letakkan seluruhnya dalam mesin uji
Sebelum aspal digunakan dalam
Marshall.
penelitian, perlu terlebih dahulu diperiksa
sifat-sifat aspal tersebut dengan mengacu
ANALISA DAN PEMBAHASAN pada standar Bina Marga. Aspal yang
Analisa Kualitas Bahan digunakan adalah aspal keras Pertamina
Pemeriksaan kualitas bahan dengan nilai penetrasi 65,9; titik lembek
merupakan langkah awal dari penelitian ini, 49,25 °C; titik nyala 326 °C, titik bakar
sebab dengan memeriksa dan 338 °C; penurunan berat 0,230%;
menganalisa bahan yang akan dapat kelarutan dalam CCL4 99,5%; daktilitas >
diketahui sejauh mana mutu bahan yang 100 cm, penetrasi kehilangan berat
akan dipakai. Selanjutnya 84,22%, dan berta jenisnya 1,03.
membandingkannya dengan spesifikasi Sehingga aspal yang digunakan sudah
maupun syarat yang menjadi standar memenuhi Spesifikasi Bina Marga.
pengujian.
3. Analisa Susunan Butiran
1. Analisa Pemeriksaan Agregat Dari pemeriksaan analisa saringan,
Bahan agregat kasar yang berupa untuk mencapai gradasi yang telah
agregat biasa maupun tin slag setelah ditentukan dengan cara coba-coba.
dilakukan pengujian gradasi dicari prosen Agregat kasar maupun agregat halus telah
berat dari masing-masing agregat agar memenuhi spesifikasi sehingga cara
memenuhi persyaratan Spesifikasi Bina tersebut dapat digunakan. Hal ini bisa
Marga 2010. terjadi karena spesifikasi campuran ini
Dari perbandingan agregat antara menggunakan gradasi Hot Rolled Sheet -
agregat biasa dengan tin slag ini, pada Wearing Course menerus, sehingga
saringan ¾” pada agregat biasa lebih semua ukuran butiran digunakan.
sedikit menahan butiran dibanding
Analisa Pengujian Dengan Alat
dengan tin slag. Hal ini dikarenakan
Marshall
ukuran butiran pada tin slag lebih kecil
Dalam menganalisa hasil uji
dibandingkan dengan agregat biasa,
Marshall terlebih dahulu ditentukan
sehingga pada tin slag banyak yang lolos.
berat jenis maksimum teoritis dan berat
Pemeriksaan agregat meliputi isi benda uji. Berat jenis teoritis benda
pemeriksaan spesific gravity (berat jenis uji tesebut diperoleh setelah menghitung

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 127


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

berat jenis bulk total agregat, berat jenis 1. Pengujian Prosen rongga dalam
semu total agregat, berat jenis efektif total campuran (voids in total mix) Pada
agregat dan jenis bahan pengikat. Agregat Biasa dan tin slag
Kemudian dilakukan perhitungan Prosen rongga dalam campuran
karakteristik campuran yang meliputi: (voids in total mix) adalah banyaknya pori
Prosen rongga terhadap campuran, diantara butir – butir agregat yang
stabilitas, kelelehan dan kekakuan sesuai diselimuti aspal, atau dengan kata lain
dengan prosedur perhitungan Manual volume pori yang masih tersisa setelah
Pemeriksaan Bahan Jalan dan spesifikasi campuran agregat – aspal dipadatkan.
Bina Marga.

Gambar 3. Grafik rongga dalam campuran pada agregat biasa dan tin slag
Dari grafik diatas, hasil analisa angka 3,660 % (agregat biasa) dan
Marshall dengan menggunakan agregat 4,073% (tin slag)
menunjukkan hubungan kadar aspal e. Pada kadar aspal 6% nilai rongga
dengan rongga terhadap campuran terhadap campuran menunjukkan
a. Pada kadar aspal 4% nilai rongga angka 3,242% (agregat biasa) dan
terhadap campuran menunjukkan 2,963% (tin slag)
angka 7,095% (agregat biasa) dan f. Pada kadar aspal 6.5% nilai rongga
7,961% (tin slag) terhadap campuran menunjukkan
b. Pada kadar aspal 4.5% nilai rongga angka 3,070% (agregat biasa) dan
terhadap campuran menunjukkan 2,216% (tin slag)
angka 6,143% (agregat biasa) dan g. Pada kadar aspal 7 % nilai rongga
5,055% (tin slag) terhadap campuran menunjukkan
c. Pada kadar aspal 5% nilai rongga angka 1,902% (agregat biasa) dan
terhadap campuran menunjukkan 2,074% (tin slag)
angka 5,877 % (agregat biasa) dan Dari analisa perhitungan Marshall
4,512% (tin slag) dan grafik diatas menunjukkan bahwa
d. Pada kadar aspal 5.5% nilai rongga pada kadar aspal 4%, prosen rongga
terhadap campuran menunjukkan terhadap campuran relatif tinggi dan pada

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 128


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

kadar aspal 4,5% sampai 7% prosen berarti sesuai dengan Spesifikasi Bina
rongga terhadap campuran terus turun. Marga.
Syarat batasan Bina Marga untuk prosen
2. Stabilitas Campuran
rongga terhadap campuran (3-5)%. Berarti
Stabilitas perkerasan jalan adalah
kurang dari 3% mengakibatkan permukaan
kemampuan lapis perkerasan dalam
jadi licin dan apabila melebihi 5% maka
menerima beban lalu lintas tanpa
campuran akan cepat rapuh. Dari hasil
mengalami perubahan bentuk yang tetap,
pengujian dengan kadar aspal optimum
seperti gelombang ( washboarding ), alur
nilai prosen rongga terhadap campuran
(rutting ), maupun bleeding.
4,25% (agregat biasa) dan 3,95% (tin slag)

Gambar 4. Grafik Nilai Stabilitas Pada Agregat biasa dan Tin Slag
Dari grafik diatas, hasil analisa (agregat biasa) dan 1235,194 kg (tin
Marshall dengan menggunakan slag)
agregat menunjukkan hubungan kadar e. Pada kadar aspal 6% nilai stabilitas
aspal dengan nilai stabilitas : menunjukkan angka 1119,217 kg
a. Pada kadar aspal 4% nilai stabilitas (agregat biasa) dan 1417,075 kg (tin
menunjukkan angka 738,604 kg slag)
(agregat biasa) dan 748,083 kg (tin f. Pada kadar aspal 6.5% nilai stabilitas
slag) menunjukkan angka 1181,615 kg
b. Pada kadar aspal 4.5% nilai stabilitas (agregat biasa) dan 1220,722 kg (tin
menunjukkan angka 902,570 kg slag)
(agregat biasa) dan 956,746 kg (tin g. Pada kadar aspal 7 % nilai stabilitas
slag) menunjukkan angka 960,186 kg
c. Pada kadar aspal 5% nilai stabilitas (agregat biasa) dan 1126,198 kg (tin
menunjukkan angka 948,344 kg slag)
(agregat biasa) dan 1184,220 kg (tin Dari analisa perhitungan Marshall
slag) dan grafik diatas menunjukkan bahwa
d. Pada kadar aspal 5.5% nilai stabilitas penambahan kadar 0,5% nilai stabilitas
menunjukkan angka 1075,189 kg terus naik namun pada kadar aspal 7%

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 129


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

mengalami penurunan. Nilai stabilitas perubahan bentuk dan deformasi vertikal


pada kadar aspal optimum sebesar 1110 kg dari lapis perkerasaan akibat beban lalu
(agregat biasa) dan 1225 kg (tin slag). lintas yang diterimanya sampai batas
Berarti memenuhi persyaratan Bina Marga keruntuhan. Nilai flow dipengaruhi oleh
yaitu melebihi 550 kg. gradasi agregat, viskositas dan kadar
aspal, tebal selimut aspal, serta suhu dan
3. Kelelehan (flow)
energi pemadatan.
Kelelehan adalah besarnya

Gambar 5. Grafik Nilai Kelelehan Pada Agregat Biasa dan Tin Slag
Dari grafik diatas, hasil analisa f. Pada kadar aspal 6.5% nilai kelelehan
Marshall dengan menggunakan menunjukkan angka 3,300 mm (agregat
agregat menunjukkan hubungan kadar biasa) dan 3,600 mm (tin slag)
aspal nilai kelelehan dengan terhadap g. Pada kadar aspal 7 % nilai kelelehan
campuran menunjukkan angka 3,433 mm (agregat
a. Pada kadar aspal 4% nilai kelelehan biasa) dan 3,612 mm (tin slag)
menunjukkan angka 2,876 mm (agregat Dari analisa perhitungan Marshall
biasa) dan 2,733 mm (tin slag) dan grafik diatas menunjukkan bahwa nilai
b. Pada kadar aspal 4.5% nilai kelelehan kelelehan cenderung relatif meningkat
menunjukkan angka 2,883 mm (agregat pada setiap penambahan kadar aspal.
biasa) dan 2,883 mm (tin slag) Walaupun peningkatannya relatif kecil
c. Pada kadar aspal 5% nilai kelelehan tetapi dapat mempengaruhi timbulnya
menunjukkan angka 2,933 mm (agregat deformasi dan retak. Batas persyaratan
biasa) dan 3,467 mm (tin slag) dari Bina Marga untuk kelelehan adalah
d. Pada kadar aspal 5.5% nilai kelelehan
2-4 mm. Dari hasil pengujian dengan
menunjukkan angka 3,150 mm (agregat
kadar aspal optimum didapat nilai
biasa) dan 3,567 mm (tin slag)
kelelehan sebesar 3,35 mm (agregat biasa)
e. Pada kadar aspal 6% nilai kelelehan
dan 3,40 mm (tin slag). Berarti sesuai
menunjukkan angka 3,233 mm (agregat
dengan persyaratan Spesifikasi Bina
biasa) dan 3,583 mm (tin slag)
Marga.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 130


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

4. Kekakuan (Marshall Quotient) pendekatan terhadap nilai kekakuan


Nilai Marshall Quotient (MQ) adalah campuran atau fleksibilitas campuran.
hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Besarnya nilai MQ dipengaruhi oleh nilai
Nilai MQ dipergunakan sebagai stabilitas dan nilai flow dari campuran.

Gambar 6. Grafik Kekakuan (MQ) Pada Agregat Biasa dan Tin Slag
Dari grafik diatas, hasil analisa 395,623 kg/mm (tin slag)
Marshall dengan menggunakan agregat f. Pada kadar aspal 6.5% nilai Marshall
menunjukkan hubungan kadar aspal nilai Quotient menunjukkan angka
Marshall Quotient dengan terhadap 358,078 kg/mm (agregat biasa) dan
campuran 348,580 kg/mm (tin slag)
a. Pada kadar aspal 4% nilai Marshall g. Pada kadar aspal 7% nilai Marshall
Quotient menunjukkan angka Quotient menunjukkan angka
257,319 kg/mm (agregat biasa) dan 279,747 kg/mm (agregat biasa) dan
273,722 kg/mm (tin slag) 312,977 kg/mm (tin slag)
b. Pada kadar aspal 4.5% nilai Marshall Dari analisa perhitungan Marshall
Quotient menunjukkan angka dan grafik diatas menunjukkan bahwa nilai
313,864 kg/mm (agregat biasa) dan Marshall Quotient relatif naik turun, pada
336,884 kg/mm (tin slag) kadar aspal 5,5% - 6,5% naik namun
c. Pada kadar aspal 5% nilai Marshall turun kembali pada kadar aspal 6,5%
Quotient menunjukkan angka hingga pada kadar aspal 7% menurun.
323,272 kg/mm (agregat biasa) dan Dari hasil pengujian dengan kadar aspal
342,049 kg/mm (tin slag) optimum didapat nilai Marshall Quotient
d. Pada kadar aspal 5.5% nilai Marshall 348,5 kg/mm (agregat biasa) dan 349,0
Quotient menunjukkan angka kg/mm (tin slag). Berarti memenuhi
477,341 kg/mm (agregat biasa) dan persyaratan dari Bina Marga yaitu 184 -
346,576 kg/mm (tin slag) 408 kg/mm.
e. Pada kadar aspal 6% nilai Marshall
Quotient menunjukkan angka
345,951 kg/ mm (agregat biasa) dan

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 131


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

Penentuan Kadar Aspal Optimum optimum sebesar 3,40 mm (agregat


Kadar aspal optimum adalah kadar biasa) dan 3,35 mm (tin slag)
aspal yang memberikan kinerja terbaik c. Hasil nilai (VIM) pada kadar aspal
bagi lapis perkerasan yang diperoleh dari optimum sebesar 3,95 % (agregat
garis koridor aspal yang memenuhi semua biasa) dan 4,25 % (tin slag)
spesifikasi parameter karakteristik d. Hasil nilai MQ pada kadar aspal
Marshall mengacu pada persyaratan Bina optimum sebesar 349,0 kg/mm (agregat
Marga. biasa) dan 348,5 kg/mm (tin slag)
Berdasarkan hasil analisa uji
Perbandingan Antara Penggunaan
Marshall pada agregat biasa di atas,
Agregat Biasa Dengan Tin Slag Pada
diperoleh suatu nilai optimum aspal
Campuran Hot Rolled Sheet - Wearing
yang dibuat berdasarkan grafik variasi
Course
kadar aspal seperti pada grafik berikut ini
1. Analisa karakteristik campuran Hot
:
Rolled Sheet - Wearing Course pada
agregat biasa dan tin slag
Berdasarkan kadar aspal optimum
yang didapat dari Campuran HRS-WC,
dengan agregat biasa yaitu sebesar 5,75%
dan tin slag sebesar 4,80%. Dari kadar
aspal optimum ini kemudian didapat nilai
karakteristik dari campuran HRS-WC
dengan agregat biasa dan tin slag.

Tabel 5. Perbandingan Agregat

Gambar 7. Grafik Menentukan Kadar Aspal


Optimum Pengujian Marshall pada Agregat a. Rongga terhadap Campuran (VIM)
Biasa (1) dan Tin Slag (2) Nilai rongga dalam campuran (VIM)
Dari grafik diatas didapat : untuk campuran HRS-WC dengan
a. Hasil nilai stabilitas pada kadar aspal menggunakan tin slag lebih kecil
optimum sebesar 1225 kg (agregat dibandingkan dengan menggunakan
biasa) dan 1110 kg (tin slag) agregat biasa, yaitu penurunan sebesar
b. Hasil nilai flow pada kadar aspal 0,8%. Hal ini berarti campuran HRS-WC

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 132


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

dengan agregat biasa mempunyai struktur lebih fleksibel atau lebih mampu mengikuti
campuran yang kurang padat dan berisi, deformasi yang terjadi akibat beban lalu
hingga mempunyai nilai stabilitas yang lintas tanpa terjadi retak.
kurang sehingga terdapat agak banyak
2. Pembahasan Hasil Karakteristik
rongga pada campuran. Tingginya nilai
Campuran
prosen rongga disebabkan oleh besarnya
Nilai stabilitas, kelelehan dan
penterapan agregat biasa yang terjadi.
kekakuan dari campuran HRS-WC dengan
b. Stabilitas Campuran agregat biasa lebih kecil dibanding
Campuran HRS-WC dengan agregat dengan campuran HRS-WC menggunakan
biasa mempunyai nilai stabilitas yang lebih tin slag. Sedangkan nilai prosen dalam
rendah dibandingkan jika menggunakan tin campuran HRS-WC, agregat biasa lebih
slag. Perbedaan penurunan ini mencapai besar dari campuran HRS-WC dengan tin
115 kg. Hal ini menunjukkan kemampuan slag.
HRS-WC dengan tin slag menerima beban Dari hasil uji Marshall tersebut,
lebih kuat dibandingkan dengan agregat biasa nilai hasil pengujian telah
menggunakan agregat biasa. Disamping itu memenuhi persyaratan Bina Marga yaitu
juga bahan tin slag mempunyai massa yang nilai rongga dalam campuran, stabilitas,
lebih kuat dibanding agregat biasa. kelelehan dan nilai kekakuannya. Begitu
juga sama halnya dengan uji Marshall
c. Kelelehan Campuran
dengan menggunakan tin slag juga
Nilai kelelehan berpengaruh terhadap
memenuhi persyaratan Bina Marga.
rongga udara dan kekentalan. Nilai
Oleh karena itu, dari hasil
kekentalan pada tin slag lebih besar jika
pembahasan literatur mengenai sifat-sifat
dibandingkan dengan menggunakan agregat
kimia dan sifat-sifat fisik tin slag dimana
biasa. Perbedaannya tidak terlalu jauh
kecenderungan kelekatan tekstur
menonjol yaitu sebesar 0,05 mm. Hal ini
permukaan yang baik juga ketahanan
menunjukkan bahwa tin slag mempunyai
temperatur yang tinggi serta hasil dari
ketahanan lebih kuat dalam menahan beban
pemeriksaan dan pengujian pada campuran
berulang tanpa terjadinya retakan.
yang dilakukan pada campuran yang
d. Kekakuan Campuran menggunakan tin slag ini. Maka tin slag
Kekakuan campuran aspal tergantung bisa dipergunakan sebagai agregat kasar
dari stabilitas yang merupakan hasil bagi pada campuran Hot Rolled Sheet - Wearing
dngan kelelehannya, sedangkan besarnya Course (HRS-WC). Dan juga pemanfaatan
stabilitas dipengaruhi oleh kebutuhan aspal ini dapat mengurangi ketergantungan pada
dalam campuran. Bila dibandingkan dari agregat kasar atau batu pecah yang selama
hasil agregat biasa dengan tin slag, ini selalu dipergunakan sebagai agregat
ternyata nilai kekakuan untuk campuran pada setiap campuran aspal, terutama untuk
HRS-WC dengan tin slag lebih tinggi pemakaian daerah yang menghasilkan terak
sebesar 0,5 kg/mm. Dengan demikian timah (tin slag) dalam proses pengelolaan
campuran HRS-WC dengan agregat biasa bijih timah.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 133


Jurnal Fropil Vol 2 Nomor 2. Juli-Desember 2014

KESIMPULAN Belitung.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
Badan Standarisasi Nasional, 1996,
tentang penggunaan limbah peleburan
Metode Pengujian Gumpalan
timah (tin slag) sebagai pengganti agregat
Lempung dan Butir-butir Mudah
kasar pada campuran Hot Rolled Sheet–
Pecah Dalam Agregat, Standar
Wearing Course (HRS-WC), dapat
Nasional Indonesia.
disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik Marshall campuran Hot Badan Standarisasi Nasional, 2004,
Rolled Sheet – Wearing Course (HRS- Semen Portland, Standar Nasional
WC) pada tin slagmeliputi Rongga Indonesia.
dalam campuran 3,45%; Stabilitas
1225 kg; kelelehan 3,40 dan Departemen Pekerjaan Umum, 2010,
kekakuan 349 kg/mm memenuhi Spesifikasi Umum Pekerjaan Aspal,
syarat yang ditentukan Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum,
Bina Marga Tahun 2010. Jakarta.
2. Nilai KAO untuk campuran Hot Suprapto, TM., 2007. Bahan dan Struktur
Rolled Sheet – Wearing Course (HRS- Jalan Raya, Penerbit Nova,
WC) menggunakan agregat biasa Bandung.
sebesar 5,75 sedangkan jika
menggunakan tin slag sebesar 4,80. Sukirman, S., 1991, Perkerasan Lentur
Sehingga masuk dalam rentang nilai Jalan Raya, Penerbit Nova,
Kadar Aspal Optimum. Bandung.

Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur


Jalan Raya, Penerbit Nova,
DAFTAR PUSTAKA Bandung.

Analisa Kimia Terhadap Tin Slag, Sukirman, S., 1999, Perkerasan


PT. Timah Tbk, 1997, Provinsi Lentur Jalan Raya, Penerbit
Kepulauan Bangka Belitung. Nova Bandung.

Badan Pusat Statistik, 2009, Kepulauan Tenriajeng, T. A., 2000, Rekayasa Jalan
Bangka Belitung Dalam Angka, Raya 2, Penerbit Gunadarma,
Provinsi Kepulauan Bangka Jakarta.
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai