“SHUTTER ISLAND”
IDENTITAS FILM
Pemeran Utama :
SINOPSIS FILM
Shutter Island adalah film adaptasi dari novel karya Dennis Lehane dengan genre
psychological thriller. Fil ini berlatar belakang tahun 1954, dimana ada seorang pria bernama
Teddy Daniels seorang agen Marshal (pangkat militer dan penegak hukum sipil di Eropa abad
pertengahan) bersama rekannya Chuck Aule, yang mendapat tugas untuk menyelidiki sebuah
kasus di pulau Shutter (Shutter Island). Telah dilaporkan bahwa seorang pasien di Rumah Sakit
Jiwa Ashecliffe bernama Rachel Solando telah melarikan diri. Berdasarkan informasi yang
diterima kedua marshal tersebut, Rachel Solando didiagnosis memiliki gangguan jiwa dan
menenggelamkan ketiga anaknya hingga meninggal. Selama penyelidikan Daniels dan Aule
merasa bahwa para dokter dan staf rumah sakit tidak mau bekerja sama membantu proses
penyelidikan. Di tenggah penyelidikan, Daniels mengalami migrain, mimpi terlibat dalam
peristiwa pembebasan Chanau (pembunuhan pasukan Jerman oleh tentara Amerika), dan sosok
istrinya bernama Dolores Chanal yang meninggal yang sering menampakan diri. Ternyata
semua yang dialami oleh Dennis hanyalah hasil dari delusinya. Titik terangnya adalah Dennis
sebenarnya bernama Andrew Leaddis yang dianggap sebagai pasien paling berbahaya di pulau
shutter. Andrew Leaddis ditahan karena menderita depresi setelah membunuh istrinya. Dokter
dan perawat disana berusaha mengikuti alur delusi Andrew Leaddis sebagai bagian dari terapi
penyembuhan. Seiring berjalannya waktu, proses penyembuhan tersebut berjalan lancar. Akan
tetapi, Andrew Leaddis kembali kambuh setelahnya. Pada akhir cerita semua terungkap mulai
dari nama-nama yang ada merupakan halusinasi dari Andrew Laeddis sendiri, kenyataan bahwa
dia adalah pasien nomor 67 pada rumah sakit itu, kenyataan bahwa yang dilakukan Teddy
merupakan karangan cerita fiksi dari Andrew sendiri, kenyataan bahwa mereka semua sengaja
masuk dalam cerita Andrew agar dia kembali sadar akan kenyataan dirinya, dan semua yang
terjadi adalah delusi maupun halusinasinya saja.
ANALISIS
Pengalaman traumatis menjadi salah satu faktor yang bisa menyebabkan munculnya
gangguan kejiwaan. Dalam film Andrew juga mengalami post traumatic stress disorder (PTSD)
yang ditunjukkan melalui ingatan-ingatan yang muncul dalam beberapa waktu. Kondisi PTSD
terjadi pada sebagian individu yang telah mengalami kejadian yang sangat menakutkan, misalnya
serangan yang mengancam nyawa atau melihat Individu lain dibunuh (Kalat, Edisi 9, 2015).
Trauma Andrew di masa lalunya bisa menjadi salah satu penyebab Skizofrenia yang dialaminya
setelah melihat istrinya membunuh ketiga anak mereka (menit 02.00.04), kemudia dia sendiri
yang membunuh istrinya (menit 02.03.20). Kejadian itu menjadi ingatan buruk yang membekas
di ingatannya sehingga menyebabkan stress yang berakhir halusinasi. Berbagai masalah
gangguan tidur telah dilaporkan pada kelompok pasien dengan diagnosis psikosis non-afektif
seperti skizofrenia termasuk insomnia, gangguan ritme sirkadian, hipersomnia dan mimpi buruk
[1]. Di dalam film pada moment ditunjukkan bahwa Andrew mengalami ganguan tidur berupa
insomnia dan dia juga mengalami mimpi buruk saat tidur.
Kebiasaan merokok yang dimiliki oleh Andrew dapat menjadi salah satu pendukung
terjadinya Skizofrenia. Pengaruh ganja dari rokok, telah ditemukan bahwa individu yang banyak
menggunakan ganja pada usia muda memiliki risiko lebih tinggi terkena gejala skizofrenia atau
psikotik [2]. Dalam ganja terdapat Δ 9 –THC (tertrahydrocannabinol) yang memicu otak untuk
melepaskan dopamin yang menimbulkan rasa senang. Sayangnya, efek jangka panjangnya dapat
merusak hippocampus. Hippocampus Berfungsi untuk mengelola memori, membantu manusia
mengenali objek, serta mengingat dan memahami bahasa yang didengar. Dapat dikatakan bahwa
pengaruh ganja pada penderita Skizofrenia memiliki hubungan, yaitu penderita Skizofrenia dapat
merasakan efek pelepasan dopamin. dari ganja Dengan demikian, penjelasan alternatif mengenai
hubungan antara penggunaan ganja dan skizofrenia mungkin adalah bahwa patologi sistem
cannabinoid pada pasien skizofrenia dikaitkan dengan peningkatan tingkat penggunaan ganja dan
peningkatan risiko skizofrenia , tanpa ganja menjadi faktor penyebab skizofrenia [3]. Jadi,
penggunaan tingkat penggunaan ganja pada pasien penderita skizofrenia dapat menyebabkan
resiko. Namun, ganja belum bisa dikatakan pasti sebagai faktor penyebab skizofrenia.
Terapi pengobatan yang dilakukan oleh Dr. Sheehan dan Dr. Cawley terhadap Andrew
yang mengalami skizofrenia adalah terapi psikodrama. Bahkan, Moreno (1955) pertama kali
menggunakan metode psikodrama dalam pengobatan orang dengan psikosis. Karena psikodrama
bersifat imajiner dan imajiner dan merupakan bentuk fantasi, psikodrama dapat memberikan
eksistensi dan peran tertentu dan peran, yang dapat mereka adopsi secara bersamaan dan dengan
itu mereka dapat mereka dapat menciptakan dan bertindak[4]. Seperti semua metode terapi
kelompok, psikodrama menggunakan universalitas, menanamkan harapan, dan memfasilitasi
pembelajaran interpersonal. Psikodrama juga berfokus pada di sini-dan-sekarang, perasaan pada
saat ini sambil mengekspresikan perasaan yang tidak menyenangkan di masa lalu. Selain itu,
tidak seperti metode lainnya, psikodrama menumbuhkan spontanitas, kreativitas, dan tindakan.
Dengan demikian, orang dengan psikosis dapat menemukan cara untuk mengekspresikan
pengalaman batin mereka melalui elemen-elemen ini mmeskipun ada hambatan fisik, emosional,
dan verbal. Lebih lanjut, dalam sesi psikodrama, anggota kelompok anggota kelompok yang
hanya menjadi bagian dari penonton dapat mengambil manfaat dari strategi coping yang
ditampilkan selama adegan protagonis atau mungkin memiliki kesempatan untuk mempraktikkan
strategi tersebut melalui pembalikan peran ketika mereka memiliki peran (sebagai protagonis
atau ego tambahan) dalam adegan ini. Akhirnya, psikodrama memungkinkan pasien untuk saling
membantu satu sama lain sambil melakukan upaya untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri
(Casson, 2004 dalam Sevi dkk, 2020).
Dalam film juga membahas tentang operasi lobotomy yaitu salah satu pengobatan untuk
penderita Skizofrenia pada zaman dahulu. Dalam jurnal “ Psikosurgeri untuk skizofrenia : sejarah dan
perspektif” (Soares, dkk : 2013) [5], Psychosurgery adalah bedah saraf untuk gangguan mental
yang kemudia dinamai sebagai lobotomi. Bedah psiko awal untuk pengobatan skizofrenia
berdasarkan pengetahuan ilmiah dimulai pada tahun 1888, ketika psikiater Swiss Gottlieb
Burckhardt mengoperasi enam pasien dengan skizofrenia. Hasilnya tidak menguntungkan, dan
karyanya ditolak oleh komunitas ilmiah pada saat itu. Namun, sejak tahun 1937 dan seterusnya,
setelah dikembangkannya teknik pemutusan lobus frontal, yaitu leukotomi, oleh ahli saraf
Portugis Egas Moniz, dibantu oleh ahli bedah saraf Almeida Lima, jenis pembedahan ini
menyebar luas pada tahun 1930-an dan 1940-an. Namun, obat ini secara bertahap ditinggalkan
oleh pusat kesehatan yang lebih besar setelah ditemukannya antipsikotik yang lebih efektif, salah
satunya adalah klorpromazin, yang telah tersedia sejak tahun 1954.
DAFAR PUSTAKA
[2] Kanal, p., Patil, V., Patil, B., et.al. (2023). The marijuana-schizophrenia multifaceted nexus:
Connections and conundrums towards neurophysiology. Computational Biology and
chemistry, 107 ( 107957) https://doi.org/10.1016/j.compbiolchem.2023.107957
[3] Weiser, T & Noy, S. (2022). Interpreting the association between cannabis use and increased
risk for schizophrenia. Dialogues in Clinical Neuroscience, 3(1), 81-55
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.31887/DCNS.2005.7.1/mweiser
[4] Sevi. Ger. Masali. (2020). The effect of psychodrama sessions on psychotic symptoms,
depression, quality of life, and sociometric measures in patients with chronic
schizophrenia. The Arts in Psychotherapy, 71 (101719)
https://doi.org/10.1016/j.compbiolchem.2023.107957
[5] Soares. Paiva. Guertzenstein. et.al. (2013). Psychosurgery for schizophrenia: history and
perspectives. Neuropsychiatric Disease and Treatment, 9, 509-515
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.2147/NDT.S35823